Resume Bab 4 Analisa Lap. Keu Baru.docx

  • Uploaded by: GABRIELAW ANGELIKA
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Resume Bab 4 Analisa Lap. Keu Baru.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,809
  • Pages: 12
RESUME ANALISA LAPORAN KEUANGAN BAB 4 ANALISIS RASIO : PENDAHULUAN

Dosen Pengampu: Maria Yanida, SE., MSA, Ak, CA

Disusun Oleh : GABRIELA WINONAKIYANI ANGELIKA BCA 116 286

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS PALANGKARAYA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI 2019

ANALISIS RASIO: PENDAHULUAN Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan biasanya terdiri dari tiga macam, yaitu: 1. Laporan Rugi-Laba 2. Neraca 3. Laporan Aliran Kas Ketiga laporan tersebut diatas, disertai catatan atas laporan keuangan (accomany notes) akan memberikan gambaran kondisi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input (informasi) yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan.

A. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan yaitu: 1. Dalam analisis, analisis juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan keuangan lima atau enam tahun lagi barangkali bisa digunakan untuk melihat munculnya trend tertentu. 2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Maka dari itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bisa dan biasa dipakai sebagai pembanding. 3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan mengnalisis laporan keuangan dengan hatihati adalah penting. Diskusi atau pernyataan-pernyataan yang melengkapi laporan keuangan, seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi dan restrukturisasi, merupakan bagian intregal yang harus dimasukkan dalam analisis. 4. Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain. Kadang kala semua informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis mendalami laporan keuangan. Kadang kala informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan. Informasi tambahan ini bisa member analisis yang lebih tajam lagi. Contoh, analisis penurunan penjualan bila disertai dengan analisis perkembangan market shareakan memberi pandangan baru kenapa penjualan bisa menurun. 2

B. ANALISIS COMMONSIZE Analisis common size disusun dengan jalan menghitung tiap-tiap rekening dalam laporan rugi-laba dan neraca menjadi proporsi dari total penjualan (untuk laporan rugi-laba) atau dari total aktiva (untuk neraca). Cara semacam ini memudahkan pembacaan data-data keuangan untuk beberapa periode (untuk mencari trendstren tertentu).

C. ANALISIS RASIO Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disususn dengan menggabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan rugi-laba dan neraca. Dengan cara rasio semacam itu diharapkan pengaruh perbedaan ukuran akan hilang. Misalkan dua perusahaan mempunyai aktiva lancar yang berbeda, Rp 10 juta untuk perusahaan A dan Rp 5 juta untuk perusahaan B. Secara sepintas nampak bahwa perusahaan A lebih likuid karena mempunyai kas yang lebih tinggi. Tetapi kalau perusahaan tersebut mempunyai hutang semacam ini, perusahaan A Rp 10 juta dan perusahaan B Rp 2,5 juta likuiditas kedua perusahaan tersebut akan berlainan. Perusahaan A mempunyai aktiva lancar Rp 10 juta tetapi harus menanggung hutang lancar Rp 10 juta sedangkan perusahaan B mempunyai aktiva lancar Rp 5 juta tetapi hanya menanggung hutang setengahnya yaitu Rp 2,5 juta. Rasio-rasio keuangan menghilangkan pengaruh ukuran dan membuat ukuran bukan dalam angka absolute, tetapi dalm rangka relative seperti contoh di atas tersebut. Pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu: 1. Rasio Likuiditas 2. Rasio Aktivitas 3. Rasio Solvabilitas 4. Rasio Profitabilitas 5. Rasio Pasar Kelima rasio tersebut ingin melihat prospek dan risiko perusahaan pada masa mendatang. Faktor dalam rasio tersebut akan mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada masa-masa mendatang.

1. Rasio Likuiditas Rasio yang mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relative terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan 3

kewajiban perusahaan). Meskipun rasio ini tidak bicara masalah solvabilitas (kewajiban jangka panjan), dan biasanya relative tedak penting dibandingkan rasio solvabilitas, tetapi rasio likuiditas yang jelek dalam jangka panjang juga akan mempengaruhi solvabilitas perusahaan. Dua rasio likuiditas jangka pendek yang sering digunakan adalah rasio lancer dan rasio quick (sering juga disebut acid test ratio). Rasio solvabilitas pentuing karena mencakup total hutang (termasuk kewajiban jangka pendek, atau rasio likuiditas). Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Berikut ini perhitungan rasio untuk perusahaan ABC . Aktiva Lancar

Rasio Lancar = Hutang Lancar =

7.539 3.400

= 2,2

Rasio di atas bisa diinterpretasikan sebagai berikut : Setiap Rp 1 hutang dijamin oleh Rp 2,2 aktiva lancer. Rasio lancar untuk perusahaan yang normal berkisar pada angka 2, meskipun tidak ada standar yang pasti untuk penentuan rasio lancar yang seharusnya. Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap. Dari ketiga komponen aktiva lancar (kas, piutang dan persediaan), persediaan biasanya dianggapmerupakan asset yang paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas, yang berarti waktu yang diperlukan untuk menjadi kas semakin lama, dan juga ketidakpastian nilai persediaan. Meskipun persediaan dicantumkan dalam nilai perolehan/cost, sedangkan apabila persediaan laku, kas yang diperoleh sama dengan nilai jual yang secara umum lebih besar dibandingkan dengan nilai perolehan. Dengan alas an diatas, persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar untuk perhitunagn rasio quick. Berikut perhitungan rasio Quick. : Rasio Quick =

Aktiva Lancarβˆ’Persediaan Hutang Lancar

=

7.539βˆ’2.623 3.400

= 1,4

Angka diatas bisa diinterpretasikan sebagai berikut : β€œsetiap Rp 1 hutang dijamin oleh Rp 1,4 aktiva lancar diluar persediaan”. Sama seperti halnya rasio lancar, angka yang terlalu tinggi untuk persediaan menunjukkan indikasi kelebihan kas atau piutang, sedangkan angka yang terlalu kecil menunjukkan risiko likuiditas yang lebih tinggi. 4

2. Rasio Akivitas Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Empat rasio aktivitas yang akan dibicarakan adalah: 1. Rata-Rata Umur Piutang, 2. Perputaran Persediaan, 3. Perputaran Aktiva Tetap 4. Perputaran Total aktiva Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang. Rata-rata umur piutang bisa dihitung melalui dua tahap yaitu dengan menghitung perputaran piutang dan kemudian menghitung rata-rata umur piutang. Perputaran piutang = Rata-rata piutang

umur

Penjualan Piutang

Piutang

= 365/

Perputaran

Alternatif lain adalah rumus yang lebih singkat sebagai berikut :

Rata-rata umur piutang =

Piutang Dagang Penjualan/365

Rasio aktivitas yang kedua adalah rasio perputaran persediaan. Berikut ini perhitungannya: Perputaran persediaan =

Harga pokok penjualan Persediaan

Rata-rata umur Persediaan = 365/ Perputaran persediaan

Rata-rata umur persediaan bisa dihitung langsung sebagai berikut :

Rata-rata umur persediaan =

Persediaan HPP/365

5

Alternatif lain adalah dengan menggunakan rata-rata persediaan untuk persediaan. Rata-rata persediaan bisa dihitung sebagai berikut : Persediaan awal+Persediaan Akhir 2

Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas manajemen persediaan. Sebaliknya, perputaran persediaan yang rendah menandakan tanda-tanda mis-manajemen seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif. Perputaran aktiva tetap bisa dihitung dengan cara formula di bawah ini:

Perputaran Aktiva Tetap =

Penjualan Aktiva tetap

Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Pada beberapa industri seperti industri yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang tinggi, rasio ini cukup penting diperhatikan. Sedangkan pada beberapa industry yang lain seperti industri jasa yang mempunyai proporsi aktiva tetap yang kecil, rasio ini barang kali relatif tidak begitu penting untuk diperhatikan. Rasio yang terakhir untuk komponen rasio aktivitas adalah rasio perputaran total aktiva. Rasio menggunakan formula sebagai berikut:

Perputaran Total Aktiva =

Penjualan Total Aktiva

Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan menejemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat menejemen mengevaluasi strategi, pemasarannya, dan pengeluaran modalnya (investasi).

6

3. Rasio Solvabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Ada beberapa macam rasio yang bisa dihitung : rasio total hutang terhadap total aset, rasio hutang modal saham rasio Times Interest Earned, rasio fixed charges coverage.

Rasio total hutang terhadap total aset =

Total hutang Total Aset

Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial leverage) yang tinggi. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan Rentabilitas Modal Saham (Return On Equity atau ROE) dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, rentabilitas modal Saham (ROE) akan menurun cepat pula. Risiko perusahaan dengan financial leverage yang tinggi akan semakin tinggi pula.

Rasio lainnya adalah Times Interest Earned yang dihitung sebagai berikut ini:

TIE =

Laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) Bunga

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang dengan laba sebelum bunga pajak.

Bisa juga dikatakan rasio ini menghitung seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban tetap bunga. Rasio yang tinggi menunjukkan situasi yang "aman", meskipun barangkali juga menunjukkan terlalu rendahnya penggunaan hutang (penggunaan financial leverage) perusahaan. Sebaliknya, rasio yang rendah memerlukan perhatian dari pihak manajemen. Kalau TIE mengukur kemampuan perusahaan membayar beban tetap bunga, rasio lain akan menghitung kemampuan perusahaan membayar beban tetap total, termasuk biaya sewa. Rasio ini dinamakan rasio fixed charge coverage. Berikut ini formula perhitungan rasio tersebut. 7

Fixed charge Coverage =

EBIT+Biaya sewa

Bunga+Biaya Sewa

Rasio di atas memperhitungkan sewa, karena meskipun sewa bukan hutang, tetapi merupakan beban tetap dan mengurangi kemampuan hutang (debt capacity) perusahaan. Beban tetap tersebut mempunyai efek yang sama dengan beban bunga.

4. Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Ada tiga rasio yang sering dibicarakan, yaitu: profit margin, return oil total asset (ROA), dan return on equity (ROE). Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa dililiat secara langsung pada analisis common size untuk laporan rugi-laba (baris paling akhir). Rasio ini bisa diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Rasio profit margin bisa dihitung sebagai berikut:

Profit margin =

Laba bersih Penjualan

Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio ini cukup bervariasi dari industri ke industri, sebagai contoh industri retailer cenderung mempunyai profit margin yang lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur. Rasio profitabilitas yang lain adalah Return On Total Asset (ROA). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA juga sering disebut juga sebagai ROI (Return On Investment). Rasio ini bisa dihitung sebagai berikut:

ROA =

Laba bersih Total aset

8

Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset, yang berarti efisiensi manajemen. Rasio profitabilitas yang lain adalah Return On Equity (ROE). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ROE bisa dihitung sebagai berikut:

ROE =

Laba Bersih Modal saham

Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pandang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan.

5. Rasio Pasar Rasio yang terakhir adalah rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasar pada sudut investor (atau calon investor), meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini. Ada beberapa rasio yang bisa dihitung: PER (Price Earning Ratio), dividend yield, dan pembayar dividend (dividend payout).PER melihat harga saham relatif terhadap earning-nya. PER bisa dihitung sebagai berikut:

PER =

Harga pasar per lembar πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” per lembar

Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi (mempunyai prospek baik) mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya Perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan rendah akan mempunyai PER yang rendah. Dari segi investor, PER yang terlalu tinggi barangkali tidak menarik karena harga saham barangkali tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil.Rasio yang lain adalah dividend yield yang dihitung sebagai berikut ini :

Dividend Yield =

Dividen per lembar Harga pasar saham per lembar

9

Dari segi investor, rasio ini cukup berarti karena dividend yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor. Bagian return yang lain adalah capital gain diperoleh dari selisih positif antara harga jual dengan harga beli. Apabila selisih negatif yang terjadi, maka terjadi capital loss. Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan diinvestasikan kembali, dan juga karena harga dividen yang tinggi (PER yang tinggi) yang mengakibatkan dividend yield akan menjadi kecil. Sebaliknya, perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang rendah akan memberikan dividen yang tinggi dan dengan demikian mempunyai dividend yield yang tinggi pula. Rasio yang terakhir adalah rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio). Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Rasio pembayaran dividen dihitung sebagai berikut :

Rasio pembayaran dividen =

Dividen per lembar πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” per lembar

Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen merupakan bagian dari kebijakan dividen perusahaan.

D. ANALISIS DUPONT Untuk mempertajam analisis, Du Pont mengembangkan analisis yang memisahkan profitabilitas dengan pemanfaatan aset (asset utilization). Analisis ini menghubungkan tiga, macam rasio sekaligus yaitu ROA, profit margin, dan perputaran aktiva. ROA bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

ROA = Profit margin x Perputaran Aktiva

ROA dipengaruhi oleh profit margin dan perputaran aktiva. Untuk menaikkan ROA perusahaan bisa memilih dengan menaikkan profit margin dan mempertahankan perputaran aktiva, dengan menaikkan perputaran aktiva danmempertahankan profit margin, atau cara 10

menaikkan keduanya. Analisis Du Pont bisa dikembangkan lagi dengan memasukkan unsur penggunaan leverage.

Return On Equity bisa dilihat dari persamaan berikut ini:

ROE =

Return On Total Aset (1βˆ’π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™

β„Žπ‘’π‘‘π‘Žπ‘›π‘” ) π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐴𝑠𝑒𝑑

Dari formula di atas, terlihat bahwa untuk menaikkan ROE, suatu perusahaan mempunyai beberapa alternatif seperti: 1. Menaikkan ROA, yang bisa dilakukan dengan cara menaikkan profit margin atau menaikkan perputaran aktiva, atau keduanya sambil mempertahankan tingkat hut. 2. Menaikkan financial leverage, yang berarti menaikkan hutang. Dengan naiknya hutang, pembagi dalam persamaan di atas (denominator) akan menjadi lebih kecil, dan dengan demikian ROE akan lebih besar sambil mempertahankan tingkat ROA. 3. Menaikkan ROA dan hutang secara bersamaan.

E. BEBERAPA KETERBATASAN Meskipun analisis laporan keuangan sangat bermanfaat, tetapi ada bebcrapa keterbatasan yang perlu diperhatikan. 1. Data yang dicatat dan dilaporkan oleh laporan keuangan mendasarkan pada harga perolehan (historical cost). Metode harga perolehan dipakai oleh akuntansi karena metode tersebut dinilai paling obyektif dibanding metode lain seperti metode harga pasar atau harga penggantian scat ini (current replacement cost). Metode akuntansi juga mendasarkan pada metode akrual yang berusaha mempertemukan pendapatan dengan biaya-biaya yang berkaitan dengan usaha memperoleh pendapatan tersebut. Metode semacam ini tidak memperhatikan kapan muncul atau keluarnya kas. Dalam jangka pendek, antara metode kas dengan metode aktual barangkali tidak menghasilkan informasi yang sama. 2. Penyusunan laporan keuangan juga didasarkan pada beberapa alternatif metode akuntansi (misalnya metode FIFO, LIFO, rata-rata persediaan). Dua perusahaan yang mempunyai kondisi yang sama, barangkali akan memberikan informasi yang berbeda karena perbedaan metode akuntansi.

11

3. Upaya perbaikan barangkali bisa dilakukan oleh pihak manajemen untuk memperbaiki laporan keuangan sehingga laporan keuangan nampak bagus. Sebagai contoh, sebelum tanggal neraca manajemen bisa meminjam hutang jangka panjang dan menyimpan kas dari pinjaman tersebut. Aktiva lancar akan naik dan rasio lancar perusahaan akan kelihatan baik tanggal neraca, kas barangkali dipakai untuk melunasi hutang jangka panjang,dan kondisi likuiditas jangka pendek kembali ke asalnya yang tidak begitu bagus. 4. Banyak perusahaan yang mempunyai beberapa divisi atau anak perusahaan yang bergerak pada beberapa bidang usaha (industri). Untuk perusahaan semacam ini, analis akan memilih perbandingannya karena perusahaan tersebut bergerak pada beberapa industri data-data divisi untuk mengetahui prestasi divisi biasanya tidak lengkap dilaporkar analis akan mengalami kesulitan menganalisis prestasi divisi-divisi dalam perusahaan 5. Inflasi atau deflasi akan mempengaruhi laporan keuangan terutama yang berkait rekening-rekening jangka panjang seperti investasi jangka panjang. Laporan keuangan yang menggunakan harga perolehan akan cenderung terlalu rendah melaporkan datadata laporan keuangan 6. Rata-rata industri merupakan rata-rata perusahaan yang ada dalam industri. Ada beberapa perusahaan yang tidak bagus yang dipakai juga untuk perhitungan rata-rata industri. Juga rata-rata industri bukan merupakan standar yang selalu baik, yang seharusnya diikuti oleh perusahaan karena rata-rata industri hanya rata-rata perusahaan di industri. Perusahaan yang ingin sukses biasanya harus berada di atas rata-rata industri, bukannya sama dengan rata-rata industri. Angka yang lebih rendah dibandingkan rata-rata industri juga tidak selalu berarti jelek. Ada banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum menentukan baik buruknya suatu angka.

12

Related Documents

Lap Keu Sektor Publik.doc
November 2019 27
Lap Keu 2004-2005
November 2019 22
Lap Keu Sept05-juli07
November 2019 25
Lap Keu 2.pdf
October 2019 26

More Documents from "Bintang Nugraha"