Makalah.docx

  • Uploaded by: Fitri Diana
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,401
  • Pages: 24
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah ForTek Sediaan Steril dengan judul “MAKALAH STERILISASI”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pandeglang, 3 April 2019

KELOMPOK 5 1

Daftar Isi KATA PENGANTAR …………........................................... 1 DAFTAR ISI …………………............................... 2 BAB I PENDAHULUAN ……………………………………… 3 1.1 LATAR BELAKANG…………………................................ 3 1.2 RUMUSAN MASALAH………………............................... 4 1.3 TUJUAN MASALAH……………………………………… 4 BAB II PEMBAHASAN ……………………………………… 5 2.1 PENGERTIAN STERILISASI…………………………….. 5 2.2 PROSES STERILISASI ………………………………... 6 2.3 MACAM-MACAM DAN METODE DALAM STERILISASI 7 2.4 INFEKSI AKIBAT STERILISASI YANG SALAH……… 17 BAB III PENUTUP ……………………………………… 22 3.1 KESIMPULAN ……………………………………… 22 3.2 SARAN ……………………………………… 23 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………… 24

2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahapan penting yang mutlak harus dilakukan selama bekerja di ruang praktikum mikrobiologi adalah sterilisasi. Bahan atau peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril. Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme yang terdapat dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Setiap proses baik fisika, kimia dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme disebut sterilisasi. Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya sterilisasi. Sterilisasi merupakan proses penggunaan suhu tinggi (diatas) 1000C. Suhu dan waktu sterilisasi tergantung dari produk dan macam mikroorganisme yang ada. Umumnya kita mengenal proses sterilisasi adalah suhu 1210C selama 15 menit tanpa memperhatikan bahan dan jumlah yang disterilkan. Pada suhu 1210C dengan media air maka dibutuhkan adanya tekanan yang lebih tinggi dari tekanan atmosfer. Tekanan yang tinggi akan mempercepat kerusakan DNA sehingga sporapun dapat dimatikan pada proses ini. Proses sterilisasi umumnya untuk mematikan bakteri pembentuk spora seperti Clostridium botulinum tipe A dan B dan Bacillus stearothermophilus, B. coagulans. Tujuan sterilisasi yaitu untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai. Hal yang perlu

3

dipertimbangkan dalam memilih metode sterilisasi yaitu sifat bahan yang akan disterilkan. 1.2 Rumusan Masalah. 1. Apa yang dimaksud dengan Sterilisasi? 2. Bagaimana Proses Sterilisasi? 3. Apa Macam-macam serta metode dalam Sterilisasi? 4. Apa Saja Infeksi akibat proses sterilisasi yang salah? 1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ; – Agar pembaca mengetahui apa pengertian dari sterilisasi – Agar pembaca mengetahui bagaimana proses sterilisasi – Agar pembaca mengetahui apa saja macam-macam dan metode dalam sterilisasi _ Agar pembaca mengetahui apa saja infeksi yang akan terjadi jika proses sterilisasi yang salah

4

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Sterilisasi Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan suatu benda dari semua, baik bentuk vegetatif maupun bentuk spora. Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting. Steralisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, steralisasi gas (Formalin H2, O2), dan radiasi ionnisasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:  Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi  Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah dan tanggal pelaksanaan sterilisasi  Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril  Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai  Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril  Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang. 5

2.2 Proses Sterilisasi Ada banyak pilihan cara sterilisai yang berbeda, namun yang penting adalah bagaimana menetapakan bahwa produk akhirnya dinyatakan sudah steril dan aman digunakan. Suatu produk dapa disterilkan melalui cara sterilisasi akhir (terminal sterilization) atau dengan cara aseptic (aseptic processing). Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril yaitu : 1) Terminal Sterilization (sterilisasi akhir) metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical Manograph (2005) dibagi menjadi dua yaitu : a. Overkill Methood adalah metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada 121oC, selama 15 menit yang mampu memberikan minimal reduksi setingkat log 12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai 0 minimal 1 menit. Kita bisa menggunakan metode overkill untuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Metode merupakan pilihan utama karena kelebihannya lebih efisien, cepat dan aman. b. Bioburden Strilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin dibeberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi yang dipersyaratkan SAL 10-6. Kita menggunakan metode umumnya untuk bahan yang dapat mengalami degradasi kandungan bila terlalu panas terlalu tinggi seperti za organik.(Stefanus.2006) 2) Aseptic Processing Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan kedalam kontainer steri dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan dan 6

petugas telah terkontrol sedemikian ruoa sehingga kontaminasi mirroba tetap ada pada level yang dapat diterima (aceptablle) dam calane zone (grade A dan B).(Stefanus. 2006). 2.3 Macam-macam sterilisasi Sterilisasi yang dapat digunakan : 1. Metode Fisika a. Pemanasan kering Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi sampai kering dan selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati. Digunakan pada benda/bahan yang tidak mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak hangus atau tidak menguap pada suhu tinggi. Umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air, seperti minyak lemak, minyak mineral, gliserin (berbagai jenis minyak), petrolatum jelly, lilin, wax, dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah. Contohnya alat ukur dan penutup karet atau plastik. Selain itu bahan/alat harus dibungkus, disumbat atau ditaruh dalam wadah tertututp untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven. Waktu dan suhu yang dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering adalah: Suhu (0C) Waktu (jam) 170 1,0 160 2,0 150 2,5 140 3,0

7

b. Pemanasan basah Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba. Sterilisasi Uap dilakukan menggunakan autoclave dengan prinsipnya memakai uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur sterilisasi biasanya 121℃, tekanan yang biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm. Lamanya sterilisasi tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1 jam, tetapi media antara 20-40 menit tergantung dari volume bahan yang disterilkan. Sterilisasi media yang terlalu lama akan menyebabkan : 1. Penguraian gula. 2. Degradasi vitamin dan asam-asam amino. 3. Inaktifasi sitokinin zeatin riboside. 4. Perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar. Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih rendah dibandingkan jika tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari organisme tersebut. Bebarapa kombinasi tekanan, suhu dan waktu sterilisasi dengan autoktlaf. Tekanan Uap (atm) 0,5 0,7 1,0 1,3 2,0

Suhu (0C) Waktu yang dibutuhkan untuk spora tahan panas (menit) 111,3 115,5 121,5 126,5 134,0

15-60 15-60 12-15 5-12 3-5 8

Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi dan bahan-bahan lain yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan terhadap penembusan uap air, larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut untuk bedah, penutup karet dan plastik, dan media untuk pekerjaan mikrobiologi. . Uap jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan pemanasan.  Prinsip cara kerja autoklaf Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 1210C. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdidih pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit. Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara 9

yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi. Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik.  Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah : · Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim · Pelarut organik, seperti fenol · Buffer dengan kandungan detergen  Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sbb : · Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat · Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa garam mineral lain. · Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar · Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf · Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0

10

Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit c. Pemanasan dengan bakterisida Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC selama 10 menit di dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan 0,5% fenol; 0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol. d. Air mendidih Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya. e. Pemijaran Dengan cara membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll. f. Sterilisasi dengan radias Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil (sinar α dan β). Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk bahan/produk dan alat-alat medis yang peka terhadap panas (termolabil). g. Tyndalisasi Konsep kerja metode ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan 11

suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan terhidrolisis. Tyndalisai merupakan proses memanaskan medium/larutan menggunakan uap selama 1 jam setiap hari selama 3 hari berturut- turut. h. Pasteurisasi Proses pemanasan pada suhu dan waktu tertentu (650C selama 30’ atau 720C selama 15’ untuk membunuh pathogen yang berbahaya bagi manusia. 2. a.

Metode Kimia Menggunakan bahan kimia Senyawa kimia yang digunakan sebagai desinfektan antara lain adalah CuSO4, AgNO3, HgCl2, ZnO, alkohol 50-75% (dapat menyebabkan koagulasi protein) dan beberapa larutan garam seperti NaCl (9%), KCl (11%) dan KNO2 (10%) dapat digunakan untuk membunuh mikroba karena tekanan osmotiknya, yaitu dengan jalan dehidrasi protein pada substrat. Sedangkan asam kuat atau basa kuat dapat pula digunakan karena bersifat menghidrolisis isi sel mikroba. Larutan KmnO4 (1%) dan HCL (1,1%) ternyata merupakan desinfektan yang kuat karena dapat mengoksidasi substrat. Sedang yang paling banyak digunakan adalah larutan HgCl2 (0,1%) namun senyawa tersebut sangat beracun dan bersifat korosif , serta dapat merusak jaringan inang dan dapat mengendapkan protein. Juga larutan garam Cu (dari CuSo4) merupakan senyawa yang paling banyak digunakan sebagai algasida. Larutan formalin/formaldehida merupakan senyawa yang mudah larut di dalam air tetapi sangat efektif sebagai desinfektan dengan kadar 4-20%. Selain itu alkohol dengan kadar 50-70% digunakan sebagai desinfektan karena cepat menyebabkan koagulasi (penggumpalan) protein.

12

b.

Sterilisasi gas Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya. Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton, metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik dan antibiotik.

3. a.

Metode mekanik Sterilisasi dengan Penyaringan (filtrasi) Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil (mudah rusak jika terkena panas atau mudah menguap), penyaringan ini menggunakan filter bakteri. Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh poripori filter dan terpisah dari filtratnya. Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus. Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya karena sterilisasi ini menghilangkan mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut. Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya. Teknologi tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi, khususnya jika digunakan berpasangan dengan sistem proses aseptic. Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja (praktek) yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme 13

untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan. Dasar digunakannya teknik aseptik adalah adanya banyak partikel debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora) yang mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area kerja. Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan ini dapat mempengaruhi atau mengganggu hasil dari suatu percobaan. Mikroorganisme dapat juga ”jatuh” dari tangan operator, sarung tangan atau jas laboratorium karena pergerakan lengan yang relatif cepat. Penggunaan teknik aseptik meminimalisir material yang digunakan terhadap agen pengontaminasi. Pada kenyataanya teknik aspetis tidak dapat melindungi secara sempurna dari bahaya kontaminan. Namun semakin banyak belajar dari pengalaman maka semakin mengurangi resiko yang ditimbulkan. b. Aturan umum teknik aseptis:  Meja kerja sebaiknya jauh dari sesuatu yang dapat menciptakan aliran udara, misalnya tidak ada jendela yang terbuka, tidak dekat dengan pintu yang selalu dibuka-tutup dan jauh dari lalu-lintas orang. Penggunaan kabinet biosafety dapat menjaga dan mengatur aliran udara tetapi ini bukan merupakan suatu jaminan mutlak dari resiko terkontaminasi.  Pastikan meja kerja bersih dari kotoran dan benda-benda yang tidak akan digunakan. Kultur tua atau pipet bekas seharusnya tidak berada di meja kerja. Kotoran seringkali sulit dibersihkan pada sudut-sudut ruang.  Usap meja kerja dengan antiseptik atau senyawa pembersih lain sebelum digunakan. Di sebagian besar laboratorium umumnya menggunakan etanol 70% untuk membersihkannya. Sediakan etanol pada posisi selalu dekat dengan meja. Jika telah selesai bekerja, sebaiknya meja kerja dikosongkan dari peralatan dan bersihkan lagi.

14

 Semua peralatan (pipet, cawan dll.) yang digunakan harus steril. Sebaiknya semua peralatan yang telah disterilisasi diberi label. Jika menemukan alat yang sepertinya telah disterilisai tapi masih ragu terhadap sterilitasnya maka sebaiknya jangan digunakan. Bungkus peralatan baik alat steril sekali pakai atau bukan (pipet, syringe dll.)diperiksa terlebih dahulu apakah terdapat kebocoran atau tersobek.  Atur peralatan di meja kerja sedemikian rupa sehingga meminimalisir pergerakan tangan. Alat-alat yang biasanya digunakan dengan tangan kanan (jarum inokulum, filler, pipet dll.) letakkan disebelah kanan begitu juga sebaliknya (rak tabung, cawan petri, erlenmeyer dll.) terkecuali untuk tangan kidal. Di bagian tengah meja kerja disediakan ruang lapang untuk bekerja.  Membakar mulut atau bagian tepi dari suatu alat dapat membunuh mikroorganisme yang menempel.  Telah siap dengan segala peralatan dan bahan yang dibutuhkan. Semua bahan dan alat untuk prosedur tertentu telah dipersiapkan di meja kerja. Jangan sampai meninggalkan meja kerja untuk mengambil sesuatu yang terlupa atau tertinggal. Perhitungkan semua yang diperlukan beserta cadangannya.  Pakai sarung tangan lateks dan ganti secara berkala. Sarung tangan membantu melindungi dari tumpahan biakan atau bahan kimia berbahaya. Tidak menggunakan sarung tangan dirasa tidak bermasalah jika materi dan bakteri yang diteliti dipastikan tidak berbahaya.  Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. Cuci tangan dengan desinfektan atau sabun bila tidak ada desinfektan. Cuci tangan dapat membilas mikroorganisme yang ada di tangan.

15

c. Saran-saran teknik aseptis:  Minimalisasi gerak : pergerakan tangan dapat menciptakan aliran udara . semakin cepat pergerakannya semakin cepat aliran udara yang ditimbulkan. Pergerakan lengan sebaiknya dilakukan seperlu mungin dan bergerak secara lembut.  Minimalisasi jarak: jarak antar peralatan diatur seefektif dan seefisien mungkn. Antar peralatan jangan diletakkan terlalu jauh.  Minimalisasi keterpaparan : semakin sering menggerakkan sesuatu (mis: cawan berisi media) melewati udara maka semakin besar partikel udara untuk masuk. Semakin lama tutup erlenmeyer terbuka juga semakin besar terkontaminasi d. Catatan penting dalam kerja aspetis :  Tutup erlenmeyer, botol atau cawan sebaiknya dibuka kira-kira 450. tujuannya untuk meminimalisasi udara masuk namun masih dapat mentransfer sesuatu.  Jika diharuskan untuk membuka penuh dan tutup diletakkan di meja kerja, maka tutup dapat diletakkan tertelungkup atau terlentang (muka menghadap ke atas). Jika tertelungkup pastikan permukaannya bersih dan bila terlentang pastikan juga tidak ada gerakan di atasnya.  Untuk menghindari bakteri yang menempel pada jarum inokulum terpental/terciprat maka diameter loops harus berkisar 2-3 mm dan untuk memperkecil getaran panjang kawat tidak lebih dari 6cm  Tidak boleh menyedot cairan pada saat pipeting dengan mulut.  Untuk menghindari penyebaran mikroba dari tetesan pipet yang terjatuh maka dapat digunakan kain steril yang diberi desinfektan sebagai alas. Kain ini setelah selesai dibuang sebagai limbah berbahaya.

16

2.4

Infeksi Akibat Kesalahan Proses Sterilisasi Sterilisasi adalah suatu tindakan atau proses yang dilakukan secra fisika atau kimia,dengan tujuan utuk menghilangkan mikroorganisme.sehingga tercapai tingkat sterillitas yang sesuai dengan standart sterilisasi. Sedangkan uhntuk steril sendiri kondisi bebas atau probabilitas keadaan bebas dari mikroorganisme. Sebagaimana kita ketahui,kebersihan peralatan kedokteran pada suatu instansi pelayanan maupun peralatan rumah tangga yang memang seharusnya benar-benar dalam keadaan steril merupakan suatu hal yang sangat penting yang ditujukan agar selama proses tindakan medis tidak terjadi infeksi atau penularan bakteri,virus,kuman yang tertinggal dari alat sebelumnya. Misalkan; 1) Pada botol susu bayi, proses sterilisasi perlu dilakukan secara teratur dan benar setiap kali botol digunakan. Hal ini penting agar bisa mengurangi masuknya bakteri atau kuman yang bisa mengkontaminasi botol dan menyebabkan diare.Sterilisasi botol susu bisa menggunakan alat khusus untuk steril, namun jika tidak ada alat ini maka bisa dilakukan melalui proses merebus. Selain menjaga kebersihan botol, orangtua atau perawat yang akan menyiapkan susu untuk bayi perlu mencuci tangan terlebih dahulu dengan menggunakan sabun dan juga air mengalir. “Di dalam kulit manusia terdapat kuman residu atau yang menetap di kulit dan juga kuman pendatang. Untuk kuman pendatang seperti S. aureus, E.coli dan pseudomonas, sedangkan untuk kuman menetap misalnya Staphylococcus, epidermis, acinetobacter, yang pada jumlah tertentu hilang tapi pada beberapa waktu ia muncul kembali,” ujar dr Lily. Untuk itu setiap kali akan mempersiapkan susu atau makanan bayi sebaiknya cuci tangan terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman-kuman yang berpotensi

17

menyebabkan infeksi, termasuk melakukan steril untuk mainan yang sering digigit oleh bayi. 2) Pemberian obat yang paling disukai dan aman adalah melalui mulut atau per oral. Pemberian secara suntikan umumnya untuk tujuan agar obatnya cepat memberikan khasiat. Pemberian suntikan juga tidak dapat dilakukan untuk obat-obat tertentu yang tidak bisa diserap melalui saluran cerna atau tidak berkhasiat bila diberikan per oral. Pemberian melalui suntikan cukup beresiko dibandingkan melalui mulut. Sayang ada di antara pasien atau masyarakat yang menganggap pemberian secara suntikan akan lebih berkhasiat dibanding obat oral. Bahkan ada di antara mereka yang menganggap kalau belum di suntik rasanya belum berobat. Yang lebih parah lagi ada masyarakat yang meminta atau ingin suntikan lebih dari satu. Dalam pikiran mereka beberapa suntikan akan memberikan efek yang sangat mujarab. Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang mereka dapatkan dari petugas kesehatan. Lebih dari 70% pemberian obat dalam bentuk suntikan sebetulnya tidak perlu diberikan dalam bentuk obat suntik. Obat tersebut sebetulnya dapat diberikan dalam bentuk sediaan oral atau bentuk lain. Pemberian obat dalam bentuk suntikan juga berhubungan erat dengan biaya yang akan dibayarkan pasien. Komunikasi timbal balik antara penderita dengan tenaga kesehatan dapat meluruskan kesalahpahaman tentang pemberian obat melalui suntikan. Hal tersebut diharapkan akan dapat menurunkan kemungkinan penyalahgunaan pemilihan cara pemberian obat. Kulit berfungsi sebagai pelindung. Tubuh kita hampir tidak dapat terinfeksi melalui kulit, bila kulit tidak dirusak atau tidak dilukai melalui tusukan jarum suntik atau trauma mekanik lainnya. Banyak mikroba normal atau patogen ada di sekitar kita, yang mungkin dapat menginfeksi. Resiko infeksi oleh kuman atau mikroba 18

patogen cukup tinggi. Bahkan oleh bakteri yang tidak membutuhkan zat asam atau oksigen dalam hidupnya. Infeksi oleh kuman jenis ini sangat berbahaya dan dapat berakibat fatal, seperti tetanus. Pemberian obat melalui suntikan merupakan salah satu cara penggunaan obat dalam pelayanan kesehatan. Obat-obat yang diberikan dalam bentuk suntikan umumnya adalah untuk tindakan pengobatan. Di samping itu juga diberikan pada imunisasi, transfusi darah atau komponen darah, dan untuk tujuan kontrasepsi. Terjadinya infeksi pada bekas suntikan dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Penggunaan ulang alat suntik tanpa sterilisasi merupakan sumber infeksi. 3) Zaman dahulu, alat suntik umumnya digunakan berulang-ulang. Tabung alat suntik terbuat dari kaca dan baja stain less steel yang dapat di sterilisasi ulang. Ternyata penggunaan alat kuno tersebut masih memberi peluang terjadinya infeksi, terutama oleh virus. Sekarang semua alat suntik sudah dibuat untuk sekali pakai atau disposible. Tetapi oleh pihak tertentu yang tidak bertanggungjawab, alat suntik yang sudah digunakan justru dimanfaatkan lagi untuk suntikan berikutnya. Inilah yang dapat menyebabkan infeksi. Dari hasil penelitian ternyata hampir 40% dari praktek tak bermoral tersebut dilakukan oknum. Bahkan di negara miskin tertentu sampai 70%. Harga alat suntik sekali pakai sudah sangat murah dibandingkan harga obat yang disuntikkan. Apalagi bila dibandingkan dengan resiko yang ditimbulkan. Sebagai konsumen anda perlu memastikan bahwa alat suntik yang digunakan adalah sekali pakai, baru dan belum digunakan sebelumnya. 4) Alat suntik yang sudah kadaluwarsa, juga berpeluang menyebabkan infeksi. Stabilitas kebebaskumanan alat suntik ada batasnya. Bila telah lewat batas tersebut, maka alat suntik tersebut 19

harus dimusnahkan. Alat suntik bekas dan lewat batas penggunaan sering dikumpulkan lagi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab untuk dijual kembali ke pasar gelap (black market). 5) Obat atau alat kesehatan dari sumber bantuan sering memiliki batas daluwarsa yang sudah dekat, sehingga berpotensi lewat daluwarsa. Penggunaan secara bersama dan tidak aseptis (tidak menjaga alat dan lingkungan tetap bebas mikroba) oleh pengguna obat-obat narkotika berpeluang besar terjadinya infeksi karena alat suntik. Beberapa infeksi virus yang sering terjadi adalah virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis C (HCV) dan virus HIV. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi karena suntikan. Jangan menggunakan ulang alat suntik. Jangan menyuntik pada satu tempat bagian tubuh yang sama secara berulang-ulang. Jika seseorang menyuntik anda, pastikan mereka tahu apa yang dilakukan. Pastikan larutan obat suntik yang akan disuntikkan dalam keadaan bebas kuman. Jangan tusukkan jarum suntik yang sudah digunakan ke wadah obat suntik takaran berganda. Jangan menggunakan alat suntik secara bersama-sama. Jangan menggunakan alat suntik lebih dari satu kali walaupun untuk pasien dan obat yang sama. Alat suntik sekali pakai sangat murah dibandingkan harga obat yang akan disuntikkan dan merupakan tindakan sia-sia bila dibandingkan dengan resiko yang akan ditimbulkan. Pastikan anggota keluarga atau penderita sendiri yang menggunakan suntikan insulin di rumah betul-betul terlatih dan memahami prinsip bebas kuman. Untuk itu tidak ada pilihan lain, hanya menggunakan alat suntik sekali pakai. Kebijakan menggunakan satu alat suntik ber ulang kali untuk pasien yang sama, walaupun dengan obat yang sama perlu dihindarkan. Pak Makmur, penyebab infeksi pada anak Bapak, mungkin salah satu 20

dari mekanisme di atas. Tidak ada maksud untuk menyudutkan pihak manapun. Ada kemungkinan penyebab infeksi bukan disebabkan oleh tenaga kesehatan yang menyuntik, tetapi oleh obatnya atau alat yang digunakan. Ada obat yang memeng rentan untuk tercemar oleh kuman seperti jamur.

.

21

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Sterilisasi adalah suatu proses penghancuran secara lengkap semua mikroba hidup dan spora-sporanya. Ada 5 metode umum sterilisasi, yaitu : sterilisasi uap (panas lembab), sterilisasi panas kering, sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi), sterilisasi gas, sterilisasi dengan Radiasi. Sterilisasi dalam mikrobiologi ialah suatu peruses untuk mematikan semua organismeyang terdapat pada atau didalam suatu benda. Hal ini diperlukan agar mikroba yang ingin ditumbuhkan diamati dan diisolasi terbebas dari mikroba lain (mikroba kontamina). Suatu bahan atau alat dikatakan steril bila alat atau bahan tersebut bebas dari mikroba, baik dalam bentuk sel vegetatife maupu spora sterilisasi dilakukan tehadap bahan dan alat sehingga terbebas dari kontaminasi mikroorganisme lain. Sterilisasi perlu dilakukan karena kontaminasi mikroba lain akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan. Sterlisasi dengan pemanasan ada 4 macam yaitu pemijaran, udara panas, uap air panas dan uap air panas bertekanan. Kemudian ada juga sterilisasi dengan metode penyinaran dan penyaringan. Kesalahan dalam melaksanakan proses sterilisaasi dapat berakibat fatal,karena akan terjadi penularan penyakit dari satu individu ke individu yang lain atau bahkan terjadi infeksi yang akut terhadap pejamu rentan.

22

3.2.

Saran

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh pihak demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah berikutnya.

23

DAFTAR PUSAKA

Dr. jan Tambayong; Mikrobiologi untuk keperawatan Mikrobiologi kedokteran, Bina Rupa Aksara, Jakarta, FKUI 1994 Jawetz, J. Melnick, EA, Adeberg (1986), Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, EGC, Jakarta. Azis, alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba Medika Ester, Monica.2005.Pedoman Perawatan Pasien.Jakarta:EGC http://irwanto-fk04usk.blogspot.com/2009/08/sterilisasi-dandesinfeksi.htm l diunduh pada tanggal 06mei 2011 18:29 http://kumpulan-materi-kuliah-s1kep.blogspot.com/2011/03/resumepengendalian-infeksi.html

24

More Documents from "Fitri Diana"

Makalah.docx
November 2019 10
10 Apps Android.docx
June 2020 8
Resume 1.docx
October 2019 30