Askep Bayi Baru Lahir Normal.docx

  • Uploaded by: Yuni Ariani Yuni
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Bayi Baru Lahir Normal.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,569
  • Pages: 29
1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi Baru Lahir merupakan hasil konsepsi yang baru keluar dari rahim seorang ibu melalui jalan lahir normal atau dengan cara pembedahan. Pada umumnya kelahiran bayi biasanya di ikuti oleh beberapa perubahan yang terjadi setelah kelahiran seperti perubahan pernapasan, perubahan jantung dan sirkulasi, perubahan system digestivus, perubahan system perkemihan dan berat badan. Mengingat tingginya angka kematian melahirkan, tingginya angka kesakitan dan untuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya pada bayi baru lahir maka oleh Penulis sangat tertarik mengambil kasus yang berjudul Asuhan Keperawatan Bayi baru lahir.

1.2 Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Agar Mahasiswa mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan keperawatan bayi baru lahir. 2. Tujuan Khusus a. Agar mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian pada bayi baru lahir b. Agar mahasiwa/i mampu merumuskan diagnose keperawatan pada bayi baru lahir c. Agar mahasiswa/i mampu menyusun rencana keperawatan pada bayi baru lahir

2

d. Agar mahasiswa/i mampu melakukan tindakan keperawatan pada bayi baru lahir e. Agar mahasiswa/i mampu melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang sudah direncanakan.

3

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Normal A. Pengertian Bayi Baru Lahir Normal 

BBL Normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu – 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram. (Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, 1993)



BBL Normal adalah bayi yang dikeluarkan dari hasil konsepsi melalui jalan lahir dan dapat hidup diluar dengan berat 2,5 – 4 kg, dengan usia Kehamilan 36 – 42 minggu, menangis spontan dan bernafas spontan, teratur dan tonus otot baik. (Asuhan Persalinan Normal, 2003)



BBL Normal adalah Adaptasi fisiologi adalah sangat berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus, artinya nantinya bayi harus dapat melakukan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan hidupnya (Perawatan Ibu bersalin, Fitramaya 2000)



BBL Normal adalah Bayi yang lahir dari kehamilan 2500 – 4000 gram. (Depkes, RI 1998, hal. 93)

B. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal 1) Berat badan : 2500 – 4000 gram 2) Panjang badan : 48 – 52 cm 3) Lingkar dada : 30 – 35 cm 4) Lingkar kepala : 33 – 35 cm

4

5) Detak jantung menit – menit pertama kira – kira 180 x/menit, kemudian menurun 120 - 140 x/menit. 6) Pernafasan pada menit pertama 80 x/menit, menurun kira – kira 46 x/menit 7) Warna kulit kemerahan dan licin, karena jaringan subcutan terbatas dan diliputi verniks caseosa. 8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna. 9) Kuku agak panjang dan lemas 10) Pada genetalia wanita labia mayora sudah menutup 11) Reflek – reflek pada bayi normal 12) Untuk pengeluaran urin dan meconium akan keluar 24 jam pertama warna meconium coklat kehitaman. C. Penilaian Bayi Baru Lahir Keadaan umum bayi baru lahir dinilai satu menit setelah kelahiran dengan kriteria Apgar Skor. Tanda

0

A: Appereance color (Warna Kulit) P: Pulse (Frekuensi jantung) G: Grimace (Reaksi terhadap rangsangan) A: Actifity (Tonus otot) R: Respirasi (Usaha bernafas) Jumlah total

Pucat Tidak ada Tidak ada Lumpuh Tidak ada

Kriteria : Bayi normal

: 7 – 10

Asfiksi sedang : 4 – 6

1 Badan merah, ekstremitas biru

2 Seluruh tubuh kemerahanmerahan

Angka ...

<100

> 100

...

Sedikit gerakan mimik Ekstremitas dalam fleksi sedikit Lambat/ menangis lemah

Menangis, batuk/bersin

...

Gerakan aktif

...

Menangis kuat

...

5

Asfiksi berat : 0 – 3 Tabel diatas untuk menentukan kondisi bayi apakah tergolong asfiksia atau tidak Klasifikasi nilai APGAR a) Asfiksia berat : nilai Apgar 0-3 b) Memerlukan resusitasi segera secara aktif, pemberian oksigen terkendali. Karena selalu disertai asidosis, perlu diberikan natrikus bikarbonat 7,5 %, 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan glukosa 40% 12 ml per kg berat badan, diberikan via vena umbilikus c) Asfiksia ringan sedang dengan nilai Apgar 4-6 memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernapas normal kembali d) Bayi normal atau sedikit asfiksia nilai Apgar 7-9 e) Bayi normal dengan nilai Apgar 10 D. Mekanisme Kehilangan Panas Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut : a) Evaporasi Evaporasi adalah jalan utama bagi bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan

6

b) Konduksi Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Permukaan yang dingin akan menyerap panas tubuh bayi c) Konveksi Konveksi adalah kehilangan panas tubuh bayi yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi ynag dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas d) Radiasi Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi E. Penatalaksanaan Awal BBL Normal a) Lakukan penilaian sepintas  Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan  Apakah bayi bergerak dengan aktif b) Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut kelangkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir) c) Keringkan tubuh bayi Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lain, kecuali bagian tangan tanpa membersihkan vernik. Ganti handuk

7

basah denga handuk/kain kering. Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu d) Periksa kembali uterus ibu untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal) e) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada bagian 2 cm distal dari klem pertama f) Potong dan ikat tali pusat  Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut  Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya  Lepaskan klem dan masukan kedalam wadah yang telah disediakan g) Latakan bayi agar kontak kulit dengan ibu h) Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada / perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu i) Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi j) Beri cukup waktu untuk melalukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam)

8

 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30 -60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Ber cukup menyusu dari satu payudara  Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu k) Lakukan penimbangan dan pengukuran bayi l) Berikan salep mata/tetes mata antibiotik profilaksi m) Beri vitamin K 1 mg / neo K 0,5 mg dipaha kiri anterolateral setalah kontak kulit ibu dan bayi n) Berikan suntikan imunisasi hepatitis B (setelah 1 jam pemberian vitamin K1/ Neo K0 di paha kanan anterolateral o) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x/menit) serta sehu tubuh normal (36,5 – 37,5 C) p) Bounding atachment Usahan untuk mendekatkan bayi pada ibu dengan segera setelah dilahirkan dengan tujuan agar bayi secara naluri dapat mengenali ibunya yang juga sangat membantu pemulihan kesehatan q) Ajari ibu menyusui yang benar  Mengatur posisi terhadap payudara ibu  Keluarkan sedikit ASI dari puting susu, kemudian dioleskan pada puting susu dan areola mamae  Jelaskan pada ibu bagaimanan teknik memegang bayi

9

 Payudara dipegang dengan menggunakan ibu jari diatas, sedangkan jari yang lain menopong bagian bawah payudara, serta gunakan ibu jari untuk membentuk puting susu demikian rupa sehingga mudah memasukan kemulut bayi  Beri rangsangan pada bayi agar membuka mulut dengan cara menyentuhkan bibir bayi ke puting susu  Tunggu bibir bayi membuka lebar  Gerakan bayi segera ke payudara dan bukan sebaliknya ibu atau payudara ibu yang digerakan kemulut bayi  Perhatikan selama menyusui r) Ajari ibu tentang perawatan bayi baru lahir  Mulai dari perawatan tali pusat Hal-hal yang dilarang adalah membubuhkan atau mengoleskan ramuan karena akan menyebabkan infeksi. Menghindari kontak langsung dengan air kencing bayi karena air kencing bayi tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada talipusat bayi. Memakaikan popok selai sebaiknya dibawah pusar. Merawat tali pusat denggan prinsip bersih kering  Cara memandikan Bayi sebaiknya dimandikan 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi pada jam pertama setelah kelahiran dapat menyebabkan hipotermi  Menjaga kehangatan bayi Idealnya bayi baru lahir ditempat tidur yang sama dengan ibunya cara ini adalah cara paling mudah untuk menjaga bayi tetap hangat

10

 Motivasi untuk ASI Esklusif Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi  ASI Esklusif berikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau minuman apapun kecuali vitamin dan imunisasi ASI diberikan tidak mengunakan botol, cangkir maupun dot s) Motivasi untuk memberikan imunisasi 5 L  < 7 hari : Hepatitis B  1 bulan : BCG, POLIO 1  2 bulan : DBT / Hb 1, POLIO 2  3 bulan : DBT / Hb 2, POLIO 3  4 bulan : DBT / Hb 3, POLIO 4  9 bulan : campak t) Beritahu ibu akan tanda bahaya pada bayi baru lahir u) Anjurkan ibu membawa bayi kepada petugas kesehatan jika terdapat tanda bahaya. F. Perubahan Fisiologis BBL Normal Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah : 1. Perubahan sistim pernapasan / respirasi Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.

11

a) Perkembangan Paru-paru Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnya akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan. b) Awal adanya napas Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah : 

Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak.



Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.



Penimbunan karbondioksida (CO2)



Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya

12

kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin. c) Perubahan suhu Keadaan dingin akan merangsang pernapasan. d) Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : e) Mengeluarkan cairan dalam paru-paru f) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali. Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding

alveolus

sehingga

tidak

kolaps

pada

akhir

pernapasan.Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu. g) Dari cairan menuju udara Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang

13

dilahirkan secara

sectio sesaria kehilangan keuntungan dari

kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. h) Fungsi

sistem

pernapasan

dan

kaitannya

dengan

fungsi

kardiovaskuler b) Peningkatan pertukaran

aliran gas

darah

dalam

paru-paru alveolus

akan

dan

memperlancar

akan

membantu

menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim. 2. Perubahan pada sistem peredaran darah Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :  Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.  Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah

tekanan

dengan

cara

mengurangi

/meningkatkan

resistensinya, sehingga mengubah aliran darah. Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah  Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium

14

menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.  Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.  Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan. Perbedaan Sirkulasi Darah Fetus dan Bayi a) sirkulasi darah fetus Struktur tambahan pada sirkulasi fetus :  Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar.

15

 Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.  Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra.  Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta desendens.  Arteri

hypogastrica

:

dua

pembuluh

darah

yang

mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogastica. Sistem sirkulasi fetus  Vena umbilicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta

ke

permukaan

dalam

hepar.

Vena

hepatica

meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior  Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.  Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum.

16

 Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melalui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi.  Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam ventriculus dexter.  Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru paru yang nonfungsional, yang hanya memerlukan nutrien sedikit  Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior  Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal

17

b) Perubahan pada saat lahir  Penghentian pasokan darah dari plasenta  Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru  Penutupan foramen ovale  Fibrosis  Vena umbilicalis  Ductus venosus  Arteriae hypogastrica  Ductus arteriosus 3. Pengaturan Suhu Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih rendah. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%.Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin

18

lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika

seorang

bayi

kedinginan,

dia

akan

mulai

mengalami

hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL. 4. Metabolisme Glukosa Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :  melalui penggunaan ASI  melalui penggunaan cadangan glikogen  melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak. BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua

19

persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis,, apneu,

tangis

lemah,

letargi,lunglai

dan

menolak

makanan.

Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di selsel otak. 5. Perubahan Sistem Gastrointestinal Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lahir.Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.

20

6. Sistem kekebalan tubuh/ imun Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami: perlindungan oleh kulit membran mukosa,fungsi jaringan saluran napas, pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus,perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. G. Keadaan Yang Harus Diwaspadai Selama Bayi Dirawat a. Keadaan umum : Bayi yang sehat tampak kemerah – merahan aktif, tonus otot baik, menangis keras, minum baik, suhu tubuh 36 5 O – 37 5 O C. b. Suhu tubuh diukur 1x /hari, bila suhu rectal di bawah 36O C, bayi harus diletakkan di tempat yang lebih panas. c. Penimbangan berat badan dilakukan setiap hari. Dalam 3 hari pertama berat badan akan turun karena bayi mengeluarkan air kencing dan meconium sedangkan cairan yang masuk belum cukup pada hari ke 4 berat badan naik lagi. d. Tinja akan keluar dalam waktu 24 jam. Setelah 2 – 3 hari warna tinja akan tergantung dari jenis susu yang diminumnya. e. Air kencing akan keluar dalam waktu 24 jam.

21

f. Perubahan warna kulit harus perlu diawasi untuk mencegah terjadinya ikterus, syanosis / perdarahan pada kulit. g. Perubahan pernafasan harus dihitung frekuensi dangkal / dalamnya, apakah apnue, nafas cuping hidung, retraksi. h. Bila bayi muntah, harus perlu dipantau warna, konsistensi dan jumlah muntahan untuk mendeteksi apakah hal ini terjadi karena kesalahan pemberian susu, alergi terhadap susu / gangguan saluran pernafasan. H. Tanda Bahaya Pada BBL Ajarkan pada ibu tentang tanda bahaya pada bayi dan beritahu agar merujuk bayi segera untuk perawatan lebih lanjut jika ditemui tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada BBL yaitu: a. Pernafasan sulit/ lebih dari 60x/menit, terlihat retraksi pada waktu bernafas b. Suhu terlalu panas lebih dari 38 C, terlalu dingin kurang dari 36 C c. Warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis/pucat) atau bayi sangat kering (terutama pada 24 jam pertama) biru d. Pemberian ASI sulit, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah e. Tali pusat merah, engkak, keluar cairaan, bau busuk, berdarah f. Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak, bernanah, bau busuk g. Gangguan gastrointestinal. Misalnya tidak mengeluarkan mekonium selama 3 hari setelah lahir, muntah terus menerus, pada perut bengkak, tinja hijau tua/ berdarah/ berlendir h. Tidak berkemih dalam 24 jam,

22

i. Menggigil, tangisa tidak biasa, lemas, mengangguk, kejang halus j. Mata mengkak dan mengeluarkan cairan

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan A. Pengkajian a. Aktifitas / Istirahat Status sadar mungkin 2 – 3 jam beberapa hari pertama bayi tempat semi koma saat tidur, dalam menangis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan mata cepat (REM) tidur sehari rata-rata 20 jam. b. Sirkulasi Rata-rata nadi apikal 120 – 140 dpm (115 dpm pada 4 – 6 jam) meningkat sampai 120 dpm pada 12 – 14 jam setelah lahir dapat berfluktuasi dari 70 – 100 dpm (tidur) sampai 180 dpm (menangis). c. Eliminasi Abdomen lunak tanpa distansi, bising usus aktif ada beberapa jam setelah kelahiran. Urine tidak berwarna atau kuning pucat dengan 6 – 10 popok basah per 24 jam, pergerakan feses mekonsum dalam 24 – 48 jam kelahiran. d. Makanan / Cairan Berat badan rata-rata 2500 – 4000 gr kurang dari 2500 gram menunjukkan kecil untuk usia gestasi (SGA) lebih besar dari 4000 gr menunjukkan besar untuk usia gestasi (LGA). Penurunan berat badan diawasi 5% - 10% mulut, suliva banyak, mutiara epstein (kista

23

epiterial) dan epuh cekung adalah normal pada palatum keras / margin gusi, gigi prokasius mungkin ada. e. Neuro Sensori Lingkat kepala 32 – 37 cm, pontanel anterior dan posterior lunak dan datar. Kaput suksedansuni atau molding mungkin ada selama 3 – 4 hari. Sutura kronial yang bertumpang tindih dapat terlihat sedikit obliferasi pantanel anteriol (lebar 2 – 3 cm) dan pontanela posterior (0,5 – 1,0 cm). f. Mata dan kelopak mata mungkin edema, hemoragi sub konjungtiva atau hemergi retina mungkin terlihat, konjungtiva kimia dalam 1 – 2 hari mungkin terjadi setelah penetasan obat tetes oftasmik terapeutik strabismus dan fenomena mata boneka sering ada. Pemeriksaan neurologis adanya refleks mocro genggaman polmar dan babinski. Respon reflek bilateral (sama) gerakan bergulung mungkin terlihat tidak adanya kegugupan latargi hipotenia. g. Pernafasan Bayi mulai bernafas 30 detik sesudah lahir pernafasan bayi normal berkisar antara 30 – 60 x/menit. Pada pernafasan diafragmatik dan abdominal dengan gerakan singkron dari dada dan abdomen. h. Keamanan Warna kulit akrosianosis mungkin ada utuk beberapa hari selama periode transisi (kebiruan yang luas dan dapat menandakan polistiemic) kemerahan atau area ekomotic dan tampak dari atas pipi

24

atau di rahang bawah atau area panetal sebagai akibat dari penggunaan fersep pada kelahiran. i. Ekstremitas: gerakan rentang sendi noral ke segala arah gerakan menunduk ringan atau rotasi medial dari ekstremitas bawah, tonus otot. j. Genitalia / Seksualitas Genitalia wanita, labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda vagina / himen dapat terlihat, raba mukosa putih (smegma) atau raba berdarah sedikit mungkin ada. Genitalia pria: testis turun, sekrotum tertutup dengan rugne, fimosis, bisa terjadi. (Marilyn E. Doeges, 1999)

B. Diagnosa Keperawatan 1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat. 2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak. 3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah. 4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan. 5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.

25

C. Rencana Keperawatan a. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil: 

Penurunan BB tidak lebih dari 10% BB lahir.



Intake dan output makanan seimbang.



Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.

Rencana tindakan: 1) Timbang BB setiap hari. 2) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen. 3) Anjurkan ibu untuk menyusui pada payudara secara bergantian 510 menit. 4) Lakukan pemberian makanan tambahan. 5) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah dalm pemberian makanan

(tersedak,

menolak

makanan,

produksi

mukosa

meningkat). b. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak. Tujuan: perubahan suhu tidak terjadi. Kriteria:  Suhu tubuh normal 36-370 C.  Bebas dari tanda-tanda strees, dingin, tidak ada tremor, sianosis dan pucat.

26

Rencana tindakan: 1) Pertahankan suhu lingkungan. 2) Ukur suhu tubuh setiap 4 jam. 3) Mandikan bayi dengan air hangat secara tepat dan cepat untuk menjaga air bayi tidak kedinginan. 4) Perhatikan tanda-tanda strees dingin dan distress pernapasan( tremor, pucat, kulit dingin). c. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan (pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah Tujuan : infeksi tidak terjadi Kriteria hasil:  Bebas dari tanda-tanda infeksi.  TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit  Tali pusat mengering Rencana tindakan : 1) Pertahankan teknik septic dan aseptic. 2) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali perhari. 3) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda infeksi. 4) Infeksi kulit setiap hati terhadap ruam atau kerusakan integritas kulit. 5) Ukur TTV setiap 4 jam. 6) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium.

27

d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi Kriteria hasil:  Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai dengan output kurang dari 1-3ml/kg/jam.  Membran mukosa normal.  Ubun-ubun tidak cekung.  Temperature dalam batas normal. Rencana tindakan : 1) Pertahankan intake sesuai jadwal 2) Berikan minum sesuai jadwal 3) Monitor intake dan output 4) Berikan infuse sesuai program 5) Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor kulit, mata 6) Monitor temperatur setiap 2 jam

28

BAB IV PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pada beberapa jam setelah bayi dilahirkan atau beberapa hari setelah dilahirkan, perubahan fisiologis yang hebat yang penting bagi kesehatan dan ketahanan hidup, terjadi pada bayi baru lahir. Selain perubahan fisiologis bayi tersebut, bayi baru lahir harus beradaptasi dengan bermacam-macam cara yang berbeda terhadap lingkungan yang benar-benar baru meliputi : Pernapasan, Sirkulasi darah , Sistem imun, Pengaturan suhu-metabolisme, Sistem neurologis, Sistem gastrointestinal, Fungsi ginjal dan sekresi urine. Masalah- masalah bayi baru lahir seperti asfiksia, icterus neonatorum, infeksi neonatorum, hipertermi adalah masalah masalah yang sering terjadi. Oleh karena itu dibutuhkan peran perawat untuk memberikan penjelasan kepada keluarga utamanya pada keluarga kelahiran anak pertama sehingga ibu dan ayah tidak akan cemas dengan kondisi bayinya.

3.2 Saran Jika

dalam

penulisan

makalah

ini

terdapat

kekurangn

dan

kesalahan,kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik dikemudian hari.

29

DAFTAR PUSTAKA Arief, Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit Media Aesculapius. Jakarta Carpenito, Lynda juall. (1999). Buku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta Doengoes E. Marylin. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta Doengoes E. Marylin. (2001). Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi, EGC. Jakarta

Related Documents


More Documents from ""

Lk Asfiksia.docx
November 2019 30
Sap Herlina Tb Paru.docx
November 2019 35
Lambang Stifar.docx
May 2020 17