Revisi Askep Bayi Prematur.docx

  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Revisi Askep Bayi Prematur.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,145
  • Pages: 13
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Bayi Prematur A. Pengertian 

Bayi premature adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Donna L Wong 2004)



Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke-37, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek (Nelson. 1998 dan Sacharin, 1996)



Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu : 1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu. 2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu. 3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu. (Martono, Hari. 2007)

B. Etiologi 1. Faktor ibu a. Ras (wanita keturunan afrika – amerika memilki resiko lebih tinggi). b. Ibu hamil kurang dari 18 tahun (kehamilan usia muda) Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia ibu dibawah 20 tahun dan pada multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia ibu antara 26 – 35 tahun. c. Ibu menderita hipertensi dan atau kelainan jantung d. Ibu mengalami pendarahan yang jika tidak ditangani denagn mengakhiri kehamilan dapat membahayakan jiwa ibu dan bayi

e. Ibu mengalami trauma akibat aktivitas fisik berlebihan f. Ibu perokok, mengkonsumsi alkohol, penyalahgunaan obat g. Ibu menderita disbetes h. Keadaan sosial ekonomi (keadaan gizi yang buruk) i. Stress j. Ibu pernah mengalami keguguran (abortus) atau melahirkan bayi premature pada riwayat kehamilan sebelumnya. (Hassan, Delina. 2006) k. Kelainan anatomi pada rahim atau leher rahim Lemahnya bagian bawah rahim atau disekitar mulut rahim (serviks) sehingga rahim akan terbuka sebelum usia kehamilan mencapai 38 minggu. l. Faktor uterus m. Kelainan bentuk rahim, misalnya uterus lebih berbentuk seperti buah pear, atau uterus terpisah menjadi dua ruang (Uterus Bifidus) n. Ketuban pecah sebelum waktunya o. Adanya infeksi seperti saluran kemih yang tidak diobati p. Pemeriksaan kehamilan 2. Faktor janin / bayi a. Kehamilan ganda b. Hidramnion (kelebihan cairan ketuban) c. Bayi memiliki kelainan bawaan

d. Gawat janin e. Infeksi f. Bayi memiliki pertumbuhan yang sangat lambat saat di dalam kandungan. C. Patofisiologi Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui secara jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah. Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi untuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.

Faktor ibu

Faktor janin

Penyakit ibu

hidroamnion,kehamilan ganda, kelainan

Usia, status gizi

Bawaan, infeksi, gawat janin Bayi Prematur

Inadekuat surfaktan 

lapisan lemak belum terbentuk pada kulit

Alfeolus kolaps

Ketidakefektifan termoregulasi

 Ventilasi berkurang

hipoksia



pembentukan membran hialin

Peningkatan usaha napas(takipneu) mengendap di alveoli 

gangguan pertukaran gas

Ketidakefektifan pola napas Refleks hisap menurun Ketidakmampuan mencerna dan mengabsorbsi makanan/ASI Hospitalisasi yang panjang

perpisahan ibu dan bayi Diskontinuitas pemberian ASI

D. Manifestasi Klinis 1. Berat badan kurang dari 2500 gram 2. Panjang badan kurang dari 45 cm. 3. Lingkar kepala kurang dari 33 cm. 4. Lingkar dada kurang dari 33 cm. 5. Kulit tipis dan transparan. 6. Kepala lebih besar daripada badan. 7. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemah subkutan kurang.

8. Verniks kaseosa ada, ada jaringan lemak dibawah kulit, kulit tipis, merah dan transparan 9. Tulang tengkorak lunak mudah bergerak 10. Abdomen buncit, tali pusat segar dan tebal 11.Tangisan lemah 12. Ubun-ubun dan sutura lebar. 13. Labio minora belum tertutup oleh labio mayora (pada perempuan) pada laki-laki testis belum turun. 14. Otot hipotonik lemah. 15. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea (gagal napas). 16. Ekstremitas : paha abduksi, sendi lutut atau kaki fleksi lurus 17. Kepala tidak mampu tegak. 18. Pernapasan 45 sampai dengan 50 x / menit. 19.Frekuensi nadi 100 sampai 140 x / menit E. Komplikasi 1. Sindrome Gawat Napas (RDS) Tanda Klinis : Mendengkur, napas cuping hidung, retraksi, sianosis, peningkatan usaha napas, syok. 2. Retinopati Prematuritas(RPO) terjadi akibat pemberian terapi oksigen dan inflamasi nasal, trakea, faring. 3. Hipoglikemia karena kurangnya cadangan glikogen hati dan meningginya metabolism bayi. 4. Perdarahan karena kurangnya faktor pembekuan darah seperti protrombine 5. Edema dan asidosis metabolic akibat ginjal yang imatur baik anatomis maupun fungsinya. 6. Immature hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemi dan defisiensi vitamin K.

F. Penatalaksanaan Medis 1) Pengaturan suhu badan 

   

Bayi prematuritas mudah dan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotemia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, juga karena permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan lemak cokelat oleh karena itu bayi prematur harus dirawat di dalam incubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim, bila belum memiliki incubator bayi premature dapat dibungkus dan di sampingnya ditaruh bantal yang berisi air panas, sehingga panas badannya bisa dipertahankan. Menurut mochtar, 1989: 492 bayi dimasukkan di incubator dengan suhu diatur Bayi berat badan < 2 kg : 35 ˚C Bayi berat badan 2 kg sampai dengan 2,5 kg : 34 ˚C Suhu incubator diturunkan 1˚ C setiap minggu sampai bayi dapat ditempatkan pada suhu lingkungan.

2) Makanan Bayi 



Daya hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/ kg BB dan kalori 110 kal/ kg BB badan, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung, refleks menghisap lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang utama sehingga ASI lah yang paling didahulukan, permulaan cairan yang diberikan sekitar 50/ 60 cc/ kg BB/ hari dan terus dinaikkan sampai mencapai 200 cc / kg BB / hari.

3) Menghindari Infeksi 

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena itu upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan premature dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.

G. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Biodata  

Umur kurang dari 16 tahun atau diatas 35 tahun. Pekerjaan dan penghasilan sering kali dapat menggambarkan status sosial ekonomi terutama dalam kecukupan gizi saat hamil yang kurang.

b.

Riwayat Penyakit Sekarang 

c.

Riwayat Penyakit Sebelumnya 

d.

Riwayat menstruasi : ingat hari pertama menstruasi terakhir, denyut jantung terdengar pada minggu ke 18 sampai 22.

Pola Aktivitas Sehari-hari 

f.

Adanya penyakit menahun pada ibu, hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, penyakit paru dan penyakit gula, infeksi dalam rahim.

Riwayat Obstetric 

e.

Pada kelahiran premature dirasakan bayi lahir berat badan kurang dari 2500 gram sesuai umur kehamilan. Sedangkan pada dismatur berat bayi lahir kurang dari 2500 gram tetapi tidak sesuai umur kehamilan. Pada ANC adanya riwayat perdarahan antepartum, pre eklampsia dan eklampsia, jarak kehamilan dan bersalin terlalu dekat, adanya gangguan pembuluh darah, gangguan insersi tali pusat, kelainan bentuk plasenta, kahamilan ganda, hamil dengan hidramnion.

Kaji apakah ibu merokok atau minum alkohol, sebab rokok dan alkohol merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kelahiran dengan berat badan rendah.

Pemeriksaan Sirkulasi 1. 2. 3. 4.

Fisik

(Doengoes,

2001,

634

dan

Perinasia,

2006,

8-9)

Nadi (DJJ) mungkin cepat atau tidak teratur dalam batas normal 120 sampai 160 x / menit. Murmur jantung yang dapat didengar dapat menandakan daktus arteriasus paten (PDA). Tekanan darah terlalu rendah atau tinggi. Frekuensi denyut jantung rendah sering terjadi apnoe.

g. Pernapasan 1. Apgar skor mungkin rendah 2. Pernapasan mungkin dangkal, tidak teratur, pernapasan diafrgamatik, intermiten atau periodik 40-60 x / menit. 3. Mengorok, pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal atau substernal, atau berbagai derajat siarosis.

4. Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distress pernapasan, (RDS) penyakit membran Hialin penyebab surfaktan dalam paru-paru tidak cukup.

h. Neurologis 1. Tangis lemah, suhu berfluktuasi dengan mudah, kulit kemerahan, tembus pandang, tonus atat lunak. 2. Bisa terjadi ROP (Retinopathy Of Prematurity) untuk mneghindari dapat diberikan oksigen tidak lebih dari 40 % / 2 lt / menit.

i. Pencernaan 

Destensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi lemak laktosa, kerja dari sfingter kardio esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi aspirasi.

j. Imonologi Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar Ig gamma globulin, bayi premature relatif belum sanggup membentuk antibody dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan masih belum baik.

II. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi, ketidakadekuatan kadar surfaktan, stress dingin, perubahan membrane alveolus kapiler. 2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat perapasan, keterbatasan perkembangan otot, ketidakseimbangan metabolik. 3. Ketidakefektifan termolegulasi berhubungan dengan keterbatasan simpanan lemak cokelat. 4. Diskontinuitas pemberian ASI berhubungan dengan pemisahan orang tua

III. Intervensi dan Rasional Bayi Prematur Diagnosa Keperawatan

Tujuan (NOC)

Intervensi (NIC)

Gangguan pertukaran gas

Setelah dilakukan tindakan Monitor irama , kecepatan, kedalaman keperawatan 3x24 jam dan kesulitan bernapas diharapkan oksigenasi ventilasi perfusi seimbang Kondisi terkait Catat pergerakan dada, penggunaan otot babtu pernapasan, dan retraksi Kriteria hasil: Ppok Klien tampak tenang Monitor suara napas tambahan seperti nhorok atau mengi Gagal jantung Pola napas normal, tidak sesak Tingkat kesadaran membaik kongestif Warna kulit normal, tidak Monitor saturasi oksigen dan TTV pucat/sianosis Asma Tidak terdengar bunyi napas Monitor hasil foto thorax tambahan Pneumonia Tidak ada retraksi dan napas Posisikan bayi miring ke samping untuk pencegahan aspirasi Tuberculosis paru cuping Nadi normal, tidak takikardi Berikan bantuan terapi napas jika Penyakit diperlukan ( nebulizer) membrane hyaline Kaji perlunya penyedotan ada jalan napas

Asfiksia Persistent pulmonary hypertension of newborn (PPHN)

Berikan bantuan diperlukan

resusitasi

jika

Pertahankan kepatenan jalan napas Prematuritas Infeksi napas

saluran

Periksa residu selang memberikan makan

sebelum

Tinggikan kepala 30-45 menit setelah pemberian makan

Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan pola napas

Tujuan (NOC)

Intervensi (NIC)

Deformitas tulang

Setelah dilakukan tindakan Pertahankan kepatenan jalan keperawatan 3x24 jam napas diharapkan ventilasi adekuat Berikan oksigen tambahan Kriteria hasil: sesuai instruksi

Deformitas dinding dada

Pola napas normal

Sindrom hipoventilasi

Retraksi, napas cuping tidak Monitor TTV dan saturasi ada Monitor adanya sianosis Pernapasan bibir tidak ada Auskultasi suara napas pasien Bernapas tidak menggunakan otot bantu pernapasan Posisikan bayi telentang dengan bantal tipis untuk Tiidak ada sesak menghasilkan sedikit hiperekstensi

Kondisi terkait:

Gangguan moskuloskeletal Imaturitas neurologis Gangguan neurologis Disfungsi neuromuskuler

Monitor aliran oksigen

Cedera medulla spinalis Hisap jalan kebutuhan

napas

sesuai

Berikan rangsang taktilbila apneu

Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan termolegulasi Kondisi terkait

Tujuan (NOC)

Setelah dilakukan tindakan 3x Monitor TTV 24 jam diharapkan suhu tubuh klien tidak mengalami Memandikan bayi dengan hipotermi maupun hipertermi suhu nyaman(air hangat)

Gangguan laju metabolism Cedera otak

Intervensi (NIC)

Jaga suhu tubuh adekuat Kriteria hasil :

Monitor tanda pernafasan

distress

Gangguan yang mempengaruhi pengaturan suhu

Kulit kemerahan

Monitor warna kulit bayi dan CRT

Kuku tidak sianosis

Penurunan respon berkeringat Suhu tubuh normal 36.5-37.5 Penyakit

Kulit tidak pucat

Thermogenesis tanpa menggigil yang tidak efisien

Kulit hangat

Monitor asupan pengeluaran

dan

Sediakan lingkungan yang nyaman

Sepsis

Tempatkan bayi pada Pernapasan normal dan nadi penghangat/incubator/infant warmer normal

Trauma

Tidak ada kejang Crt kurang dari 3 detik

Kurangi pemajanan alilan udara yang tidak diperlukan, seperti membuka jendela incubator Ganti pakaian dan linen tempat tidur bila basah Kaji kemampuan bayi untuk beradaptasi dalam suhu rendah dalam inkubator

Diagnose Keperawatan

Tujuan ( NOC)

Diskontinuitas pemberian ASI Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4 x 24 jam diharapkan bayi dapat Kondisi terkait menyusu pada ibu Kontraindikasi bayi menyusu Kriteria hasil Penyakit ibu Berat badan bayi bertambah Penyakit bayi Reflek hisap bayi bertambah Hospitalisasi Ibu dapat belajar menyusui bayi Perpisahan ibu dan bayi

Intervensi (NIC) Tinggikan kepala bayi saat pemberian minum Monitor adanya mual dan muntah Kaji reflex hisap bayi Timbang BB perhari Hindari pemberian terlalu cepat

susu

Sendawakan menyusu

bayi

setelah

Fasilitasi bonding orang tua dan bayi

antara

Monitor intake output Informasikan orangtua mengenai kondisi bayi

Daftar Pustaka

Bobak, Irene M, Deitra L. Lowdermilk, dkk. (1995). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi ke-4. Alih bahasa: Maria A. Wijayarini (2004). Jakarta: EGC. Doenges, Marilynn E., Mary Frances M., dkk. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi ke-3. Alih bahasa: I Made Kariasa (1999). Jakarta: EGC. Klaus, Marshall H, (1998). Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi Bahasa Indonesia edisi 4, Jakarta, EGC Internasional, Nanda.(2018).Nanda Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa: Prof. Dr. Budi Anna Keliat. Jakarta : EGC Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louis: Mosby. McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (1996). Nursing Interventions Classification (NIC). St. Loui: Mosby. Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Related Documents