PRECEDE PROCEED
Disusun Oleh KELOMPOK II ANGGA PRAMANZA HADI
(KM.16.00502)
FRANSISKA BILI
(KM.16.00510)
HARDIYANTI
(KM.16.00514)
INDAH RATNANINGSIH
(KM.16.00515)
PAULA APIANA IBA
(KM.16.00528)
PETRUS SELESTINUS L.
(KM.16.00529)
SALLY SRI LESTARI
(KM.16.00532)
HARUMI AZMI K.L
(KM.16.00545)
AGUNG PRIHAMBUDI
(KM.P.18.00075)
YUNISIA HILDA
(KM.P.18.00078)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA YOGYAKARTA TAHUN 2019
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan kasih-NYA, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Precede Proceed” dengan sebaik-baiknya. Semoga dengan makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan maka dari itu kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, 19 Maret 2019
Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah
Apa pengertian dari Precede Proceed?
Apa kerangka kerja Precede proceed?
Apa saja aplikasi kerangka kerja Precede proceed?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian Precede proceed
Untuk mengetahui kerangka kerja Precede proceed
Untuk mengetahui aplikasi kerangka kerja precede proceed
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN PRECEDE PROCEED Green (1980) telah mengembangkan suatu model pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang dikenal dengan PRECEDE PROCEED. PRECEDE adalah singkatan (Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in, Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation). Menjamin sebuah program yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat PROCEED (Policy,Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational, Enviromental, Development). Menjamin program yang akan dijalankan B. KERANGKA KERJA PRECEDE PROCEED
Skema teori PRECEDE-PROCEED (Green dan Kreuter, 2005)
a. Fase 1 (Diagnosis Sosial) Diagnosis social adalah proses menentukan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya, melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya.
Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistic yang ada, maupun dengan melalukakan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat. Bila data langsung dikumpulkan dari masyarakat, maka pengumpulan datanya dapat dilakukan dengan cara: wawancara dengan informasi kunci, forum yang ada di masyarakat, focus group discussion (FGD), nominal group process, dan survei. b. Fase 2 (Diagnosis Epidemiologi) Tahap ini, masalah-masalah kesehatan yang didapatkan dari tahap pertama tadi digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada, baik yang berasal dari data local, regional, maupun nasional. Dalam tahap ini dilihat bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah-masalah kesehatan tersebut dengan mengacu pada mortalitas, morbiditas, tanda dan gejala yang ditimbulkan. Dari tahap inilah perencana menetapkan suatu prioritas masalah yang nantinya akan dibuat suatu perencanaan yang sistematis. Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Disamping itu, dicari pula bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas, disabilitas, tanda dan gejala yang timbul) dan cara menanggulangi masalah tersebut (imunisasi, perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan atau perilaku). Informasi ini penting untuk menetapkan prioritas masalah, yang didasarkan pertimbangan besarnya masalah
dan akibat
yang
ditimbulkan, serta kemungkinan untuk diubah. c. Fase 3 (Diagnosis Perilaku dan lingkungan) Diagnosis perilaku adalah analisis hubungan perilaku dengan tujuan atau masalah diidentifikasi dalam diagnosis epidemiologi atau social. Sedangkan diagnosis lingkungan adalah analisis parallel dari factor
lingkungan social dan fisik daripada tindakan khusus yang dapat dikaitkan dengan perilaku. Fase ini mengidentifikasi factor-faktor, baik factor internal maupun eksternal dari individu yang dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan. Langkah yang harus dilakukan dalam diagnosis perilaku dan lingkungan antara lain:
Memisahkan factor perilaku dan non perilaku penyyebab timbulnya masalah kesehatan.
Mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan/pengobatan, sedangkan untuk factor lingkungan dengan mengeliminasi factor-faktor lingkungan yang tidak dapat diubah seperti factor genetis dan demografis.
Urutkan factor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya pengaruh terhadap masalah kesehatan.
Urutkan factor perilaku dan lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk diubah.
Tetapkan perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program. Setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai program.
d. Fase 4 (Diagnosis Pendidikan dan Organisasi) Sesuai dengan perspektif perilaku, tahap diagnosis pendidikan dan organisasional model precede memberi penekanan pada faktor-faktor predisposisi, pendukung, dan penguat. Dua faktor pertama berkaitan dengan anteseden dari suatu perilaku tersebut, sedangkan faktor penguat sinonim dari istilah konsekuen yang dipakai dalam analisis perilaku.
Faktor predisposisi (predisposing factor)
Factor yang mempermudah atau mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Merupakan anteseden dari perilaku yang menggambarkan rasional atau motivasi melakukan suatu tindakan, nilai dan kebutuhan yang dirasakan, berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk bertindak.
Factor pemungkin (enabling factors) Factor yang memungkinkan untuk terjadinya perilaku tertentu atau memungkinkan suatu motivasi direalisasikan. Yang termasuk dalam kelompok pemungkin adalah ketersediaan pelayanan kesehatan, aksebilitas dan kemudahan pencapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun segi biaya dan social serta adanya peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat dalam menunjang perilaku tersebut.
Factor penguat (reinforcing factors) Factor yang memperkuat (atau kadang-kadang justru dapat memperlunak) untuk terjadinya perilaku tersebut. Merupakan factor yang memperkuat suatu perilaku dengan memberikan penghargaan secara terus-menerus pada perilaku dan berperan pada terjadinya pengulangan. Factor ini mendukung pengulangan atau tetapnya suatu perilaku dengan memberikan suatu penghargaan (reward) atau insentif secara berkelanjutan serta hukuman (punishmen) sebagai konsekuensi dari suatu perilaku. Hal tersebut digunakan untuk memotivasi dan menguatkan perilaku sehat dan outcome.
e. Fase 5 (Diagnosis Administrasi dan Kebijakan) Pada fase ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan
program
promosi
kesehatan.
Untuk
diagnosis
administratif, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan. f. Fase 6 (Implementasi) Pada tahap ini, merencanakan suatu intervensi (secra besar pada fasefase sebelumnya), berdasarkan analisis. Sekarang, yang harus dilakukan adalah menjalankannya. Fase ini hanya berupa pengaturan dan pengimplementasian intervensi yang telah direncanakan sebelumnya. Pada fase ini, intervensi yang telah disusun pada fase kelima diterapkan secara langsung pada masyarakat. g. Fase 7 (Evaluasi proses) Fase ini bukanlah mengenai hasil, tetapi mengenai prosedur. Evaluasi proses mengukur aktivitas dari program, kuallitas, dan orang-orang yang diluar jangkauan termasuk respon penerimaan. h. Fase 8 (Evaluasi dampak) Pada fase ini, mulai melakukan evaluasi terhadap sukses awal dari upaya kita. Apakah intervensi tersebut menghasilkan efek yang kita inginkan pada factor perilaku atau lingkungan yang kita harapkan untuk berubah. Mengukur efektifitas program dari sudut dampak menengah dan perubahan-perubahan pada factor predisposing, enabling, dan reinforcing. i. Fase 9 (Evaluasi Hasil) Fokus dari fase evualusi terakhir sama dengan fokus ketika semua proses berjalan – indikator evaluasi dalam kualitas hidup dan derajat kesehatan.
C. APLIKASI KERANGKA KERJA PRECEDE PROCEED
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.