Refleksi Ibadah Ramadhan Menghadapi Masa Kini

  • Uploaded by: H Masoed Abidin bin Zainal Abidin Jabbar
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Refleksi Ibadah Ramadhan Menghadapi Masa Kini as PDF for free.

More details

  • Words: 3,846
  • Pages: 22
Refleksi Ibadah Ramadhan

Refleksi Ibadah Ramadhan Oleh : H. Mas’oed Abidin

‫السلم عليكم ورحمة ال و بركاته‬ ‫جعَلَ َلنَا‬ َ َ‫خيْرَاتِ و‬ َ ‫سمًا لِل‬ ِ ْ‫جعَلَ العِيْدَ ُمو‬ َ ‫حمْدُ ل الذِي‬ َ ‫ال‬ .ِ‫سنَات‬ َ َ‫مَا فيِ الرضِ لِل ِعمَارَات وَ زَ ْرعِ الح‬ ُ‫شهَدُ أَنْ لَ إَِلهَ ِإلّ ال وَحْ َدهُ لَ شَ ِر ْيكَ لَهُ خَاِلق‬ ْ َ‫أ‬ ‫سوْله‬ ُ َ‫عبْدُه وَ ر‬ َ ‫حمّدًا‬ َ ُ‫شهَدُ أَنّ م‬ ْ َ‫ و أ‬،‫سمَاوَات‬ ّ ‫الرْض وَ ال‬ .‫الدّاعِي إِلىَ ِد ْينِهِ بَِأوْضَحِ البَ ّينَات‬ ‫ َنبِ ّينَا‬،‫سيّدِالكَائِنَات‬ َ ‫اللهُمّ صَلّ وَ سَلّمْ وَ بَارِك عَلَى‬ ‫جتَهِدِين‬ ْ ُ‫حمّد وَ عَلىَ آِلهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ التّا ِبعِيْنَ الم‬ َ ُ‫م‬ .‫ِلنَصْرَةِ الدّين وَ إِزَالةِ ال ُمنْكَرَات‬ Bulan Ramadhan sudah kita tinggalkan sejak 23 hari yang lalu. Di dalam bulan itu kita telah berjuang melawan musuh yang ada di dalam diri kita, nafsu dan syahwat

serta

syetan

yang

cenderung

ingin

menjerumuskan kita.

Ibnu Sirin berkata tentang sulitnya mengendalikan jiwa, "Aku

tidak pernah mempunyai urusan yang

lebih pelik ketimbang urusan jiwa." 1

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

Hasan

Bashari berkata, "Binatang

binal tidak

lebih memerlukan tali kekang ketimbang jiwamu." Kemenangan melawan hawa nafsu ini adalah inti kemenangan. Ini kemenangan

terbesar. Kemenangan

utama akan melahirkan kemenangan-kemenangan lain dalam

semua kancah kehidupan dunia yang kita

harungi.

Refleksi Ibadah selama Ramadhan. 1.Pandai Mengelola Waktu. Selama sebulan penuh kita berada dalam bulan suci,

penuh

keberkahan

dan

nilai.

Bulan yang

mengantarkan kita kepada suasana batin yang sangat indah. Bulan yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan bagi kita kaum Muslimin. Bulan

Ramadhan

melatih

kita

untuk

memberi

perhatian kepada waktu. Sungguh banyak manusia yang tidak bisa menghargai

dan

memanfaatkan

waktunya. Ramadhan melatih kita untuk selalu rindu kepada waktu-waktu 2

shalat,

yang

barangkali

di

luar

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

Ramadhan kita sering mengabaikan waktu-waktu shalat itu. Adzan telah berkumandang di samping kanan kiri telinga kita, namun kita masih tetap dengan segala kesibukan kita. Tidak

tergerak

bibir kita untuk

menjawabnya apa lagi untuk memenuhi panggilan itu. Dan

kita telah

membiarkan suara

Muadzin itu

memantul di tembok rumah dan kantor kita, lalu pergi bersama angin lalu. Selama bulan Ramadhan kita selalu menunggu suara adzan, minimal

adzan Maghrib dan Shubuh. Kita

tempel di rumah kita, bahkan kita hapal jadwal Imsakiyyah. Mudah-mudahan selepas Ramadhan ini rasa rindu kepada waktu shalat selalu kita pelihara.

Waktu adalah kehidupan. Barangsiapa menyianyiakan

waktunya

hidupnya. Ada

berarti

survei

ia

menyiakan-nyiakan

tahun 1980 bahwa Jepang

adalah negara pertama yang paling produktif dan efektif menggunakan waktu. Disusul Amerika dan Israel. Ternyata negara-negara itu kini menguasai dunia, termasuk menguasai gonjang ganjing ekonomi dunia. 3

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

Sebagai seorang muslim, mestinya kita menjadi orang yang paling disiplin dengan waktu kita. Sebagai masyarakat beradat di Minangkabau, mestinya kita sudah

mengamalkan

fatwa

adat

kita

yang

menyebutkan “hari nan sa hari di parampek (untuk keperluan hubungan ibadah, meningkatkan kualitas diri, menjaga rumah tangga dan keluarga, serta hubungan dengan masyarakat lingkungan), malam nan

sa malam ba patigo (dipergunakan untuk belajar, tidur, ibadah atau tahajjud)” Al-Qur'an

mengisyaratkan

pentingnya

waktu.

Banyak ayat Allah bersumpah dengan waktu. Menjadi manusia yang terhormat di antara manusia lain dan bermartabat di sisi Allah, hendaknya kita isi waktu kita dengan hal yang produktif, untuk kepentingan dunia atau akhirat kita.

Memakmurkan Tempat Ibadah.

2.

Ramadhan juga melatih kita untuk memakmurkan tempat-tempat ibadah, masjid, mushalla, dan surau. Gegap gempita kita mendatangi rumah-rumah Allah ini, kita kerahkan anak istri kita untuk meramaikan tempat 4

suci

ini.

Hingga

ketika

menyaksikan

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

pemandangan indah ini seseorang sempat berkhayal, "Andai Ramadhan datang dua belas kali setahun." Begitu indah pemandangan ini, suara pujian dan doa bersahut-sahutan dari pengeras suara di antara masjid-masjid. Alam serasa hanyut dalam tasbih dan istighfar, di bawah naungan Asma’ al Husna. Suasana ini perlu dipertahankan selepas Ramadhan ini, kita perlu mengerahkan memakmurkan masjid-masjid

keluarga

kita untuk

Allah. Sehingga kita

layak mendapatkan janji Allah, bahwa, "Ada tujuh

golongan

manusia

yang

dinaungi

Allah

dalam

naungan-Nya di hari dimana tidak ada naungan selian naungan Allah, dan (salah satu daripadanya adalah) seseorang yang hatinya terikat dengan

masjid."

3.Taat kepada Allah. Ramadhan melatih kita untuk lebih mementingkan ketaatan kepada Allah dengan mengorbankan tenaga dan kepentingan kita. Di saat-saat kita masih lelah bekerja

seharian, setelah sepanjang siang kita

bertahan dengan rasa lapar dan dahaga. 5

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

Ketika kita mestinya beristirahat dari kepenatan, namun kita ruku' dan sujud dalam shalat tarawih atau

qiyamu Ramadhan dengan mudahan

satu harapan, mudah-

kita mendapatkan ridha

Allah,

satu-

satunya paling berharga dalam hidup kita selaku Muslim. Semangat ini mestinya kita pelihara tetap ada setelah Ramadhan meninggalkan kita. Kita wajib mengabdi dan mempersembahkan apa yang kita miliki ini untuk meraih keridhaan Allah. Sejatinya, apa yang kita miliki saat ini hanya amanah dari Allah Ta'ala. Mampukah kita menjaga dan menunaikan amanah ini atau tidak. Semestinya keridhaan Allah itu menjadi tujuan kita. Tidak ada desah nafas, mulut bergerak, tangan berayun, dan kaki melangkah kecuali harus mengiringinya dengan ikrar kita,

 

 









 





" Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam."

4.Mempunyai Solidaritas yang tinggi. Ramadhan

melatih

kita

untuk mempunyai rasa

solidaritas sesama manusia, dengan rasa lapar dan 6

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

dahaga

kita teringat

saudara-saudara

akan nasib sebagian

kita yang

dari

kurang beruntung di

dalam hidup ini, mereka setiap harinya dirongrong rasa lapar dan dahaga. Rasa kemanusiaan semacam ini nyaris mulai sirna dewasa ini. Saat budaya hedonisme mulai menjangkiti manusia modern hanya disibukkan urusan pribadi, nafsi-nafsi. Hal ini diakibatkan karena orientasi hidup manusia modern yang hanya memandang materi sebagai satusatunya tujuan. Terkadang untuk memenuhi ambisi kebendaan seseorang rela menghalalkan segala cara. Solidaritas perlu kita pelihara dan kita aplikasikan dalam hubungan sesama manusia dengan melakukan

shiyam-shiyam sunnah. Islam telah mensyariatkannya. Manusia modern perlu melakukan puasa untuk melatih kepekaan sosial. Para pejabat perlu melakukan puasa sunnah. Merasakan derita yang dialami sebagian besar bangsa ini. Sehingga, muncul kebijakan yang berpihak kepada masyarakat miskin. Minimal menurunkan gaya hidup kelas tinggi di tengah bangsa yang menangis ini.

5.Melahirkan Tanggung Jawab Memimpin

7

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

Di antara tanggung jawab umarak adalah melindungi orang lemah dengan memperbaiki silaturahim dan menanam tekad memancangkan keadilan di tengah kehidupan dengan saling menghormati, seperti sabda Rasulullah SAW :

ِ‫ض ِعيْف‬ ّ ‫ يَأوِى إَِليْهِ ال‬،ِ‫السّلْطَانُ ظِلّ الِ فِى ال ْرض‬ ‫َو بِ ِه َي ْنتَصِرُ المَظْلُوْمُ َو مَنْ َأكْرَمَ سُلْطَانَ ال فِى‬ ‫ رواه ابن النجار عن أبي‬.ِ‫ل يَوْمَ ال ِقيَامَة‬ ُ ‫ال ّد ْنيَا َأكْ َرمَهُ ا‬ ‫هريرة‬ “Penguasa (pemerintahan) yang dilindungi oleh Allah di bumi, lantaran berlindung kepadanya orang lemah dan karena orang teraniaya mendapatkan pertolongan (dengan adil). Barang siapa di dunia memuliakan penguasa yang menjalankan perintah Allah, niscaya orang itu di hari kiamat dimuliakan pula oleh Allah” (Diriwayatkan oleh ibnu Najar dari Abu Hurairah).

Kita

sambut

itikad

baik

pemimpin

negeri

membudayakan hidup sederhana. Alangkah indahnya jika ajakan hidup sederhana semua

pihak,

ini diterapkan oleh

terutama para pejabat, anggota

dewan, dan lainnya. Ini akan menggurangi anggaran negara dan dapat dialokasikan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Bangsa ini masih terpuruk. Rakyat masih menderita.

8

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

Kemiskinan menjadi pemandangan utama di setiap sudut kota

dan

pelosok

desa.

Tidaklah pantas

memamerkan kemewahan di hadapan mereka. Apalagi menggunakan fasilitas negara. Zuhud, adalah sikap yang diajarkan Islam kepada kita dalam hidup ini. Az-Zuhri ditanya tentang makna zuhud dan dia menjawab, "Zuhud bukanlah berpakaian yang kumal dan badan yang dekil. Zuhud adalah memalingkan diri dari syahwat

Orang

dunia."

mukmin

berjaya, namun yang ada

boleh

kaya

dan

di hatinya hanyalah

Allah semata. Letakkan harta di tanganmu dan jangan letakkan di hatimu."

Demikian nasihat ulama.

Keberhasilan Diklat Ramadhan Sungguh banyak pelatihan Ramadhan kepada kita. Besar sungguh hikmah disyariatkan shiyam sebulan penuh. Agar

sebelas

bulan dalam setahun, kita

lalui dengan menerapkan nilai-nilai Ramadhan. Suasana

spiritual

yang

dilatih selama sebulan

Ramadhan ini menjadi energi bagi kita mengarungi sebelas bulan berikutnya. Agar predikat takwa itu benar-benar terjaga dalam diri. Ketakwaan adalah bekal hidup dan modal untuk menghadapi pengadilan Allah Azza wa Jalla. 9

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan



  







  

 

     

"Dan berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."



   

"Sesungguhnya



 

sebaik-baik

 

kalian

di

sisi



    

Allah adalah yang

paling bertakwa, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

(QS,49, Al Hujurat : 13)

Ramadhan Menghasilkan Watak yang Mulia Ramadhan telah memberikan banyak perubahan dalam diri kita.

Mulai dari sikap, perilaku, dan

paradigma dalam memandang hidup dan kehidupan. Mestinya ini semua menjadi bekal untuk melakukan perubahan-perubahan

di

masa

depan. Perubahan

mengantarkan hidup kita ke arah yang lebih baik. Apakah sebagai pribadi maupun bangsa. Kehidupan yang kita lalui masih sulit. Beban yang kita pikul semakin berat sebagai pribadi atau bangsa. Kita sekarang belum juga bisa keluar dari krisis multi dimensi yang cukup pelik. 10

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

Pekerjaan sulit dicari. Harga-harga membumbung tinggi. Angka pengangguran masih tinggi. Bencana alam silih berganti. Kejahatan telah meraja-lela. Nilai-nilai yang semestinya dijunjung dan dijaga tidak diindahkan lagi. Nyawa yang begitu mahal dan berharga oleh semua agama dan ideologi, kini menjadi taruhan yang sangat murah sekali. Dari

layar

TV

dan

oleh media kepada kita

ditayangkan peristiwa pembunuhan yang menjadikan bulu kuduk

kita berdiri. Anak membantai ayah

bundanya sendiri. Suami mencincang istri. Tetangga menghabisi

tetangga.

Saudara

menggorok

leher

saudara kandungnya. Rata-rata motifnya sama,.. ekonomi… !!!. Kita semua harus bangkit untuk mengatasi semua kesulitan yang melanda bangsa ini. Tidak akan pernah ada bekal terbaik

untuk menghadapi kondisi sulit ini selain

ketakwaan

semata.

Ingatlah

pernyataan

tulus

Khalifah Umar Ibnu Khattab ;

َ‫َنحْنُ قَوْمٌ أَعَ ّزنَا ال بِالِسْلَم َف َمهْمَا ا ْبتَ َغ ْينَا العِزّة‬ ( ‫ل بِهِ َأذَلّنَا الُ ) رواه الحكم‬ ُ ‫ِبغَيْ ِر مَا أَعَ ّزنَا ا‬ “ Kita adalah umat yang telah dibikin berjaya oleh Allah dengan bimbingan agama Islam. Kalaulah (satu kali) kita ingin mencapai 11

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

kejayaan lagi dengan bimbingan selain agama Islam, (sudah pasti) malah kehinaan yang akan ditimpakan Allah kepada kita.”

Di bulan Syawal atau bulan peningkatan yang fitri ini, di tengah merayakan kemenangan besar karena telah selesai melakukan pelatihan sebulan penuh dan nuansa kesucian masih kita rasakan. Di saat pikiran dan hati telah mengalami pencerahan oleh nilai-nilai ketakwaan. Marilah kita menatap hari esok yang lebih baik, penuh optimisme. Memang seorang Mukmin Muttaqin berpantang kehilangan asa dalam kondisi apapun. Optimisme adalah harga mati jika kita ingin bangkit mengatasi berbagai kesulitan ini.

Variabel Membangun optimisme diri. Pertama, Husnudzan kepada Allah. Husnudzan atau berprasangka baik kepada Allah harus kita kokohkan dalam diri kita. Tidak ada satu peristiwa

terjadi

selain

hanya dengan

izin

dan

kehendak Allah semata. Termasuk ujian dan kesulitan yang sedang kita hadapi sebagai bangsa atau Negara. Seorang Mukmin menerima semua ketentuan Allah 12

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

dengan prasangka baik. Apa yang menimpanya, adalah terbaik menurut ketentuan Allah.

Mukmin

tidak

mau

menggerutu

kepada

Penciptanya. Mereka tidak pernah memberontak kepada keputusan Tuhannya. Mukmin menatap semua ujian

itu

dengan

senyum.

Mereka

yakin

akan

mendapatkan dua keuntungan: 1. Diangkat dan dihapuskan kesalahan dan dosadosanya 2.

Ditinggikan derajatnya di sisi Allah Azza wa Jalla

َ َ ‫ع َن أ‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫ن‬ ‫ه‬ َ ِ ْ ‫ه عَلَي‬ ْ ٍ ِ ‫مال‬ ُ ‫ن َر‬ ُ ‫صل ّى الل‬ َ ‫ن‬ َ ِ‫ل الل ه‬ ْ ِ ْ‫سو‬ ْ َ ‫ ع‬،‫ك‬ ِ ِ َ ‫ أ‬:‫و سلَّم‬ َّّ ‫عظ‬ ْ ‫م ال‬ َّّ ‫عظ‬ َ ‫م‬ ّ ّ‫مع‬ ِ ‫ء‬ ‫زا‬ ‫ج‬ ِ ِ َ : َ َ َ َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ق‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ّّّ َ ُ ُ ِ ِ َ َّّ

َ َ َ َ .‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫ت‬ ‫اب‬ ‫ما‬ ‫و‬ ‫ق‬ ‫ب‬ ‫ح‬ ّ ّ َ ‫إِذَا أ‬ ْ ُّ َ ْ ً ّْ َ ‫خ‬ ‫ه‬ ِ ‫س‬ َ ِ ‫الّر‬ َ ‫ن‬ ُ َ ‫ط فَل‬ َ َ‫ و‬.‫ضا‬ ْ ‫م‬

َّ ّ ِ ‫ إ‬.ِ‫البَلَء‬ ،‫ه‬ ّ َ ‫ن الل‬ ‫ه‬ ِ ‫ن َر‬ ُ َ ‫ فَل‬،‫ى‬ َ َ‫ف‬ ْ ‫م‬ َ ‫ض‬ ُ ْ ّّ‫س‬ ُ ‫ال‬ ،)2320( ‫ باب ماجاء فصي الصصبر على البلء‬،‫ كتاب الزهصد‬،‫خط) سصنن الترمذي‬ )4011( ‫ باب الصبر على البلء‬،‫ كتاب الفتن‬،‫سنن ابن ماجه‬

Dari Anas bin Malik RA. Rasulullah SAW bersabda: Besarnya suatu balasan amal tergantung pada besarnya cobaan yang diterima. Karena sesungguhnya Allah, jika mencintai suatu kaum, maka ia timpakan bala’ pada mereka. Siapa yang ridha, 13

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

baginya keridhaan Allah. Siapa yang gundah gulana, makaia akan tersiksa karena kegundahannya (baginya kemurkaan Allah).” (HR. Turmudzi, [2320], Ibnu Majah [4021]) Selanjutnya Sabda Rasulullah SAW menyebutkan, "Sungguh mengherankan urusan seorang Mukmin, semua urusannya berakibat baik baginya, dan itu tidak terjadi kepada selain orang-orang Mukmin, jika mereka mendapatkan kebaikan ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan jika mereka mendapat

bencana ia bersabar dan itu baik pula baginya." (HR.Muslim)

Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita. Allah tidak menghendaki dari hamba-Nya selain kebaikan di dunia dan di akhirat. Jangan sampai kita celaka di dunia dan teraniaya di akhirat akibat prasangka buruk kepada Allah. Na'udzu billah, tsumma na'udzu billah.

Kedua, Tidak putus dari berdoa. Doa merupakan senjata orang beriman, berdoa merupakan ibadah dan enggan berdoa merupakan kesombongan kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagai bangsa, kita ini diharapkan orang lain mestinya sudah hancur berantakan, mestinya negara yang bernama Indonesia sudah gulung tikar. Krisis ekonami berkepanjangan telah menggiling bangsa. Krisis kepercayaan, rusak moral, bom meledak di 14

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

mana-mana, pemerintahan yang lemah, tekanan bahkan konspirasi menghancurkan bangsa kita begitu kuat dilakukan orang. Pertikaian dan permusuhan antar suku, entis, dan antar agama menjadi-jadi. Pertumbuhan ekonomi yang kian memburuk. Hutang negara kian membumbung tinggi. Semuanya itu, mestinya sudah cukup membuat kita, sebagai bangsa ambruk terkapar Tetapi kenyataannya tidak. Kita masih hidup sebagai bangsa yang kuat. Apapun keadaannya, kita masih bisa berdiri tegak. Mengapa

hingga

saat

ini

kita

masih

bisa

doa

yang

bertahan ???. Semuanya

telah

terjadi

berkat

dipanjatkan setiap muslim di negeri ini. Berkat ratusan juta pasang tangan yang selalu ditengadahkan ke langit, agar negeri ini dijauhkan dari kehancuran. Perpaduan hati dan kecintaan menjadi awal dari persatuan. Akhlak mulia dan sifat malu pada generasi muda akan menjadikan dunia bersih tak bernoda. Sabda Rasulullah SAW sebutkan,

15

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

‫سخَا ُء‬ ّ ‫ ال‬،ُ‫العَدْلُ حَسَنٌ وَ َلكِنْ فِى الُمَرَاءِ َأحْسَن‬ َ‫ اَلْ َو َرعُ حَسَنٌ و‬،ُ‫غ ِنيَاءِ َأحْسَن‬ ْ َ‫حَسَنٌ وَ َلكِنْ فِى ال‬ ‫صبْرُ حَسَنٌ وَ َلكِنْ فِى‬ ّ ‫َلكِنْ فِى العَُلمَاءِ َأحْسَنُ ال‬ ِ‫شبَاب‬ ّ ‫ التّوْبَةُ حَسَنٌ وَ َلكِنْ فِى ال‬،ُ‫الفُقَرَاءِ َأحْسَن‬ ‫ رواه‬.ُ‫حسَن‬ ْ ‫ الَحيَاءُ حَسَنٌ وَ َلكِنْ فِى النّسَاءِ َأ‬،ُ‫َأحْسَن‬ ‫الديلمى عن عمر‬ “Keadilan itu baik, akan tetapi lebih baik kalau berada pada umarak (pejabat pemerintahan). Kedermawanan itu baik, akan lebih baik jika ada pada orang-orang yang mampu (hartawan). Hemat cermat itu sangat baik, akan tetapi lebih baik kalau cermat itu berada pada orang berilmu. Kesabaran itu baik, namun akan lebih baik kalau ada pada orang miskin. Tobat (meninggalkan dosa itu baik), tetapi akan lebih baik kalau ada pada pemuda. Malu itu baik, tetapi akan lebih baik kalau ada pada perempuan”. (HR. Dailami dari Umar bin Khattab).

Ketiga, meneladani para nabi dan rasul. Mereka adalah kekasih-kekasih Allah. Namun, ujian dan cobaan selalu Allah timpakan kepada mereka, dahsyat dan tak terperikan. Di antara mereka ada yang mendapat gelar Ulil Azmi karena keberhasilan mengahadapi ujian berat. Rahasianya adalah, tidak pernah berputus asa kepada Allah Ta'ala. Adalah nabiyullah Zakaria yang selalu merindukan anak, namun hingga di usianya yang mulai senja, sibuah hati 16

yang

di

idamkan

belum

kunjung

datang.

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

Namun tidak membuatnya putus asa dan kehilangan optimisme. Dengarkan Al-Quran menuturkan,



   



,

,   

 









  

  















  

  





 

 







    

  



  

, 

 



   

, 





(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat

Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariya, yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo`a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya`qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai".(QS.19,

Orang yang

Maryam: 2-6).

sudah tua renta, istrinya mandul

pula, lalu mengharapkan mempunyai anak. Rasanya akan mustahil terjadi. Harapan akan tinggal harapan. 17

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

Kekasih Allah tidak pernah menyandarkan harapan kepada

sebab-sebab

manusiawi

semata.

Sebab

sesungguhnya Allah telah menciptakan dari yang tiada menjadi ada. Tentulah tidak akan sulit menciptakan dari yang sudah ada, walau usia renta dan istri mandul. Akhirnya Allah mendengar doanya dan melihat ketegarannya.



 





 







     

  

"Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia." (QS.19, Maryam: 7).

Itu pula yang dialami Ibrahim, Khalilullah, ketika beliau “Rabbi,

bermohon

Hablii

diberi

turunan

ketika

berdoa

minas-Shalihin”. Tidak ada yang

mustahil bagi Allah. Tugas kita hanyalah tetap berusaha dan berdoa.

Pada perang Khandaq, saat sepuluh ribu pasukan sekutu yang terdiri dari suku Quraisy dan kabilahkabilah Arab lainnya mengepung Madinah. Sementara Rasulullah hanya didukung dua ribu pasukan dengan parit (khandaaq) yang mengelilingi sebagian sisi kota. 18

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

Ketika itu pula, orang-orang Yahudi Bani Quraidzah yang

terikat

perjanjian dengan kaum Muslimin

untuk melindungi wilayah perbatasan kota Madinah, telah berkhianat dan membatalkan perjanjian dan kaum muslimin dan bergabung dengan pasukan sekutu. Dengarkanlah bagaimana sikap Rasulullah SAW ketika menghadapi kondisi genting ini,



  



 

  

 



“ dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.”

(QS.61, Ash-Shaaf : 13)

Bergembiralah wahai kaum Muslimin dengan kemenangan dari Allah dan pertolongan-Nya. Ternyata Allah menjawabh optimisme hamba-hambaNya. Akhirnya, 2.000 pasukan Muslim dapat mengalahkan 10.000 pasukan sekutu plus orang-orang Yahudi Bani Quraidzah.

Keempat, beramal dan bertawakkal. 19

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

Allah tidak menurunkan emas dari langit. Gunakan seluruh potensi yang Allah telah karuniakan kepada kita.

 

   

 

 

  









 

       

 

"Dan katakanlah: "Bekerjalah kalian, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kamu kerjakan".

(At-Taubah:105).

Rasulullah SAW menyebutkan kedudukan amalan karya kita di dunia ini dalam menciptakan kebahagiaan bersama-sama.

‫عبْدٌ رِزْقَهُ ال مَالً وَ عِ ْلمًا‬ َ :ٍ‫ال ّد ْنيَا الَ ْر َبعَةُ نَ َفر‬ ‫حمَهُ َو َيعْلَمُ الُ حَقّا‬ ِ ‫َفهُوَ يَتّقِي ِفيْهِ َو يَصِلُ ِف ْيهِ َر‬ ‫ رواه الترمذي‬.ِ‫منَازِل‬ َ ‫فَهذَا ِبأَفْضَلِ ال‬

“ Dunia ini berada dalam genggaman empat tahapan; seorang yang diberi rezki oleh Allah dengan kekayaan dan ilmu, lalu dengan kekayaan itu dia bertaqwa kepada Allah, selanjutnya di ikat tali silahturrahmi dengan masyarakat, kemudian di perhatikannya benar batas-batas hak untuk Allah. Maka disanalah kedudukan sebaik-baiknya.” (HR.Tirmidzi)

20

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

Indonesia

adalah

negara

berpenduduk

muslim

terbanyak dengan tanah air paling strategis di perlintasan dunia. Indah seakan “qith’ah minal jannah fid-dunya”. Negeri ini mesti kita bangun untuk umat masa depan. Di awali memperbaiki silaturrahim.

‫ن‬ َ ‫ن الِجوَا ِر ُيعَ ّم ْر‬ ُ‫س‬ ْ‫ح‬ ُ ‫خُلقِ َو‬ ُ ‫سنُ اْل‬ ْ‫ح‬ ُ ‫ح ِم َو‬ ِ ‫صَل ُة ال ّر‬ ِ (‫ ) رواه أحمد‬.ِ‫دنَ فِى العْمَار‬ ْ ‫ال ّديَا َر َو َي ِز‬ “Menghubungkan silaturrahim, budi pekerti yang baik den berbuat baik terhadap tetangga, itulah yang akan meramaikan kampung dan menambah umur”. (HR Ahmad)

Tidak ada yang mengubah diri kita selain kita sendiri. Minimal dengan memanjatkan do’a secara tulus dan ikhlas agar kemelut tidak terjadi, sebagai bagian dari mensyukuri nikmat, sesuai firman Allah,

ّ‫شكَرْتُمْ لَأَزِي َدنّكُمْ وََلئِنْ َكفَ ْرتُمْ إِن‬ َ ْ‫وَإِذْ تَأَذّنَ َربّكُمْ َلئِن‬ ٌ‫عذَابِي لَشَدِيد‬ َ “Dan (ingat juga), ketika Tuhanmu mema’lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Surat ibrahim ayat 7)

Dengan jiwa yang suci bersih, kita tundukkan hati

21

kepada

kebesaran

Allah,

menengadah,

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Refleksi Ibadah Ramadhan

mengharap karunia dan rahmat-Nya, untuk kita keluarga dan bangsa kita,

ْ‫َر ّبنَا اغْفِرَْلنَا ُذنُوْ َبنَا وَ اِسْرَا َفنَا فِى َأمْ ِرنَا َو َثبّت‬ .‫أَ ْقدَا َمنَا َو انْصُ ْرنَا عَلَى القَوْمِ الكَافَ ْريْن‬ “Ya Allah, Ampunilah dosa kami, ampunilah keteledoran kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami menghadapi kaum kafir”.

‫سنَةً وَ ِقنَا‬ َ َ‫سنَةً وَ فِى الخِ َرةِ ح‬ َ َ‫َربّنَا آ ِتنَا فِى ال ّدنْيَا ح‬ .ِ‫عَذَابَ النّار‬ َ‫عَليْنَا ِإنّك‬ َ ْ ُ‫سمِيْعُ العَلِيْمِ وَ تب‬ ّ ‫َربّنَا َت َقبّلْ ِمنّا ِإ ّنكَ َأنْتَ ال‬ .ِ‫حيْم‬ ِ ّ‫َأنْتَ التّوّابُ الر‬ ‫عمّا يَصِ ُفوْنَ وَ سَلَمُ عَلَى‬ َ ِ‫سبْحَانَ رَ ّبكَ َربّ العِ ّزة‬ ُ .َ‫حمْدُ لِ َربّ العَاَلمِيْن‬ َ ‫ا ْلمُرْسَِليْنَ وَ اْل‬ ُ‫حمَةُ اللِه بَرَكَاته‬ ْ َ‫وَ السّلَمُ عََل ْيكُمْ وَر‬ Padang, 23 Oktober 2008 M.

22

H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008

Related Documents


More Documents from "manip saptamawati"