Studi Kemiskinan: La Ode Montasir

STUDI KEMISKINAN

LA ODE MONTASIR JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019

• PROLOG Indonesia sebagai bangsa dan negara yang kaya raya dengan Sumber daya Alam (SDA), akan tetapi tiba-tiba saja terpelanting menjadi negara terbelakang (under development) Indonesia memang mempunyai kekayaan alam yang melimpah, tetapi penduduknya pun tampil dengan wajah dan tubuh miskin yang memprihatinkan. Bangsa Indonesia pada Tahun 1998, jumlah penduduk miskin semakin meningkat yang jika pada Tahun 1996 jumlah penduduk miskin sekitar 13, 6 persen tampak bertambah pada tahun 1998 sebanyak 26,5 persen (Peribadi, 2019).

dikatakan Ada yang menudingnya sebagai bagian integral dari ketimpangan struktural dan ketimpangan kultural, dan spritual

Mengenal Kemiskinan (Ragam Definisi Kemiskinan) A. Nugroho & Dahuri, 2004:165-168 menyatakan kemiskinan merupakan kondisi absolut dan relatif yang menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat dalam suatu wilayah tidak mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan dasarnya sesuai dengan tata nilai atau norma tertentu yang berlaku di dalam masyarakat karena sebab-sebab natural, kultural dan struktural B. BPS (2012) menyatakan untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluara

C. World Bank (2012) mendefinisikan tingkat kemiskinan nasional sebagai persentase dari populasi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional.

Konsep-Konsep Kemiskinan • Menurut Peribadi (2015a) bahwa ada dua macam perspektif yang lazim digunakan untuk mendekati masalah pemiskinan dan kemiskinan, yaitu: (1) perspektif kultural (cultural perspective) dan (2) perspektif struktural atau situasional (situational perspective). • Menurut Peribadi (2015b) bahwa pandangan atas pemiskinan dan kemiskinan yang berkembang di Indonesia tampak dalam dua bentuk “school of thought”, yakni dalam pandangan pakar dan LSM serta dalam pandangan pejabat.

• Beberapa perspektif lain • kemiskinan dibaratkan sebagai sebuah simpul mati dari “benang kusut” yang tidak berujung pangkal. (Malasis Dalam Peribadi 2019) • Kedua, menurut teori lokasi tempat tinggal dan lingkaran kemiskinan yang diperkenalkan Johari bahwa terdapat korelasi positif antara status sosial ekonomi dengan lokasi berdomisili, sehingga pendapatan seseorang signifikan dengan lingkungan pemukimannya. (Johari dalam Peribadi 2019)

• A. Realitas Kemiskinan di Sulawesi Tenggara Menurut Chambers (Dalam Peribadi 2019) yang pernah melakukan penelitian di kalangan orang miskin di beberapa negara di Asia Selatan dan Tenggara serta Afrika berkesimpulan bahwa masalah kemiskinan terletak pada apa yang ia disebut sebagai “deprivation trap” yang terdiri dari 5 unsur yaitu : (1) kemiskinan itu sendiri; (2) kelemahan fisik; (3) keterasingan; (4) kerentanan; dan (5) ketidakberdayaan. Chambers menekankan pada upaya perlunya kita terfokus kepada dua jenis ketidakberuntungan yaitu kerentanan dan ketidak-berdayaan, karena kedua hal inilah yang menjadi biang keladi kemiskinan.

• Abuzar dalam Peribadi (2019) bahwa kemiskinan dalam perspektif Islam adalah berbeda dengan konsep dan definisi kemiskinan konvensional. Sejalan dengan pandangan Islam terhadap pembangunan, maka terdapat 2 (dua) konsep kemiskinan, yakni kemiskinan material dan kemiskinan spiritual.

Terimakasih