Resume 1.docx

  • Uploaded by: Diana Fitri
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Resume 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 908
  • Pages: 3
Fistel Enterokutan Pascabedah Identitas pasien: Ny. Sri Partiningsih/79tahun, dirawat di RSMS dengan diagnosa Fistel Enterokutan (FEK) high out pasca laparatomi reseksi anastomosis ileusekal ec Ca Ovari, tanggal (20 Maret 2019), Hari perawatan ke 8 dengan keluhan tidak bisa BAB, hipoalbumin, anemia, Saat ini, Kondisi umum, lemah, kesadaran kompos mentis, pupil isokor 2+/+, pasien tampak pucat, konjungtiva anemis, capilary refil 2detik, albumin, 2,1mg/dl, Kalium 2,7 mmol/L, status gizi, IMT16,3 terpasang infus Aminofluid 20tpm. TD 130/80, Nadi 89x/menit, RR 18X suhu 36,7, konjungtiva anemis, post tranfusi PRC150cc. Dikuadran kanan bawah abdomen terdapat stoma dengan diameter 2x3 cm, pus (+), kulit sekitar stoma kemerahan. Klien mengatakan belum bisa BAB normal, nyeri diarea perutnya berkurang dengan skala 4 dan merasa malu karena BAB keluar dari lubang diperutnya dan berbau menyengat. Diagnosa keperawatan: Kerusakan integritas jaringan Intervensi keperawatan: NIC: Perawatan luka: luka tidak sembuh -

berikan kontrol nyeri yang memadai (relaksasi, distraksi, terapi analgesik harus diberikan sebelum dan sesudah membalut luka)

-

Gambarkan karakteristik ulkus, catat ukuran lokasi cairan yang keluar, warna, perdarahan, nyeri, bau.

-

Catat perubahan evolusi ulkus yang diamati

-

Catat tanda dan gejala infeksi luka

-

Irigasi ulkus dengan air atau larutan saline, hindari tekanan yang berlebihan

-

Hindari menyeka ketika membersihkan

-

Hindari penggunaan antiseptik

-

Bersihkan ulkus dari area terbersih hingga ke area terkotor

-

Gunakan balutan berdaya serap tinggi

Evidense Base: Fistel enterokutan pascabedah merupakan komplikasi operasi abdomen, sepsis, malnutrisi, tidakseimbangan elektrolit, merupakan dampak lanjut, yang menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas, faktor pendukung penyembuhan penderita FEK adalah nutrisi yang baik (SGA A dan B), kadar albumin lebih dari 3,0mg/dl, fistel low output, lokasi fistel usus besar, keseimbangan elektrolit dan cairan yang baik, serta terkontrolnya sepsis. Faktor risiko yang memperburuk penyembuhan bila ada trauma dengan multiple perforasi, HIV, TB, dan adanya keganasan (Ristiyanto & Lalisang 2013).

Epigastric Pain

Identitas Pasien: Ny.U dirawat di RSMS sejak tanggal 30/3/19 dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 4 bulan yang lalu, keluhan meningkat terutama sejak perut kosong. NY Umi mengatakan nyeri memberat sejak 1 minggu yang lalu, BAB coklat kehitaman, nyeri area epigastrik, dan nyeri saat makan makanan pedas dan asam, Ny. U mengatakan bahwa dirinya orang yang mudah cemas. Saat ini Ku membaik, kesadaran Compos Mentis, pupil 2+/2+, TD 110/70 Nadi 88x/menit RR 9, skala nyeri 4 dengan analgesik, mual (-), muntah (-), terpasang IVFD RL 20tpm, th/ omeprazole iv, antrain iv, ranitidin 50mg iv, hasil endoscopy: LES incompeten,.refluks empedu, gastritis. Diagnosa Keperawatan Nyeri kronis berhubungan dengan Agen Pencedera Intervensi Keperawatan: NIC: terapi relaksasi -

Gambarkan rasionalisasi serta jenis relaksasi yang tersedia (Musik, meditasi, bernapas dengan ritme, relaksasi otot progresif)

-

Uji penurunan tingkat energi, konsentrasi, kognisi untuk fokus pada teknik relaksasi

-

Tentukan apakah sudah ada teknik relaksasi dimasa lalu yang memberikan manfaat.

-

Pertimbangkan keinginan individu untuk berpartisipasi

-

Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan lampu yang redup, dan suhu lingkungan yang nyaman, jika memungkinkan

-

Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dan mata tertutup

-

Spesifikkan isi intervensi (misal : dengan meminta saran perubahan)

-

Dapatkan prilaku yang menunjukkan relaksasi, seperti bernapas dalam, menguap, pernafasan perut atau bayangan yang menenangkan

-

Minta klien rileks dan merasakan sensasi yang terjadi

-

Dorong pengulangan teknik praktik-praktik secara berkala

-

Gunakan relaksasi sebagai strategi tambahan dengan obat nyeri

-

Dokumentasikan respon terhadap terapi relaksasi

Evidence Base Fungsional gastrointestinal diseas (FIG) mengacu pada penyakit gastrointestinal yang tidak diketahui jelas penyebabnya, Abdominal Pain merupakan masalah umum dari FIGD, prevalensi FIGD sangat tinggi dari total populasi, dan opsi penanganan nya pun terbatas karena patofisiologinya tidak jelas. Saat ini penanganan yang diberikan bertujuan untuk meringankan gejala. Bihavior therapy sebagai therapi nonfarmakologi/Complamantary Alternatif teraphy (CAT) yang sangat umum digunakan untuk penangan FIGD, seperti meditasi, latihan relaksasi. Kenyakan terapi relaksasi didesain untuk menekan

aktivitas berlebihan dari saraf simpatis, dan menyeimbangkan aktivitas dari saraf simpatis dan parasimpatis. Overaktivitas parasimpatis dan atau sympatovagal imbalance telah dilaporkan pada pasien dengan FIGD.

Pulmonal Metastase

Tn U/65 tahun/ masuk RSMS dengan keluhan batuk, riwayat hipertyroid tahun 2017, sempat dirawat pos KLL tahun 2018, setelah pulang dari perawatan mengeluhkan batuk, dan sempat rawat jalan di RS Margono Paviliun, Tn. U mengatakan tidak merokok, namun sering terpapar rokok dilingkungan rumah sejak dulu( kedua orang tua perokok aktif) serta di lingkungan kerja. Keluhan saat ini, Batuk (+) sudah berkurang, dahak (+) sesak (-) retraksi dinding dada (-) dipsneu (-), Ku lemah, kesadaran Compos Mentis Pupil isokor 2+/2+, TTV TD 140/80 RR 21x/mnt Suhu 36,2 Nadi 76x/menit. Terpasang Asering 20tpm, therapy intravena Cefriaxon 2x1g iv, Methylprednisolon 2x65,5mg, ranitidin 3x 50mg iv. Therapi inhalasi ventolin 2x1, combivent 2x1. Hasil CT Torax: Pulmonal Metastase. EKG : RAD.

Diagnosa Keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan sekresi tertahan, terpajan asap, perokok pasif Intervensi Keperawatan: NIC: fisioterapi dada evidence Base proses peradangan pada jaringan paru menyebabkan meningkatnya produksi sekret hingga menimbulkan manifestasi klinis yang memunculkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas, keadaan ini merupakan ketidakmampuan dari indifidu mengeluarkan sekret dari saluran napas untuk mempertahankan kepatenan jalan napas. tidak efektifan jalan napas seperti batuk, sesak, suara napas ronchi, penggunaan otot bantu napas, dan pernapasan cuping hidung. Salah satu cara mengatasi ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat melalui tindakan kolaborasi perawat dengan tim kesehatan lain maupun tindakan mandiri perawat diantaranya fisioterapi dada dengan clapping (menepukkan ringan pada dinding dada dimana tangan membentuk seperti mangkuk) secara mekanik, tehnik ini bertujuan untuk melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkus dan mempertahankan fungsi otot-otot pernapasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gita Marini 2016, tehnik ini masih sangat efektif untuk mengatasi masalah bersihan jalan napas.

Related Documents

Resume
May 2020 0
Resume
May 2020 0
Resume
April 2020 0
Resume
April 2020 0
Resume
April 2020 0

More Documents from ""

Makalah.docx
November 2019 10
10 Apps Android.docx
June 2020 8
Resume 1.docx
October 2019 30