NAMA
: Mohammad Dheni Ardhiyanto
NIM
: 131711123007
KELAS
: AJ 1 B20
Community-based geriatric service : Pelayanan dimana para lanjut usia masih tetap tinggal di lingkungan keluarga bersama sanak cucu ataupun sanak keluarga lainnya. Pada pelayanan ini, masyarakat harus diupayakan berperan serta dalam menangani kesehatan para warga lanjut usia, setelah diberikan pelatihan dan penambahan pengetahuan secukupnya dengan berbagai cara antara lain ceramah, simposium, lokakarya dan penyuluhan-penyuluhan. Kerentanan lansia semakin besar karena sebagian besar lansia tidak memiliki jaminan sosial, baik jaminan kesehatan maupun hari tua. Tidak hanya itu, pelayanan kesehatan khusus lansia juga masih sangat terbatas. Padahal penyakit lansia memiliki karakteristik yang unik. Jumlah ahli gerontology di Indonesia hanya 18 orang (Depkes, 2008). Jumlah ini sangat jauh dari kurang. Kurangnya penyedia pelayanan kesehatan untuk lansia ini perlu dibenahi segera untuk menyongsong meledaknya populasi lansia. Permintaan pelayanan kesehatan lansia tidak hanya dalam bentuk pusat pelayanan di puskesmas dalam bentuk klinik geriatri atau posyandu lansia, melainkan juga home based care. Home based care dibutuhkan bagi lansia yang memiliki keterbatasan mobilitas karena persoalan kesehatan (Bahruddin 2010). Hospital-based community geriatric service: Pada pelayanan ini, rumah sakit yang telah melakukan layanan geriatri bertugas membina warga lanjut usia yang berada di wilayahnya, baik secara langsung atau tidak langsung melalui pembinaan pada Puskesmas yang berada di wilayah kerjanya. Penelitian di Jepang yang dilakukan oleh (Pan & Hiroatsu 2016) menyebutkan bahwa dengan peningkatan usia lanjut, perlu didukung dengn fasilitas yang memadai untuk standart usia lanjut, hal tersbut dapat dimulai dari segi bangunan, sehingga pelayanan untuk lanjut usia dapat terpenuhi dengan maksimal. Hospital-based geriatric service : Pada layanan ini, pelayanan kesehatan geriatri yang dilaksanakan di rumah sakit dilakukan secara terpadu. Rumah sakit menyediakan berbagai layanan bagi para lanjut usia, mulai dari layanan sederhana berupa poliklinik lanjut usia, sampai pada layanan yang lebih maju. Penelitian yang dilakukan oleh (Syahid 2015) pada Puskesmas khususnya pada Poli Lansia yang didukung faislitas yang lengkap dapat memberikan kenyamaan dan pelayanan yang baik. a. PMK no 79 Hal. 15 2. a. Secara garis besar, menurut Depkes RI (2006), tujuan pembentukan posyandu lansia sebagai berikut : 1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut Bentuk pelayanan pada posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang dialami. Beberapa kegiatan pada posyandu lansia adalah : a. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT). b. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit. c. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (diabetes melitus). d. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. e. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas. f. Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.
Mekanisme pelayanan Posyandu Lansia tentu saja berbeda dengan posyandu balita pada umumnya. Mekanisme pelayanan ini tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia ini dengan sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada pula yang hanya 3 meja (Kemenkes 2016). 1. Meja I : Pendaftaran Mendaftarkan lansia, kemudian kader mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar di buku register langsung menuju meja selanjutnya. 2. Meja II Kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan dan tekanan darah 3.
Meja III : Pencatatan (Pengisian Kartu Menuju Sehat) Kader melakukan pencatatan di KMS lansia meliputi : Indeks Massa Tubuh, tekanan darah, berat badan, tinggi badan.
4.
Meja IV : Penyuluhan
Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS dan pemberian makanan tambahan. 5.
Meja V : Pelayanan medis Pelayanan oleh tenaga professional yaitu petugas dari Puskesmas/kesehatan meliputi kegiatan : pemeriksaan dan pengobatan ringan.
b. Seorang perawat dapat berperan dalam posyandu lansia sebagai kader posyandu. Pengertian Kader Posyandu menurut Depkes RI (2003) merupakan anggota masyarakat yang dipilih dari dan oleh masyarakat, mau dan mampu bekerja bersama dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan secara sukarela. Sementara menurut WHO (1998) merupakan laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani, masalah-masalah kesehatan perorangan maupun yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa peran kader pada kegiatan Posyandu Lansia (Lanjut Usia), antara lain: -
Melakukan kegiatan penggerakan masyarakat: 1. Mengajak usia lanjut untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan dikelompok usia lanjut 2. Memberikan penyuluhan/penyebarluasan informasi kesehatan, antara lain: cara hidup bersih dan sehat, gizi usia lanjut, kesehatan usia lanjut. 3. Menggali dan menggalang bersumber masyarakat.
-
sumberdaya,
termasuk
pendanaan
Melaksanakan kegiatan dikelompok usia lanjut : 1. Menyiapkan tempat, alat-alat dan bahan 2. Memberikan pelayanan usia lanjut, seperti Mengukur tinggi dan berat badan, Mencatat hasil pelayanan dalam buku register dan KMS, Memberikan penyuluhan perorangan sesuai hasil layanan, Melakukan rujukan kepada petugas kesehatan / sarana kesehatan (bila petugas kesehatan tidak hadir), Mengunjungi sasaran yang tidak hadir dikelompok usia lanjut, serta Melakukan pencatatan.
Tambahan referensi:
Bahruddin, 2010. Pengarusutamaan Lansia dalam Pelayanan Soasial. Portal Garuda. Available at: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=257960&val=7018&title=Pengarus utamaan Lansia dalam Pelayanan Sosial. Kemenkes, 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 tentang Renacana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019. Permenkes. Pan, Z. & Hiroatsu, F., 2016. Research on the Countermeasure of Housing for the Elderly in the Aging Background of Japan — A Case study on typical Welfare Facilities of Kitakyushu City in Japan. Procedia: Social and Behavioral Sciences, 216, pp.119–128. Syahid, A., 2015. KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN (Studi Deskriptif tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan Pada Pasien Usia Lanjut di Poli Lansia Puskesmas Gurah, Kabupaten Kediri). Kebijakan dan Manjemen Publik, 3(3), pp.231–137.