Rencana_teknis_reklamasi_pada_lahan_timb.pdf

  • Uploaded by: La Ode Faisal Rahman Jr.
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rencana_teknis_reklamasi_pada_lahan_timb.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 21,509
  • Pages: 114
RENCANA TEKNIS REKLAMASI PADA LAHAN TIMBUNAN TANAH AREA PARAK KOPI PT. SEMEN PADANG (PERSERO) INDARUNG PROVINSI SUMATERA BARAT

SKRIPSI

Oleh :

ALDRIN FEBRIANSYAH 112142002

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2017

RENCANA TEKNIS REKLAMASI PADA LAHAN TIMBUNAN TANAH AREA PARAK KOPI PT. SEMEN PADANG (PERSERO) INDARUNG PROVINSI SUMATERA BARAT

SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Oleh :

ALDRIN FEBRIANSYAH 112142002

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA 2017

RENCANA TEKNIS REKLAMASI PADA LAHAN TIMBUNAN TANAH AREA PARAK KOPI PT. SEMEN PADANG (PERSERO) INDARUNG PROVINSI SUMATERA BARAT

SKRIPSI Oleh :

ALDRIN FEBRIANSYAH 112142002

Disetujui untuk Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta Tanggal :................................

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT

Ir. Ketut Gunawan, MT

Dipersembahkan Untuk Kedua Orang Tua Tercinta

RINGKASAN

PT. Semen Padang terletak di kelurahan Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan penambangan yang dilakukan PT. Semen Padang adalah penambangan batu gamping dan silika. Permasalahan yang timbul pada lahan bekas penambangan PT. Semen Padang, Indarung, Sumatera Barat, antara lain : Kondisi lahan bekas penambangan yang belum tertata dengan baik, permukaan lahan yang tidak rata dan banyaknya tebing yang relatif curam sehingga bahaya longsor. Beberapa lokasi yang tidak terganggu oleh kegiatan produksi belum dilakukan reklamasi. Rencana reklamasi yang akan dilakukan mencakup penataan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi, serta revegetasi dan pemeliharaan. Berdasarkan kondisi lahan yang ada, lahan akan ditata dan dibentuk terasan berupa teras bangku. Penataan lahan dilakukan untuk menyiapkan lahan menjadi lahan siap tanam dengan tanamannya yaitu tanaman jabon merah dan rumput gajah, yang pengerjaannya dilakukan selama 14 hari. Setelah itu dilakukan perencanaan pengendalian erosi dan sedimentasi dengan pembuatan teras dan pembuatan saluran terbuka. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, dimensi saluran terbuka berbentuk trapesium dengan lebar penampang atas masing-masing jenjang 1,5 m, lebar penampang bawah 1 m, kedalaman 1 m dan kemiringan sisi 60o. Lama waktu pengerjaan pembuatan saluran selama 8 hari. Revegetasi dilakukan dengan menggunakan tanaman jabon merah sebanyak 288 bibit dan rumput gajah sebanyak 90.000 bibit. Pengelolaan tanah pucuk, penanaman, dan pengisian lubang tanaman untuk jabon merah dan rumput gajah dilakukan selama 39 hari dengan tenaga manusia. Dari perencanaan reklamasi yang telah dilakukan, terjadi penurunan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dari 2.018,47 (Kategori Sangat Berat) menjadi 44,92

( Kategori Ringan).

v

ABSTRACT

PT. Semen Padang (Persero) is a company that produces cement needs, in an effort to meet the needs of domestic industry as well as for the export needs of overseas consumers. PT. Semen Padang is located in kelurahan Indarung, kecamatan Lubuk Kilangan, Padang, West Sumatera. Mining activities conducted by PT. Semen Padang is a mining of limestone and silica. Problems arising on the former mining of PT. Semen Padang, Indarung, West Sumatera, among others: Condition of former mining land that has not been well ordered, uneven surface of the land and the number of relatively steep cliffs so that the danger of landslides. Some locations that are not disturbed by production activities have not been reclaimed. Reclamation plans to be carried out include land management, erosion and sedimentation control, and revegetation and maintenance. Arrangement of land is done to prepare the land into ready-to-plant land with plants that are Jabon merah and Rumput gajah. After that is done erosion control planning and sedimentation with making of terrace and open channel making. From the calculations performed, the trapezoidal open channel dimension with cross-sectional width of each ladder is between 1.5 m, the lower cross-sectional width of 1 m, the depth of 1 m and the slope of the 60o side . Duration of 8 days of drafting time. Revegetation is done by using Jabon Merah as much as 288 seeds and Rumput gajah as much as 90,000 seedlings. Planting distance 4 m x 4 m for Jabon Merah and 0.5 m x 0.5 m for Rumput gajah. Based on existing land conditions, the land will be arranged and formed terasan in the form of garden terrace. Top soil management, planting, and filling plant holes for Jabon merah and Rumput gajah for 39 days with human effort. Maintenance of plants Jabon Merah done by embroidery, fertilization, pruning and weeding weeds. From the reclamation planning that has been done, there is a decrease of Erosion Hazard from 2,018.47 to be 44.92 / year (light category).

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul Rencana Teknis Reklamasi Pada Lahan Bekas Timbunan Tanah Area Parak Kopi PT. Semen Padang (Persero), Indarung, Provinsi Sumatera Barat. Skripsi ini disusun sebagai satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2017 hingga 17 April 2017. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Ir. Sari Bahagiarti K, M.Sc. Rektor UPN “Veteran” Yogyakarta. 2. Bapak Dr. Ir. Suharsono, MT. Dekan Fakultas Teknologi Mineral. 3. Bapak Dr. Edy Nursanto, ST, MT. Ketua Jurusan Teknik Pertambangan. 4. Ibu Ir. Wawong Dwi Ratminah, MT. Koordinator Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan. 5. Ibu Ir. Wawong Dwi Ratminah,. MT. Pembimbing I Skripsi. 6. Bapak Ir. Ketut Gunawan,. MT. Pembimbing II Skripsi. 7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi. Semoga

skripsi

ini

dapat

bermanfaat

bagi

perkembangan ilmu

pengetahuan umumnya dan ilmu pertambangan khususnya.

Yogyakarta,

September 2017

Penulis

Aldrin Febriansyah

vii

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................

iii

RINGKASAN .....................................................................................................................

v

ABSTRACT .........................................................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vii DAFTAR ISI ....................................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................

x

DAFTAR TABEL ..............................................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xii BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. 1.6. 1.7. 1.8.

Latar Belakang ......................................................................................................... Permasalahan ............................................................................................................ Tujuan Penelitian ..................................................................................................... Batasan Masalah ...................................................................................................... Metode Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................... Manfaat Penelitian .................................................................................................. Diagram Alir Penelitian .........................................................................................

1 1 2 2 2 3 4 4

II. TINJAUAN UMUM .................................................................................................... 6 2.1. 2.2. 2.3. 2.4.

Lokasi dan Kesampaian Daerah .......................................................................... Kondisi Iklim dan Curah Hujan .......................................................................... Fisiografi, Geologi, dan Stratigrafi Daerah Penelitian ................................. Kegiatan Penambangan .........................................................................................

6 6 7 12

III.DASAR TEORI ............................................................................................................ 17 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.5.

Reklamasi .................................................................................................................. Persiapan Lahan ....................................................................................................... Penataan Lahan ........................................................................................................ Erosi ............................................................................................................................ Kebutuhan Tanah Pucuk ....................................................................................... Pembuatan Saluran Pembuangan Air ................................................................

viii

17 19 20 31 40 41

IV. HASIL PENELITIAN ............................................................................................... 44 4.1. Areal Lahan Reklamasi ......................................................................................... 44 4.2. Ketersediaan Tanah Pucuk ................................................................................... 47 4.3. Tingkat Bahaya Erosi ............................................................................................. 47 V. PEMBAHASAN ........................................................................................................... 48 5.1. 5.2. 5.3. 5.4. 5.5. 5.6.

Tingkat Bahaya Erosi ............................................................................................. Penataan Areal Reklamasi .................................................................................... Penebaran Tanah Pucuk ........................................................................................ Revegetasi.................................................................................................................. Pembuatan SPA ....................................................................................................... Penurunan Tingkat Bahaya Erosi .......................................................................

48 48 51 52 52 53

VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................... 54 6.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 54 6.2. Saran............................................................................................................................ 55 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 57 LAMPIRAN

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.1. Diagram Alir Penelitian ......................................................................................... 5 2.1. Peta Kesampaian Lokasi ........................................................................................ 7 2.2. Peta Geologi Lembar Padang ............................................................................... 9 2.3. Stratigrafi Daerah Bukit Karang Putih ............................................................... 11 2.4. Lokasi area 242 penambangan batu gamping di Bukit Karang Putih ....... 12 2.5. Aktivitas marking ..................................................................................................... 13 2.6. Aktivitas Pengeboran .............................................................................................. 14 3.1. Teras Gulud................................................................................................................ 24 3.2. Teras Kredit ............................................................................................................... 26 3.3. Teras kebun ................................................................................................................ 27 3.4. Teras Bangku dan Saluran Pengendali Air ....................................................... 29 3.5. Teras Individu ........................................................................................................... 30 3.6. Grafik Nomograph Erodibilitas Tanah .............................................................. 36 3.7. Nomograf penentuan nilai LS .............................................................................. 37 3.8. Bentuk Saluran Terbuka ......................................................................................... 42 4.1. Kegiatan pengukuran dan rona lereng timbunan Parak Kopi ...................... 45 4.2. Hasil sayatan geometri dilapangan ..................................................................... 45 4.3. Geometeri Timbunan Tanah Parak Kopi .......................................................... 46 5.1. Penataan Geometri Jenjang Rencana.................................................................. 49 5.2. Geometri Jenjang Rencana .................................................................................... 49 5.3. Hasil sayatan geometri rencana............................................................................ 50 5.4. Contoh gambar dimensi isi terasering RL 364 dan RL 347 ........................ 51

x

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1. Kode Struktur Tanah Untuk Menghitung Nilai K dengan Nomograf ................................................................................................ 35 3.2. Kode Permeabel Tanah Untuk Menghitung Nilai K dengan Nomograf ................................................................................................ 35 3.3. Faktor Erodibilitas (K) dari Departemen Kehutanan RI......................... 36 3.4. Indeks pengelolaan tanaman (nilai C) untuk pertanaman tunggal .......... 38 3.5. Nilai P untuk Berbagai Tindakan Konservasi......................................... 39 3.6. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi ........................................................... 40 3.7. Tipikal harga koefisien kekasaran saluran .............................................. 42 4.1. Tabel geometri timbunan area Parak Kopi ............................................. 46 4.2. Volume Tanah pada Geometri Jenjang Sebenarnya ............................... 46 5.1. Hasil Akhir Penataan Pada Jenjang ........................................................ 50

xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

Halaman

A. SPESIFIKASI ALAT ................................................................................................. 58 B. DATA CURAH HUJAN TAHUN 2007-2016 ................................................... 60 C. PETA TOPOGRAFI ................................................................................................... 71 D. PETA LOKASI REKLAMASI PENELITIAN .................................................. 72 E. PETA REVEGETASI DAN SPA ........................................................................... 73 F. PETA DAERAH TANGKAPAN HUJAN .......................................................... 74 G. PERHITUNGAN TINGKAT BAHAYA EROSI .............................................. 75 H. PERHITUNGAN DIMENSI DAN PEMBUATAN SPA................................ 78 I. PERHITUNGAN TANAH PUCUK ....................................................................... 90 J. PERHITUNGAN WAKTU PEMBUATAN DAN PENGISIAN LUBANG TANAM ..................................................................................................... 98 K. PERHITUNGAN WAKTU PENATAAN LAHAN .......................................... 101

xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Kegiatan penambangan yang dilakukan PT. Semen Padang membutuhkan

lokasi penimbunan tanah dari hasil penggalian tanah penutup. Salah satu lokasi penimbunan tanah penutup adalah di area Parak Kopi, yang berjarak ±40 meter kearah barat dari proyek Crusher Indarung VI. Lokasi tersebut harus dikelola untuk menghindari dampak lingkungan yang merugikan seperti erosi, sedimentasi, dan drainase yang buruk. Pengelolaan yang akan dilakukan adalah dengan cara melakukan kegiatan reklamasi pada lahan penimbunan tanah penutup tersebut. Reklamasi merupakan salah satu dari kegiatan pertambangan (UU nomor 4 tahun 2009 dan Keputusan Menteri ESDM no 7 tahun 2014) yang memiliki tujuan untuk mencegah dan memperbaiki dampak negatif penambangan seperti erosi, sedimentasi, dan drainase yang buruk. Reklamasi terdiri dari beberapa tahapan seperti penataan guna lahan hingga pemeliharaan lahan. Penataaan lahan merupakan kegiatan yang utama dalam tahapan kegiatan reklamasi. Penataan lahan bertujuan untuk menentukan pemanfaatan lahan untuk masa yang akan datang. Perhatian khusus dan perancangan yang baik sangat diperlukan agar dapat menyesuaikan bentuk tatanan lahan dengan kegunaan lahan kedepannya. 1.2.

Permasalahan Permasalahan yang timbul pada lahan timbunan tanah PT. Semen Padang,

Indarung, Sumatera Barat adalah kondisi lahan timbunan tanah yang berada di area Parak Kopi belum tertata dengan baik dan relatif curam, sehingga rawan terjadinya erosi.

1

1.3.

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini yaitu :

1. Penelitian untuk menentukan tingkat bahaya erosi. 2. Penelitian untuk penataan area reklamasi 3. Penelitian untuk menghitung volume tanah pucuk dan waktu yang dibutuhkan untuk menebar tanah pucuk. 4. Penelitian untuk revegetasi area reklamasi 5. Pembuatan saluran pembuangan air 6. Mengurangi dampak bahaya erosi yang dapat merugikan PT. Semen Padang, dikarenakan terdapat beberapa aset berharga yang berdekatan dengan lokasi penimbunan tanah. 1.4.

Batasan Masalah Batasan dari penelitian ini adalah :

1. Luas area penelitian sebesar 3,2 Ha yang berada pada koordinat 00 58’ 43,2” LS dan 00 58’ 49,2” LS hingga 1010 28’ 19,6” BT dan 1010 28’ 24,6” BT. Berlokasi ± 40 m disebelah barat proyek Crusher Indarung VI. 2. Tanah pucuk yang tersedia digunakan dari ketersediaan periode april 2017. 3. Penelitian

ini

hanya

membahas

teknis

penataan

lahan

dan

tidak

mempertimbangkan masalah biaya. 4. Rencana penataan lahan meliputi penentuan sistem yang digunakan, penentuan alat dan waktu yang dibutuhkan. 1.5.

Metode Penelitian Pelaksanaan rencana teknis pengelolaan reklamasi pada lahan bekas

timbunan tanah area Parak Kopi PT. Semen Padang, Indarung, Padang adalah sebagai berikut: 1. Studi literatur Studi literatur ini dilakukan dengan cara mempelajari literatur, peraturan perundangan dan buku hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan daerah kajian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui data yang akan diambil yang dapat bersumber dari hasil penelitian sebelumnya, buku atau arsip daerah. Adapun data yang dibutuhkan seperti data iklim dan curah hujan, peta lokasi kesampaian daerah serta peta kondisi morfologi lahan bekas tambang. Peraturan perundangan

2

yang dipelajari adalah peraturan yang sesuai dan bersangkutan dengan daerah penelitian yaitu Propinsi Sumatera Barat. 2. Observasi lapangan Observasi lapangan dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap proses yang terjadi dan mencari informasi pendukung yang terkait dengan permasalahan yang akan dibahas. Adapun data yang dibutuhkan antara lain kemiringan lereng, jenis vegetasi yang ada, serta keadaan sosial dan budaya masyarakat setempat. 3. Pengambilan Data Penelitian ini sebagian besar bersumber dari data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian atau penyelidikan sebelumnya (pihak lain), meliputi data curah hujan, peta topografi, profil lingkungan daerah, dan peraturan setempat yang berlaku mengenai penambangan rakyat. Selain data sekunder, data primer yang diambil antara lain vegetasi sekitar, kemiringan lereng, pengelolaan tanah pucuk, dan lainnya. 4. Pengolahan dan Analisis Data Setelah data yang diperlukan terkumpul, kemudian diolah dengan melakukan beberapa perhitungan dan penggambaran, yang selanjutnya dianalisis untuk mempersiapkan rencana penataan lahan, sehingga didapatkan tata lahan yang baik dan memadai untuk menunjang rencana reklamasi. 5. Kesimpulan Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan koreksi antara hasil pengolahan data yang telah dilakukan dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan suatu hasil akhir dari semua aspek yang telah dibahas. Pada penelitian ini kesimpulan berupa rencana reklamasi yang akan dilakukan di lahan timbunan tanah PT. Semen Padang, yang selanjutnya dapat dijadikan masukan bagi perusahaan yang bersangkutan. 1.6.

Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian berlokasi di PT. Semen Padang, Indarung, Sumatera

Barat. Waktu penelitian dimulai tanggal 16 Maret 2017 dan berakhir pada tanggal 17 April 2017.

3

1.7.

Manfaat Penelitian Dari penelitian ini akan didapatkan manfaat sebagai berikut :

1. Masukan bagi PT. Semen Padang untuk mempersiapkan kegiatan reklamasi lahan timbunan tanah area Parak Kopi. 2. Sebagai bahan studi perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kegiatan reklamasi. 1.8.

Diagram Alir Penelitian Secara garis besar metoda penelitian yang akan dilaksanakan seperti

diagram alir yang tertera pada Gambar 1.1 pada halaman 5.

4

Mulai Identifikasi Masalah Timbunan Tanah Area Parak Kopi Rawan Terjadi Erosi Studi Literatur Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data Primer: 1. Panjang Lereng 2. Ketinggian Lereng 3. Lebar Teras 4. Indeks Erodibilitas Tanah, Konservasi Lahan dan Tanaman

Data Sekunder : 1. Curah Hujan 2. Peta Topografi 3. Peta DTH 4. Jumlah Tanah Pucuk Tersedia 5. Spesifikasi Alat

Pengolahan dan Analisis Data Tingkat Bahaya Erosi yang terjadi, Rencana Penataan Lahan, Penanggulangan Erosi dan Sedimentasi, Rencana Revegetasi, dan Rencana Tata Cara Pemeliharaan.

Pembuatan Pemodelan Rencana Teknis Reklamasi Kesimpulan dan Saran Gambar 1.1 Diagram Alir Penelitian

5

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1

Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan PT. Semen Padang berada di Bukit Karang Putih

terletak di kelurahan Indarung, Padang, Sumatera Barat. Letak astronomisnya adalah 101028’4” BT sampai 101030’15” BT dan 0057’40” LS sampai 058’56” LS. Luas lokasi penambangan batugamping di Bukit Karang Putih adalah seluas 206,96 Ha dan area pengembangan seluas 242 Ha. Lokasi Penambangan PT. Semen Padang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4 dengan jarak ±85 Km dengan waktu tempuh ±1,5 jam dari Bandar Udara Internasional Minangkabau ke arah kabupaten Solok. Peta kesampaian daerah dapat dilihat pada Gambar 2.1. Berikut ini merupakan batas daerah lokasi penambangan : a. Batas Sebelah Utara

: Kecamatan Pauh

b. Batas Sebelah Selatan

: Kecamatan Lubuk Kilangan

c. Batas Sebelah Barat

: Kota Padang

d. Batas Sebelah Timur

: Kabupaten Solok

2.2.

Kondisi Iklim dan Curah Hujan Lokasi PT. Semen Padang terletak di daerah beriklim tropis yang

mempunyai dua musim setiap tahunnya, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Suhu udara di Kota Padang cukup tinggi, yaitu antara 23 °C–32 °C pada siang hari dan 22 °C–28 °C pada malam hari, dengan kelembabannya berkisar antara 78%–81%. Begitu juga suhu perairan pulau-pulau kecil rata-rata mencapai 28 °C–30 °C. Berdasarkan data curah hujan kota Padang tahun 2007-2016, curah hujan rata-rata bulanan sebesar 348,5 mm/bulan dan rata-rata jumlah hari hujan per bulan adalah 15 hari. (Lampiran B Data Curah Hujan).

6

7

Sumber : PT. Semen Padang

Peta Kesampaian Lokasi

Gambar 2.1

2.3

Keadaan Geologi Daerah Penelitian

2.3.1 Fisiografi Daerah Penelitian Menurut Tobbler (1992) di dalam Van Bemmelen (1949) daerah Sumatera dapat dibagi menjadi 7 zona fisiografi, yaitu Daratan Alluvial Pantai Utara Sumatera, Dataran Rendah Bergelombang, Zona Depresi Sub-Barisan Sumatera Tengah, Pegunungan Barisan Depan, Sekis Barisan, Pegunungan Barisan dan Dataran Alluvial Pantai Barat Sumatera. Derah penelitian termasuk ke dalam zona Pegunungan Barisan. Sedangkan Van Bemmelen (1949), membagi fisiografi Sumatera menjadi 4 bagian, yaitu Pegunungan Barisan, Zona sesar semangko, Pegunungan Tiga Puluh Kota, serta Dataran Rendah bergelombang. Daerah penelitian termasuk ke dalam zona Pegunungan Barisan. Secara umum morfologi daerah Bukit Karang Putih termasuk ke dalam perbukitan lemah - kuat dan karst dengan kemiringan lereng 200 sampai dengan 650. Daerah Bukit Karang Putih adalah perbukitan yang terjal, terletak pada ketinggian 150 m hingga 560 m dari permukaan laut, yang didominasi oleh litologi batu lempung yang telah mengalami perubahan menjadi batu lempung tufa (batu lempung kersikan) terdapat di Tenggara – Selatan daerah penelitian, secara menjadi diendapkan batuan vulkanik. Disamping itu dijumpai batuan terobosan yang berkomposisi basaltis. 2.3.2

Struktur Geologi Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi

daerah padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pretersier, Tersier dan Kwarter. Batuan Pratersier terdiri dari : Filit dan serpih anggota formasi kuantan, terutama filit dan serpih warna kemerahan sampai coklat dengan interkilasi tipis sabak, kuarsit, serpih, rijang dan aliran lava berkomposisi andesitik sampai basaltik. Batuan ini dijumpai disekitar indarung dan berumur perm. a. Batugamping anggota Formasi Kuantan, berwarna putih sampai abu – abu, masif, berinterkalasi tipis dengan sabak, filit, serpih, dan kuarsit umumnya membentuk topografi karst, dijumpai di daerah Bukit Karang Putih, Bukit Batu Gadang, Bukit Tarjarang dan Indarung. Umur batuan adalah Permokarbon.

8

b. Formasi Barsan : Filit, sabak, batugamping, hornfels, dan greywacke berumur perm. c. Formasi Siguntur: Kuarsit, serpih dan sabak dijumpai di daerah siguntur berumur Trias. Batuan Tersier terdiri dari : a. Formasi Painan. Batuan vulkanik mengandung lava, breksi, breksi tufa, umumnya berkomposisi andesitik dan dasitik, dijumpai sepajang pesisir Barat Padang. Umur batuan ini adalah Oligosen. b. Intrusi Granit, berumur Miosen atas, berwarna abu – abu terang sampai abu – abu kehijauan, komposisi berkisar antara biotit granit sampai granit. Endapan Kwarterter terdiri dari : a. Produk Gunung Api Kerinci dan Gunung Tujuh, terdiri dari breksi tufa, lahar dan aliran lava. b. Endapan Paling muda terdiri dari kipas alluvial dan endapan alluvial. Peta geologi lembar padang dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini.

Sumber: PT. Semen Padang (2017)

Gambar 2.2 Peta geologi lembar Padang, skala 1:250.000 (Kastowo dkk, 1973, PT. SP)

9

2.3.3

Stratigrafi Struktur yang berkembang di Provinsi Sumatera Barat adalah struktur

perlipatan (antiklinorium) dan struktur sesar dengan arah umum barat laut – tenggara, yang mengikuti struktur regional Pulau Sumatera. Kondisi stratigrafi dari struktur geologi sumatera barat adalah sebagai berikut : a. Kelompok Pra Tersier : kelompok ini mencakup masa Paleozoikum – Mesozoikum, dipisahkan menjadi kelompok batuan ultrabasa; kelompok batuan melange, kelompok batuan malihan; kelompok batuan gunungapi dan kelompok batuan terobosan. b. Kelompok batuan ultrabasa Pra Tersier disusun oleh batuan harzburgit, dunit, serpentinit, gabro dan basalt. c. Kelompok Melange Pra Tersier merupakan kelompok batuan campur aduk yang disusun oleh batuhijau, graywake, tufa dan batugamping termetakan, rijang aneka warna. Kelompok batuan malihan Pra Tersier disusun oleh batuan sekis, filit, kwarsit, batusabak, batugamping termetakan. d. Kelompok batuan sedimen Pra Tersier yang didominasi oleh batugamping hablur sedangkan kelompok batuan terobosan Pra Tersier disusun oleh granit, diorit, granodiorit, porfiri kuarsa, diabas dan basalt. e. Kelompok transisi Pra Tersier – Tersier Bawah yang merupakan kelompok batuan terobosan yang terdiri dari batuan granodiorit dan granit. f. Kelompok Tersier dipisahkan menjadi kelompok batuan ultrabasa; kelompok batuan melange; kelompok batuan sedimen; kelompok batuan gunungapi dan kelompok batuan terobosan. Kelompok batuan ultrabasa Tersier disusun oleh batuan serpentinit, piroksenit dan dunit. g. Kelompok batuan melang Tersier yang merupakan batuan campur aduk disusun oleh graywake, serpih, konglomerat, batupasir kwarsa, arkose, serpentinit, gabro, lava basalt dan batusabak. h. Kelompok batuan sedimen Tersier disusun oleh konglomerat, aglomerat, batulanau, batupasir, batugamping, breksi dan napal. i. Kelompok batuan gunungapi Tersier disusun oleh batuan gunungapi bersifat andesitik-basaltik, lava basalt sedangkan kelompok batuan terobosan Tersier terdiri dari granit, granodiorit, diorit, andesit porfiritik dan diabas.

10

j. Kelompok transisi Tersier – Kwarter (Plio-Plistosen) dapat dipisahkan menjadi kelompok batuan sedimen; kelompok batuan gunungapi dan kelompok batuan terobosan. k. Kelompok batuan sedimen Plio-Plistosen disusun oleh konglomerat polimik, batupasir, batulanau dan perselingan antara napal dan batupasir. l. Kelompok batuan gunungapi Plio-Plistosen disusun oleh batuan gunungapi andesitik-basaltik, tufa, breksi dan endapan lahar sedangkan kelompok batuan terobosan Plio-Plistosen terdiri dari riolit afanitik, retas basalt dan andesit porfir. m. Kelompok Kwarter dipisahkan menjadi kelompok batuan sedimen; batuan gunungapi dan aluvium.

Sumber: PT. Semen Padang (2016)

Gambar 2.3 Stratigrafi Daerah Bukit Karang Putih

11

2.4

Kegiatan Penambangan Kegiatan penambangan batugamping dan silika di Bukit Karang Putih PT.

Semen Padang menerapkan sistem penambangan terbuka. Metode penambangan yang digunakan adalah penambangan side hill quarry yang merupakan metode penambangan bahan galian pada daerah perbukitan. Kegiatan penambangan batugamping di PT. Semen Padang dimulai dari kegiatan pembersihan lahan atau land clearing, pemboran dan peledakan, pemuatan dan pengangkutan, dilanjutkan dengan crushing dan conveying. 2.4.1

Pembersihan Lahan Kegiatan penambangan batugamping dan silika di PT. Semen padang

dimulai dari pembersihan lahan (land clearing). Kegiatan ini bertujuan sebagai penyiapan area penambangan. Pembersihan lahan pada penambangan batugamping dan silika PT. Semen Padang terdapat di lokasi 242 atau area pengembangan. Kegiatan pembersihan lahan pada lokasi tersebut dimulai dengan pembersihan tanaman, pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup, dan dilakukan perataan permukaan kerja agar memudahkan pada saat penggalian, pemuatan, dan pengangkutan. Lokasi area pengembangan 242 dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Lokasi area pengembangan 242 di Bukit Karang Putih

12

2.4.2

Pemboran Pengeboran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk membuat lubang

ledak sesuai dengan kedalaman, posisi dan pola geometri peledakan yang telah direncanakan.

Adapun

tahapan

pemboran

yang

dilakukan

di

tambang

batugamping PT Semen Padang yaitu sebagai berikut : a. Marking Marking merupakan kegiatan awal yang dilakukan sebelum pengeboran. Kegiatan ini bertujuan untuk mendesain dimensi peledakan, menentukan pola pengeboran, dan menandakan lokasi dan titik yang akan dilakukan pengeboran. Marking dilakukan oleh bagian perencanaan dan pemetaan evaluasi tambang dengan menggunakan berbagai macam alat, seperti meteran yang berfungsi untuk menentukan ukuran spacing dan burden, beberapa batu dan pita untuk menandakan titik titik yang akan dibor. Aktivitas Marking dapat dilihat pada Gambar 2.5

Gambar 2.5 Aktivitas marking b.

Pemboran Pemboran bertujuan untuk membuat lubang ledak sesuai dengan geometri

yang telah ditentukan dalam proses marking. Kedalaman lubang ledak dibuat sesuai dengan kondisi geometri dan kondisi lahan yang ada.

13

Pemboran di PT Semen Padang dilakukan oleh kontraktor, dalam hal ini dikerjakan oleh PT. Fajar Rawayan Utama dengan menggunakan mesin bor Furukawa HCR 1500 D-II, yang merupakan mesin bor hidrolik dengan jenis top hammer drilling dengan diameter alat bor sebesar 4,5 inch. Operasi pemboran dilakukan 3 shift (24 jam) dengan rata-rata jam efektif 18 jam/hari, sehingga untuk menunjang kebutuhan produksi batugamping sebesar ± 30.000 ton/hari dan pekerjaan pengembangan, maka dibutuhkan jumlah lubang ledak rata-rata 45-70 lubang/hari. Proses pemboran menggunakan alat bor Furukawa HCR 1500 D-II dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Pemboran 2.4.3 Peledakan Kegiatan peledakan dilakukan setiap hari yaitu pada jam istirahat siang antara pukul 12:00 hingga pukul 13:00 WIB. Jarak aman tenaga kerja yang direkomendasikan ±500 m dan peralatan ±300 m, sebagai acuan standar nasional yang diberlakukan di PT. Semen Padang. Adapun peledakan di PT. Semen Padang meliputi berbagai proses berikut ini :

14

a. Inspeksi lubang ledak Kegiatan ini bertujuan untuk mengecek kembali hasil pengeboran sesuai dengan geometri yang telah ditentukan. b. Mendesain pola rangkaian peledakan PT. Semen Padang menggunakan surface delay 25 ms, 42 ms, dan 67 ms pada proses peledakan nonel. Geometri peledakan yang digunakan yaitu dengan Burden 5,5 m, Spacing 6,5 m, kedalaman rata-rata lubang 11 m, dan diameter lubang ledak 5,5 inchi. c. Persiapan bahan peledak PT. Semen Padang bekerja sama dengan PT. Dahana sebagai kontraktor dalam pembuatan bahan peledak. Bahan peledak yang digunakan adalah bahan peledak Dabex ( Dahana Bulk Emulsion Metric ). Pembuatan Dabex dilakukan dengan melakukan pencampuran antara emulsion dan Anfo dengan perbandingan 70 : 30. d. Persiapan peralatan dan perlengkapan peledakan Peralatan peledakan merupakan komponen dalam peledakan yang dapat dipakai berulang kali, seperti : blasting machine, blasting ohmmeter, dan lead wire. Perlengkapan peledakan adalah komponen dalam peledakan yang hanya dipakai sekali setiap peledakan, seperti : booster, detonator, bahan peledak, inhole delay, dan surface delay. e. Pelaksanaan peledakan Pelaksanaan peledakan dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu : pengisian primer, pengisian bahan peledak, penutupan lubang ledak, pemasangan seluruh rangkaian peledakan, melakukan pengecekan, dan melakukan peledakan. f. Analisa hasil peledakan Setelah peledakan dilakukan selanjutnya dilakukan analisa hasil peledakan. Analisa yang dilakukan yaitu pemeriksaan terhadap gas-gas beracun dan memeriksa kemungkinan adanya lubang yang gagal meledak (missfire). Peledakan bertujuan untuk memberaikan batugamping agar mempermudah proses penggalian, pemuatan dan pengangkutan.

15

2.3.4

Pemuatan dan Pengangkutan Kegiatan penggalian dan pemuatan material di PT. Semen Padang

menggunakan alat muat Excavator Hitachi tipe Ex-1800, Ex-2500 dan Ex-3500. Pada kegiatan pengangkutan menggunakan Dump Truck type HD (Hauling Dump) dengan jumlah 7 unit Komatsu tipe 785 dan 3 unit Caterpillar tipe 777. Material batuan yang telah diledakan dimuat dengan Excavator kemudian diangkut dengan menggunakan HD untuk dibawa ketempat peremukan Crusher Plant atau Stock pile. 2.3.5

Peremukan Peremukan merupakan tahap lanjutan setelah proses pemuatan dan

pengangkutan. Bahan galian yang telah di tambang akan ditumpahkan ke unit crusher untuk direduksi. PT. Semen Padang memiliki 2 unit mobile crusher (mosher), 1 unit bertenaga listrik dan 1 unit bertenaga diesel. Kapasitas mobile crusher masingmasing memiliki produktivitas 2000 ton/jam. Umpan untuk mobile crusher adalah batugamping dan silika. PT. Semen padang juga memiliki 3 unit Hammer Crusher, yaitu LSC (Limestone Crusher) 2 dan LSC 3A yang memiliki produktivitas 1400 ton/jam, dan LSC 3B yang memiliki produktivitas 1800 ton/jam. Umpan untuk hammer crusher adalah batugamping. Setelah bahan galian di reduksi, maka proses selanjutnya adalah proses pengiriman menuju pabrik pengolahan dengan menggunakan belt conveyor untuk diolah lebih lanjut.

16

BAB III DASAR TEORI

3.1

Reklamasi Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang usaha pertambangan

untuk menata, memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukkannya. Pengertian reklamasi dalam bidang

pertambangan

adalah

setiap

pekerjaan

yang

bertujuan

untuk

mengembalikan fungsi tanah yang terganggu akibat usaha pertambangan. Untuk memperbaiki dan memanfaatkan lingkungan yang telah ditambang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan cara menanami kembali areal yang telah ditambang menjadi kawasan hijau dan menjadi lahan lain yang lebih bermanfaat. Secara umum reklamasi dilakukan dengan tujuan untuk menata guna dan memperbaiki kondisi lahan yang rusak pada suatu tambang untuk beberapa kegunaan tertentu sesuai yang direncanakan, diantara tujuannya adalah : 1. Mengupayakan keadaan seimbang serasi, dan berkesinambungan serta mempertahankan kelestarian lingkungan. 2. Mengurangi adanya kerusakan dan pencemaran lingkungan setelah kegiatan penambangan berakhir. 3. Mengembangkan alternatif bentuk penataan lingkungan pasca penambangan yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan rencana tata ruang wilayah tersebut. 4. Mengembalikan dan meningkatkan daya dukung tanah terhadap lingkungan. 3.1.1 Dasar Hukum Reklamasi Adapun landasan hukum penelitian rencana penataan lahan reklamasi ini terdiri dari beberpa peraturan diantaranya : 1. Undang – undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara (Pasal 90 dan 99). 2. PP no 78 tahun 2010 tentang reklamasi dan pasca tambang (Pasal 1-4).

17

3. Permenhut Nomor : P.32/Menhut-II/2009 tentang rencana teknik rehabilitasi hutan dan daerah aliran sungai. 4. Permenhut Nomor : P.4/Menhut-II/2011 tentang pedoman reklamasi hutan (Pasal 30-39, Lampiran 1,4 dan 5). 5. Permen ESDM no 7 tahun 2014 tentang pelaksanaan reklamasi dan pasca tambang pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara (Pasal 2). 3.1.2

Bentuk-Bentuk Reklamasi Secara umum, reklamasi lahan bekas tambang dapat meliputi satu atau

beberapa kegiatan sebagai berikut : 1. Reklamasi dengan perbaikan bentuk lahan Reklamasi dengan perbaikan bentuk lahan dilakukan apabila : a. Pada lantai penambangan terjadi atau terdapat relief, lobang, bongkahan batu, dan sebagainya. b. Diperlukan pengembalian tanah penutup dari lokasi penimbunan. 2. Reklamasi dengan perbaikan kesuburan tanah Reklamasi dengan perbaikan kesuburan tanah dilakukan apabila : a. Lahan bekas tambang berada pada lokasi penimbunan sebagai lahan pertanian. b. Keadaan sekitar penambangan mempunyai tingkat erosi tinggi. c. Terganggunya atau rusaknya sistem penirisan di lokasi bekas tambang akibat penggalian. d. Lapisan tanah subur/tanah pucuk hilang atau tererosi, menurunnya kemampuan tanah menyerap air. 3. Reklamasi dengan revegetasi Alternatif reklamasi dengan cara ini dapat dibedakan menjadi dua macam tujuan, yaitu : a. Revegetasi sementara, yaitu lahan bekas tambang belum mempunyai peruntukan yang jelas, namun mempunyai tanah yang relatif subur sehingga revegetasi yang dilakukan bersifat sementara. b. Revegetasi sesuai peruntukan, yaitu lahan bekas tambang sudah mempunyai peruntukan yang jelas, misal sebagai kawasan hutan, perkebunan, pertanian, dan sebagainya.

18

4. Reklamasi untuk Peruntukan Tertentu Reklamasi untuk peruntukan tertentu dilakukan apabila lahan bekas tambang berada pada lokasi yang sudah mempunyai rencana peruntukan yang pasti berdasarkan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) misalnya hutan, kawasan perumahan, kawasan industri, dan lain sebagainya. Menurut David K. Norman dalam Best Management Practices for Reclaiming Surface Mines in Washington and Oregon (1997), membagi 4 bentuk strategi reklamasi, antara lain : 1. Reklamasi pasca tambang, yaitu reklamasi yang dilakukan setelah semua sumber daya yang dimiliki telah habis ditambang. 2. Reklamasi sementara, yaitu reklamasi sementara untuk menstabilkan daerah yang terganggu. 3. Reklamasi bersamaan (progresif atau terus menerus), yaitu reklamasi yang dilakukan saat mineral diambil langsung digantikan dengan tanah pucuk atau tanah penutup. 4. Reklamasi segmen, yaitu reklamasi setelah menipisnya mineral dilokasi tambang (Norman dan Lingley, 1992). 3.1.3

Tahap-Tahap Pelaksanaan Reklamasi Berdasarkan Peraturan Menteri Menteri ESDM RI Nomor 7 Tahun 2014

tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara bahwa pelaksanaan reklamasi meliputi kegiatan : 1. Persiapan 2. Penataan Lahan 3. Pengendalian erosi dan sedimentasi 4. Revegetasi (penanaman kembali) dan 5. Pemeliharaan 3.2

Persiapan lahan Metode tambang terbuka memberikan dampak kerusakan lingkungan yang

buruk bagi lingkungan, seperti hilangnya vegetasi, hilangnya tanah pucuk, lapisan

19

pucuk teraduk-aduk, dan rusaknya bentang alam. Untuk menanggulangi dampak tersebut, reklamasi berperan besar dalam pelaksanaannya dengan berbagai macam metodenya. Pekerjaan persiapan lahan merupakan tahapan awal kegiatan reklamasi yang dilakukan. Pekerjaan persiapan lahan yang dilakukan adalah menata bentuk lahan bekas tambang yang tidak teratur menjadi lahan yang tertata sesuai dengan penggunaan lahan kedepannya. Kegiatan penyiapan lahan yang dilakukan meliputi menentukan penimbunan tanah hasil pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup untuk penataan lahan. 3.3

Penataan Lahan Kegiatan penatagunaan lahan adalah menata bentuk lahan menjadi lahan

yang tertata, dan diarahkan sesuai dengan penggunaaan lahan selanjutnya. Penataan lahan meliputi penataan tanah hasil pengupasan, yang terdiri dari tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup (overburden). Adapun kegiatan penataan lahan sebagai berikut : 1. Pengaturan bentuk lereng a. Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan air larian (run-off), erosi dan sedimentasi serta longsor. b. Lereng jangan terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk teras-teras. 2. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) a. Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) ini dimaksudkan untuk mengatur air agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan. b. Jumlah/kerapatan dan bentuk SPA tergantung dari bentuk lahan (topografi) dan luas areal yang direklamasi. 3. Penebaran tanah pucuk Proses reklamasi dilakukan dengan cara pengembalian lapisan tanah pucuk (top soil) dari daerah penimbunan ke daerah yang hendak dilakukan revegetasi. Kegiatan penebaran tanah pucuk memperhitungkan beberapa faktor, diantaranya menghitung luas pengelolaan tanah pucuk yang dipindahkan harus sesuai dengan perencanaan reklamasi.

20

3.3.1 Cara Penataan Lahan Tanah hasil pembersihan lahan terdiri dari tanah pucuk (top soil) dan tanah penutup. Tanah pucuk (top soil) merupakan lapisan tanah bagian atas yang merupakan lapisan tanah yang relatif subur karena mengandung unsur-unsur hara berbentuk humus organik serta variabel zat-zat mineral yang mengandung unsurunsur hara berbentuk humus organik serta variabel zat-zat mineral yang sangat diperlukan oleh tanaman. Menurut Sitanala Arsyad (1989), alternatif yang dapat digunakan dalam kegiatan penimbunan tanah pucuk (top soil) adalah sebagai berikut : 1. Sistem perataan tanah Dilakukan dengan menata timbunan tanah kembali dengan lapisan tanah penutup dan tanah pucuk yang telah diratakan sesuai permukaan tanah. Cara ini diterapkan apabila jumlah tanah pucuk dan tanah penutup cukup untuk menutupi seluruh permukaan lahan bekas tambang (covering). Tebal perataan lapisan tanah pucuk disesuaikan dengan kriteria tebal tanah pucuk untuk tanaman revegetasi untuk tumbuh. 2. Sistem guludan Sistem guludan berfungsi sebagai penahan aliran permukaan dan pertikelpartikel tanah sebelum tererosi ke bagian hilir, dengan demikian partikel-partikel tanah akan terhenti di bagian guludan tersebut. 3. Sistem pot / lubang tanam Sistem ini dilakukan apabila jumlah hasil pengupasan tanah pucuk yang tersedia relatif kecil atau terbatas. Kegiatan yang dilakukan ialah membuat lubang tanam/pot dengan dimensi dan jarak tanam disesuaikan dengan kriteria tanam revegetasi untuk tumbuh. 3.3.2 Penataan Lahan Pada Lereng A. Terasering Terasering adalah bangunan konservasi lahan dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan memperkecil kemiringan lereng dengan jalan pengendalian dan pengurugan tanah melintang lereng. Terasering juga disebut pola bercocok tanam dengan sistem ber teras-teras (bertingkat) untuk mencegah terjadinya erosi tanah. Erosi yang berlangsung secara terus menerus

21

akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia. Hilangnya sumber daya alam yang ada, khususnya tanah dan berkurangnya kesuburan tanah akibat dari lahan yang longsor hasil dari bekas penambangan akan merugikan manusia. Dengan tera sering dapat menghambat terkikisnya tanah oleh aliran air hujan dan memperkecil terjadinya longsor. Adapun Fungsi terasering : 1. Menambah stabilitas lereng 2. Memudahkan dalam konservasi lereng 3. Memperpanjang daerah resapan air 4. Memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng 5. Mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) 6. Dapat digunakan untuk land scaping. B. Jenis – Jenis Teras Berdasarkan permenhut teras terdiri atas beberapa jenis sesuai dengan fungsinya masing-masing yang ditentukan berdasarkan tabel berikut, yaitu : 1. Teras Datar Sesuai dengan namanya, teras ini biasanya digunakan pada daerah yang relatif datar namun untuk mencegah terjadinya erosi, diperlukan pembuatan teras dengan standar teknis seperti berikut : a. Kemiringan lereng < 5 % b. Solum tanah dangkal < 30 cm c. Drainase baik d. Kemiringan tanah olahan tetap e. Tanggul tanah ditanami vegetasi/rumput Menurut Arsyad (1989), teras datar dibuat tepat menurut arah garis kontur dan pada tanah-tanah yang permeabilitasnya cukup besar sehingga tidak terjadi penggenangan dan tidak terjadi aliran air melalui tebing teras. Teras datar pada dasarnya berfungsi menahan dan menyerap air, dan juga sangat efektif dalam konservasi air di daerah beriklim agak kering pada lereng sekitar dua persen. Dalam Sukartaatmadja (2004) dijelaskan bahwa tujuan pembuatan teras datar adalah untuk memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah, yaitu dengan pembuatan selokan menurut garis kontur. Tanah galian ditimbun di tepi

22

luar sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Di atas pematang sebaiknya ditanami tanaman penguat teras berupa rumput makanan ternak. Menurut Schwab et al (1966), tujuan utama dari teras datar ini adalah konservasi air / kelembaban tanah, sedangkan pengendalian erosi adalah tujuan sekunder. Karena itu teras tipe ini dibangun di daerah dengan curah hujan rendah sampai sedang untuk menahan dan meresapkan air ke lapisan tanah. Di daerah yang permeabilitasnya tinggi, teras tipe ini dapat digunakan untuk tujuan yang sama di daerah dengan curah hujannya tinggi. 2. Teras Gulud Gulud atau guludan yang dimaksud adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang memotong kemiringan lereng. Fungsinya adalah untuk menghambat aliran permukaan, menyimpan air di bagian atasnya, dan untuk memotong panjang lereng. Bentuk teras gulud seperti yang terlihat pada gambar 3.1. a. Persyaratan 1) Cocok untuk kemiringan lahan antara 10-40%, dapat juga digunakan pada kemiringan 40-60%, namun kurang efektif. 2) Dapat dibuat pada tanah-tanah agak dangkal (> 20 cm). Tetapi mampu meresapkan air dengan cepat. b. Pembuatan dan pemeliharaan 1) Buat garis kontur sesuai dengan interval tegak (IV = interval vertikal) yang diinginkan. 2) Pembuatan guludan dimulai dari lereng atas dan berlanjut ke bagian bawahnya. 3) Teras gulud dan saluran airnya dibuat membentuk sudut 0,1- 0,5% dengan garis kontur menuju ke arah saluran pembuangan air. 4) Saluran air digali dan tanah hasil galian ditimbun di bagian bawah lereng dijadikan guludan. 5) Tanami guludan dengan rumput penguat seperti Paspalum notatum, bebe (Brachiaria brizanta), bede (Brachiaria decumbens), atau akarwangi (Vetiveria zizanioides) agar guludan tidak mudah rusak. 6) Diperlukan SPA yang diperkuat rumput Paspalum notatum agar aman.

23

Sumber : Lampiran Permenhut P.4/Permenhut-II/2011

Gambar 3.1 Teras Guludan Teras guludan adalah suatu teras yang membentuk guludan yang dibuat melintang lereng dan biasanya dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 10 hingga 15 %. Sepanjang guludan sebelah dalam terbentuk saluran air yang landai sehingga dapat menampung sedimen hasil erosi. Saluran tersebut juga berfungsi untuk mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah menuju saluran pembuang air. Kemiringan dasar saluran 0,1%. Teras guludan hanya dibuat pada tanah yang bertekstur lepas dan permeabilitas tinggi. Jarak antar teras guludan 10 meter tapi pada tahap berikutnya di antara guludan dibuat guludan lain sebanyak 3 – 5 jalur dengan ukuran lebih kecil. (Sukartaatmadja, 2004) Sedangkan menurut Priyono et. al. (2002), teras guludan adalah bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah dan selokan / saluran air yang dibuat sejajar kontur, dimana bidang olah tidak diubah dari kelerengan permukaan asli. Di antara dua guludan besar dibuat satu atau beberapa guludan kecil. Teras ini dilengkapi dengan SPA sebagai pengumpul limpasan dan drainase teras. Tata cara pembuatan teras guludan adalah sebagai berikut : a. Persiapan lapangan dengan pemancangan patok-patok menurut garis kontur dengan menggunakan ondol-ondol dan atau waterpass sederhana. Jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris rata-rata 10 m (sama dengan jarak antara dua guludan).

24

b. Pembuatan selokan teras dilakukan dengan menggali tanah mengikuti arah larikan patok. Ukuran selokan teras: dalam 30 cm, lebar bawah 20 cm, dan lebar atas 50 cm. c. Tanah hasil galian pada pembuatan selokan teras ditimbunkan di tepi luar (bagian bawah saluran) sehingga membentuk guludan dengan ukuran: lebar atas 20 cm, lebar bawah 50 cm dan tinggi 30 cm. Guludan dan selokan dibuat tegak lurus garis kontur. Pembuatan teras dimulai dari bagian atas lereng. d. Penanaman tanaman penguat teras pada guludan, dapat berupa jenis kayukayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm bila menggunakan stek / stump, atau ditabur jika menggunakan benih/biji, dan jarak tanam 30 – 50 cm jika menggunakan jenis rumput. Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang dibuat adalah: a. Mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan teras untuk digunakan memperbaiki guludan. b. Memperbaiki guludan dan memelihara tanaman penguat teras. 3. Teras Kredit Teras Kredit dengan standar teknis sebagai berikut : a. Kemiringan lereng 8-40% dan untuk tanaman semusim <15% b. Guludan ditanami legum atau rumput dan dipangkas secara reguler c. Guludan ditutup dengan mulsa hasil pangkasan d. Beda tinggi antar guludan + 1,25 m e. Solum tanah dangkal dan berpasir f. Kemiringan bidang olahan diusahakan tetap g. Permeabilitas tanah cukup tinggi Teras kredit biasanya dibuat pada tempat dengan kemiringan lereng antara 3 sampai 10 persen, dengan cara membuat jalur tanaman penguat teras (lamtoro, kaliandra, gamal) yang ditanam mengikuti kontur. Jarak antara larikan 5 sampai 12 meter. Tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah akibat erosi dari sebelah atas larikan. Lama kelamaan permukaan tanah bagian

25

atas akan menurun, sedangkan bagian bawah yang mendekat dengan jalur tanaman akan semakin tinggi. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga bidang olah menjadi datar atau mendekati datar. (Sukartaatmadja, 2004). Lebih lanjut dijelaskan, untuk mempercepat proses tersebut dapat ditempuh dengan beberapa jalan yaitu: (a) menarik tanah dari sebelah atas larikan ke arah larikan tanaman penguat teras, (b) pembuatan guludan sepanjang tanaman sehingga sedimentasi diperbesar, (c) pemberian serasah atau limbah pertanian atau batubatuan sepanjang tanaman dan sebagainya sehingga sedimentasi diperbesar. Bentuk teras kredit seperti yang terlihat pada gambar 3.2.

Sumber : Lampiran Permenhut P.4/Permenhut-11/2011

Gambar 3.2 Teras Kredit 4. Teras Kebun Teras jenis ini adalah jenis teras yang sering digunakan untuk perkebunan dengan kemiringan lereng yang relatif sedang. Lebar teras yang digunakan biasanya disesuaikan dengan jenis tanaman yang ditanam. Selain itu, adanya kemiringan lahan olahan ke dalam adalah dimaksudkan supaya air dapat terarah menuju Saluran Air. Berikut adalah standar teknis teras kebun : a. Kemiringan lereng 10-30 % b. Solum tanah > 30 cm c. Lebar teras ± 1,5 m

26

d. Teras miring kedalam ± 1 % e. Di luar teras ditanami tanaman penutup teras f. Cocok untuk ditanami tanaman perkebunan/tahunan g. Cocok untuk tanah dengan daya serap lambat.

Bentuk teras kebun dapat dilihat pada Gambar 3.3 dibawah ini.

Sumber : Lampiran Permenhut P.4/Permenhut-11/2011

Gambar 3.3 Teras kebun Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara 10 hingga 30 % yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman perkebunan. Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman sehingga pada areal tersebut terdapat lahan yang tidak diteras dan biasanya ditutup oleh vegetasi penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras disesuaikan dengan jenis komoditas. Dalam pembuatan teras kebun, lahan yang terletak di antara dua teras yang berdampingan dibiarkan tidak diolah. (Sukartaatmadja, 2004). Dalam Yuliarta, et. al., 2002, dijelaskan bahwa teras kebun merupakan bangunan konservasi tanah berupa teras yang dibuat hanya pada bagian lahan yang akan ditanami tanaman tertentu, dibuat sejajar kontur dan membiarkan bagian lainnya tetap seperti keadaan semula, biasanya ditanami tanaman penutup

27

tanah. Teras ini dibuat pada lahan dengan kemiringan 10 – 30 %, tetapi dapat dilakukan sampai kemiringan 50 % jika tanah cukup stabil / tidak mudah longsor. 5. Teras Bangku Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bidang olah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk tangga. Ada 3 jenis teras bangku : datar, miring ke luar, miring ke dalam, dan teras irigasi. Teras bangku datar adalah teras bangku yang

bidang olahnya datar

o

(membentuk sudut 0 dengan bidang horizontal). Teras bangku miring ke luar adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah lereng asli, namun kemiringannya sudah berkurang dari kemiringan lereng asli. Teras bangku miring ke dalam (gulir kampak) adalah teras bangku yang bidang olahnya miring ke arah yang berlawanan dengan lereng asli. a. Persyaratan 1) Tanah mempunyai solum dalam dan kemiringan 10-60%. Solum tanah lebih 90 cm untuk lereng 60% dan lebih 40 cm kalau lereng 10%. 2) Tanah stabil, tidak mudah longsor. 3) Tanah tidak mengandung bahan beracun seperti aluminium dan besi dengan konsentrasi tinggi. Tanah Oxisols, Ultisols, dan sebagian Inceptisols yang berwarna

merah

atau

kuning

(podsolik

merah

kuning)

biasanya

mengandung aluminium dan atau besi tinggi. 4) Ketersediaan tenaga kerja cukup untuk pembuatan dan pemeliharaan teras. 5) Memerlukan kerjasama antar petani yang memiliki lahan di sepanjang SPA. b. Cara pembuatan teras bangku 1) Pembuatan teras dimulai dari bagian atas dan terus ke bagian bawah lahan untuk menghindarkan kerusakan teras yang sedang dibuat oleh air aliran permukaan bila terjadi hujan. 2) Tanah bagian atas digali dan ditimbun ke bagian lereng bawah sehingga terbentuk bidang olah baru. Tampingan teras dibuat miring, membentuk sudut 200% dengan bidang horizontal. Kalau tanah stabil tampingan teras bisa dibuat lebih curam (sampai 300%).

28

Air aliran permukaan dari setiap bidang olah mengalir dari bibir teras ke saluran teras dan terus ke SPA sehingga hampir tidak pernah terjadi pengiriman air aliran permukaan dari satu teras ke teras yang di bawahnya.. Selain itu bagian bidang olah di sekitar saluran teras merupakan bagian yang kurang/tidak subur karena merupakan bagian lapisan tanah bawah (subsoil) yang tersingkap di permukaan tanah. Namun jika dibuat dengan benar, teras bangku gulir kampak sangat efektif mengurangi erosi. Bentuk teras bangku seperti yang terlihat pada gambar 3.4.

Sumber : Lampiran Permenhut P.4/Permenhut-11/2011

Gambar 3.4 Teras Bangku dan Saluran Pengendali Air 3) Kemiringan bidang olah berkisar antara 0% sampai 3% mengarah ke saluran teras. 4) Bibir teras dan bidang tampingan teras ditanami rumput atau legum pakan ternak. Contohnya adalah rumput Paspalum notatum, Brachiaria brizanta, Brachiaria decumbens, atau Vetiveria zizanioides dll. Sedangkan contoh legum pohon adalah Gliricidia, Lamtoro (untuk tanah yang pH-nya >6), turi, stylo, dll. 5) Sebagai kelengkapan teras perlu dibuat saluran teras, saluran pengelak, saluran pembuangan air serta terjunan. Ukuran saluran teras dengan lebar 15-25 cm, dalam 20-25 cm.

29

6) Untuk mengurangi erosi dan meningkatkan infiltrasi, pembuatan rorak bisa dilakukan dalam saluran teras atau saluran pengelak. 7) Kalau tidak ada tempat untuk membuat SPA, bisa dibuat teras bangku miring ke dalam. 8) Perlu mengarahkan air aliran permukaan ke SPA yang ditanami rumput Paspalum notatum dan bangunan terjunan air. 6. Teras Individu Teras individu yang dimaksud adalah pembuatan satu guludan untuk satu tanaman seperti yang terlihat pada Gambar 3.5.

Sumber : Lampiran Permenhut P.4/Permenhut-11/2011

Gambar 3.5 Teras Individu Berikut adalah standar teknis teras individu : a. Kemiringan lereng 10-50 % b. Solum tanah > 30 cm c. Jenis erosi : erosi permukaan d. Penggunaan lahan dengan tanaman kayu dengan penutup tanah Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30% hingga 50% yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di daerah yang curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik sehingga memungkinkan pembuatan teras individu.

30

Teras dibuat berdiri sendiri untuk setiap tanaman (pohon) sebagai tempat pembuatan lobang tanaman. Ukuran teras individu disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing jenis komoditas. Cara dan teknik pembuatan teras individu cukup sederhana yaitu dengan menggali tanah pada tempat rencana lubang tanaman dan menimbunnya ke lereng sebelah bawah sampai datar sehingga bentuknya seperti teras bangku yang terpisah. Tanah di sekeliling teras individu tidak diolah (tetap berupa padang rumput) atau ditanami dengan rumput atau tanaman penutup tanah. (Sukartaatmadja, 2004). 3.4

Erosi Erosi adalah penggerusan lapisan tanah bagian atas atau top soil yang

disebabkan oleh air dan angin (Nurpilihan, 2000). Top soil atau lapisan bagian paling atas tanah merupakan media tumbuh tanaman yang amat subur. Tebal lapisan tanah pucuk ini sangat bervariasi. Bila tanah pucuk atau top soil terus menerus tergerus oleh proses erosi maka dipermukaan tanah akan timbul sub soil. Lapisan tanah sub soil ini tidak dapat mendukung pertumbuhan tanaman sehingga pada gilirannya akan menurunkan produktivitas lahan dan produksi tanaman. Menurut David K. Norman (1997), erosi dipengaruhi oleh empat faktor utama, yaitu : 1. Iklim, yang menentukan berapa banyak hujan dan salju akan turun pada sebuah tempat. 2. Karakteristik tanah, yang menentukan erodibilitas dan infiltrasi. 3. Topografi atau kemiringan, yang menentukan kecepatan limpasan air yang menyebabkan erosi. 4. Vegetasi, yang memperlambat limpasan dan mencegah erosi pada tanah. 3.4.1 Mekanisme Terjadinya Erosi Mekanisme terjadinya erosi oleh Schwab (1999) diidentifikasikan menjadi tiga tahap yaitu : 1. Detachment yaitu penghancuran tanah dari agregat tanah menjadi partikelpartikel tanah. 2. Transportation yaitu pengangkutan partikel tanah oleh limpasan hujan atau run off .

31

3. Sedimentation yaitu sedimen/pengendapan tanah tererosi, tanah tererosi akan terendapkan pada cekungan-cekungan atau pada daerah-daerah bagian bawah. Cekungan-cekungan yang menampung partikel-partikel tanah akibat top soil yang tergerus kan menjadi area pertanian yang subur. Nurpilihan (2000) berpendapat dilihat dari tekstur tanah maka tekstur pasir lebih mudah terhancurkan oleh butiran-butiran hujan dibandingkan dengan terkstur lainnya, karena daya ikat antar partikel tanah yang lemah atau sedikitnya tekstur liat (yang berfungsi sebagai semen diantara partikel-parikel tanah). Sedangkan tekstur liat paling mudah diangkut (transportasi) dibandingkan tekstur lainnya karena ukuran partikel tanah yang kecil dibandingkan dengan tekstur lainnya. 3.4.2

Erosi Menurut Jenisnya Erosi ditinjau dari jenisnya dibagi menjadi lima yaitu :

1. Erosi lembar (sheet erosion) yaitu erosi yang akibatnya tidak dapat dilihat secara kasat mata karena pengikisan tanah yang diakibatkan oleh limpasan hujan sangat tipis (sheet/lembar). Keadaan ini baru dapat dirasakan bila kejadian sudah berulang kali atau bertahun-tahun dan produksi tanaman terus menurun atau bila kita membuat profil tanah setiap saat. 2. Erosi alur (reel erosion) yaitu tingkat erosi yang terjadi sudah menunjukkan gejala adanya alur-alur jalannya air hujan yang memyerupai parit-parit kecil di atas permukaan lahan. Besarnya alur-alur jalannya air ini amat tergantugn dari kemiringan lereng dan besarnya intensitas hujan, makin miring lahan dan makin besar intensitas hujan maka makin besar alur jalannya air hujan. 3. Erosi parit ( gully erosion) yaitu tingkat erosi yang akibatnya menimbulkan parit diatas permukaan lahan. Bentuk parit ini bervariasi yaitu bila bentuk pari menyerupai huruf U menandakan bahwa tekstur lahan tersebut adalah tekstur pasir, sementara bila bentuk paritnya menyeruoai huruf V maka dapat diprediksi tekstur liat sulit dihancurkan oleh butir-butir hujan semntara tekstur pasir sangat mudah

32

dihancurkan oleh butiran-butiran hujan sehingga menyebabkan perbedaan bentuk yang ditimbulkannya. 4. Erosi tebing sungai (streambank erosion) yaitu erosi yang terjadi pada tebing sungai. Air sungai yang mengalir akan menghantam tebing sungai sehingga lahan yang berada di tebing sungai semakin lama semakin tergerus oleh erosi tebing sungai yang pada giilirannya lahan pertanian sekitar tebing sungai akan mengecil sementara lebar sungai akan menjadi lebih lebar. Biasanya petani menanam tanaman bambu di sekitar tebing sungai untuk menahan erosi yang terjadi. 5. Longsor Ada beberapa pakar teknik tanah dan air yang berpendapat bahwa longsor ini masuk pada proses erosi, namun bila dilihat teori dai erosi yang menyebutkan bahwa erosi adalah proses penggerusan lapisan tanah bagian atas oleh air atau angin, maka longsor ini perlu dikaji apakah termasuk proses erosi atau tidak.

3.4.3 Perhitungan Tingkat Bahaya Erosi Tingkat bahaya erosi dapat dihitung dengan cara membandingkan tingkat erosi disuatu lahan dan kedalaman tanah efektif pada satuan lahan tersebut. Dalam hal ini tingkat erosi dihitung dengan menghitung perkiraan rata-rata tanah hilang tahunan akibat erosi lapis dan alur yang dihitung dengan rumus Universal Soil Loss Equation (USLE). Rumus USLE (Permenhut P.32/menhut-II/2011), dapat dinyatakan : A = R x K x LS x C x P…………………………………………………(Pers. 3.1) Keterangan : A

= jumlah tanah hilang (ton/ha/tahun)

R

= erosivitas curah hujan tahunan rata-rata (biasanya dinyatakan sebagai energi dampak curah hujan (MJ/ha) x intensitas hujan Maksimal (mm/jam)

K

= indeks erodibilitas tanah

LS

= indeks Panjang dan kemiringan lereng

C

= indeks pengelolaan tanaman

P

= indeks upaya konservasi tanah

33

Rincian bagaimana menentukan indeks-indeks tersebut dapat dilihat sebagai berikut : A.

Indeks erovitas curah hujan (R) Indeks erovitas curah hujan ditentukan untuk setiap satuan lahan. Data

curah hujan jarang didapat didaerah tangkapan air, terutama data tentang intensitas dan lam hujan, serta frekuensi terjadinya hujan. Timnbul permasalahan dalam ekstrapolasi data curah hujan dari stasiun cuaca di daerah hilir dan penerapan data tersebut sehubungan dengan perbedaan curah hujan didaerah hulu. Metode perhitunga erosivitas curah hujan tergantung pada jenis data curah hujan yang tersedia. Disarankan agar menggunakan rumus Bols jika diketahui jumlah curah hujan bulanan rata-rata, jumlah hari hujan dalam bulan tertentu dan curah hujan harian rata-rata maksimal pada bulan tertentu. Rumus indeks erosivitas curah hujan adalah : (

)

(

)

(

)

…………(Pers. 3.2)

Keterangan : Rm

= Erosivitas curah hujan bulanan rata-rata (

(Rain)m

= Jumlah curah hujan bulanan rata-rata maksimum (cm)

(Days)m

= Jumlah hari hujan bulanan rata-rata maksimum (hari)

(Max P)

= Curah hujan harian rata-rata maksimal maksimum (cm)

B.

)

Indeks Erodibilitas Tanah (K) Erodibilitas tanah merupakan faktor kepekaan tanah terhadap erosi, yaitu

mudah tidaknya tanah terkena erosi oleh air hujan. Nilai erodibilitas tanah yang tinggi pada suatu lahan menyebabkan erosi yang terjadi menjadi lebih besar dan sebaliknya. Besarnya nilai faktor erodibilitas tanah sangat tergantung dari sifat tanah tersebut yang dipengaruhi oleh tekstur, struktur, kadar bahan organik dan permeabilitas tanah (Suripin, 2002). Faktor erodibilitas tanah dengan kadar debu dan pasir sangat halus kurang dari 70% dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dari Wischmeier, Johnson, dan Cross (1971) dalam Permenhut P.32/menhut-II/2009. Adapun persamaanya sebagai berikut :

34

(

K=

)

(

)

(

)

(

)

………(Pers. 3.3)

Keterangan : K : Erodibilitas tanah M : (%debu + %pasir sangat halus)(100-%lempung) a : Bahan organik (%C organik x 1,724) b : Harkat struktur tanah c : Harkat tingkat permeabilitas tanah Tabel 3.1 Kode Struktur Tanah Untuk Menghitung Nilai K Dengan Nomograf Kelas Struktur Tanah ( ukuran diameter)

Kode

Granuler sangat halus(<1 mm)

1

Granuler halus ( 1 sampai 2 mm)

2

Granuler sedang sampai kasar (2 sampai 10 mm)

3

Berbentuk blok, blocky, plat, masif

4

Sumber : (Permenhut P.32/menhut-II/2009)

Tabel 3.2 Kode Permeabel Tanah Untuk Menghitung Nilai K Dengan Nomograf Kelas Permeabilitas

Kecepatan (cm/jam)

Kode

Sangat lambat

<0.5%

6

Lambat

0.5-2.0

5

Lambat sampai sedang

2.0-6.3

4

Sedang

6.3-12.7

3

Sedang sampai cepat

12.7-25.4

2

Cepat

>25.4

1

Sumber : (Permenhut P.32/menhut-II/2009)

35

Apabila kandungan debu dan pasir sangat halus lebih dari 70 % maka faktor erodibilitas tanah ditetapkan menggunakan nomograf erodibilitas tanah Wischmeier et.al (1971), seperti ditunjukkan pada Gambar 3.6.

Sumber : (Permenhut P.32/menhut-II/2009)

Gambar 3.6 Grafik Nomograph Erodibilitas Tanah Departemen Kehutanan Republik Indonesia menetapkan nilai erodibilitas tanah untuk berbagai jenis tanah di Indonesia seperti pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Faktor Erodibilitas (K) dari Departemen Kehutanan RI No.

Jenis Tanah

Nilai K

1.

Latosol coklat kemerahan dan litosol

0.43

2.

Latosol kuning kemerahan dan litosol

0,36

3.

Komplek mediteran dan litosol

0,46

4.

Latosol kuning kemerahan

0,56

36

Lanjutan Tabel 3.3 No. Jenis Tanah

Nilai K

5.

Grumusol

0,20

6.

Aluvial

0,47

7.

Regusol

0,40

Sumber : (Permenhut P.32/menhut-II/2009)

C.

Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) Informasi kemiringan lereng dan panjang lereng yang diperoleh dari

pengukuran lereng di lapangan yang kemudian dibagi tiap satuan lahan, menjadi satuan lahan yang lebih kecil dan terinci, berdasarkan kemiringan lereng dan panjang lereng. Informasi tersebut dapat digunakan untuk menghitung nilai LS pada nomograf yang dimodifikasi seperti Gambar 3.7.

Sumber : (Permenhut P.32/menhut-II/2009)

Gambar 3.7 Nomograf penentuan nilai LS

37

Cara penggunaan nomograf LS adalah sebagai berikut : 1. Panjang lereng (L) ditetapkan pada titik yang sesuai pada sumber horisontal

nomograf 2. Ditarik garis vertikal hingga memotong garis yang menunjukan kemiringan

lereng (S) 3. Dari titik perpotongan ini tarik garis horisontal hingga memotong sumbu

vertikal dimana nilai LS dapat dibaca. D.

Indeks Penutupan Lahan (Vegetasi) (C) Untuk faktor pengelolaan tanaman (C), diperoleh berdasarkan kondisi

vegetasi pada daerah penelitian, seperti yang terdapat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Indeks pengelolaan tanaman (nilai C) untuk pertanaman tunggal No 1

Jenis Tanaman Tanah terbuka, tanpa tanaman

2

Hutan

0,001

3

Sawah

0,01

4

Tanah kosong tidak diolah

0,95

5

Tegalan

0,7

6

Perladangan

0,4

7

Ubi kayu

0,8

8

Jagung

0,7

9 10 11 12 14 15 16 17 18 19

Kedelai Kentang Kacang tanah Padi gogo Pisang Akar wangi (sereh wangi) Rumput bede (tahun pertama) Kopi dengan penutup tanah buruk Talas Kebun campuran Kerapatan tinggi Kerapatan sedang Kerapatan rendah

38

Nilai Faktor C 1,0

0,399 0,4 0,2 0,561 0,6 0,4 0,287 0,2 0,85 0,1 0,2 0,5

Lanjutan Tabel 3.4 No 21

22

23

Jenis Tanaman

Nilai Faktor C

Hutan alam Serasah banyak Serasah sedikit Hutan produksi Tebang habis Tebang pilih Semak belukar, padang rumput

0,001 0,005 0,5 0,2 0,3

Sumber : (Permenhut P.32/menhut-II/2009)

E.

Indeks Pengelolaan Konservasi Lahan (P) Untuk indeks konservasi tanah (P), diperoleh berdasarkan upaya

konservasi tanah yang dilakukan pada daerah penelitian seperti pada Tabel 3.5. Tabel 3.5 Nilai P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Teknik Konservasi Tanah Tanpa tindakan pengendalian erosi Teras Bangku - Konstruksi Baik - Konstruksi sedang - Konstruksi Kurang Baik Strip Tanaman - Rumput Bahia - Clotararia - Dengan Kontur Pengolahan Tanah dan Penanaman menurut garis kontur - Kemiringan 0-8% - Kemiringan 8-20% - Kemiringan >20%

Nilai P 1,00 0,04 0,15 0,35 0,40 0,64 0,20 0,50 0,75 0,90

Sumber : (Permenhut P.32/menhut-II/2009)

F.

Kelas tingkat bahaya erosi Hasil perhitungan nilai laju erosi dengan menggunakan rumus USLE

kemudian diklasifikasi menjadi lima kelas, yaitu sangat ringan, ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Tabel 3.6 menunjukkan klasifikasi TBE.

39

Tabel 3.6 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (The classification of erosion danger level) Kelas TBE I II III IV V

Kehilangan Tanah Ton/Ha/Thn ≤ 15 > 15-60 > 60-180 > 180-480 > 480

Keterangan Sangat Ringan Ringan Sedang Berat Sangat Berat

Sumber : (Permenhut P.32/menhut-II/2009)

3.4.4

Penanganan dan Pengawasan Erosi Menurut David K. Norman dalam Best Management Practices for

Reclaiming Surface Mines in Washington and Oregon (1997), rencana penanganan dan pengawasan erosi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu rencana jangka pendek dan rencana jangka panjang. Rencana penanganan dan pengawasan erosi jangka pendek seperti : 1. Penanaman mulsa 2. Bal jerami 3. Pagar Kain 4. Jaring goni Rencana penanganan dan pengawasan erosi jangka panjang seperti : 1. Vegetasi 2. Parit pengalih 3. Kontur, Tanggul, Sengkedan, Selokan 3.5

Kebutuhan Tanah Pucuk Tanah pucuk memiliki unsur hara yang tinggi, sehingga sangat diperlukan

sebagai media penanaman. Adapun sistem perhitungan kebutuhan tanah pucuk, antara lain : 1. Sistem perataan tanah Untuk mengetahui volume tanah pucuk (top soil) yang akan digunakan dalam kegiatan penataan lahan dengan sisitem perataan tanah dapat digunakan rumus sebagai berikut :

40

Volume top soil = Luas (L) x Tebal top soil.…………………………(Pers. 3.4) 2. Sistem guludan a. Jumlah guludan per Ha = 10.000 m2 / (spasi guludan + lebar) x panjang).…………………(Pers. 3.5) b. Volume kebutuhan top soil = Luas area x jumlah guludan/ha x volume topsoil per guludan. ...(Pers. 3.6) 3. Sistem pot/ lubang tanam Untuk menghitung volume kebutuhan tanah pucuk dengan sistem pot dapat menggunakan rumus sebagai berikut : = Luas penampang atas x Luas penampang bawah x tinggi .……(Pers. 3.7) 3.6

Pembuatan Saluran Pembuangan Air Kegiatan penambangan berakibat pada terbentuk lubang bukaan tambang

dan lorong-lorong didalam tanah dengan ukuran dan kondisi fisik yanng berbedabeda, semntara itu untuk kepentingan sistem penyaliran tambang secara sitematis dan terencana belum ada hal ini dikarenakan air tanah yang masuk kelubang bukkan tambang dianggap tidak mengganggu kegiatan penambangan, dan kehadiran air tambang selama ini dapat diatasi dengan mengalirkan secara bebas melalui parit kecil pada dasar bukaan tambang. Paritan digunakan untuk mengalirkan debit air limpasan dari air hujan. Bentuk saluran penampang dibuat persegi empat berbentuk trapesium dengan kemiringan sisi 600. Bentuk penampang dibuat trapesium karena supaya lebih mudah pembuatannya dan juga memiliki debit yang lebih besar dibandingkan bentuk saluran penampang yang lain. Dalam merancang sistem penyaliran tambang, perhitungan dimensi saluran dilakukan dengan menggunakan rumus Manning : Q=

1 x R2/3 x S1/2 x A………………………………………………… (Pers. 3.8) n

Keterangan: Q

=

Debit aliran (m³/detik)

n

=

Koefisien kekasaran saluran

A

=

luas penampang saluran (m2)

41

R

=

jari – jari hidrolis (m)

S

=

kemiringan dasar saluran (%) B

d

α b

Gambar 3.8 Bentuk Saluran Terbuka Bentuk saluran penampang dibuat persegi empat berbentuk trapesium dengan kemiringan sisi 600, digunakan rumus : Z = 1/tan (600)

= 0,58 ………………………………………… (Pers. 3.9)

b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d = 1,152.d ……………………………………… (Pers. 3.10) R

= d/2 ……………………………………………(Pers. 3.11)

B = (b + Z).d

= 1,732 .d ………………………………………(Pers. 3.12)

Tabel 3.7 Tipikal harga koefisien kekasaran saluran (n) (Sumber : Gautama, 1999) No.

Tipe saluran

Harga n Minimum Normal Maksimum

1

Beton a) Gorong-Gorong lurus dan bebas dari kotoran

0,01

0,011

0,013

b) Gorong-gorong dengan lengkungan dan sedikit kotoran c) Beton dipoles

0,011

0,013

0,014

0,011

0,012

0,014

d) Saluran pembuangan dengan bak control

0,013

0,015

0,017

42

Lanjutan Tabel 3.7 No.

Tipe saluran

Harga n Minimum Normal Maksimum

2

3

Tanah, lurus dan seragam a) Bersih baru

0,016

0,018

0,02

b) Bersih telah melapuk

0,018

0,022

0,025

c) Berkerikil

0,022

0,025

0,03

d) Berumput pendek, sedikit tanaman pengganggu Saluran alam

0,022

0,027

0,033

a) Bersih lurus

0,025

0,03

0,033

b) Bersih berkelok-kelok

0,033

0,04

0,045

c) Banyak tanaman pengganggu

0,05

0,07

0,08

d) Dataran banjir berumput pendek – tinggi e) Saluran di belukar

0,025

0,03

0,035

0,035

0,05

0,07

43

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada Penelitian yang dilakukan di PT. Semen Padang didapatkan beberapa informasi yang dapat menujang tujuan dilakukan penelitian diantaranya yaitu Area lahan reklamasi, ketersediaan tanah pucuk, tingkat bahaya erosi, serta pengendalian erosi dan sedimentasi. 4.1

Area Lahan Reklamasi Metode penambangan yang diterapkan PT Semen Padang secara side hill

quarry yang merupakan metode penambangan bahan galian pada daerah perbukitan. Operasi penambangan dilakukan pada lahan seluas 206 Ha, dengan luas lokasi rencana reklamasi pada penelitian ini adalah 3,2 Ha yang berlokasi di area Parak Kopi, ±40 m barat crusher VI. Peta topografi Parak Kopi dapat dilihat pada Lampiran D. Kegiatan penataan lahan yang akan dilakukan adalah menata bentuk lahan penimbunan tanah yang tidak teratur menjadi lahan yang tertata, dan kemudian siap digunakan untuk kegiatan revegetasi. Penataan lahan yang dimaksud adalah upaya-upaya yang akan dilakukan untuk mengatur bentuk lahan untuk penanganan erosi serta penataan tanah pucuk (top soil). Untuk itu, kegiatan penataan lahan disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Hasil pengamatan dan pengukuran geometri jenjang dilapangan diketahui bahwa tiap jenjangnya memiliki lebar jenjang, tinggi jenjang, panjang jenjang, dan slope yang beragam. Pengelolaan lahan daerah timbunan berupa teras bangku konstruksi kurang baik dan tanpa tanaman. Geometri jenjang yang beragam dan tanpa tindakan pengelolaan lahan dan tanaman tersebut nantinya direncanakan dengan tindakan pengelolaan lahan dan tanaman, agar mengurangi dampak erosi dan memiliki nilai estetika visual. Kegiatan pengukuran geometri area timbunan tanah Parak Kopi dilakukan dengan jarak interval pengukuran 50 m untuk lebar teras dan 100 m untuk panjang

44

lereng. Kegiatan pengukuran dan rona lereng timbunan Parak Kopi dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Kegiatan pengukuran dan rona lereng timbunan Parak Kopi Dari hasil sayatan peta topografi Parak Kopi pada Lampiran D, didapatkan rona timbunan tanah yang akan dilakukan kegiatan reklamasi. Hasil sayatan timbunan tanah dan Crusher VI, dapat dilihat pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Hasil sayatan geometri dilapangan Geometri timbunan tanah sebelum dilakukan kegiatan reklamasi dari hasil sayatan timbunan tanah dan crusher VI, dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Tabel 4.1.

45

Gambar 4.3 Geometeri Timbunan Tanah Parak Kopi Tabel 4.1 Tabel geometri timbunan area Parak Kopi Jenjang

Elevasi (mdpl)

1 2 3 4 5

411-381 381-347 347-342 342-338 338-331

Tinggi Jenjang (m) 30 34 5 4 7

Bank Width (m) 37,89 35,32 3,32 4,47 8,22

Lebar Teras (m) 9 12 10 10 0

Panjang kemiringan Lereng (m) 48,33 49,03 6 6 10,8

Dari data panjang, lebar dan tinggi geometri timbunan tanah Parak Kopi, diketahui volume tanah yang ada pada kondisi sebenarnya adalah 1.254.773 m3, perhitungannya dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Volume timbunan tanah Parak Kopi Jenjang 1 2 3 4 5

Luas Sebenarnya (tinggi x lebar), m² 563,0455 2183,95 478,92 438,5 882,15 Jumlah

46

Panjang Teras, m 242 251 306 306 329

Volume, m³ 136.257 548.171 145.937 134.181 290.227 1.254.773

4.2

Ketersediaan Tanah Pucuk Pemilihan sistem penanaman didasarkan pada jumlah tanah pucuk yang

tersedia dilapangan, berkaitan dengan hal itu diketahui jumlah tanah pucuk yang tersedia hingga periode april 2017 sebanyak 840 m3 (sumber : Dept. Perencanaan PT. Semen Padang). Ketersediaan tanah pucuk tersebut didapatkan dari volume tanah pucuk hasil pembukaan lahan area Pengembangan yang sedang dalam proses pembersihan lahan. Sistem penebaran tanah pucuk yang dipilih pada kegiatan penelitian ini adalah menggunakan sistem pot. Alasan dipilihnya sistem tersebut dikarenakan tanah pucuk yang tersedia tidak cukup untuk sistem perataan tanah maupun sistem guludan. Metoda sistem pot ini dilakukan dengan cara membuat pot/lubang tanam pada area timbunan tanah area Parak Kopi yang telah diratakan, kemudian diisi dengan menggunakan tanah pucuk. 4.3

Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Berdasarkan hasil perhitungan tingkat bahaya erosi untuk lahan timbunan

tanah area Parak Kopi, diketahui nilai tingkat bahaya erosi yang terjadi adalah 2.018,47

( Kategori Sangat Berat). Perhitungan tingkat bahaya erosi

dapat dilihat pada Lampiran G. Agar lahan yang telah ditata tidak mudah rusak serta tanah pucuk yang telah ditata tidak hanyut terbawa air maka perlu dilakukan tindakan-tindakan pengendalian erosi. Salah satu cara untuk membatasi kecepatan air limpasan adalah dengan pembuatan teras dan saluran pembuangan air. Kondisi timbunan tanah area Parak Kopi sebelum dilaksanakannya reklamasi belum memiliki saluran pembuangan air, sehingga air limpasan hujan akan langsung mengalir ke dasar timbunan tanah.

47

BAB V PEMBAHASAN

5.1

Tingkat Bahaya Erosi Sebelum Reklamasi Tingkat bahaya erosi yang terjadi pada timbunan tanah sebelum dilakukan

kegiatan reklamasi adalah 2.018,447

, dengan kategori sangat berat.

Untuk meminimalisir tingkat bahaya erosi, maka akan dilakukan kegiatan reklamasi pada lahan timbunan tanah parak kopi. 5.2

Penataan Area Reklamasi Geometri timbunan tanah dilapangan memiliki bentuk yang beragam.

Geometri tersebut akan dilakukan perubahan sesuai dengan geometri rencana. Perubahan geometri ini dimaksudkan agar memperpendek ukuran panjang untuk satu lereng timbunan tanah area Parak Kopi. Untuk meminimalisir dampak erosi, maka pada lereng pertama dan kedua akan dilakukan perubahan geometri, dengan cara memperpendek ukuran panjang lereng tersebut. Masing-masing panjang lereng pertama dan kedua tersebut akan diperpendek menjadi 2 bagian. Tanah hasil perpotongan lereng tersebut nantinya akan ditumpahkan ke lereng dibawahnya. Geometeri rencana ini dilakukan tanpa mengubah panjang keseleruhan lereng itu sendiri, dikarenakan adanya akses jalan pada dasar timbunan tanah tersebut. Penataan Geometri jenjang rencana dan geometri jenjang rencana dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan 5.2. Waktu pelaksanaan kegiatan penataan dilakukan selama 60 hari (Lampiran K). Setelah geometri jenjang rencana diketahui dan direncanakan, selanjutnya memplotkan geometri tersebut kedalam peta. Peta zona reklamasi timbunan tanah Parak Kopi dapat dilihat pada Lampiran E. Pemilihan terasering didasarkan slope atau kemiringan lereng hasil penataan lahan dan didasarkan dengan rencana reklamasi PT. Semen Padang.

48

Teras bangku dipilih dikarenakan cocok dengan Slope atau kemiringan (10 hingga 65) % timbunan tanah area Parak Kopi.

Gambar 5.1 Penataan Geometri Jenjang Rencana

Gambar 5.2 Geometri Jenjang Rencana Rona atau bentuk timbunan tanah rencana dapat diketahui dari hasil sayatan peta zona reklamasi. Hasil sayatan timbunan tanah rencana dapat dilihat pada Gambar 5.3

49

Gambar 5.3 Hasil sayatan geometri rencana Dimensi terasering yang direncanakan memiliki ukuran yang beragam. Terasering tersebut memiliki isi teras berupa : bidang penguat, SPA, dan lubang tanam. Hasil akhir penataan pada jenjang dapat dilihat pada tabel 5.1 Tabel 5.1 Hasil Akhir Penataan pada Jenjang

Jenjang 1 2 3 4 5 6 7

Elevasi (mdpl) 411396 396381 381364 364347 347342 342338 338331

Panjang Lereng (m)

Lebar Teras (m)

21,20

6

24,10

7

21,78

6

24,49

10

6

10

6

10

10,77

-

Isi Teras Bidang Penguat, SPA, dan Lubang tanam Bidang Penguat, SPA, dan Lubang tanam Bidang Penguat, SPA, dan Lubang tanam Bidang Penguat, SPA, dan Lubang tanam Bidang Penguat, SPA, dan Lubang tanam Bidang Penguat, SPA, dan Lubang tanam Bidang Penguat, SPA, dan Lubang tanam

50

Slope 45° 38° 51° 44° 57° 42° 41°

Dari hasil akhir penataan jenjang tersebut dapat digambarkan dimensi isi terasering, contoh gambar dimensi isi terasering RL 364 dan RL 347 dapat dilihat pada gambar 5.4.

Gambar 5.4 Contoh gambar dimensi isi terasering RL 364 dan RL 347 5.3

Penebaran Tanah Pucuk

5.3.1 Jumlah lubang tanam / Pot Penelitian ini menggunakan jarak (4 x 4) m pada jenjang timbunan untuk tanaman Jabon merah, dan (0,5 x 0,5) m pada lereng untuk tanaman Rumput gajah. Dimensi dari pot/lubang tanam untuk tanaman Jabon merah adalah kedalaman 1 m, panjang 1 m, lebar penampang atas 1,5 m dan lebar penampang bawah 1 m, sehingga volume setiap pot/lubang tanam tanaman Jabon merah adalah 1,5

. Dimensi dari pot atau lubang tanam tanaman Rumput gajah di

lereng adalah kedalaman 0,1 m, panjang 0,1 m lebar penampang atas 0,1 m dan lebar penampang bawah 0,1 m, sehingga volume setiap pot/lubang tanam tanaman Rumput gajah adalah 0,001

.

Jumlah lubang tanam yang dibuat sebanyak 288 pot lubang Jabon Merah dan 90.000 lubang Rumput Gajah, sehingga tanah pucuk yang dibutuhkan untuk sistem ini sebanyak 522 m3. (Perhitungan jumlah lubang pada lampiran I).

51

5.3.2 Rancangan Pembuatan dan Pengisian Lubang Tanam / Pot Setelah penentuan sitem penataan lahan dipilih maka selanjutnya dilaksanakan rancangan pembuatan lubang tanam/pot. Rancangan lubang tanam/pot ini dibuat agar mempermudah pelaksanaan penataan lahan dengan total lahan 3,2 Ha. Pembuatan lubang tanam/pot dilakukan dengan bantuan tenaga manusia 5 orang pekerja. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat lubang tanam keseluruhan sebanyak 90.288 lubang ialah 39 hari dengan waktu kerja 8 jam per hari. (Perhitungan waktu pembuatan lubang pada lampiran J). 5.4

Revegetasi Tanaman yang menjadi pilihan pada teras dalam kegiatan reklamasi adalah

tanaman Jabon Merah. Dipilihnya tanaman jabon merah karena : a. Adanya kesesuaian iklim yaitu iklim tropis, kesesuaian suhu yaitu 20-30o C, dan kesesuaian ketinggian daerah yaitu 0-1000 mdpl. b. Jabon merah mudah ditanam pada tanah yang kurang gembur c. Cepat tumbuh d. Teknik budidaya relatif mudah e. Kebutuhan biaya relatif sedikit f. Kebutuhan tenaga kerja sedikit Tanaman yang menjadi pilihan pada lereng dalam kegiatan reklamasi adalah tanaman Rumput gajah. Dipilihnya tanaman jabon merah karena : a. Tanaman rumput-rumputan dapat tumbuh dengan cepat sehingga dalam waktu pendek tanah telah dapat tertutupi oleh tanaman tersebut secara rapat dan tebal. b. Rumput gajah dapat hidup diberbagai tempat (0 – 3000 dpl). c. Bagian atas dari tanaman (daun-daunan) mampu melindungi permukaan tanah dari percikan air hujan dan memperlambat aliran permukaan. d. Bagian bawah tanaman (perakaran) dapat memperkuat resistensi tanah dan membantu melancarkan infiltrasi air kedalam tanah. 5.5

Pembuatan SPA Pembuatan SPA ditentukan berdasarkan jumlah debit curah hujan rencana

yang dihasilkan oleh masing-masing DTH. DTH (daerah tangkapan hujan) yang digunakan adalah DTH 15. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui jumlah debit saluran untuk DTH 15.

52

Pembuatan saluran dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Perhitungan dimensi saluran dan waktu yang diperlukan untuk membuat saluran yang berada pada keseluruhan jenjang ialah 8 hari. Dimensi saluran terbuka berbentuk trapesium dengan lebar penampang atas masing-masing jenjang 1,5 m, lebar penampang bawah 1 m, kedalaman 1 m dengan kemiringan sisi 60o (perhitungan Lampiran H). 5.6

Penurunan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Berdasarkan perhitungan tingkat bahaya erosi sebelum penataan lahan

dilakukan, didapatkan nilai tingkat bahaya erosi sebesar 2.018,47

(Kategori Sangat Berat). Setelah penataan lahan dilakukan, maka didapatkan nilai tingkat bahaya erosi sebesar 44,92

( Kategori Ringan) perhitungan

dapat dilihat pada Lampiran G. Nilai tersebut didapatkan dengan catatan pada kegiatan penataan lahan dilakukan pembuatan terasering dengan isi teras berupa bidang penguat, saluran pembuangan air (SPA), dan lubang tanam yang nantinya akan ditanami tanaman Jabon merah dan Rumput gajah. Perhitungan tingkat bahaya erosi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kekritisan lahan setelah lahan tersebut digunakan, dan menjadi dasar penataan terhadap lahan. Penurunan nilai tersebut dikarenakan air yang berperan besar dalam penyebab terjadinya erosi telah berkurang, dengan adanya saluran pembuangan air dan tanaman pada lereng dan jenjang timbunan. Air tidak langsung jatuh menuju lantai jenjang. Air yang jatuh pada lereng akan ditahan dan diperlambat oleh tanaman yang tumbuh di lereng, yang kemudian mengalir menuju saluran pembuangan air. Sedangkan air yang jatuh pada lantai jenjang terkumpul dan diserap oleh tanaman.

53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan Berdasarkan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat

ditarik kesimpulan dari hasil kegiatan penataan lahan pada lahan bekas penambangan Batu kapur PT. Semen Padang, Indarung, Sumatera Barat sebagai berikut : 1. Tingkat Bahaya Erosi (TBE) sebelum penataan lahan 2.018,47 (Kategori Sangat Berat) 2. Geometri jenjang pertama dan kedua akan diperpendek menjadi 2 bagian tiap jenjangnya, dengan volume tanah galian 30 m3 per meternya. Tanah hasil galian kemudian ditimbun ke jenjang dibawahnya dengan volume yang sama. Penataan lahan dilakukan selama 60 hari. 3. Berdasarkan geomteri lahan yang ada, lahan akan ditata dan dibentuk teras bangku. Pengelolan tanah pucuk ini dilakukan dengan menggunakan sistem pot, pembuatan dan pengisian pot dilakukan selama ± 39 hari dengan jam kerja 8 jam, menggunakan tenaga manusia. Jarak tanam Jabon merah adalah 4 x 4 m sejumlah 288 batang, sedangkan jarak tanam untuk rumput gajah 0,5 m x 0,5 m sejumlah 90.000 batang. Tanah pucuk yang tersedia hingga april 2017 berjumlah 840 m³, dan kebutuhan tanah pucuk untuk menanam Jabon merah dan Rumput gajah sejumlah 522 m3. 4. Penanaman tanaman Jabon merah dilakukan pada teras area timbunan dan Rumput gajah pada lereng area timbunan dan tanggul teras. 5. Pengendalian erosi dan sedimentasi dilakukan dengan pembuatan teras dan pembuatan saluran terbuka. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, dimensi saluran terbuka berbentuk trapesium dengan lebar penampang atas masingmasing jenjang antara 1,5 m, lebar penampang bawah 1 m, kedalaman 1 m dengan kemiringan sisi 60o. Lama waktu pengerjaan pembuatan saluran selama 8 hari. 54

6. Penurunan Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dari 2.018,47 Sangat Berat) menjadi 44,92 6.2

(Kategori

( Kategori Ringan).

Saran Saran dari hasil kegiatan penelitian ini, antara lain :

1. Perlu adanya pengelolaan dan penyimpanan tanah pucuk (top soil), agar pada saat kegiatan reklamasi lebih mudah dilaksanakan. 2. Penelitian ini belum mengkaji tentang aspek ekonomi, untuk meneruskan penelitian ini diharapkan ditambahkan mengenai aspek ekonomi agar lebih lengkap.

55

DAFTAR PUSTAKA

1. Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2. Bafdal, Nurphilan, Kharistya Amaru, dan Edy Suryadi. 2011. Buku Ajar Teknik Pengawetan Tanah dan Air. Bandung. Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Pertanian Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran 3. David K. Norman. 1997. Best Management Practices for Reclaiming Surface Mines in Washington and Oregon. 4. R. Hariyanto, dan Sudaryanto. 2015. Praktek Tambang Terbuka. Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakrata. 5. Rudy S. Gautama. 1999. Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang. Institut Teknologi Bandung. 6. Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta. 7. Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. ANDI. Yogyakarta. 8. Waterman Sulistyana B. 2016. Perencanaan Tambang 1. Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakarta. 9. Yanto Indonesianto. 2014. Pemindahan Tanah Mekanis. Jurusan Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta. 10. ______, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Jakarta. 11. ______, 2009, Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta. 12. ______, 2010, PP no 78 tahun 2010 tentang reklamasi dan pasca tambang. Jakarta. 13. ______, 2011, P.4/Menhut-II/2011 tentang pedoman reklamasi hutan. Jakarta. 14. ______, 2014, Permen ESDM no 7 tahun 2014 tentang pelaksanaan reklamasi dan pasca tambang pada kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara. Jakarta.

56

LAMPIRAN A SPESIFIKASI ALAT

A. Spesifikasi Cat 320D

Gambar A.1 Dimensi Cat 320D

58

Gambar A.2 Dimensi Cat 320D

59

LAMPIRAN B DATA CURAH HUJAN TAHUN 2007-2016

Tabel B.1 Data Curah Hujan Harian Tahun 2007 (mm)

Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Hari hujan Hujan Tertinggi Hujan Terendah Jumlah Curah Hujan Curah Hujan Rata-Rata

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 10,6 0 47,7 2 15,5 3,2 0 0 0 0 0 2 75,6 0 0 0,3 0 1,4 0 1,4 0 64,9 0 0 49,1 0 0 14,8 0 0 0 0 42,3 0 39 0 100,3 0 10,1 7,8 7,7 7,2 0 0 26,8 0 0,5 0 0,5 0 5,6 6 3 2,7 0 0 0 0 2 0 1,8 0 0 0 0 32 0 0 0 0 27,1 0 0 0 0 0 0 8,5 28 0 39,2 1,3 6,6 33 1,9 0 0 0 8,2 5 0 16 84,3 127,6 8 0,3 0 0 0 63 0 0 14,8 12,8 21,5 1,9 9,5 20,4 0 0 0 6 0 4,8 0 0,2 0 12,6 37,2 4,9 54,8 0 0 16 0 91,6 0 0 0 0,3 9,9 56,4 71,5 0 0 0,5 0 0 0 0 5,9 0,2 0 36 0 11,5 60 5 0 0 0 0 0 2,7 0 2,9 2,7 10,4 30,5 11,8 38,5 1,4 0 58 0 12,3 6,4 120 5,4 17 21,8 0,9 19 34,8 0 0 9,3 1,4 0 44,3 0 17,8 12,5 4 0 15,7 0 1,7 0 26,4 0 1 0 0 10 0 0 84 0 0 4,9 2,2 0 0 40 0,5 0 34 7 15,2 24,4 0,5 0 88,2 0 8,2 0 111,8 19,3 67,6 0 13,7 75,8 13,5 0,7 9,2 0 0 0 4,5 90 0 0 29,5 0 29,6 1,2 14,4 7,6 0,6 60,5 0 11,1 0 4,4 0 17 3,8 0 27 48,8 0 48,1 0 0 36 0,5 0 1,4 6,2 45,6 43,5 0 0 230 0 0 5,7 0 35,3 59,1 0 0 49,2 0 0 0 0 0 101,1 0 0,5 2,2 3,6 0 8 1,8 24,4 0 92,3 5,2 4 1,7 0 1 0 0 0,8 0 97 16,2 21 24,4 1,2 10,3 0 0 18,7 2 0 0 100,7 0 1,8 0 0 6 0 68,8 0 15 0 17 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4,1 38,6 0 0 0,6 0 12,5 0,8 20 0 0 21,3 2,1 0 0 1,8 37,8 57 0 11,6 0 0,5 4,5 5,1 0,6 8,5 0 16 10 14 22 15 18 11 16 14 23 16 19 230,00 111,80 90,00 101,10 38,60 91,60 75,80 58,00 84,30 127,60 48,80 120,00 0,50 0,50 0,50 0,30 0,50 0,50 1,00 0,20 0,70 0,20 0,80 0,30 769,00 288,60 348,70 413,10 167,00 386,50 297,60 169,00 336,50 572,10 223,20 584,20 48,06 28,86 24,91 18,78 11,13 21,47 27,05 10,56 24,04 24,87 13,95 30,75

(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)

60

Tabel B.2 Data Curah Hujan Harian Tahun 2008 (mm)

Tanggal Januari Februari Maret April Mei 1 0 163 0,5 0 0 2 0 1,8 13 0 0 3 0 0 34,9 2 0 4 0 36,1 0 2,5 0 5 0 0 0 0 0 6 0 0 1,1 0 0 7 0 0 0 0 0 8 0 0 0 0,8 0 9 9,3 0 40 9,6 3,4 10 0 0 4,6 8,4 0 11 0 11,8 11,3 16 6 12 0 0 144,6 0,2 0 13 0 0 43 0 0 14 3,5 0 4,2 0 0 15 2 0 1,4 0 0 16 0 0 3,1 0 0 17 0 0 0 76,5 0 18 0 0 130 0 0 19 12,3 0 21,6 25,7 0 20 0 17 0 0,3 0 21 0 25,1 0 4,5 0 22 14,1 68 60 75,3 0 23 0 0 9,5 11,4 0,7 24 0 0 0 2 0,9 25 0 30 4,3 18,4 61 26 11,5 18,1 10,1 0 46,5 27 1,2 0 0 0 0 28 14,5 17,3 0 0 0 29 19,3 17,8 0 5 29,5 30 0 0 5,5 25,5 31 2,8 10,1 9,5 Jumlah Hari hujan 10 11 19 17 9 Hujan Tertinggi 19,3 163 144,6 76,5 61 Hujan Terendah 2,8 1,8 0,5 0,2 0,7 Jumlah Curah Hujan 90,5 406 547,3 264,1 183 Curah Hujan Rata-Rata 9,05 36,91 28,81 15,54 20,33

Juni 1,8 23 0 32,5 19,7 81,7 39 60,7 0 0 0 0 0 0 0 0 0,4 0 75,9 0 0 0 0 0 0 1,8 0,7 107,3 0 41 13 107,3 0,4 485,5 37,35

(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)

61

Juli Agustus September Oktober November Desember 11 0 0,6 80,8 0 0 0 0 29,2 0 2,5 4,5 0 0 0,8 0 28,7 0,4 81 0 37 7,6 37,1 2,7 0 0 43,1 3,8 0 15,1 0 0 0 2 9 11 0 0 3,8 66 61,5 39,9 40,1 2,5 0 4 0,2 125,9 0 0 7,4 0,3 18,5 26,7 1,8 7,2 1 25,2 0 0 20,4 1 9,8 8,3 14,3 0 0 0 0 3,7 2 1,7 0,8 0 3,5 44,6 0 2,7 79 0 11,9 5,6 1 14,2 3 59,5 8 0 0 26,8 0,9 0 1,2 0,3 69,5 0,2 4 0 0 24,2 0 0 49,3 10,2 0 20,4 100 0 0 1,5 0 9,8 4,2 0 0 0 0 26,1 2,9 0 18,1 20 48 4,9 0 78,3 118,3 20,1 0 3,5 0 83,6 0 1 0 10,7 0 7,5 0 39,8 26 0 2,5 14,8 0,2 0,9 0 0 12,9 114,6 1,7 16,5 32 0 2,2 2,8 0 7,9 11,3 0 1,8 1,2 0 5,8 0 0 27 4,2 0 2,9 0 0 0 85 0 2,4 30,7 0 0 4,1 0 27,9 0 0,7 15 17 18 20 19 24 118,3 59,5 48 80,8 100 125,9 0,2 0,9 0,6 0,3 0,2 0,2 429,6 227,1 305,3 351,8 397,8 668,6 28,64 13,36 16,96 17,59 20,94 27,86

Tabel B.3 Data Curah Hujan Harian Tahun 2009 (mm)

Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Hari hujan Hujan Tertinggi Hujan Terendah Jumlah Curah Hujan Curah Hujan Rata-Rata

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 2,4 1 15 24,8 0 3,5 14,3 0 0 44 0 56 35,6 21,5 0 40,5 1 0,2 0 0 1 19,2 0 0 4,2 43,6 12,7 0 7,1 0,3 0 0 2,8 0 2,6 0 19,6 0,3 0 7,8 30,2 23,4 0 0 0 0 18,1 9,2 0 0 0,6 0 0,4 0 0 0 0,6 52,2 1 8,3 65,7 0 42,2 100,6 4,7 0 0 11,8 0 4,7 16,7 0,7 0 0 19 4,2 4,6 0 0,5 0 0 0 83,5 6,2 0 0 0 0 0 3,2 1,4 12,1 0 0 6,2 5,9 0 0 0 0,3 25,2 0 2,6 12,6 53 0 0,2 0,1 1,2 0 0 32,3 1,3 0 0,2 0 0 0 48,4 0 0 0 0 2,6 0 0 172,4 3,7 0 0 23,5 0 0 0 2 15,8 10,4 0 24,8 3,8 0 0 18,8 0 4,7 0 15,2 4,5 0 0 0 14,5 0 0 4,2 0 0 0,2 70 0 39 0 0 44 0 0 30,9 21 0 2,2 8,5 1,1 3,2 0 0 6,1 123,3 0,8 3 62,6 0 0 0 5,2 6,4 48,7 33,5 0 66,5 4,6 87,5 0 0 0 0 0 16 2,6 0 32 0,7 0 6 2,7 0 0 0 0 0 0 0 0 19,6 0 24,2 2,8 0 8,3 0 0,5 0 0 1,4 3,9 0 2,4 9 38,5 22 19,5 0 0 0 0 0 0 0 0 19,5 0 0 0 0 1,2 0 0 0 1 0 63 14 0 0 43,7 0,7 2,9 0 13 0 25,4 0 16,2 25 0 0 1,5 1,1 5 0 0 8,3 10,1 0 0 30,5 0,1 0,3 55,3 0 0 0 7,3 9,4 0 0 0 6,9 1,5 17,5 0 0 0 0 0 57 0 3,7 86 0 30,2 0 0 23,2 0 0 2,2 0,7 1,2 0 0 7,7 10,3 6,8 11,4 20,8 0 0 2,8 7,9 4,6 0 0 24,5 0,2 3 2 0 0 0 6,1 0 36,5 44,1 94,7 6,7 6,2 19,8 0 0 0 6,3 101,6 0 2,7 1 33,5 80,1 40 5 2,5 0 14,3 0,1 0 0 2,8 10 24 29 0 0 0 20,4 54,2 0 15 12 14 17 13 14 16 17 11 14 27 21 65,70 55,30 70,00 100,60 39,00 48,70 172,40 44,00 123,30 94,70 87,50 80,10 0,30 0,20 0,60 0,50 0,40 0,20 0,20 1,00 0,60 0,80 0,20 0,10 271,80 210,50 236,00 251,80 149,50 133,90 436,10 243,70 318,00 445,80 562,10 366,60 18,12 17,54 16,86 14,81 11,50 9,56 27,26 14,34 28,91 31,84 20,82 17,46

(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)

62

Tabel B.4 Data Curah Hujan Harian Tahun 2010 (mm)

Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Hari hujan Hujan Tertinggi Hujan Terendah Jumlah Curah Hujan Curah Hujan Rata-Rata

Januari Februari Maret April Mei 5,7 0 0 10,2 0 0 75,2 74,7 3,8 66,4 11,6 0 5,5 78,5 0 4,1 5,6 7 33,5 11,2 0 1 0 0 0 0 34,5 10 0,7 0 0 0 91,5 1,5 0 47,5 0 25,6 2,6 53,2 0 0 233,6 3,5 0 0 0 10 11 0 13,6 18,5 1,6 1,2 0 0,9 0 0 0 0 36 21,5 0 0 0 45,2 13,3 15,3 0 4 0 7 63,6 1,4 91,4 0 31,2 6,7 57,7 14,6 25,1 5 18,5 0 0 31 4,8 3,9 2,3 0 29,2 0 0 0 0 3,2 1,9 3 3,7 0 0 45 7,2 0 0 2,3 34 2,9 0 0 0 0 3,4 4,9 0 0 24,5 0 5 0 0 0 0 0 0 9 0 137,1 1,6 0 0 103,8 0,5 10,6 0 0 0 92,6 0 0 0 0 0 0 0,4 0,8 0 34,2 0 0 5,7 15 16 22 19 7 47,50 103,80 233,60 78,50 91,40 0,40 1,00 0,50 0,70 4,00 264,80 426,80 815,00 233,70 280,70 17,65 26,68 37,05 12,30 40,10

Juni 3 28,1 0 21 186,2 9,4 3 34,8 0 0 0 0 0 0 4,4 0 0 0 0 28,5 0 0 2,5 0,8 0 0 0 4,5 20 0 13 186,20 3,00 346,20 26,63

(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)

63

Juli Agustus September Oktober November Desember 45,8 0 0 28,6 41,6 12 3,6 0 7,4 90 68,9 13,8 5,7 1,2 17 56,3 44,2 0 0 2 41,2 0 41,1 12,7 0 0 0,5 11,3 0 18,2 0 0 0 11,8 0 0 0 0 3 0 14,3 0 93,2 0 19 0 14 0 0 59,3 0 0 19,2 0 0,2 0 0 40,5 24,2 0 1 0 0 11,8 44,6 0 3 0 0 8,2 14 0 16,8 0 0 168,5 6 9,9 0,4 32 0 10,2 0 21,4 5,6 16,5 0 0 0 22 93 7 0,5 0 10,2 0 30,3 0,9 16 0 30,1 4 0 74,5 4,2 0 20,5 0 8 20,2 0,2 0 0 0 0 55,5 39 1,5 7,5 0 1 0 102,5 0 9 0 37,4 0 18 0 0 0 0 0 100 0 0,8 0 1,3 0 3 17,7 0 0 0 0 64,5 14 0 5,5 16 0,2 0 47,5 6,9 7,8 0 0 93,7 4,5 7,2 41,5 6 3 0 0 109 1,7 0 18,7 8 22,2 20,1 35,1 4 0 1,5 16 26,6 0,3 0 17,8 41,6 0 19 14 19 18 22 14 93,20 74,50 102,50 168,50 109,00 41,50 0,20 0,20 0,20 4,50 0,80 0,30 372,30 308,80 539,20 602,20 580,00 205,90 19,59 22,06 28,38 33,46 26,36 14,71

Tabel B.5 Data Curah Hujan Harian Tahun 2011 (mm)

Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Hari hujan Hujan Tertinggi Hujan Terendah Jumlah Curah Hujan Curah Hujan Rata-Rata

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 0 0 0 0,2 0 1,8 0 0 35,2 0 6,1 7,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 63,5 94,5 10 31,1 0 2,5 0 0,8 0 6,8 0 0 127,3 15,3 2,8 53,2 0 7,5 0 15,2 0 0 0 0 111,2 9,6 12,5 0 3,5 0 8,5 99,4 0 8 0 0 35,3 0 49 0 0 0 2 5 0 0 0 11 32,3 0 7 0 0 0 0,5 0 0 0 29,9 0 3,4 0 0 0 5,4 13 0 0 0 0 0 3 96 12 0 0 0 19 0 0 0 0 0 30,5 11,5 0 47,5 0 6 39 0 28,5 0 0 22,9 0 0 0 0 0 7,3 1 0 1,5 7,8 11,4 0 10,2 0 0 0 0 0 0 0 0 176,3 0 0 0 21,5 8,5 0 0 0 0 0 0 11 0 0 0 2,3 3,2 0 0 0 0 0 0 0 3 33,6 5,8 0 0 0 2 0 31,5 0 0 0 16 1 0 25 12 0 0 0 5 0 0 4,4 0 5 0 0 68,8 0 0 0 1,4 6 0 0 12,6 10 0 0 5,5 0 0 0 17,7 0 10 0 0 0,3 0 83 0,2 0 1,5 11 2,5 0 0 0 0,4 5,3 18 2 9,5 0 0 10,2 0 7,5 0 0 1 74 34,2 0 33,7 0 0,6 0 26,8 2 0 0 2,8 15,2 17,3 0 0 0 20,3 8 0 9 33,3 0 0 0 30,5 0 0 0 0 15,5 0 0 46 0 0 0 2 67 27,5 0 0 14,3 1,5 0 3 0 0 7 1 41 16,4 5,6 0 17 2 0 20,2 0 44 0 5,1 5,5 2,5 0 0 46 5,5 0 0 0 7,8 27,3 0,2 9,8 0 0 54,5 12,3 1,5 7 0 0 0 0 37,4 11,9 0 1,3 76,9 5 0 9,6 3,5 0 0 0 10,1 136 2,5 13,6 36 0 0 125 0 0 0 4,6 3,4 0 0 19 149,5 0 27 0 0 0 0 0 0 6,7 3 21 0 0 17,3 0 10 8 16 18 10 15 4 11 13 17 21 17 49,00 76,90 46,00 149,50 21,00 125,00 176,30 44,00 74,00 37,40 136,00 94,50 1,30 0,60 3,00 0,20 0,50 0,80 4,40 1,00 0,30 0,20 2.,3 0,20 156,00 240,10 219,50 327,10 73,10 420,20 199,50 113,80 266,70 238,20 895,00 329,20 15,60 30,01 13,72 18,17 7,31 28,01 49,88 10,35 20,52 14,01 42,62 19,36

(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)

64

Tabel B.6 Data Curah Hujan Harian Tahun 2012 (mm)

Tanggal Januari Februari 1 0 0 2 0 0 3 0 0 4 0 0 5 0 0 6 0 0 7 0 0 8 0 0 9 0 0 10 0 0 11 0 0 12 0 0 13 0 0 14 0 0 15 0 0 16 0 0 17 0 0 18 0 0 19 0 0 20 0 0 21 0 0 22 0 99 23 0 36 24 0 13,1 25 0 12,5 26 0 14 27 0 0 28 0 65,5 29 0 89,5 30 0 31 0 Jumlah Hari hujan 0 7 Hujan Tertinggi 0,00 99,00 Hujan Terendah 0,00 12,50 Jumlah Curah Hujan 0,00 329,60 Curah Hujan Rata-Rata 0,00 47,09

Maret 0 13 0 0 60 16,5 19,5 165 2,5 4 22 0 0 0 0 0 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 4 23 53,5 12 165,00 2,50 397,00 33,08

April 43,5 0 0 0 0 0 0 0 36,5 0 0 61 18 2 0 6 9 8,5 0 6,5 4 0 0 54 0 1,5 20 0 0 0 13 61,00 1,50 283,50 21,81

Mei 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00

Juni 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00

(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)

65

Juli Agustus September Oktober November Desember 0 0 0 0 46 54 0 0 0 0 3 0 0 0 0 3 20 0 0 53 0 0 52 0 0 2,5 91 1,5 53 4 0 0 0 0 47 0 0 52,5 29 0 6,5 0 0 0 0 0 25 37,5 0 0 0 0 30,5 0 0 0 12 1,5 26 36 0 0 0 0 18,5 48 0 0 16,5 0 10 82,5 0 0 108,5 0 0 0 0 11,5 0 0 0 0 0 33,5 0 133,5 40,5 0 0 34,5 13 10 0 0 0 15,5 0 28,5 16 0 0 6 0 5 30 0 0 0 0 11 18,5 0 0 3 55,5 6 0 0 0 0 87 43 0 0 0 24 21,5 23 0 0 0 22 0 66 0 0 0 34,5 45 0 81 0 0 3 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26 0 0 33 0 0 15,5 0 0 0 0 0 7,5 0 0 0 0 0 0 0 50 35 0 0 36,5 23 0 16 11 14 19 6 0,00 53,00 108,50 133,50 81,00 82,50 0,00 2,50 12,00 1,50 3,00 4,00 0,00 397,00 519,00 419,00 610,50 268,00 0,00 24,81 47,18 29,93 32,13 44,67

Tabel B.7 Data Curah Hujan Harian Tahun 2013 (mm)

Tanggal Januari Februari 1 32 0 2 6 0 3 0 0 4 0 12 5 0 27 6 0 48,9 7 11 0 8 8,5 0 9 19 0 10 14,5 0 11 0 0 12 0 38 13 37 36 14 0 57 15 0 0 16 0 0 17 0 44 18 0 43 19 0 52 20 0 31 21 12 41 22 0 0 23 0 0 24 0 0 25 40,5 0 26 21 0 27 18,5 0 28 0 0 29 0 30 54 31 0 Jumlah Hari hujan 12 11 Hujan Tertinggi 54,00 57,00 Hujan Terendah 6,00 12,00 Jumlah Curah Hujan 274,00 429,90 Curah Hujan Rata-Rata 5,07 7,54

Maret 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 0 97 0 0 61 0 0 28 0 9 0 0 41 26 6 24 0 73 24 0 9 12 97,00 6,00 421,00 4,34

April 0 69 66 27 29 79 57 32 5,5 0 0 0 0 0 0 26 89 28 0 0 0 0 6 0 0 71 0 0 0 0 13 89,00 5,50 584,50 6,57

Mei 21 0 0 0 0 46 24 20 0 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 79 0 0 0 6 0 0 0 0 0 7 79,00 6,00 204,00 2,58

Juni 0 0 0 39 0 0 0 0 0 14 92 27,5 0 0 0 0 0 0 0 60 0 0 0 0 0 0 0 0 35 3 7 92,00 3,00 270,50 2,94

(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)

66

Juli Agustus September Oktober November Desember 5 34 0 0 9 2 0 38 5 0 44 2 0 0 0 0 9 130 0 0 0 0 47 131,5 68 54 29 0 57 1 0 0 3 0 7 0 0 0 17 0 18 24 0 147 0 0 86 15 59 38 0 0 3 2,5 0 0 33 4 2 8 0 34 18 9 7 14 48 0 0 9 23 0 62 0 0 0 3,5 21 5 0 44 0 21 0 11 0 0 6 43 0 0 0 11 0 24 2 0 0 0 24 107 2 72 0 0 2 1 0 0 19 0 6 1 0,9 0 38 0 15 20 3 0 0 0 13 1 0 0 0 0 2 3 0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 14 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 69 0 0 14 84 37 3 2 109 26 0 0 6 28 106 38 0 72 0 11 11 9 16 26 17 72,00 147,00 44,00 72,00 107,00 131,50 5,00 13,00 3,00 2,00 1,00 0,90 408,00 499,00 197,00 258,00 583,50 590,90 5,67 3,39 4,48 3,58 5,45 4,49

Tabel B.8 Data Curah Hujan Harian Tahun 2014 (mm)

Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Hari hujan Hujan Tertinggi Hujan Terendah Jumlah Curah Hujan Curah Hujan Rata-Rata

Januari Februari Maret April Mei 0 0 0 33 0 0 0 0 7 0 15,5 0 12 4 0 60 0 17 24 1 15 0 56 0 2,5 0 0 37 28 1 89 34 0 0 14 24 0 0 3 63 0 0 0 0 57 3,5 0 0 0 2 0 0 0 0 4 14 0 0 20 6 59 0 0 3 30 0 0 0 0 47 13 32 0 11 1 28 0 0 5 1,5 3 0 0 2 1 0 0 17 2,5 9,5 0 0 14 14 12 0 0 4,5 8 5 0 0 0 13 10 12 33 4 1,5 19 0 17 5 0 0 0 0 0 49 0 4 0 0 6 0 0 0 0 54 53 4 0 0 5 102 2 0 0 12 3 6 0 1 4 0 8 0 5 0 13 2 16 4 11 22 25 89,00 34,00 56,00 54,00 102,00 2,00 17,00 4,00 1,00 1,00 352,00 116,00 187,50 328,00 480,50 22,00 29,00 17,05 14,91 19,22

Juni 9 28 0 18 92 2 6 2 3 1 0 0 59 17 16 0 0 15 17 1 0 0 9 7 1 48 13 0 0 20 92,00 1,00 384,00 19,20

(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)

67

Juli Agustus September Oktober November Desember 0 2,5 4 0 9 1 0 2 9 4 67 31 1 5 20 28 97 33 17 0 0 78 0 0 31 18 12 3 12 0 2 1 18 0 9 0 27 4 0 0 4 0 32 0 0 0 98 0 31 0 0 0 32 7 1 0 0 18 7 1 1,5 45 0 1 6 2 62 32 1,5 0 30 3 36 46 0 0 7 1 1 32 7 0 49 48 0 0 3 86 7 4 0 3 0 30 1,5 2 0 17 0 0 3,5 4 16 1 0 28 19,5 0 2 5 0 23 21 24 0 1 6 19 18 1 0 11 7 4 22 2 0 1,5 0 11 1 59 0 0 0 0 57 53 0 2 6 6 93 4 0 30 17 33 7 14 0 72 2,5 4 71 69 0 22 5 8 114 14 0 1 30 41 0 2 0 1 0 0 83 2 0 0 0 11 3 0 10,5 1,5 59 4 15 24 15 20 28 24 62,00 72,00 30,00 86,00 114,00 69,00 1,00 1,00 1,50 1,00 1,00 1,00 286,00 380,50 163,00 515,00 976,50 385,00 19,07 15,85 10,87 25,75 34,88 16,04

Tabel B.9 Data Curah Hujan Harian Tahun 2015 (mm)

Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Hari hujan Hujan Tertinggi Hujan Terendah Jumlah Curah Hujan Curah Hujan Rata-Rata

Januari Februari Maret April Mei 0 4 12 24 0 0 0 25 9 29 0 0 0 0 13 0 0 0 0 0 2 0 0 8 0 2 17 0 7 0 0 3 0 0 0 13 1 0 6 18 54 0 0 16 0 3 0 0 2 0 4 0 22 0 0 0 0 24 27 4 0 0 1 23 1 45 0 1 4 5 2 0 48 22 113 0 0 54 2 1 0 34 2 5 21 42 7 1 33 32 0 69 0 1 2 0 0 87 38 4 4 0 0 1 0 0 0 0 1 3 0 0 29 13 0 34 0 0 46 0 28 0 2 1 4 1 2 1 0 108 8 7 0 93 1 1,5 4 0 1 0 0 0 0 10 3 0 0 0 7 4 0 17 10 15 23 17 54,00 69,00 87,00 93,00 113,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 253,50 148,00 313,00 383,00 369,00 14,91 14,80 20,87 16,65 21,71

Juni 2 0 26,5 43 1,5 3 2 4 27 7 10 33 1 0 1 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 43,00 1,00 169,00 12,07

(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)

68

Juli Agustus September Oktober November Desember 0 0 0 0 0 72 0 26,0 0 1 0 36 0 106,0 0 0 25 0 0 4,0 0 2 92 26 0 0 1 7 0 19 0 6,0 2 12 9 1 0 7,0 0 0 0 0 0 4,0 0 0 28 3 0 5,0 2 14 32 0 6,00 3,0 9 9 0 69 0 6,0 10 0 14 63 1,00 48,0 0 0 167 28 20,00 0 0 0 13 57 39,00 3,0 0 1 2 29 0 0 5 0 27 53 0 4,0 0 0 14 13 3,00 26,0 0 0 25 0 5,00 0 0 0 0 0 16,00 0 0 5 0 0 56,00 0 0 0 0 0 14,00 2,0 0 0 35 0 0 4,0 1 0 53 0 0 0 22 0 52 0 0 0 0 0 7 0 0 1,0 0 0 17 0 13,00 1,0 3 0 82 0 4,00 0 0 0 0 19 0 0 23 0 0 1 1,00 0 9 0 20 0 0 2,0 3 2 17 1 0,50 5,0 24 0 13 19 12 10 20 16 56,00 106,00 23,00 24,00 167,00 72,00 1,00 1,00 1,00 1,00 7,00 1,00 178,50 263,00 90,00 77,00 731,00 490,00 13,73 13,84 7,50 7,70 36,55 30,63

Tabel B.10 Data Curah Hujan Harian Tahun 2016 (mm)

Tanggal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Hari hujan Hujan Tertinggi Hujan Terendah Jumlah Curah Hujan Curah Hujan Rata-Rata

Januari Februari Maret April Mei Juni 0 51 3 14 0 0 0 13 0 0 52 12 0 0 0 8 32 48 47 0 0 0 1 0 0 10 28 10 4 7 8 37 1 60 3 0 0 47 35 46 0 0 0 27 3 2 12 46 0 1 1 17 47 0 0 8 68 0 21 0 0 0 3 12 0 0 0 0 59 114 4 19 15 0 23 1 8 52 0 0 5 0 16 54 16 0 14 0 6 0 6 0 9 0 28 2 0 0 4 35 0 247 8 0 23 8 0 57 34 0 2 0 0 0 54 0 10 0 0 1 0 0 4 0 0 0 0 0 171 9 80 57 0 2 21 5 0 64 0 18 0 0 86 0 0 2 31 28 3 20 0 0 2 8 58 18 0 0 3 0 0 0 12 0 27 0 49 0 0 0 0 0 2 0 0 21 7 13 0 10 0 0 10 11 25 17 20 15 54,00 51,00 171,00 114,00 86,00 247,00 8,00 2,00 1,00 1,00 1,00 1,00 210,00 216,00 571,00 384,00 525,00 704,00 21,00 19,64 22,84 22,59 26,25 46,93

(Sumber : PT. Semen Padang, 2017)

69

Juli Agustus September Oktober November Desember 0 18 0 0 0 11 0 73 0 4 0 0 0 1 0 28 0 0 0 0 0 78 0 81 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28 0 0 0 0 0 0 40,1 0 0 0 0 14,8 0 0 64 0 18 0 1,8 0 15 0 1 0 20,4 18 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0,8 85 30 0 0 0 79 111 3 0 86 0 3 42 0 0 30 0 0,9 5 0 0 0 0 4 17 0 0 28 24,4 49,3 33 0 0 23 75,8 0 44 0 0 19 0 0 0 18 0 4 17 18,1 45 2 0 11 1,4 118,3 8 28 0 0 59,1 0 32 171 0 6 2,2 0 18 103 0 33 1 0,2 0 30 0 4 0 1,7 0 0 0 8 68,8 0 0 0 0 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 11 0 0 0 12 59 0 12 16 0 20 10 15 111,00 171,00 0,00 86,00 75,80 118,30 5,00 1,00 0,00 1,00 1,00 0,20 458,00 582,00 0,00 495,00 292,50 429,60 38,17 36,38 0,00 24,75 29,25 28,64

1. Curah Hujan a. Data Curah Hujan Tabel B.11 Data Curah Hujan Tahun 2007 – 2016 (mm)

Curah Hujan Bulanan (mm) januari februari maret april mei juni juli agustus september oktober november desember 2007 769 288,6 348,7 413,1 167 386,5 297,6 169 336,5 572,1 223,2 584,2 2008 90,5 406 547,3 264,1 183 485,5 429,6 227,1 305,3 351,8 397,8 668,6 2009 271,8 210,5 236 251,8 149,5 133,9 436,1 243,7 318 445,8 562,1 366,6 2010 264,8 426,8 815 233,7 280,7 346,2 372,3 308,8 539,2 602,2 580 205,9 2011 156 240,1 219,5 327,1 73,1 420,2 199,5 113,8 266,7 238,2 895 329,2 2012 0 329,6 397 283,5 0 0 0 397 519 419 610,5 268 2013 274 429,9 421 584,5 204 270,5 408 499 197 258 583,5 590,9 2014 352 116 187,5 328 480,5 384 286 380,5 163 515 976,5 385 2015 253,5 148 313 383 369 169 178,5 263 90 77 731 490 2016 210 216 571 384 525 704 458 582 0 495 297,6 429,6 Jumlah 2641,6 2811,5 4056 3452,8 2431,8 3299,8 3065,6 3183,9 2734,7 3974,1 5857,2 4318 Rata-Rata 264,16 281,15 405,6 345,28 243,18 329,98 306,56 318,39 273,47 397,41 585,72 431,8 Tahun

b. Perhitungan Curah Hujan Curah hujan rata-rata bulanan

= 41827 mm : 120 bulan = 348,6 mm/bulan

2. Hari Hujan a. Data Hari Hujan Tabel B.12 Data Hari Hujan Tahun 2007 – 2016 (hari) Tahun

januari februari maret april 2007 16 10 14 22 2008 10 11 19 17 2009 15 12 14 17 2010 15 16 22 19 2011 10 8 16 18 2012 0 7 12 13 2013 12 11 12 13 2014 16 4 11 22 2015 17 10 15 23 2016 10 11 25 17 Jumlah 121 100 160 181 Rata-Rata 12 10 16 18

mei 15 9 13 7 10 0 7 25 17 20 123 12

Hari Hujan Bulanan (hari) Total Hari Hujan juni juli agustus september oktober november desember Tahunan 18 11 16 14 23 16 19 194 13 15 17 18 20 19 24 192 14 16 17 11 14 27 21 191 13 19 14 19 18 22 14 198 15 4 11 13 17 21 17 160 0 0 16 11 14 19 6 98 7 11 11 9 16 26 17 152 20 15 24 15 20 28 24 224 14 13 19 12 10 20 16 186 15 12 16 0 20 10 15 171 129 116 161 122 172 208 173 1766 13 12 16 12 17 21 17

b. Perhitungan Hari Hujan Hari hujan rata-rata bulanan

= 1766 hari : 120 bulan = 14,72 hari

70

 15 hari

LAMPIRAN G PERHITUNGAN TINGKAT BAHAYA EROSI

A. Tingkat Bahaya Erosi Sebelum Penataan Lahan  Diketahui : Jumlah curah hujan bulanan rata-rata yaitu 34,9 cm Jumlah hari hujan bulanan rata-rata yaitu 15 hari Curah hujan harian rata-rata maksimal yaitu 10,3 cm Sehingga : =  Bedasarkan uji pengamatan langsung terhadap deskripsi jenis tanah, maka diketahui jenis tanah dilapangan adalah Tanah latosol coklat kemerahan dan Litosol. Sehingga apabila dimasukan kedalam tabel faktor Erodibilitas (K), maka didapatkan nilai 0,43.  Diketahui panjang lereng yang di tinggalkan pada akhir penambangan yaitu 120 m dan tinggi 80 m, dengan S 61,5%. Sehingga dari nomograf dibawah ini didapatkan nilai LS 30,5.

75

 Berdasarkan tabel indeks pengelolaan tanaman (C) didapatkan nilai 1,0 yaitu tanah kosong tidak diolah.  Berdasarkan tabel indeks konservasi tanah didapatkan nilai P senilai 0,35 yaitu teras bangku dengan konstruksi kurang baik. Sehingga diketahui : R

=

K

= 0,43

LS

= 30,5

C

=1

P

= 0,35

Perhitungan dengan menggunakan rumus USLE : A = R x K x LS x C x P

= 2.018,47

( Kategori Sangat Berat)

B. Tingkat Bahaya Erosi Setelah Penataan Lahan  Diketahui : Jumlah curah hujan bulanan rata-rata yaitu 34,9 cm Jumlah hari hujan bulanan rata-rata yaitu 15 hari Curah hujan harian rata-rata maksimal yaitu 10,3 cm Sehingga : =  Bedasarkan uji pengamatan langsung terhadap deskripsi jenis tanah, maka diketahui jenis tanah dilapangan adalah Tanah latosol coklat kemerahan dan Litosol. Sehingga apabila dimasukan kedalam tabel faktor Erodibilitas (K), maka didapatkan nilai 0,43.

76

 Diketahui panjang lereng yang di tinggalkan pada akhir penambangan yaitu 114 m dan tinggi 80 m, dengan S 61,5%. Sehingga dari nomograf dibawah ini didapatkan nilai LS 29,7.

 Berdasarkan tabel indeks pengelolaan tanaman (C) yaitu dengan penanaman tanaman Jabon merah dan diselingi dengan tanaman rumput gajah, yang berarti memiliki nilai 0,2 ( Kebun campuran dengan kerapatan sedang).  Berdasarkan tabel indeks konservasi tanah didapatkan nilai P 0,04 yaitu Teras Bangku Konstruksi baik. Perhitungan dengan menggunakan rumus USLE :



A = R x K x LS x C x P

= 44,92

( Kategori Ringan)

Kegiatan Penataan Lahan yang dilakukan adalah perbaikan jenjang lereng, penataan dengan pengadaan terasering pada jenjang termasuk pembuatan saluran dan penanaman tumbuhan dengan tujuan menstabilkan lereng.

77

LAMPIRAN H PERHITUNGAN DIMENSI SPA DAN WAKTU PEMBUATAN SPA

Analisis curah hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya metode analisis frekuensi langsung (direct frecquency analysis). Analisis ini dilakukan untuk menentukan curah hujan rencana berdasarkan data curah hujan yang tersedia. Jika waktu pengukuran curah hujan lebih lama (jumlah data banyak), hasil analisis semakin baik. Data curah hujan yang digunakan adalah data dari Mine Plan Department milik PT. Semen Padang. Data yang ada diolah dengan menggunakan Distribusi Gumbell. Sebelum dilakukan perhitungan, terlebih dahulu tentukan curah hujan maksimum di setiap bulannya. Lalu kemudian didapat dapat curah hujan maksimum pada tahun tersebut. Rumus untuk menghitung curah hujan rencana adalah seperti di bawah ini. Xt

= X + k . S (mm/hari)

k

= (Yt – Yn) / Sn

Keterangan : Xt = Curah hujan rencana (mm/hari) X = Curah hujan rata – rata (mm/hari) Yn = Reduced mean Sn = Reduced standart deviation

k = Reduced variate factor Yt = Reduced variate S = Standart deviation

A. Periode Ulang dan Resiko Hidrologi Penentuan periode ulang hidrologi dapat menggunakan rumus : L

Pt  1 

78

Keterangan : Pt

= Resiko hidrologi (kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal satu kali pada periode ulang tertentu).

Tt

= Periode ulang (dalam rancangan ini digunakan periode ulang 5 tahun).

TL

= Umur tambang (10 tahun). Tabel H.1 Resiko Hidrologi Pada Periode Ulang Berbeda Periode Ulang Hujan (Tr) Tahun

Resiko Hidrogeolgi (Pr) %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 B.

100 99,902 98,266 94,369 89,263 83,849 78,594 73,692 69,205 65,132

Perhitungan Curah Hujan Rencana Untuk menghitung curah hujan rencana, terlebih dahulu harus dicari

beberapa variabel, yaitu sebagai berikut : Tabel H.2 Perhitungan Curah Hujan Rencana Curah Hujan Curah Hujan ( X - X Rata No. Tahun Maxsimum (X) Rata - rata SD n m rata) ^2 (mm) (mm) 1 2007 230,00 181,53 2349 42,20 10 3 2 2008 163,00 181,53 343 42,20 10 8 3 2009 172,40 181,53 83 42,20 10 5 4 2010 233,60 181,53 2711 42,20 10 2 5 2011 176,30 181,53 27 42,20 10 4 6 2012 165,00 181,53 273 42,20 10 7 7 2013 147,00 181,53 1192 42,20 10 9 8 2014 114,00 181,53 4560 42,20 10 10 9 2015 167,00 181,53 211 42,20 10 6 10 2016 247,00 181,53 4286 42,20 10 1 Rata - rata = 181,53 Total = 16038,00 Rata-rata =

Yn 0,86 0,25 0,58 1,06 0,71 0,36 0,13 -0,02 0,47 1,38 0,58

Yn Rata - (Yn - Yn Rata SN rata rata) ^2 0,58 0,58 0,58 0,58 0,58 0,58 0,58 0,58 0,58 0,58

79

0,08 0,11 0,00 0,23 0,02 0,05 0,20 0,35 0,01 0,65 1,70

0,43 0,43 0,43 0,43 0,43 0,43 0,43 0,43 0,43 0,43

Periode Ulang Resiko Hujan (Tr) Hidrologi (Pr) (tahun) % 1 100,00 2 99,90 3 98,27 4 94,37 5 89,26 6 83,85 7 78,59 8 73,69 9 69,21 10 65,13

Yt

k

Xt

I

0,52 0,75 0,90 1,01 1,10 1,17 1,24 1,29 1,34

-0,13 0,41 0,75 1,00 1,21 1,37 1,52 1,64 1,75

176,10 198,71 213,18 223,89 232,41 239,48 245,54 250,83 255,52

61,05 68,89 73,90 77,62 80,57 83,02 85,12 86,96 88,59

1. Perhitungan Curah Hujan Harian Rata-rata

= 181,53 mm/hari

X =

2. Perhitungan Reduced Mean Nilai reduced mean dapat diterapkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Yn = -log[-log{

(

Keterangan : n = jumlah sample m = urutan sample (1,2,3,…)

Maka nilai Reduced Mean adalah : Misal untuk m = 4 yaitu Yn = -log[-log{

(

= 0,71

3. Perhitungan Reduced Mean Rata-rata ( Yn ) (

Yn = = 0,58 4. Perhitungan Standart Deviation (SD)

Nilai dari Standart Deviation dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :



(

Maka nilai Standart Deviation (SD) adalah :

√ = 42,2

80

X)

5. Perhitungan Reduced Standart Deviation (Sn) Nilai dari Reduced Standart Deviation dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : √ (

Yn )

Maka nilai Reduced Standart Deviation (Sn) adalah : √ Berdasarkan perhitungan data curah hujan di atas maka diperoleh : Reduced Mean Rata-rata ( Yn )

= 0,86

Reduced standart deviation (Sn)

= 0,434

Standart deviation (SD)

= 42,2

Curah Hujan Rata-rata ( X )

= 181,53 mm/hari

6. Perhitungan Reduced Variate (Yt) Nilai dari Reduced Variate dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : Yt = -log[-log{ Keterangan : T = Periode ulang (tahun) Maka nilai Reduced Variate adalah :

T = 5 tahun Yt = -log[-log{

= 1,01

7. Perhitungan Faktor Reduced Variate (k) Nilai dari Faktor Reduced Variate dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

81

Maka nilai K adalah :

=1 8. Perhitungan Curah Hujan Harian Rencana Untuk

mengetahui

besarnya

curah

hujan

harian

rencana

dapat

menggunakan rumus sebagai berikut : Xt

= X + k . SD

Maka nilai curah hujan harian rencana (Xt) adalah : Curah Hujan Rencana = 181,53 + (1 x 42,2) = 223,73 mm/hari. D. Perhitungan Intensitas Curah Hujan Penentuan intensitas curah hujan dimaksudkan untuk mendapatkan kurva durasi yang nantinya akan digunakan sebagai dasar perhitungan air limpasan di daerah penelitian. Penentuan intensitas curah huajan dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya dengan persamaan Monnonobe, yaitu: ( Harga

adalah besarnya curah hujan maksimum (curah hujan rencana) pada

periode ulang hujan 3 tahun yang telah ditentukan yaitu sebesar 198.83 mm/hari. Nilai t adalah data durasi hujan rata-rata dalam satu bulan di daerah penelitian yaitu sebesar 1 jam. Maka perhitungan intensitas curah hujan dalam satuan jam yaitu : (

= 77,56 mm/jam

Tabel H.3 Kategori Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan Kategori Curah Hujan

Intensitas Curah Hujan (mm/jam) 1 jam

24 jam

Hujan sangat ringan

<5

<5

Hujan ringan

1–5

5 – 20

Hujan normal

5 – 20

20 – 50

Hujan lebat

10 – 20

Hujan sangat lebat

> 20

(Sumber: Rudy Sayoga Gautama, 1999)

82

50 – 100 > 100

Berdasarkan hasil perhitungan intensitas curah hujan diatas, daerah penambangan PT. Semen Padang termasuk dalam kategori hujan sangat lebat dengan intensitas curah hujan sebesar 77,56 mm/jam. E. Perhitungan Dimensi Saluran Pembuangan Air Untuk menghitung jumlah (debit) air limpasan permukaan dari suatu daerah dapat digunakan rumus rasional, yaitu : Qmaks = 0,278 x C x I x A (m3/detik) Keterangan : Q = debit (m3/detik) C = koefisien limpasan I = intensitas hujan (mm/jam) A = luas daerah tangkapan hujan (km2)

Tabel H.4 Koefisien Limpasan C Topografi, Ct Datar (<1%) Bergelombang (1-10%) Perbukitan (10-20 %) Pegunungan ( >20% )

Tanah, Cs

Vegetasi, Cv

0,03

Pasir dan Gravel

0,04

Hutan

0,04

0,08

0,08

0,26

Lapisan batu

0,26

Pertanian Padang Rumput Tanpa Tanaman

0,11

0,16

Lempung berpasir Lempung dan Lanau

0,16

0,21 0,28

Masalah yang cukup penting dalam merancang sistim penyaliran tambang adalah penentuan dimensi saluran terbuka. Untuk itu, perhitungan dimensi saluran dilakukan dengan menggunakan rumus Manning : Qmaks = ( ) x ( Dimana : Q = Debit (m3/detik) R = Jari-jari hidrolik (m) S = Gradien A = Luas penampang basah (m2)

83

)x(

)xA

n = Koefisien kekerasan Manning. Yang menunjukkan kekerasan dinding saluran Bentuk saluran penampang dibuat persegi empat berbentuk trapesium dengan kemiringan sisi 600, digunakan rumus berikut: Z = 1/tan (600) = 0,58 R = d/2 b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d = 1,152.d B=b+(2xdxz) A = (b + Z).d = 1,732 .d2

Gambar H.1 Dimensi Saluran Pembuangan Air

1. Debit air yang masuk saluran Untuk menghitung dimensi saluran, perlu dihitung terlebih dahulu debit air yang masuk per jenjangnya. Saluran air terbuka dengan area tangkapan hujan 15, A = 0,0362 Km2 ; C = 0,6 (akumulasi dari Perbukitan, Lempung dan Lanau, dan Tanpa tanaman). Debit air yang masuk ke saluran pada jenjang dapat dilihat pada tabel H.4 Tabel H.5 Debit air yang masuk ke saluran pada jenjang Jenjang 1 2

RL 396 0,278 381 0,278

C I (m²/detik) (mm/jam) 0,6 0,6

77,56 77,56

84

A (Km²)

Q (m³/detik)

0,005 0,011

0,0660 0,1397

Lanjutan Tabel H.2 Jenjang

RL

3 4 5 6 7

364 347 342 338 331

0,278 0,278 0,278 0,278 0,278

C I A Q (m²/detik) (mm/jam) (Km²) (m³/detik) 0,6 77,56 0,0158 0,2044 0,6 77,56 0,0218 0,2820 0,6 77,56 0,0255 0,3299 0,6 77,56 0,0297 0,3842 0,6 77,56 0,0321 0,4153

Berikut adalah salah satu contoh perhitungan pada jenjang terakhir : Qmaks = 0,278 x 0,6 x 77,56 mm/jam x 0,0321 Km2 (m3/detik) = 0,4153 m3/detik 2. Ukuran Saluran Perhitungan dimensi saluran dilakukan dengan menggunakan rumus Manning sebagai berikut: Q

= Penampang saluran berbentuk trapesium dengan kemiringan sisi 60,

sehingga digunakan rumus sebagai berikut: Z

=

b

=

( (

R

= = =



= 0,58

= = A

=( =( =

B

=

P

= =

( ( (

=

85

Keterangan : b

= lebar dasar saluran

R

= jari-jari hidrolis

A

= luas penampang basah saluran

B

= lebar permukaan saluran

P

= keliling basah saluran

d

= kedalaman penampang aliran Dimensi saluran yang digunakan adalah bentuk trapesium dengan dinding

saluran terbuat dari tanah sehingga koefisien kekasaran dinding yang digunakan adalah 0,03. Sedangkan kemiringan dasar saluran umumnya 0,25% - 0,5%, dengan pertimbangan bahwa suatu aliran dapat mengalir secara alamiah yang merupakan syarat agar tidak terjadi erosi pada dinding saluran serta pendangkalan saluran karena endapan partikel padatan. Tabel H.6 Koefisien Kekasaran Dinding Saluran (Manning) Tipe Dinding Saluran Besi tulang Kaca Saluran beton Besi dilapisi mortar Pasangan batu disemen Saluran tanah bersih Saluran tanah Saluran dengan dasar batu dan tebing rumput Saluran pada galian batu padas

n 0.014 0.01 0.013 0.015 0.025 0.022 0.03 0.04 0.04

(Sumber: Rudy Sayoga Gautama, 1999)

Dimensi saluran air pada jenjang untuk setiap elevasinya disesuaikan dengan luas tiap-tiap jenjang, hasilnya dapat dilihat pada Tabel H.7. Tabel H.7 Dimensi Saluran per Jenjang Jenjang 1

RL

A (Km²)

396 0,0051

Q d (m) (m³/detik) 0,0660

86

b (m)

B(m)

0,288 0,332 0,667

A (m) 0,144

Lanjutan Tabel H.7 Jenjang

RL

2 3 4 5 6 7

381 364 347 342 338 331

A Q d (m) b (m) B(m) (Km²) (m³/detik) 0,0108 0,1397 0,382 0,440 0,883 0,0158 0,2044 0,441 0,508 1,019 0,0218 0,2820 0,497 0,573 1,149 0,0255 0,3299 0,527 0,607 1,219 0,0297 0,3842 0,558 0,643 1,291 0,0321 0,4153 0,575 0,662 1,329

A (m) 0,253 0,336 0,428 0,481 0,539 0,572

Salah satu contoh perhitungan Saluran Pembuangan Air di dasar area timbunan Parak Kopi adalah sebagai berikut : Qmaks = ( ) x ( 0,4153 m3/detik

=(

0,4153 3/detik

= 1,818

)x(

)x(

)xA )x(

) x 1,732 d2

= 0,528 d

= 0,575 m 

Sehingga didapatkan dimensi saluran terbuka sebagai berikut: b

= = 

R

= = 

A

= = 

B

=

(

= 

87

P

= = 3,464 x 0,787 = 2,72 m

F. Perhitungan Waktu Pembuatan Saluran Pada jenjang akan dibuat saluran air dan tanggul untuk mencegah masuknya air limpasan menuju area pascatambang dan juga dibuat saluran air dan tanggul di dalam kuari untuk mengalirkan air yang masuk menuju keluar area pascatambang. Kegiatan pembuatan saluran air direncanakan menggunakan tenaga manusia dengan 1 kelompok jasa tenaga manusia. Panjang saluran

= 2.039 m

Volume saluran air

= Volume material yang akan dibongkar = Volume parit (trapesium) = Luas penampang trapesium = {(

Jumlah sisi sejajar

= {(

(

= {(

(

panjang saluran

kedalaman)

panjang saluran}

) m3

=( = 2.548,75 m3 

m3

Volume material

= 2.549 m3

1 shift

= 8 jam

Efektivitas kerja

= 85% dari jam kerja

1 kelompok

= 5 orang

Waktu membuat saluran air dan tanggul per m3 adalah 6 menit Waktu pembuatan saluran air dan tanggul = Waktu membuat per m3 = 6 menit

2.549 m3

= 15.294 menit = 254,9 jam

88

volume material

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan saluran air dan tanggul pada dasar kuari adalah: =

(

= 7,49 hari  8 hari

89

LAMPIRAN I PERHITUNGAN TANAH PUCUK

A. Perhitungan Tanah Pucuk dan Jumlah Pot Jabon Merah 

Teras 1

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 242 m x 6 m = 1452 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 43,827 = 44 pot

Jumlah baris

= 1 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 44 pot x 1 = 44 pot



Teras 2

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 242 m x 6,96 m = 1684,32 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 43.27 = 44 pot

Jumlah baris

= 1 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 44 pot x 1 = 44 pot



Teras 3

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 251 m x 6 m = 1506 m2

Jumlah Pot tiap baris

=

90

= = 44,9 = 45 pot Jumlah baris

= 1 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 45 pot x 1 = 45 pot



Teras 4

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 251 m x 10 m = 2510 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 44,9 = 45 pot

Jumlah baris

= 1 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 45 pot x 1 = 45 pot



Teras 5

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 306 m x 10 m = 3060 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 54,9 = 55 pot

Jumlah baris

= 1 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 55 pot x 1 = 55 pot



Teras 6

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 306 m x 10 m = 3060 m2

Jumlah Pot tiap baris

=

91

= = 54,9 = 55 pot Jumlah baris

= 1 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 55 pot x 1 = 55 pot

Volume tanah pucuk 1 pot

= 1,5 m3

Total pot rencana

= 44 + 44 + 45 + 45 + 55 + 55 = 288 pot

Volume Tanah pucuk

= Total pot rencana x Vol. Tanah dan Pupuk = 288 pot x 1,5 m3 = 432 m3

B. Perhitungan Tanah Pucuk Pada Tanggul Teras Untuk Tanaman Rumput Gajah 

Teras 1

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 242 m x 21,2 m = 3598,54 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 402,5 pot

Jumlah baris

= 3 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 403 pot x 35= 1.209 pot



Teras 2

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 242 m x 24,1 m = 5832,2 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 402,5 pot

92

Jumlah baris

= 3 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 403 pot x 3 = 1.209 pot



Teras 3

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 251 m x 21,78 m = 5466,78 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 417,5 = 418 pot

Jumlah baris

= 3 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 418 pot x 3 = 1.254 pot



Teras 4

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 251 m x 24,49 m = 5466,78 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 417,5 = 418 pot

Jumlah baris

= 3 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 418 pot x 3 = 1.254 pot



Teras 5

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 306 m x 6 m = 1836 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 509 pot

93

Jumlah baris

= 3 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 509 pot x 3 = 1.527 pot



Teras 6

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 306 m x 6 m = 1836 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 509 pot

Jumlah baris

= 3 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 509 pot x 3 = 1.527 pot

Volume tanah pucuk 1 pot

= 0,001 m3

Total pot rencana

= 1.209 + 1.209 + 1.254 + 1.254 + 1.527 + 1.527 = 7980 pot

Volume Tanah pucuk

= Total pot rencana x Vol. Tanah dan Pupuk = 7980 pot x 0,001 m3 = 7,98 m3

C. Perhitungan Tanah Pucuk Pada Lereng Untuk Tanaman Rumput Gajah 

Lereng 1

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 242 m x 21,2 m = 3598,54 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 402,5 pot

Jumlah baris

= 35 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 403 pot x 35= 14.088 pot

94



Lereng 2

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 242 m x 24,1 m = 5832,2 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 402,5 pot

Jumlah baris

= 40 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 403 pot x 40 = 16.120 pot



Lereng 3

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 251 m x 21,78 m = 5466,78 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 417,5 = 418 pot

Jumlah baris

= 36 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 418 pot x 36 = 15.048 pot



Lereng 4

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 251 m x 24,49 m = 5466,78 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 417,5 = 418 pot

Jumlah baris

= 40 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 418 pot x 40 = 16.720 pot

95



Lereng 5

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 306 m x 6 m = 1836 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 509 pot

Jumlah baris

= 10 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 509 pot x 10 = 5090 pot



Lereng 6

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 306 m x 6 m = 1836 m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 509 pot

Jumlah baris

= 10 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris = 509 pot x 10 = 5090 pot



Lereng 7

Luas Lahan Reklamasi

= Panjang lahan x Lebar Lahan = 329 m x 10,77 m = 3543,33m2

Jumlah Pot tiap baris

= = = 547,7 pot = 548 pot

Jumlah baris

= 18 baris

Jumlah Pot

= Jumlah pot tiap baris x jumlah baris

96

= 548 pot x 18 = 9864 pot

Volume tanah pucuk 1 pot

= 0,001 m3

Total pot rencana

= 14.088 + 16.120 + 15.048 + 16.720 + 5090 + 5090 + 9864 = 82020 pot

Volume Tanah pucuk

= Total pot rencana x Vol. Tanah dan Pupuk = 82020 pot x 0,001 m3 = 82,02 m3

Jadi kebutuhan total tanah pucuk yang dibutuhkan untuk menanam tanaman Jabon merah dan Rumput gajah adalah : Tanah Pucuk Total

= Tanah pucuk Jabon merah + Tanah pucuk Rumput gajah di tanggul teras + Tanah pucuk Rumput gajah di lereng = 432 m3 +7,98 m3+ 82,02 m3 = 522 m3

97

LAMPIRAN J PERHITUNGAN WAKTU PEMBUATAN LUBANG TANAM DAN PENGISIAN LUBANG TANAM

A. Pembuatan Lubang Pot Tanaman Jabon Merah Kegiatan pembuatan lubang pot tanaman jabon merah pada lahan bekas penambangan di lokasi penelitian menggunakan tenaga manusia. Lokasi penelitian direncanakan menggunakan 1 kelompok jasa manusia dengan beranggotakan 5 orang. 1 kelompok

= 5 orang

Shift

= 8 jam/hari

Jumlah lubang

= 288 lubang

Waktu membuat lubang

= 4 menit

Kebutuhan waktu pembuatan = waktu pembuatan 1 lubang x jumlah lubang = 4 menit x 288 lubang = 1.152 menit = 19,2 jam Jadi waktu yang dibutuhkan untuk membuat lubang adalah : =

B. Pengisian dan Penanaman Lubang Pot Jabon Merah 1 kelompok

= 5 orang

Shift

= 8 jam/hari

Jumlah lubang

= 288 lubang

Waktu mengisi lubang

= 3 menit

Kebutuhan waktu pembuatan = waktu pengisian 1 lubang x jumlah lubang = 3 menit x 288 lubang = 864 menit = 14,4 jam

98

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk mengisi lubang adalah : = Jadi waktu yang dibutuhkan untuk membuat dan mengisi lubang pot jabon merah adalah : = 3,84 jam + 2,88 jam = 6,72 jam = 1 hari kerja.

C. Pembuatan Lubang Pot Tanaman Rumput Gajah di Lereng dan di Teras Kegiatan pembuatan lubang pot tanaman rumput gajah pada lahan bekas penambangan di lokasi penelitian menggunakan tenaga manusia. Lokasi penelitian direncanakan menggunakan 1 kelompok jasa manusia dengan beranggotakan 5 orang. 1 kelompok

= 5 orang

Shift

= 8 jam/hari

Jumlah lubang

= 90.000 lubang

Waktu membuat 1 lubang

= 0,5 menit

Kebutuhan waktu pembuatan = waktu pembuatan 1 lubang x jumlah lubang = 0,5 menit x 90.000 lubang = 45000 menit = 750 jam Jadi waktu yang dibutuhkan untuk membuat lubang adalah : =

D. Pengisian dan Penanaman Lubang Pot Rumput Gajah di Lereng dan Teras 1 kelompok

= 5 orang

Shift

= 8 jam/hari

Jumlah lubang

= 82020 lubang

Waktu mengisi lubang

= 0,5 menit

Kebutuhan waktu pembuatan = waktu pengisian 1 lubang x jumlah lubang = 0,5 menit x 90.000 lubang = 45.000 menit = 750 jam

99

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk membuat lubang adalah : == Jadi waktu yang dibutuhkan untuk membuat dan mengisi lubang pot Rumput gajah adalah : = 18,75 hari + 18,75 hari = 38 hari.

Total waktu yang dibutuhkan untuk membuat lubang dan mengisi lubang pada tanaman Jabon merah dan Rumput gajah adalah Waktu keseluruhan

= Total waktu Jabon merah + total waktu rumput gajah = 1 hari + 38 hari = 39 hari

100

LAMPIRAN K PERHITUNGAN WAKTU PELAKSANAAN PENATAAN LAHAN

1. Perhitungan waktu penataan dimensi jenjang rencana Alat yang digunakan untuk penataan lahan adalah Excavator Cat 320D, dengan spesifikasi sebagai berikut : Spesifikasi Alat Excavator Caterpillar 320 D Merk Type Kapasitas bucket Bucket fill factor Cycle time excavator Efektivitas kerja Cycle time excavator

Caterpillar 320 D 0,86 m3 1 31 detik 83%

= Waktu digging + waktu swing + waktu tumpah + waktu kembali = (9 + 11 + 6 + 5) detik = 31 detik

Produksi excavator/jam

= =

= 82,89 Lcm/jam Produksi excavator/hari

= Lcm/jam

8 jam kerja/hari

= 82,89 Lcm/jam = 663,12 Lcm/hari

101

8 jam kerja/hari

Perhitungan volume yang akan dikerjakan excavator Volume yang digaru = ∑ Panjang lahan x volume per meter = ((242x2) m x 30 m3/1m) + ((251x2) m x 34 m3/ 1 m) = 14.520 m3 + 17.068 m3 = 31.588 m3 (dalam keadaan insitu/bank) = 31.588 Bcm

Konversi bank volume ke loose volume karena produktivitas bucket excavator dalam satuan Lcm, dengan % swell soil adalah 25%. Percent Swell

=

25%

=

25%

= = 39.485 Lcm

Waktu yang dibutuhkan

= = = 59,54 hari  60 hari

Jadi waktu yang dibutuhkan untuk menata permukaan lahan timbunan tanah area Parak Kopi adalah 60 hari.

102

More Documents from "La Ode Faisal Rahman Jr."