Rekontruksi Infrastruktur Sebagai Upaya Mengurangi Impor Minyak di Indonesia Oleh. Verry Setiyawan Purwanto (15313109)
A. Pendahuluan Gemah ripah loh jinawi adalah suatu semboyan negara Indonesia yang dapat menggambarkan betapa kaya raya alam kita, alam Indonesia. Maka muncullah pemikiran dibenak saya, apakah negeri kita memang kaya?. Menurut orang Jawa, gemah ripah loh jinawi mempunyai arti tentram dan makmur serta sangat subur tanahnya. Tapi sayang, sepertinya pengertian itu hanya sebatas pemikiran orang Jawa. Indonesia memang kaya raya, alamnya kaya raya, yang terbentang mulai dari Sabang sampai Merauke. Tetapi apakah hanya sebatas alamnya yang kaya ? lantas bagaimana dengan Indonesia sendiri, apakah miskin di negeri gemah ripah loh jinawi, atau memang kaya?. Indonesia merupakan negara kepulauan terdiri dari beribu pulau yang menyimpan harta karun setiap wilayah, terutama minyak dan gas (Migas). Minyak dan gas (Migas) merupakan komoditas yang sangat vital, migas mempunyai peran penting untuk menggerakkan perekonomian, konsumsi migas di dalam negeri terus meningkat seiring dengan pertumbuhan industri, transportasi, dan kenaikan jumlah kendaraan bermotor yang beredar. Peningkatan ini tidak bisa dipenuhi dari hasil produksi migas dalam negeri. Akibatnya, Indonesia yang dulu dikenal sebagai negeri kaya minyak kini harus rutin mengimpor dari luar negeri. Dengan sering nya Indonesia mengimpor minyak maka akan menciptakan persaingan bagi industri dalam negeri, menciptakan pengangguran, apabila harga BBM naik maka akan timbul inflasi, melemahnya nilai tukar mata uang rupiah, defisit perdagangan yang berdampak pada defisit neraca pembayaran sehingga merugikan Indonesia. Untuk mengurangi impor minyak yang mengakibatkan kerugian pada negara Indonesia tersebut salah satu upaya nya adalah dengan rekontruksi infrastruktur.
B. Import Minyak di Indonesia 3 tahun terkahir Kebutuhan sektor minyak nasional terdiri dari minyak mentah dan produk kilang dimana minyak mentah dipakai oleh kilang (intake kilang) sebagai bahan baku produksi. Kemudian porsi produk kilang berupa BBM sebagian besar dikonsumsi oleh sektor transportasi, sementara produk lainnya other products seluruhnya dikonsumsi oleh sektor industri, dan LPG digunakan oleh sektor rumah tangga, komersial, dan industri. Fluktuasi impor minyak mentah merupakan konsekuensi dari fluktuasi produksi minyak mentah nasional yang dalam 2 tahun terakhir menunjukkan tren penurunan yang akhirnya berdampak pada peningkatan volume impor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan kilang. Hal ini terlihat dari database JODI Oil yang menunjukkan bahwa volume rata-rata impor minyak mentah di Semester I-2014 mencapai sekitar 331,95 ribu bph bila dibandingkan tingkat impor pada Semester I2013 sekitar 316,39 ribu bph dan Semester I-2012 sekitar 272,87 ribu bph. Adapun minyak impor sebagian besar didatangkan dari kawasan Timur Tengah, Afrika BaratUtara, dan Asia Barat. (www.esdm.go.id) Grafik 1. impor minyak mentah
Sejalan dengan penambahan populasi dan perkembangan ekonomi, kebutuhan produk kilang khususnya BBM semakin meningkat setiap tahun. Namun disebabkan tidak ada penambahan kapasitas terpasang kilang minyak di Indonesia maka pemenuhan kebutuhan tersebut harus melalui impor. Selain BBM, kebutuhan produk
kilang lainnya yaitu LPG juga mengalami peningkatan yang signifikan sebagai dampak keberhasilan program konversi minyak tanah ke LPG. Di Semester I-2014 tercatat volume rata-rata impor produk kilang mencapai sekitar 548,2 ribu bph yang terdiri dari produk BBM sebesar 450,5 ribu bph, LPG 97,7 ribu bph, dan sisanya impor dalam bentuk produk lainnya other products. Sedangkan di periode yang sama tahun 2013, impor produk BBM sebesar 461,6 ribu bph, LPG 93,2 ribu bph, dan produk lainnya 20,8 ribu bph dan di tahun 2012, impor produk BBM 454,5 ribu bph, LPG 80,9 ribu bph, dan produk lainnya 3,5 ribu bph. (www.esdm.go.id) Grafik 2. Impor produk kilang
Di tahun
2012, untuk pertama kalinya sejak tahun 1961, Indonesia
mencatatkan defisit ganda pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yaitu defisit dari perdagangan migas dan non-migas. Untuk perdagangan migas, sumber defisit berasal dari perdagangan minyak dimana berdasarkan data Bank Indonesia, pada Semester I2012, defisit perdagangan minyak mencapai USD 10,7 miliar, Semester I-2013 defisit sekitar USD 11,8 miliar, dan Semester I-2014 nilai defisit telah mencapai USD 12,1 miliar. Kondisi ini terjadi sebagai konsekuensi
dari penurunan produksi minyak
mentah nasional yang akhirnya berdampak pada peningkatan impor minyak mentah dan impor BBM. (www.esdm.go.id)
C. Penunjang Impor Minyak Indonesia memiliki 10 kilang minyak dengan total kapasitas terpasang kilang sekitar 1,157 juta bph dimana 8 kilang dengan 90% dari total kapasitas terpasang tersebut merupakan kilang Pertamina. Produk utama yang dihasilkan dari kilang nasional yaitu berupa produk BBM (gasoline, kerosene, diesel oil, dan fuel oil), LPG, dan produk lainnya (naptha, lubricant, dan lain-lain) dengan komposisi produksi rata - rata per bulan di Semester I-2014 yaitu sekitar 81% untuk produk BBM, 17% untuk produk lainnya, dan sisanya 2% adalah LPG. (www.esdm.go.id) Di tahun 2013, sektor transportasi memakai sekitar 75% dari suplai BBM nasional yang mencapai 982,69 ribu bph atau sekitar 732,86 ribu bph. Sedangkan pemakaian sektor industri sekitar 14%, sektor lainnya 8%, rumah tangga 2%, dan komersial 2%. Bila porsi ini diasumsikan sama di Semester I-2014 maka konsumsi sektor transportasi mencapai rata-rata sekitar 762 ribu bph dari total rata - rata konsumsi BBM Semester I-2014 sekitar 1,01 juta bph. (www.esdm.go.id) Grafik 3. Konsumsi BBM per sektor
Untuk pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor pada periode 2012-2013, berdasarkan data Kakorlantas RI terjadi pertumbuhan sekitar 11% yaitu dari 94,299 juta
kendaraan di tahun 2012 menjadi 104,211 juta di tahun 2013. Tingkat
pertumbuhan tertinggi dialami oleh kendaraan sepeda motor yaitu dari 77,755 juta menjadi 86,253 juta, kendaraan penumpang dari 9,524 juta menjadi 10,540 juta
mobil, angkutan barang dari 4,723 juta menjadi 5,156 juta pickup/truk, dan angkutan penumpang dari 1,945 juta menjadi 1,962 juta bis. Khusus untuk kendaraan roda 4 atau lebih, berdasarkan data Gaikindo didominasi oleh kendaraan penumpang yaitu sekitar 68% dimana sekitar 65% adalah kendaraan yang menggunakan bahan bakar bensin. (www.esdm.go.id) Dengan data tersebut menunjukkan bahwa angkutan pribadi (mobil dan motor) lebih mendominasi pola transportasi Indonesia sedangkan rendahnya pertumbuhan maupun jumlah angkutan penumpang/bis merupakan cerminan transportasi massal yang kurang berkembang. Dampak dari profil pola konsumsi BBM dan pertumbuhan kendaraan bermotor ini menunjukkan bahwa mayoritas BBM dikonsumsi oleh motor dan mobil bila dibandingkan dengan kendaraan angkutan barang dan angkutan penumpang, dengan banyak nya pertumbuhan transportasi terutama angkutan pribadi maka Indonesia melakukan impor minyak untuk mecukupi kebutahan BBM tersebut.
D. Rekontruksi Infrastruktur Seperti yang telah dijelaskan pada data atas bahwa sektor migas masih menjadi salah satu andalan Indonesia dalam hal pemasok kebutuhan energi dalam negeri, dari tahun ke tahun, konsumsi energi minyak dan gas terus meningkat, hal ini mengharuskan Indonesia untuk segera menemukan cadangan migas baru, baik di Indonesia maupun melakukan ekspansi di luar negeri, keadaan semakin sulit ketika konsumsi yang semakin meningkat tetapi produksi minyak di Indonesia dari tahun ke tahun terus menurun. Sebenarnya potensi sumber daya minyak dan gas bumi di Indonesia masih cukup besar untuk dikembangkan terutama di daerah-daerah terpencil, laut dalam, sumur tua, dan kawasan Indonesia timur yang masih belum dieksplorsi secara intensif, sumber-sumber tersebut memilki tingkat kesulitan lebih tinggi, hal ini menyebabkan perlu modal besar untuk mengeksplorasinya, yaitu terkait teknologi yang mahal, selain itu memerlukan waktu yang memadai dan memerlukan efesiensi maksimal kemudian sumber daya manusia yang memiliki pengalaman terbaik sangat diperlukan dalam hal ini. Dengan melakukan rekontruksi infrastruktur seperti penambahan kilang minyak, perbaikan transportasi umum seperti dibuatnya kereta listrik, perbaikan jalan
- jalan tol, penambahan teknologi dalam pertambangan minyak dapat menekan impor minyak Indonesia ke titik minimum. Saat ini di Indonesia memiliki 10 kilang minyak Penambahan kilang minyak dan penambahan teknologi di pertambangan minyak bisa mengeksplorasi sumber daya alam yang masih terpandam di Indonesia, dapat juga menyerap tenaga kerja baru sehingga mengurangi pengangguran, tetapi memerlukan modal yang besar, untuk mengatasi hal tersebut pemerintah bisa melaksanakan pembatasan pemakai BBM, hal ini dilakukan dengan mengurangi subsidi terhadap BBM, sehingga masyarakat tidak akan menjadi konsumtif terhadap penggunaan BBM, harga premium dan BBM bersubsidi lainnya di Indonesia terlampau murah sehingga sangat membebani APBN Indonesia, hal ini juga menjadi faktor meningkatnya jumlah kendaraan yang ada, ketika subsidi dikurangi maka bisa dialihakan untuk membangun infrastruktur kilang minyak diantaranya, sehingga Indonesia tidak akan menjadi negara yang sangat tergantugn pada impor minyak dari luar negeri, dan secara tidak langsung Indonesia juga akan meningkatkan ketahanan energi khususnya BBM. Untuk Infrastruktur transportasi umum Indonesia bisa memperbaiki atau mengganti kereta api yang sekarang dengan kerata api cepat, kereta tersebut bisa menjadi transportasi masal, di negera – negara maju sperti Jepang dan Jerman sudah menggunakan transportasi massal tersebut.
E. Dampak Rekontruksi Infrastruktur Terhadap Impor Minyak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa kilang minyak baru sangat dibutuhkan dan harus segera dibangun. Kilang-kilang tua yang ada saat ini hanya mampu memproduksi BBM sebanyak 800.000 barel per hari, total konsumsi BBM masyarakat Indonesia saat ini sudah 1,6 juta barel per hari, akibatnya Indonesia amat bergantung pada impor BBM yang mencapai 800.000 barel per hari alias 50% kebutuhan nasional. Dengan melihat data tersebut penambahan kilang minyak diketahui memberikan dampak positif terutama faktor ekonomi dan sosial, sebagai contoh nya adalah pembangunan kilang minyak milik PT Tri Wahana Universal (TWU) di Desa Sumengko, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro, Jawa Timur. Menurut Wahyu Aji yang diadaptasi dari peneliti LPPM UGM, Eny Sulistyaningrum menjelaskan, keberadaan kilang TWU secara tidak langsung turut mengurangi beban subsidi BBM pemerintah, dan berkontribusi dalam ketahanan energi wilayah Jawa Timur, TWU telah menjadi
salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi dan sosial dengan menciptakan efek berantai multiplier effect terhadap pertumbuhan sektor-sektor lain. Di antaranya, terciptanya lapangan kerja, mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru, dan meningkatkan pendapatan rumah tangga di Bojonegoro dan Jawa Timur. Pada tahun 2014 lalu, kilang ini mampu mengoperasikan kilang minyak TWU dengan nilai tambah ekonomi sebesar Rp1,3 triliun di tingkat Kabupaten Bojonegoro, Rp2,6 triliun di tingkat Provinsi Jawa Timur, dan Rp9,8 triliun secara nasional bila dihitung terhadap penduduk, maka multiplier effect nilai tambah pengoperasian kilang mini TWU sekitar Rp896 ribu per kapita di level kabupaten Bojonegoro, Rp139 ribu di level provinsi Jawa Timur, dan Rp40 ribu di tingkat nasional, dari sisi tenaga kerja multiplier effect pengoperasian kilang mini TWU, mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak 5.344 orang di tingkat Kabupaten Bojonegoro, 27.213 orang di tingkat Provinsi Jawa Timur, dan sebanyak 112.196 orang di level nasional. Tidak hanya itu, pengoperasian kilang mini ini juga meningkatkan pendapatan rumah tangga sebesar Rp112,7 miliar di tingkat kabupaten Bojonegoro, Rp327,4 miliar di level Provinsi Jawa Timur, dan Rp10,4 triliun secara nasional. Keberadaan kilang TWU secara tidak langsung mengurangi impor BBM, sehingga bisa mengurangi beban subsidi. Sebab, alokasi minyak yang diolah TWU, mengurangi jatah impor BBM sejumlah yang sama. Harga minyak dunia saat ini memang cenderung turun, namun dengan menyiapkan infrastruktur kilang maka sudah menyiapkan investasi ke depan, pemerintah harus mendukung berbagai unsur untuk bersama-sama mengoptimalkan peluang yang sudah ada. Dalam bidang transportasi untuk mengurangi voulume kendaraan solusi utama adalah pembangunan kereta cepat, selain memberikan sarana transportasi baru bagi masyarakat Indonesia, proyek pembangunan infrastruktur kereta api cepat juga memberikan berbagai manfaat yang dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, antara lain : 1. Menciptakan lapangan kerja Proyek kereta api cepat juga menciptakan lapangan pekerjaan, Proyek pembangunan infrastruktur ini akan menyerap banyak sekali tenaga kerja pada saat kontruksi, pengoprasian dan perawatan kereta tersebut.
2. Pemborosan bahan bakar akibat kemacetan lalu lintas bisa dikurangi Dari tahun ke tahun peningkatan volume kendaraan terutama kendaraan pribadi semakin meningkat, hal ini mengakibat kemacetan dan pemborosan BBM, dengan adanya transportasi tersebut masyarakat akan beralih menggunakan kereta cepat karena lebih efisien dalam hal waktu, kerata api cepat dapat juga mengurangi kemacetan dan mengurangi impor BBM. 3. Memunculkan pergerakan ekonomi Kehadiran kereta api cepat akan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan pembangunan kawasan-kawasan baru, baik di setiap stasiun maupun di kota-kota baru yang akan dibangun.
F. Penutup Jika cara itu dapat direalisasikan, dapat disimpulkan bahwa masih ada cara untuk mengurangi impor minyak di Indonesia. Hal itu dikarenakan, rekontruksi infrastruktur dengan menambah kilang minyak, memperbaiki teknologi di kilang minyak dan membuat transportasi masal seperti kereta cepat dapat mengurangi konsumsi bahan bakar dan menambah cadangan bahan bakar, mengurangi pengangguran, mencegah inflasi bahkan Indonesia dapat mengekspor minyak yang mengakibatkan surplus pada neraca pembayaran. Dengan kebijakan pembatasan pemakian BBM yang bisa dipaksa dengan mengurangi subsidi terhadap BBM, pemerintah bisa berhemat dalam menggunakan anggaran, yag juga bisa digunakan untuk hal lain.
G. Daftar Pustaka Aji, Wahyu. 2016. LPPM UGM: Kilang Mini di Bojonegoro, Kurangi Beban Subsidi BBM Pemerintah. http://www.tribunnews.com. 16 Juni 2016 (22.14).
Analisis Dan Evaluasi Data JODI Oil Semester I Tahun 2014 – ESDM. (n.d.).. diakses dari http://www.esdm.go.id/ tanggal 15 Juni 2016.
Laporan Neraca Pembayaran Indonesia. (n.d.).. diakses dari http://www.bi.go.id/ tanggal 15 Juni 2016.