Refleksi Ibadah Ramadhan
Refleksi Ibadah Ramadhan Oleh : H. Mas’oed Abidin
السلم عليكم ورحمة ال و بركاته جعَلَ َلنَا َ َخيْرَاتِ و َ سمًا لِل ِ ْجعَلَ العِيْدَ ُمو َ حمْدُ ل الذِي َ ال .ِسنَات َ َمَا فيِ الرضِ لِل ِعمَارَات وَ زَ ْرعِ الح ُشهَدُ أَنْ لَ إَِلهَ ِإلّ ال وَحْ َدهُ لَ شَ ِر ْيكَ لَهُ خَاِلق ْ َأ سوْله ُ َعبْدُه وَ ر َ حمّدًا َ ُشهَدُ أَنّ م ْ َ و أ،سمَاوَات ّ الرْض وَ ال .الدّاعِي إِلىَ ِد ْينِهِ بَِأوْضَحِ البَ ّينَات َنبِ ّينَا،سيّدِالكَائِنَات َ اللهُمّ صَلّ وَ سَلّمْ وَ بَارِك عَلَى جتَهِدِين ْ ُحمّد وَ عَلىَ آِلهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ التّا ِبعِيْنَ الم َ ُم .ِلنَصْرَةِ الدّين وَ إِزَالةِ ال ُمنْكَرَات Bulan Ramadhan sudah kita tinggalkan sejak 23 hari yang lalu. Di dalam bulan itu kita telah berjuang melawan musuh yang ada di dalam diri kita, nafsu dan syahwat
serta
syetan
yang
cenderung
ingin
menjerumuskan kita.
Ibnu Sirin berkata tentang sulitnya mengendalikan jiwa, "Aku
tidak pernah mempunyai urusan yang
lebih pelik ketimbang urusan jiwa." 1
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
Hasan
Bashari berkata, "Binatang
binal tidak
lebih memerlukan tali kekang ketimbang jiwamu." Kemenangan melawan hawa nafsu ini adalah inti kemenangan. Ini kemenangan
terbesar. Kemenangan
utama akan melahirkan kemenangan-kemenangan lain dalam
semua kancah kehidupan dunia yang kita
harungi.
Refleksi Ibadah selama Ramadhan. 1.Pandai Mengelola Waktu. Selama sebulan penuh kita berada dalam bulan suci,
penuh
keberkahan
dan
nilai.
Bulan yang
mengantarkan kita kepada suasana batin yang sangat indah. Bulan yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan bagi kita kaum Muslimin. Bulan
Ramadhan
melatih
kita
untuk
memberi
perhatian kepada waktu. Sungguh banyak manusia yang tidak bisa menghargai
dan
memanfaatkan
waktunya. Ramadhan melatih kita untuk selalu rindu kepada waktu-waktu 2
shalat,
yang
barangkali
di
luar
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
Ramadhan kita sering mengabaikan waktu-waktu shalat itu. Adzan telah berkumandang di samping kanan kiri telinga kita, namun kita masih tetap dengan segala kesibukan kita. Tidak
tergerak
bibir kita untuk
menjawabnya apa lagi untuk memenuhi panggilan itu. Dan
kita telah
membiarkan suara
Muadzin itu
memantul di tembok rumah dan kantor kita, lalu pergi bersama angin lalu. Selama bulan Ramadhan kita selalu menunggu suara adzan, minimal
adzan Maghrib dan Shubuh. Kita
tempel di rumah kita, bahkan kita hapal jadwal Imsakiyyah. Mudah-mudahan selepas Ramadhan ini rasa rindu kepada waktu shalat selalu kita pelihara.
Waktu adalah kehidupan. Barangsiapa menyianyiakan
waktunya
hidupnya. Ada
berarti
survei
ia
menyiakan-nyiakan
tahun 1980 bahwa Jepang
adalah negara pertama yang paling produktif dan efektif menggunakan waktu. Disusul Amerika dan Israel. Ternyata negara-negara itu kini menguasai dunia, termasuk menguasai gonjang ganjing ekonomi dunia. 3
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
Sebagai seorang muslim, mestinya kita menjadi orang yang paling disiplin dengan waktu kita. Sebagai masyarakat beradat di Minangkabau, mestinya kita sudah
mengamalkan
fatwa
adat
kita
yang
menyebutkan “hari nan sa hari di parampek (untuk keperluan hubungan ibadah, meningkatkan kualitas diri, menjaga rumah tangga dan keluarga, serta hubungan dengan masyarakat lingkungan), malam nan
sa malam ba patigo (dipergunakan untuk belajar, tidur, ibadah atau tahajjud)” Al-Qur'an
mengisyaratkan
pentingnya
waktu.
Banyak ayat Allah bersumpah dengan waktu. Menjadi manusia yang terhormat di antara manusia lain dan bermartabat di sisi Allah, hendaknya kita isi waktu kita dengan hal yang produktif, untuk kepentingan dunia atau akhirat kita.
Memakmurkan Tempat Ibadah.
2.
Ramadhan juga melatih kita untuk memakmurkan tempat-tempat ibadah, masjid, mushalla, dan surau. Gegap gempita kita mendatangi rumah-rumah Allah ini, kita kerahkan anak istri kita untuk meramaikan tempat 4
suci
ini.
Hingga
ketika
menyaksikan
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
pemandangan indah ini seseorang sempat berkhayal, "Andai Ramadhan datang dua belas kali setahun." Begitu indah pemandangan ini, suara pujian dan doa bersahut-sahutan dari pengeras suara di antara masjid-masjid. Alam serasa hanyut dalam tasbih dan istighfar, di bawah naungan Asma’ al Husna. Suasana ini perlu dipertahankan selepas Ramadhan ini, kita perlu mengerahkan memakmurkan masjid-masjid
keluarga
kita untuk
Allah. Sehingga kita
layak mendapatkan janji Allah, bahwa, "Ada tujuh
golongan
manusia
yang
dinaungi
Allah
dalam
naungan-Nya di hari dimana tidak ada naungan selian naungan Allah, dan (salah satu daripadanya adalah) seseorang yang hatinya terikat dengan
masjid."
3.Taat kepada Allah. Ramadhan melatih kita untuk lebih mementingkan ketaatan kepada Allah dengan mengorbankan tenaga dan kepentingan kita. Di saat-saat kita masih lelah bekerja
seharian, setelah sepanjang siang kita
bertahan dengan rasa lapar dan dahaga. 5
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
Ketika kita mestinya beristirahat dari kepenatan, namun kita ruku' dan sujud dalam shalat tarawih atau
qiyamu Ramadhan dengan mudahan
satu harapan, mudah-
kita mendapatkan ridha
Allah,
satu-
satunya paling berharga dalam hidup kita selaku Muslim. Semangat ini mestinya kita pelihara tetap ada setelah Ramadhan meninggalkan kita. Kita wajib mengabdi dan mempersembahkan apa yang kita miliki ini untuk meraih keridhaan Allah. Sejatinya, apa yang kita miliki saat ini hanya amanah dari Allah Ta'ala. Mampukah kita menjaga dan menunaikan amanah ini atau tidak. Semestinya keridhaan Allah itu menjadi tujuan kita. Tidak ada desah nafas, mulut bergerak, tangan berayun, dan kaki melangkah kecuali harus mengiringinya dengan ikrar kita,
" Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam."
4.Mempunyai Solidaritas yang tinggi. Ramadhan
melatih
kita
untuk mempunyai rasa
solidaritas sesama manusia, dengan rasa lapar dan 6
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
dahaga
kita teringat
saudara-saudara
akan nasib sebagian
kita yang
dari
kurang beruntung di
dalam hidup ini, mereka setiap harinya dirongrong rasa lapar dan dahaga. Rasa kemanusiaan semacam ini nyaris mulai sirna dewasa ini. Saat budaya hedonisme mulai menjangkiti manusia modern hanya disibukkan urusan pribadi, nafsi-nafsi. Hal ini diakibatkan karena orientasi hidup manusia modern yang hanya memandang materi sebagai satusatunya tujuan. Terkadang untuk memenuhi ambisi kebendaan seseorang rela menghalalkan segala cara. Solidaritas perlu kita pelihara dan kita aplikasikan dalam hubungan sesama manusia dengan melakukan
shiyam-shiyam sunnah. Islam telah mensyariatkannya. Manusia modern perlu melakukan puasa untuk melatih kepekaan sosial. Para pejabat perlu melakukan puasa sunnah. Merasakan derita yang dialami sebagian besar bangsa ini. Sehingga, muncul kebijakan yang berpihak kepada masyarakat miskin. Minimal menurunkan gaya hidup kelas tinggi di tengah bangsa yang menangis ini.
5.Melahirkan Tanggung Jawab Memimpin
7
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
Di antara tanggung jawab umarak adalah melindungi orang lemah dengan memperbaiki silaturahim dan menanam tekad memancangkan keadilan di tengah kehidupan dengan saling menghormati, seperti sabda Rasulullah SAW :
ِض ِعيْف ّ يَأوِى إَِليْهِ ال،ِالسّلْطَانُ ظِلّ الِ فِى ال ْرض َو بِ ِه َي ْنتَصِرُ المَظْلُوْمُ َو مَنْ َأكْرَمَ سُلْطَانَ ال فِى رواه ابن النجار عن أبي.ِل يَوْمَ ال ِقيَامَة ُ ال ّد ْنيَا َأكْ َرمَهُ ا هريرة “Penguasa (pemerintahan) yang dilindungi oleh Allah di bumi, lantaran berlindung kepadanya orang lemah dan karena orang teraniaya mendapatkan pertolongan (dengan adil). Barang siapa di dunia memuliakan penguasa yang menjalankan perintah Allah, niscaya orang itu di hari kiamat dimuliakan pula oleh Allah” (Diriwayatkan oleh ibnu Najar dari Abu Hurairah).
Kita
sambut
itikad
baik
pemimpin
negeri
membudayakan hidup sederhana. Alangkah indahnya jika ajakan hidup sederhana semua
pihak,
ini diterapkan oleh
terutama para pejabat, anggota
dewan, dan lainnya. Ini akan menggurangi anggaran negara dan dapat dialokasikan untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Bangsa ini masih terpuruk. Rakyat masih menderita.
8
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
Kemiskinan menjadi pemandangan utama di setiap sudut kota
dan
pelosok
desa.
Tidaklah pantas
memamerkan kemewahan di hadapan mereka. Apalagi menggunakan fasilitas negara. Zuhud, adalah sikap yang diajarkan Islam kepada kita dalam hidup ini. Az-Zuhri ditanya tentang makna zuhud dan dia menjawab, "Zuhud bukanlah berpakaian yang kumal dan badan yang dekil. Zuhud adalah memalingkan diri dari syahwat
Orang
dunia."
mukmin
berjaya, namun yang ada
boleh
kaya
dan
di hatinya hanyalah
Allah semata. Letakkan harta di tanganmu dan jangan letakkan di hatimu."
Demikian nasihat ulama.
Keberhasilan Diklat Ramadhan Sungguh banyak pelatihan Ramadhan kepada kita. Besar sungguh hikmah disyariatkan shiyam sebulan penuh. Agar
sebelas
bulan dalam setahun, kita
lalui dengan menerapkan nilai-nilai Ramadhan. Suasana
spiritual
yang
dilatih selama sebulan
Ramadhan ini menjadi energi bagi kita mengarungi sebelas bulan berikutnya. Agar predikat takwa itu benar-benar terjaga dalam diri. Ketakwaan adalah bekal hidup dan modal untuk menghadapi pengadilan Allah Azza wa Jalla. 9
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
"Dan berbekallah kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal."
"Sesungguhnya
sebaik-baik
kalian
di
sisi
Allah adalah yang
paling bertakwa, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
(QS,49, Al Hujurat : 13)
Ramadhan Menghasilkan Watak yang Mulia Ramadhan telah memberikan banyak perubahan dalam diri kita.
Mulai dari sikap, perilaku, dan
paradigma dalam memandang hidup dan kehidupan. Mestinya ini semua menjadi bekal untuk melakukan perubahan-perubahan
di
masa
depan. Perubahan
mengantarkan hidup kita ke arah yang lebih baik. Apakah sebagai pribadi maupun bangsa. Kehidupan yang kita lalui masih sulit. Beban yang kita pikul semakin berat sebagai pribadi atau bangsa. Kita sekarang belum juga bisa keluar dari krisis multi dimensi yang cukup pelik. 10
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
Pekerjaan sulit dicari. Harga-harga membumbung tinggi. Angka pengangguran masih tinggi. Bencana alam silih berganti. Kejahatan telah meraja-lela. Nilai-nilai yang semestinya dijunjung dan dijaga tidak diindahkan lagi. Nyawa yang begitu mahal dan berharga oleh semua agama dan ideologi, kini menjadi taruhan yang sangat murah sekali. Dari
layar
TV
dan
oleh media kepada kita
ditayangkan peristiwa pembunuhan yang menjadikan bulu kuduk
kita berdiri. Anak membantai ayah
bundanya sendiri. Suami mencincang istri. Tetangga menghabisi
tetangga.
Saudara
menggorok
leher
saudara kandungnya. Rata-rata motifnya sama,.. ekonomi… !!!. Kita semua harus bangkit untuk mengatasi semua kesulitan yang melanda bangsa ini. Tidak akan pernah ada bekal terbaik
untuk menghadapi kondisi sulit ini selain
ketakwaan
semata.
Ingatlah
pernyataan
tulus
Khalifah Umar Ibnu Khattab ;
ََنحْنُ قَوْمٌ أَعَ ّزنَا ال بِالِسْلَم َف َمهْمَا ا ْبتَ َغ ْينَا العِزّة ( ل بِهِ َأذَلّنَا الُ ) رواه الحكم ُ ِبغَيْ ِر مَا أَعَ ّزنَا ا “ Kita adalah umat yang telah dibikin berjaya oleh Allah dengan bimbingan agama Islam. Kalaulah (satu kali) kita ingin mencapai 11
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
kejayaan lagi dengan bimbingan selain agama Islam, (sudah pasti) malah kehinaan yang akan ditimpakan Allah kepada kita.”
Di bulan Syawal atau bulan peningkatan yang fitri ini, di tengah merayakan kemenangan besar karena telah selesai melakukan pelatihan sebulan penuh dan nuansa kesucian masih kita rasakan. Di saat pikiran dan hati telah mengalami pencerahan oleh nilai-nilai ketakwaan. Marilah kita menatap hari esok yang lebih baik, penuh optimisme. Memang seorang Mukmin Muttaqin berpantang kehilangan asa dalam kondisi apapun. Optimisme adalah harga mati jika kita ingin bangkit mengatasi berbagai kesulitan ini.
Variabel Membangun optimisme diri. Pertama, Husnudzan kepada Allah. Husnudzan atau berprasangka baik kepada Allah harus kita kokohkan dalam diri kita. Tidak ada satu peristiwa
terjadi
selain
hanya dengan
izin
dan
kehendak Allah semata. Termasuk ujian dan kesulitan yang sedang kita hadapi sebagai bangsa atau Negara. Seorang Mukmin menerima semua ketentuan Allah 12
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
dengan prasangka baik. Apa yang menimpanya, adalah terbaik menurut ketentuan Allah.
Mukmin
tidak
mau
menggerutu
kepada
Penciptanya. Mereka tidak pernah memberontak kepada keputusan Tuhannya. Mukmin menatap semua ujian
itu
dengan
senyum.
Mereka
yakin
akan
mendapatkan dua keuntungan: 1. Diangkat dan dihapuskan kesalahan dan dosadosanya 2.
Ditinggikan derajatnya di sisi Allah Azza wa Jalla
َ َ ع َن أ ب س ن ه َ ِ ْ ه عَلَي ْ ٍ ِ مال ُ ن َر ُ صل ّى الل َ ن َ ِل الل ه ْ ِ ْسو ْ َ ع،ك ِ ِ َ أ:و سلَّم َّّ عظ ْ م ال َّّ عظ َ م ّ ّمع ِ ء زا ج ِ ِ َ : َ َ َ َ ل ا ق ه ن ّّّ َ ُ ُ ِ ِ َ َّّ
َ َ َ َ .م ه ل ت اب ما و ق ب ح ّ ّ َ إِذَا أ ْ ُّ َ ْ ً ّْ َ خ ه ِ س َ ِ الّر َ ن ُ َ ط فَل َ َ و.ضا ْ م
َّ ّ ِ إ.ِالبَلَء ،ه ّ َ ن الل ه ِ ن َر ُ َ فَل،ى َ َف ْ م َ ض ُ ْ ّّس ُ ال ،)2320( باب ماجاء فصي الصصبر على البلء، كتاب الزهصد،خط) سصنن الترمذي )4011( باب الصبر على البلء، كتاب الفتن،سنن ابن ماجه
Dari Anas bin Malik RA. Rasulullah SAW bersabda: Besarnya suatu balasan amal tergantung pada besarnya cobaan yang diterima. Karena sesungguhnya Allah, jika mencintai suatu kaum, maka ia timpakan bala’ pada mereka. Siapa yang ridha, 13
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
baginya keridhaan Allah. Siapa yang gundah gulana, makaia akan tersiksa karena kegundahannya (baginya kemurkaan Allah).” (HR. Turmudzi, [2320], Ibnu Majah [4021]) Selanjutnya Sabda Rasulullah SAW menyebutkan, "Sungguh mengherankan urusan seorang Mukmin, semua urusannya berakibat baik baginya, dan itu tidak terjadi kepada selain orang-orang Mukmin, jika mereka mendapatkan kebaikan ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan jika mereka mendapat
bencana ia bersabar dan itu baik pula baginya." (HR.Muslim)
Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita. Allah tidak menghendaki dari hamba-Nya selain kebaikan di dunia dan di akhirat. Jangan sampai kita celaka di dunia dan teraniaya di akhirat akibat prasangka buruk kepada Allah. Na'udzu billah, tsumma na'udzu billah.
Kedua, Tidak putus dari berdoa. Doa merupakan senjata orang beriman, berdoa merupakan ibadah dan enggan berdoa merupakan kesombongan kepada Allah Azza wa Jalla. Sebagai bangsa, kita ini diharapkan orang lain mestinya sudah hancur berantakan, mestinya negara yang bernama Indonesia sudah gulung tikar. Krisis ekonami berkepanjangan telah menggiling bangsa. Krisis kepercayaan, rusak moral, bom meledak di 14
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
mana-mana, pemerintahan yang lemah, tekanan bahkan konspirasi menghancurkan bangsa kita begitu kuat dilakukan orang. Pertikaian dan permusuhan antar suku, entis, dan antar agama menjadi-jadi. Pertumbuhan ekonomi yang kian memburuk. Hutang negara kian membumbung tinggi. Semuanya itu, mestinya sudah cukup membuat kita, sebagai bangsa ambruk terkapar Tetapi kenyataannya tidak. Kita masih hidup sebagai bangsa yang kuat. Apapun keadaannya, kita masih bisa berdiri tegak. Mengapa
hingga
saat
ini
kita
masih
bisa
doa
yang
bertahan ???. Semuanya
telah
terjadi
berkat
dipanjatkan setiap muslim di negeri ini. Berkat ratusan juta pasang tangan yang selalu ditengadahkan ke langit, agar negeri ini dijauhkan dari kehancuran. Perpaduan hati dan kecintaan menjadi awal dari persatuan. Akhlak mulia dan sifat malu pada generasi muda akan menjadikan dunia bersih tak bernoda. Sabda Rasulullah SAW sebutkan,
15
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
سخَا ُء ّ ال،ُالعَدْلُ حَسَنٌ وَ َلكِنْ فِى الُمَرَاءِ َأحْسَن َ اَلْ َو َرعُ حَسَنٌ و،ُغ ِنيَاءِ َأحْسَن ْ َحَسَنٌ وَ َلكِنْ فِى ال صبْرُ حَسَنٌ وَ َلكِنْ فِى ّ َلكِنْ فِى العَُلمَاءِ َأحْسَنُ ال ِشبَاب ّ التّوْبَةُ حَسَنٌ وَ َلكِنْ فِى ال،ُالفُقَرَاءِ َأحْسَن رواه.ُحسَن ْ الَحيَاءُ حَسَنٌ وَ َلكِنْ فِى النّسَاءِ َأ،َُأحْسَن الديلمى عن عمر “Keadilan itu baik, akan tetapi lebih baik kalau berada pada umarak (pejabat pemerintahan). Kedermawanan itu baik, akan lebih baik jika ada pada orang-orang yang mampu (hartawan). Hemat cermat itu sangat baik, akan tetapi lebih baik kalau cermat itu berada pada orang berilmu. Kesabaran itu baik, namun akan lebih baik kalau ada pada orang miskin. Tobat (meninggalkan dosa itu baik), tetapi akan lebih baik kalau ada pada pemuda. Malu itu baik, tetapi akan lebih baik kalau ada pada perempuan”. (HR. Dailami dari Umar bin Khattab).
Ketiga, meneladani para nabi dan rasul. Mereka adalah kekasih-kekasih Allah. Namun, ujian dan cobaan selalu Allah timpakan kepada mereka, dahsyat dan tak terperikan. Di antara mereka ada yang mendapat gelar Ulil Azmi karena keberhasilan mengahadapi ujian berat. Rahasianya adalah, tidak pernah berputus asa kepada Allah Ta'ala. Adalah nabiyullah Zakaria yang selalu merindukan anak, namun hingga di usianya yang mulai senja, sibuah hati 16
yang
di
idamkan
belum
kunjung
datang.
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
Namun tidak membuatnya putus asa dan kehilangan optimisme. Dengarkan Al-Quran menuturkan,
,
,
,
,
(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat
Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakariya, yaitu tatkala ia berdo`a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Ia berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo`a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya`qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai".(QS.19,
Orang yang
Maryam: 2-6).
sudah tua renta, istrinya mandul
pula, lalu mengharapkan mempunyai anak. Rasanya akan mustahil terjadi. Harapan akan tinggal harapan. 17
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
Kekasih Allah tidak pernah menyandarkan harapan kepada
sebab-sebab
manusiawi
semata.
Sebab
sesungguhnya Allah telah menciptakan dari yang tiada menjadi ada. Tentulah tidak akan sulit menciptakan dari yang sudah ada, walau usia renta dan istri mandul. Akhirnya Allah mendengar doanya dan melihat ketegarannya.
"Hai Zakariya, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia." (QS.19, Maryam: 7).
Itu pula yang dialami Ibrahim, Khalilullah, ketika beliau “Rabbi,
bermohon
Hablii
diberi
turunan
ketika
berdoa
minas-Shalihin”. Tidak ada yang
mustahil bagi Allah. Tugas kita hanyalah tetap berusaha dan berdoa.
Pada perang Khandaq, saat sepuluh ribu pasukan sekutu yang terdiri dari suku Quraisy dan kabilahkabilah Arab lainnya mengepung Madinah. Sementara Rasulullah hanya didukung dua ribu pasukan dengan parit (khandaaq) yang mengelilingi sebagian sisi kota. 18
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
Ketika itu pula, orang-orang Yahudi Bani Quraidzah yang
terikat
perjanjian dengan kaum Muslimin
untuk melindungi wilayah perbatasan kota Madinah, telah berkhianat dan membatalkan perjanjian dan kaum muslimin dan bergabung dengan pasukan sekutu. Dengarkanlah bagaimana sikap Rasulullah SAW ketika menghadapi kondisi genting ini,
“ dan (ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang beriman.”
(QS.61, Ash-Shaaf : 13)
Bergembiralah wahai kaum Muslimin dengan kemenangan dari Allah dan pertolongan-Nya. Ternyata Allah menjawabh optimisme hamba-hambaNya. Akhirnya, 2.000 pasukan Muslim dapat mengalahkan 10.000 pasukan sekutu plus orang-orang Yahudi Bani Quraidzah.
Keempat, beramal dan bertawakkal. 19
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
Allah tidak menurunkan emas dari langit. Gunakan seluruh potensi yang Allah telah karuniakan kepada kita.
"Dan katakanlah: "Bekerjalah kalian, maka Allah dan RasulNya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kamu kerjakan".
(At-Taubah:105).
Rasulullah SAW menyebutkan kedudukan amalan karya kita di dunia ini dalam menciptakan kebahagiaan bersama-sama.
عبْدٌ رِزْقَهُ ال مَالً وَ عِ ْلمًا َ :ٍال ّد ْنيَا الَ ْر َبعَةُ نَ َفر حمَهُ َو َيعْلَمُ الُ حَقّا ِ َفهُوَ يَتّقِي ِفيْهِ َو يَصِلُ ِف ْيهِ َر رواه الترمذي.ِمنَازِل َ فَهذَا ِبأَفْضَلِ ال
“ Dunia ini berada dalam genggaman empat tahapan; seorang yang diberi rezki oleh Allah dengan kekayaan dan ilmu, lalu dengan kekayaan itu dia bertaqwa kepada Allah, selanjutnya di ikat tali silahturrahmi dengan masyarakat, kemudian di perhatikannya benar batas-batas hak untuk Allah. Maka disanalah kedudukan sebaik-baiknya.” (HR.Tirmidzi)
20
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
Indonesia
adalah
negara
berpenduduk
muslim
terbanyak dengan tanah air paling strategis di perlintasan dunia. Indah seakan “qith’ah minal jannah fid-dunya”. Negeri ini mesti kita bangun untuk umat masa depan. Di awali memperbaiki silaturrahim.
ن َ ن الِجوَا ِر ُيعَ ّم ْر ُس ْح ُ خُلقِ َو ُ سنُ اْل ْح ُ ح ِم َو ِ صَل ُة ال ّر ِ ( ) رواه أحمد.ِدنَ فِى العْمَار ْ ال ّديَا َر َو َي ِز “Menghubungkan silaturrahim, budi pekerti yang baik den berbuat baik terhadap tetangga, itulah yang akan meramaikan kampung dan menambah umur”. (HR Ahmad)
Tidak ada yang mengubah diri kita selain kita sendiri. Minimal dengan memanjatkan do’a secara tulus dan ikhlas agar kemelut tidak terjadi, sebagai bagian dari mensyukuri nikmat, sesuai firman Allah,
ّشكَرْتُمْ لَأَزِي َدنّكُمْ وََلئِنْ َكفَ ْرتُمْ إِن َ ْوَإِذْ تَأَذّنَ َربّكُمْ َلئِن ٌعذَابِي لَشَدِيد َ “Dan (ingat juga), ketika Tuhanmu mema’lumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Surat ibrahim ayat 7)
Dengan jiwa yang suci bersih, kita tundukkan hati
21
kepada
kebesaran
Allah,
menengadah,
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008
Refleksi Ibadah Ramadhan
mengharap karunia dan rahmat-Nya, untuk kita keluarga dan bangsa kita,
َْر ّبنَا اغْفِرَْلنَا ُذنُوْ َبنَا وَ اِسْرَا َفنَا فِى َأمْ ِرنَا َو َثبّت .أَ ْقدَا َمنَا َو انْصُ ْرنَا عَلَى القَوْمِ الكَافَ ْريْن “Ya Allah, Ampunilah dosa kami, ampunilah keteledoran kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami menghadapi kaum kafir”.
سنَةً وَ ِقنَا َ َسنَةً وَ فِى الخِ َرةِ ح َ ََربّنَا آ ِتنَا فِى ال ّدنْيَا ح .ِعَذَابَ النّار َعَليْنَا ِإنّك َ ْ ُسمِيْعُ العَلِيْمِ وَ تب ّ َربّنَا َت َقبّلْ ِمنّا ِإ ّنكَ َأنْتَ ال .ِحيْم ِ َّأنْتَ التّوّابُ الر عمّا يَصِ ُفوْنَ وَ سَلَمُ عَلَى َ ِسبْحَانَ رَ ّبكَ َربّ العِ ّزة ُ .َحمْدُ لِ َربّ العَاَلمِيْن َ ا ْلمُرْسَِليْنَ وَ اْل ُحمَةُ اللِه بَرَكَاته ْ َوَ السّلَمُ عََل ْيكُمْ وَر Padang, 23 Oktober 2008 M.
22
H Mas’oed Abidin, pada Wirid di Aula Kantor Gubernur Sumatera Barat, Jumat, 23 Oktober 2008