Referat Malpresentasi Dengan Kpd.docx

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Malpresentasi Dengan Kpd.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,899
  • Pages: 23
REFERAT OBSTETRI PRESENTASI BOKONG DENGAN KPD

OLEH: KELOMPOK 2 Fitria Wardatun

201210330311101

Maya Aulia Lukitasari201310330311043 Moh. Fathur Rozi

201410330311121

Firmandutan A.M. W

201410330311168

Khalishah

201410330311128

Depta Ketinda Paraton

201410330311019

Niken Aulia M. P.

201410330311086

Ghazia Fathimatuzzahroh

201410330311017

Rizqi Dwi Admaja

201410330311015

Etsa Amilia Febrianty

201410330311149

Askarani Kamilasari

201410330311167

Satria Agung Maulana F.

201410330311182

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS KEDOKTERAN 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Malpresentasi adalah bagian terendah janin bukan vertek, contohnya

presentasi dahi, wajah, bahu, dan bokong. Malpresentasi dapat disebabkan oleh paritas, faktor ibu, faktor janin, lilitan tali pusat, kelainan uterus, kunjungan ANC yang kurang. Faktor ibu meliputi plasenta previa dan panggul sempit sedangkan faktor janin meliputi hidrosefalus atau anensefalus, gemelli, hidramnion atau oligohidramnion serta prematuritas. Apabila pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan teraba

presentasi kepala dan juga tangan/lengan/kaki, atau apabila pada presentasi bokong didapatkan tangan atau lengan, maka diagnosis presentasi majemuk dapat ditegakkan. Prevalensi kelahiran sungsang tiga persen kehamilan aterm; 13% kehamilan pada usia kehamilan 30 minggu. Presentasi sungsang terjadi pada sekitar 3% sampai 4% dari kelahiran pertama pada semua aterm dan lebih sering terjadi pada trimester ketiga dan awal trimester kedua. Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadinya inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm diatas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2001). Menurut Achadiat (2004), Ketuban pecah dini (KPD) ialah suatu keadaan dimana selaput ketuban pecah pada kehamilan yang telah viabel dan 6 jam setelah itu tidak diikuti terjadinya persalinan atau biasa disebut dengan Premature Rupture of Membrane (PROM).⁷

Insiden ketuban pecah dini adalah 2,7%-17%, bergantung pada lama periode fase laten yang digunakan untuk menegakkan diagnosis KPD. Setiap tahun kejadian ketuban pecah dini/KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%. Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan ketuban pecah dini yaitu umur, paritas, riwayat kehamilan sebelumnya, trauma, dan jarak kehamilan.⁶

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Malpresentasi Definisi Malpresentasi adalah bagian terendah janin bukan vertek, contohnya presentasi dahi, wajah, bahu, dan bokong. Sedangkan, Malposisi merupakan presentasi verteks dengan posisi anterior yang tidak mengalami fleksi secara sempurna, contohnya defleksi kepala, posisi oksipitolateral dan oksipitoposterior dengan oksiput sebagai penentu posisi. Epidemiologi Prevalensi kelahiran sungsang tiga persen kehamilan aterm; 13% kehamilan pada usia kehamilan 30 minggu. Presentasi sungsang terjadi pada sekitar 3% sampai 4% dari kelahiran pertama pada semua aterm dan lebih sering terjadi pada trimester ketiga dan awal trimester kedua. Selain prematuritas, kondisi lain yang terkait dengan presentasi bokong termasuk kehamilan ganda, polihidramnion, hidrosefali, anensefali, aneuploidi, anomali uterus, dan tumor uterus. Etiologi Malpresentasi dapat disebabkan oleh paritas, faktor ibu, faktor janin, lilitan tali pusat, kelainan uterus, kunjungan ANC yang kurang. Faktor ibu meliputi plasenta previa dan panggul sempit sedangkan faktor janin meliputi hidrosefalus atau anensefalus, gemelli, hidramnion atau oligohidramnion serta prematuritas. Bentuk panggul merupakan penentu utama pada proses persalinan. Ketika dimensi anteroposterior dari pelvic brim sama atau melebihi dari dimensi transversal (pelvis android), posisi occipitoposterior cenderung lebih banyak didapatkan. Dengan demikian, wanita dengan pelvis android

lebih cenderung memiliki posisi oksipitoposterior pada akhir kehamilan dan pada awal persalinan karena dimensi yang lebih besar ke arah belakang panggul mendorong oksiput yang lebih luas untuk ditampung di sana daripada di kompartemen anterior. Ibu hamil dengan janin hidrosefalus atau anensefalus sangat mempengaruhi terjadinya malpresentasi oleh karena bentuk kepala janin yang mengganggu fiksasi dari kepala janin. Ibu hamil dengan gemelli dapat mempengaruhi letak janin. Umumnya pada kehamilan kembar, janin menyesuaikan dirinya dalam rahim. Prematuritas juga mempengaruhi kejadian presentasi bokong dalam kehamilan dikarenakan ukuran janin yang kecil menyebabkan janin leluasa melakukan pergerakan di dalam rahim dan pada bayi prematur ukuran kepala masih kecil sehingga fiksasi kepala tidak sempurna. Oleh karena itu, untuk mencegah hal tersebut terjadi perlu dilakukan kunjungan ANC yang sesuai standar untuk memantau keadaan atau kondisi janin didalam kandungan. Ibu hamil dengan kunjungan ANC yang kurang sangat mempengaruhi terjadinya kelainan letak pada janin. Hampir semua ibu hamil dengan lilitan tali pusat dapat mempengaruhi letak janin dikarenakan tali pusat yang terlalu panjang sehingga memungkinkan janin terlilit tali pusat dan menyulitkan janin melakukan pergerakan. Ibu hamil dengan kelainan uterus mempengaruhi terjadinya malpresentasi pada janin. Tumor dari uterus yang mendesak uterus dan kelainan bawaan uterus, seperti uterus arkuatus yang dapat mengubah letak janin.

Manifestasi Klinis     

Dapat dilihat dan diraba,perut terasa membesar kesamping Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan Terjadi distensi berlebihan pada uterus Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan letak dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar lebih jelas pada dada.

Diagnosis Diagnosis dapat ditegakkan melalui

pemeriksaan Leopold atau

pemeriksaan dalam vagina jika sudah terjadi dilatasi serviks, dan dapat dipastikan dengan USG. Mengingat morbiditas perinatal yang besar terkait dengan malpresentasi janin, diagnosis yang akurat sangatlah penting, namun, waktu diagnosis juga penting. Identifikasi dari malposisi janin dalam persalinan dapat terjadi di titik manapun selama kala I dan II persalinan. Sayangnya, penilaian vagina sebelum dilatasi serviks penuh tidak akurat sebesar 76% dibandingkan dengan pemeriksaan menggunakan USG (Pilliod & Caughey, 2017) Pada presentasi dahi, ketika dilakukan pemeriksaan dalam dapat diraba daerah sinsiput yang berada di antara ubun-ubun besar dan pangkal hidung, tepi atas orbita, sutura frontalis dan ubun-ubun besar tetapi tidak dapat meraba dagu atau mulut janin. Bila menetap, janin tidak dapat dilahirkan pervaginam. (Sarwono, 2014). Pada presentasi muka, ketika dilakukan pemeriksaan dalam dapat diraba mulut, hidung, tepi orbita, dan dagu. (Sarwono, 2014) Pada presentasi majemuk, terjadi keterlambatan kemajuan persalinan pada persalinan fase aktif. Bagian terendah janin tidak dapat masuk panggul terutama setelah terjadi pecah ketuban. Apabila pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan teraba presentasi kepala dan juga tangan/lengan/kaki, atau apabila pada presentasi bokong didapatkan tangan atau lengan, maka diagnosis presentasi majemuk dapat ditegakkan. (Sarwono, 2014) Pada presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan abdomen, yaitu melalui manuver Leopold, yaitu teraba kurang bulat dan lunak pada

leopold III, teraba kurang bulat dan lunak pada bagian terbawah. Pemeriksaan ini dapat dipastikan dengan pemeriksaan dalam vagina dan USG (Sarwono 2014). Tatalaksana a. Presentasi bokong Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan terendahnya bokong-kaki atau kombinasi keduanya. Sebelum umur kehamilan 28 minggu kejadian presentasi bokong berkisar antara 25-30% dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi kepala pada umur kehamilan 34 minggu. b. Mekanisme Persalinan. Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kurang elastic. Pada presentais kepala apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin relative mudah dilahirkan. Bokong akan memasuki panggul dengan diameter bitrokanter dalam posisi oblik. Pinggul janin bagian depan mengalami penurunan lebih cepat dibanding pinggul belakangnya. Dengan demikian panggul depan akan mencapai pintu tengah panggul terlebih dahulu. Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi dalam. Perineum akan meregang, vulva membuka, dan pinggul depan akan lahir terlebih dahulu. Pada saat itu, tubuh janin mengalami putaran paksi dalam dan penurunan, sehingga mendorong pinggul bagian bawah menekan perineum. Dengan demikian, lahirlah bokong dengan posisi diameter bitrokanter dari anteroposterior menjadi transversal. Persalinan pada Presentasi Bokong 1. 2. 3. 4.

Persalinan vaginal pada presentasi bokong Menetukan cara persalinan Melahirkan bayi presentasi bokong Prosedur Melahirkan Bokong dan Kaki :

5. Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya hingga bokong tampak di vulva. 6. Pastikan

bahwa

pembukan

sudah

benar-benar

lengkap

sebelum

memperkenankan ibu mngejan. 7. Perhatikan hingga bokong membuka vulva. 8. Lakukan episiotomy bila perl. Gunakan anestesi lokal sebelumnya. 9. Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak kendorkan. Perhatikan hingga tampak tulang belikat (scapula) janin mulai tampak di vulva. 10. Dengan lembut peganglah bokong denga car kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panggul, sedangkan jari-jari yang lain memgang belakang pinggul janin. 11. Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong dan badan janin dengan kedua tangan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu (melengkung ventrokranial kea rah perut ibu) sehingga berturut-turut lahir perut, dada, bahu dan lengan, dagu, mulut, dan seluruh kepala. 12. Tentukan posisi lengan janin dengan cara merabanya di deoan dada, di atas kepala, atau di belakang leher. 13. Selanjutnya lakukan langkah melahirkan lengan dan kepala spontan.

Gambar 2.1 Melahirkan bokong dan kaki Prosedur Melahirkan Lengan di Depan Dada Biarkan bahu dan lengan anterior lahir sendirinya dengan cara bokong ditarik ke arah berlawanan (posterior). Bila tidak bisa lahir spontan, keluarkan

lengan dengan cara mengusap lengan atas janin menggunakan 2 jari penolong berfungsi sebagai bidai. Awas: perhatikan cara melakukan yang benar untuk menghindari fraktur lengan atas. Angkatlah bokong janin ke arah perut ibu untuk melahirkan bahu dan lengan posterior. Teknik yang serupa dengan melahirkan bahu dan lengan anterior dapat dipakai bila bahu dan lengan posterior tidak dapatlahir secara spontan. Apabila kesulitan dalam melahirkan bahu dan lengan anterior, maka dilahirkan dahulu bahu dan lengan posteriornya.

Prosedur Melahirkan Lengan di Atas Kepala atau di Belakang Leher (Manuver Lovset) 1. Pegang janin pada pinggulnya (perhatikan cara pegang yang benar). 2. Putarkan badan bayi setengah lingkaran dengan arah putaran mengupayakan punggung yang berada di atas (anterior). 3. Sambil melakukan gerakan memutar, lakukan traksi kebawah sehingga lengan posterior berubah menjadi anterior, dan melahirkannya dengan menggunakan dua jari penolong di lengan atas bayi. 4. Putar kembali badan janin kearah berlawanan (punggung tetap berada diatas) sambil melakukan traksi ke arah bawah. Dengan demikian, lengan yang awalnya adalah anterior kembali lagi ke posisi anterior untuk dilahirkan dengan cara yang sama.

Gambar 2.2 Manuver Lovset

Prosedur Melahirkan Kepala (Manuver Mauriceau-Smellie-Veit) 1. Pastikan tidak ada lilitan tali pusat di leher janin. Kalau ada, tali pusat dipotong dulu di dekat pusar janin. 2. Janin dalam posisi telungkup menghadap ke bawah, letakkan tubuhnya di tangan dan lengan penolong sehingga kaki janin berada di kiri kanan tangan tersebut (atau bila janin belum dalam posisi telungkup, gunakan tangan yang menghadap wajah janin). 3. Tempatkan jari telunjuk dan jari manis di tulang pipi janin. 4. Gunakan tangan yang lain untuk memegang bahu dari arah punggung dan dipergunakan untuk malakukan traksi. 5. Buatlah kepala fleksi dengan cara menekan tulang pipi ke arah dadanya. 6. Bila belum terjadi paksi dalam, penolong melakukan gerakan putar paksi dengan tetap menjaga kepala tatap fleksi dan traksi pad abahu mengikuti arah sumbu panggul. 7. Bila sudah terjadi putar paksi dalam, lakukan traksi ke bawah dengan suprasimpisis. 8. Setelah suboksiput lahir di bawah simpisis, badan janin sedikit demi sedikit dielevasi ke atas (ke arah perut ibu) dengan suboksiput sebagai hipimoklion. Berturut-turut akan lahir dagu, mulut, dan seluruh kepala.

Gambar 2.3 Manuver Mauriceau-Smellie-Veit Komplikasi Risiko dari versi eksternal antara lain solusio plasenta, ruptur uterus, pedarahan fetomaternal, isoimunisasi, persalinan kurang bulan, gangguan pada janin bahkan kematianb. Risiko yang paling mengkhawatirkan adalah laporan dari Stine dkk., (1985) mengenai kematian ibu akibat emboli akibat cairan amnion. Beberapa ahli menyatakan bahwa kematian janin jarang terjadi. Berdasarkan suatu tinjauan koprehensif, Collaris dan Oei (2004) menyimpulkan bahwa versi sefalik eksternal aman dilakukan kecuali jika terdapat komplikasi berat yang jarang. Salah satu keberatannya adalah komplikasi lebih sering terjadi bila digunkan analgesi konduksi. Penggunaan dinitrogen monoksida atau analgesia konduksi hubungan dengan terlacaknya denyut jantung janin abnormal dua kali lipat. Lebih berat lagi perdarahan per vagina dan pelahiran caesar darurat yang berkaitan dengan prosedur meningkat sepuluh kali lipat. Para ahli menyimpulkan bahwa berkurangnya rasa nyeri pada wanita ini meningkatkan pemberian dorongan yang terlalu kuat selama percobaan versi, yang menyebabkan terjadinya komplikasi. Prognosis 1. Bagi ibu Kemungkinan robekan pada perineum lebih besar, ketuban pecah lebih cepat, partus lama, sehingga mudah terkena infeksi 2. Bagi bayi

Prognosa tidak begitu baik, karena adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan setelah perut lahir, tali pusat terjapit antara kepala dan panggul, sehingga bayi bisa mengalami asfiksia.

B. Ketuban Pecah Dini Definisi Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes (PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature rupture of membranes (PPROM). Epidemiologi Ketuban pecah dini saat preterm (usia kehamilan < 37 minggu) kejadiannya 2-4% dari kehamilan tunggal dan 7-10% dari kehamilan kembar. Ketuban pecah dini saat aterm (usia kehamilan > 37 minggu) kejadiannya 8-10% dari semua persalinan (Yeyeh, 2010). Kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari semua pesalinan sedangkan pada umur kehamilan kurang dari 34 minggu kejadiannya sekitar 4% . Etiologi Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan disebabkan karena infeksi yang terjadi pada selaput ketuban, serviks inkompetensia, kelainan letak janin, paritas, riwayat abortus atau ketuban pecah dinisebelumnya, ketegangan rahim yang berlebihan, ukuran panggul yang sempit, aktivitas dan trauma yang di dapat seperti hubungan

seksual, pemeriksaan dalam dan amniosintesis. Selain itu, faktor penyebab KPD yakni: sosial ekonomi, keturunan seperti kelainan genetik dan defisiensi Gizi, faktor obstetrik meliputi overdistensi uterus, kehamilan ganda, hidramnion, serviks inkompeten, sefalopelvik disproporsi, grandemultipara, kelainan letak, dan pendular abdomen.⁷

Faktor Resiko Berbagai faktor risiko berhubungan dengan KPD, khususnya pada kehamilan preterm. Pasien berkulit hitam memiliki risiko yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasien kulit putih. Pasien lain yang juga berisiko adalah pasien dengan status sosioekonomi rendah, perokok, mempunyai riwayat infeksi menular seksual, memiliki riwayat persalinan prematur, riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya, perdarahan pervaginam, atau distensi uterus (misalnya pasien dengan kehamilan multipel dan polihidramnion). Prosedur yang dapat berakibat pada kejadian KPD aterm antara lain sirklase dan amniosentesis. Selain itu faktor risiko KPD meliputi inkompetensi serviks, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, gemelli, trauma, infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.⁷

Mekanisme ketuban pecah dini² Ketuban pecah dini dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.

Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor resiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah:  

Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan



struktur abnormal karena antara lain merokok Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor proteinase. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1

mengarah pada degradasi preteolitik dari matriks ekstraseluler dan membran janin. Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selabut ketuban pada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering pada poligohidramnion, inkopeten serviks, dan solusio plasenta. Klasifikasi¹ 1. KPD Preterm

Ketuban pecah dini preterm adalah pecah ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada usia <37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah pecah ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara 34 minggu sampai kurang 37 minggu. Definisi preterm bervariasi pada berbagai kepustakaan, namun yang paling diterima dan tersering digunakan adalah persalinan kurang dari 37 minggu 2. KPD pada Kehamilan Aterm Ketuban pecah dini/ premature rupture of membranes (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu. Diagnosis Penilaian awal dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm harus meliputi 3 hal, yaitu konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan presentasi janin, dan penilaian kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua pemeriksaan penunjang terbukti signifikan sebagai penanda yang baik dan dapat memperbaiki luaran. Oleh karena itu, akan dibahas mana pemeriksaan yang perlu dilakukan dan mana yang tidak cukup bukti untuk perlu dilakukan. Anamnesis dan pemeriksaan fisik (termasuk pemeriksaan spekulum) KPD aterm didiagnosis secara klinis pada anamnesis pasien dan visualisasi adanya cairan amnion pada pemeriksaan fisik. Dari anamnesis perlu diketahui waktu dan kuantitas dari cairan yang keluar, usia gestasi dan taksiran persalinan, riwayat KPD aterm sebelumnya, dan faktor risikonya.¹

Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba. Tentukan pecahnya selaput ketuban, dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak ada dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru.² Pastikan bahwa: 

Cairan tersebut adalah cairan amnion dengan memperhatikan:  Bau cairan ketuban yang khas  Tes Nitrazin: lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru. Harap diingat bahwa darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan 



positif palsu Gambaran pakis yang terlihat pada mikroskop ketika mengamati sekret

servikovaginal yang mengering Tidak ada tanda-tanda in partu.³ Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38 o C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah >15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi intrauterin. Tentukan tandatanda persalinan dan skoring pelvik. Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakuan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan).²

Ultrasonografi (USG)¹ Pemeriksaan USG dapat berguna untuk melengkapi diagnosis untuk menilai indeks cairan amnion. Jika didapatkan volume cairan amnion atau indeks cairan amnion yang berkurang tanpa adanya abnormalitas ginjal janin

dan tidak adanya pertumbuhan janin terhambat (PJT) maka kecurigaan akan ketuban pecah sangatlah besar, walaupun normalnya volume cairan ketuban tidak menyingkirkan diagnosis. Selain itu USG dapat digunakan untuk menilai taksiran berat janin, usia gestasi dan presentasi janin, dan kelainan kongenital janin.² Pemeriksaan laboratorium² Dapat untuk menentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38o C serta air ketuban keruh dan berbau. Leukosit darah >15.000/mm3. Janin yang mengalami takikardia, mungkin mengalami infeksi intrauterin. Tentukan tanda-tanda persalinan dan skoring pelvik. Tatalaksana Rawat di Rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metrodinazol 2 x 500 mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa

negatif

beri

deksametason,

observasi

tanda-tanda

infeksi,

dan

kersejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32-37minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intraupterin). Pada usia kehamilan 32-37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin

dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM. 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. Aktif Kehamilan> 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25µ – 50µ intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosisi tinggi dan persalinan diakhiri. 

Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika



tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan.

Komplikasi A. Komplikasi Ibu Komplikasi pada ibu yang terjadi biasanya berupa infeksi intrauterin. Infeksi tersebut dapat berupa endomyometritis, maupun korioamnionitis yang berujung pada sepsis. Pada sebuah penelitian, didapatkan 6,8% ibu hamil dengan KPD mengalami endomyometritis purpural, 1,2% mengalami sepsis, namun tidak ada yang meninggal dunia. Diketahui bahwa yang mengalami sepsis pada penelitian ini mendapatkan terapi antibiotik spektrum luas, dan sembuh tanpa sekuele. Sehingga angka mortalitas belum diketahui secara pasti. 40,9% pasien yang melahirkan setelah mengalami KPD harus dikuret untuk mengeluarkan sisa plasenta, 4% perlu mendapatkan transfusi darah karena kehilangan darah secara signifikan. Tidak

ada kasus terlapor mengenai kematian ibu ataupun morbiditas dalam waktu lama. B. Komplikasi Janin Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah persalinan lebih awal. Periode laten, yang merupakan masa dari pecahnya selaput amnion sampai persalinan secara umum bersifat proporsional secara terbalik dengan usia gestasi pada saat KPD terjadi. Sebagai contoh, pada sebuah studi besar pada pasien aterm menunjukkan bahwa 95% pasien akan mengalami persalinan dalam 1 hari sesudah kejadian. Sedangkan analisis terhadap studi yang mengevaluasi pasien dengan preterm 1 minggu, dengan sebanyak 22 persen memiliki periode laten 4 minggu. Bila KPD terjadi sangat cepat, neonatus yang lahir hidup dapat mengalami sekuele seperti malpresentasi, kompresi tali pusat, oligohidramnion, necrotizing enterocolitis, gangguan neurologi, perdarahan intraventrikel, dan sindrom distress pernapasan.

BAB 3 KESIMPULAN Malpresentasi adalah bagian terendah janin bukan vertek, contohnya presentasi dahi, wajah, bahu, dan bokong. Malpresentasi dapat disebabkan oleh paritas, faktor ibu, faktor janin, lilitan tali pusat, kelainan uterus, kunjungan ANC yang kurang. Faktor ibu meliputi plasenta previa dan panggul sempit sedangkan faktor janin meliputi hidrosefalus atau anensefalus, gemelli, hidramnion atau oligohidramnion serta prematuritas. Pada presentasi bokong dapat diketahui melalui pemeriksaan

abdomen, yaitu melalui manuver Leopold, yaitu teraba kurang bulat dan lunak pada leopold III, teraba kurang bulat dan lunak pada bagian terbawah. Pemeriksaan ini dapat dipastikan dengan pemeriksaan dalam vagina dan USG. Melahirkan dengan presentasi bokong dapat dilakukan dengan beberapa cara; membiarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya hingga bokong tampak di vulva, prosedur melahirkan lengan di depan dada, Manuver Lovset, Manuver Mauriceau-Smellie-Veit. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu. Faktor risiko KPD meliputi inkompetensi serviks, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, gemelli, trauma, infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis. Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesis didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba. Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo dengan spekulum steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau menggenang di forniks posterior. Tatalaksana Umum pemberian eritromisin 4x250 mg selama 10 hari dan merujuk ke fasilitas yang memadai, serta tatalaksana khusus di RS rujukan dengan

melakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan, seperti pada kehamilan usia 34 minggu dengan melakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada kontraindikasi. Komplikasi terjadinya ketuban pecah dini dapat mengenai ibu serta janin yang dikandungnya.

DAFTAR PUSTAKA Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, 2016, Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini, [Online], (diunduh 8 April 2018), tersedia dari: http://www.alumniobgynunpad.com/uploads/6/0/2/5/60257777/pnpkkpd_2016.pdf Soewarto, Soetomo., 2014, Ketuban Pecah Dini, Perdarahan Pada Kehamilan muda dalam Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Cetakan keempat, PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, pp.678-680. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2013, Ketuban Pecah Dini, Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan, Edisi pertama, pp. 122-123. Aisyah, S., Aini Oktarina, 2012, Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini Antara Primipara Dan Multipara, [Online], (diunduh 8 April 2018), tersedia dari: http://journal.unisla.ac.id/pdf/19412012/1.%20perbedaan%20kejadian %20ketuban%20pecah.pdf Cunningham, Leveno, Bloom, & Hauth. (2012). OBSTETRI WILLIAMS. Penerbit buku kedokteran EGC. Alim, Z., Yeni Agus Safitri, 2016, Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Hamil Trimester Iii Di Rumah Sakit Bantuan Lawang, Jurnal Hesti Wira Sakti, Volume 4, Nomor 1, pp. 101-109, [Online], (diunduh 8 April 2018), tersedia dari: https://jurnal.poltekkessoepraoen.ac.id/index.php/HWS/article/download/128/57

Safari, Fifi Ria N., 2017, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Umum H. Abdul Manan Simatupang Tahun 2016, Wahana Inovasi Volume 6 No.2, ISSN : 2089-8592, pp. 149156,

[Online],

(diunduh

8

April

2018),

tersedia

dari:

http://penelitian.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2017/09/9.-Fifi-RiaNingsih-Safari.pdf Hastuti, H., I Putu Sudayasa, Juminten Saimin 2016, Analisis Faktor Risiko Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Bahteramas, Volume 3 Nomor 2 April 2016 E-ISSN: 2443-0218 268, pp.268-272, [Online], (diunduh 8 April

2018),

tersedia

dari:

http://ojs.uho.ac.id/index.php/medula/article/download/2553/1903 Pilloid RA & Caughey AB, Fetal Malpresentation and Malposition Diagnosis and Management Obstet Gynecol Clin N Am 44 (2017) 631–643 http://dx.doi.org/10.1016/j.ogc.2017.08.003. Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014. James, D, Steer, P, Weiner, C, Gonik, B, Robson, S, 2017, High-Risk Pregnancy: Management Options, 5th edn, Cambridge University Press, Cambridge. Suluhbara S, 2014, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Presentasi Bokong pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Umum Kota Padangsidimpuan Tahun 2013, Jurnal Ilmiah PANNMED, Vol 9 No 2, pp: 119 – 122.

Related Documents