Referat Isk Bahtiar Dinda New.docx

  • Uploaded by: Dinda Permatasari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Isk Bahtiar Dinda New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,977
  • Pages: 27
BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme. Infeksi ini dapat mengenai laki – laki maupun perempuan dari semua umur pada anak, remaja, dewasa ataupun umur lanjut. Data penelitian epidemologi klinik melaporkan hampir 25 – 35 % semua perempuan dewasa pernah mengalami infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan di praktik umum. Walaupun bermacam – macam antibiotika sudah tersedia luas di pasaran. Mikroorganisme paling sering menyebabkan infeksi sauran kemih adalah jenis bakteri aerob. Saluran kemih normal tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain. Infeksi saluran kemih dibedakan atas infeksi saluran kemih atas (seperti pielonefritis) dan infeksi saluran kemih bawah (seperti sistitis atau uretritis). Sistitis akut (infeksi vesika urinaria) dan pielonefritis (infeksi pelvis dan interstisium ginjal) adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan morbiditas, tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif. Untuk mendiagnosis infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur dengan jumlah yang signifikan. Tingkat signifikan jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100.000/ml urin. Pada pasien dengan simptom ISK, jumlah bakteri dikatakan signifikan jika lebih besar dari 100 ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama infeksi saluran kemih adalah eschericia coli (sekitar 85%).

1

A. TUJUAN Tujuan dari penulisan tinjauan pustaka (referat) ini adalah untuk mengetahui definisi dari infeksi saluran kemih, serta cara menegakkan diagnosa infeksi saluran kemih (ISK) secara tepat, karena hal tersebut akan berpengaruh pada penanganannya.

2

BAB II A.Definisi Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu organisme. (1) Beberapa istilah yang sering digunakan dalam klinis mengenai infeksi saluran kemih :2,8 -

ISK uncomplicated (sederhana), yaitu infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.

-

ISK complicated (rumit), yaitu infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomis/ struktur saluran kemih , atau adanya penyakit sistemik. Kelainan ini menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.

-

First infection (infeksi pertama kali) atau isolated infection, yaitu infeksi saluran kemih yang baru pertama kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurang – kurangnya 6 bulan bebes dari ISK.

-

Infeksi berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat dibasmi dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama.

-

Asymtomatic significant bacteriuria (ASB), yaitu bakteriuria yang bermakna tanpa disertai gejala.

3

B. Etiologi Penyebab terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus kemudia naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif tersebut, Escherichia coli menduduki tempat teratas kemudian diikuti oleh :2 No

Mikroorganisme

Presentase biakan (%)

1.

Eschrichia coli

50 – 90

2.

Klebsiela atau enterobacter

10 – 40

3.

Proteus sp

5 – 10

4.

Pseuomonas aeroginosa

2 – 10

5.

Staphylococcus epidermidis

2 – 10

6.

Enterococci

1–2

4

Gambar. 4 gambaran bakteri E.coli, berbentuk basil dan adanya fimbrae atau pili

Tabel 2.2 Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih

Sumber: Nefrologi Klinik, edisi III. 2006, hal.33 Jenis kokus gram positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococci dan staphylococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan 5

batu saluran kemih. Lelaki usia lanjut dengan hiperplasia prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter urin. Demikian juga dengan pseudomonas aeroginosa dapat mnginfeksi saluran kemih melalui jalur hematogen pada kira – kira 25% pasien demam tifoid dapat diisolasi salmonella dalam urin.

C. Epidemiologi Epidemiologi ISK dibagi menjadi 2 kategori yaitu infeksi yang berhubungan dengan kateter ( infeksi nosokomial) dan infeksi yang tidak berhubungan dengan kateter (acquired infections). Agen penyebab ISK

tidak hanya dapat menyerang laki-laki, namun dapat juga menyerang wanita dalam bermacam umur, remaja maupun orang tua. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun, perempuan cenderung menderita ISK disbanding laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah 1% meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor pencetus. Epidemiologi ISK dibagi menjadi 2 kategori yaitu infeksi yang berhubungan dengan kateter ( infeksi nosokomial) dan infeksi yang tidak berhubungan dengan kateter (acquired infections). Agen penyebab ISK

tidak hanya dapat menyerang laki-laki, namun dapat juga menyerang wanita dalam bermacam umur, remaja maupun orang tua. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun, perempuan cenderung menderita ISK disbanding laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuri asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah 1% meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik

6

meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor pencetus.

D. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2. Anatomi saluran kemih

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 cm – 13cm (4,7 inci hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci) dan sekitar 50 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi iga kedua belas. Kutub Sedangkan kutub atas ginjal kii terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, dibelakang peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar – transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Kelenjar adrenal terletak di atas kutub masing – masing ginjal. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung.2

7

Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10 – 12 inci (25 hingga 30 cm), terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu – sarunya adalah menyalurkan urine ke vesika urinaria.1 Vesika urinaria adalah suatu kantiong berotot yang dapat mengempis terletak di belakang simfisis pubis. Vesika urinaria mempunyai tiga muara : dua dari ureter dn satu menuju uretra. Dua fungsi vesika urinaria adalah : (1) sebagai tempat penyimpanan urine sebelum meninggalkan tubuh dan (2) berfungsi mendorong urine keluar tubuh (dibantu uretra) 2 Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang berjalan dari vesika urinaria sampai ke luar tubuh; panjang pada perempuan sekitar 1½ inci (4 cm) dan pada laki – laki sekitar 8 inci (20 cm).

1

E. Klasifikasi Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi: 

Infeksi Saluran Kemih Atas

Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis. Pielonefritis terbagi menjadi pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik (PNK). Istilah pielonefritis lebih sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi pielum (pielitis) yang berdiri sendiri tidak pernah ditemukan di klinik4. Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh radang jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat mengenai kapiler glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa ditemukan kelainan radiologik3,4. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis kelamin walaupun lebih sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada lakilaki usia lanjut, PNA biasanya disertai hipertrofi prostat4. Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer) dan sekunder mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan infeksi

8

bakteri (immediate atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai kelainan-kelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase inaktif. Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita mungkin berasal dari pielonefritis kronik fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan penyebab dari pielonefritis tetapi berasal dari saluran kemih bagian bawah yang sebenarnya tidak memberikan keluhan atau bakteriuria asimtomatik. Jadi diagnosis PNK harus mempunyai dua kriteria yakni telah terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal dan anatomi serta kelainan-kelainan tersebut mempunyai hubungan dengan infeksi bakteri. Dari semua faktor predisposisi ISK, nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter lebih memegang peranan penting dalam patogenesis PNK4. Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Pada PNK juga sering ditemukan pembentukan jaringan ikat parenkim1.



Infeksi Saluran Kemih Bawah

Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan epidimitis, uretritis, serta sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB tergantung dari gender. Pada perempuan biasanya berupa sistitis dan sindrom uretra akut, sedangkan pada lakilaki berupa sistitis, prostatitis, epidimitis, dan uretritis1. Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah radang selaput mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak, biasanya ringan dan sembuh spontan (self-limited disease) atau berat disertai penyulit ISKA (pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana (uncomplicated type). Sebaliknya sistitis akut yang sering kambuh (recurrent urinary tract infection) termasuk ISK tipe berkomplikasi (complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian khusus dalam pengelolaannya4. Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang berulang-ulang (recurrent attact of cystitis) dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit dari saluran kemih bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik merupakan

9

ISKB tipe berkomplikas, dan memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor predisposisi4. Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat diisolasi mikroorganisme penyebabnya. Penelitian terkini menunjukkan bahwa SUA disebabkan oleh MO anaerobik1,4. F. Patogenesis Saluran kemih atau urin bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak di dalam media urin. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui 4 cara, yaitu :7 1. Asending 2. Hematogen 3. Limfogen 4. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau eksogen sebagai akibat dari pemakaian instrumen. Sebagian besar mikroorgnisme memasuki saluran kemis melalui cara ascending. Kuman ogen penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang bersal dari flora normal usus dan hidup secara komensal di introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra – prostat – vas deferens – testis (pada pria) – buli –buli – ureter dan sampai ke ginjal.7 Dua jalur utama terjadinya ISK adalah hematogen dan ascending, etapi dari kedua cara ini ascending-lah yang paling sering terjadi : 1. Hematogen

10

Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah karena menderita sesuatu pnyakit kronis atau pada pasien

yang

mendapatkan

pengobatan

imunosupresif.

Penyebaran

hematogen bisa juga timbul akibat adanya fokus infeksi di tempat lain. Misalnya infeksi Staphilococcus Aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari fokus infeksi di tulang, kulit, endotel, atau tempat lain. Salmonella, pseudomonas, candida, dan proteus sp termasuk jenis bakteri/ jamur yang dapat menyebar secara hematogen. 4, 8 Walaupun jarang terjadi penyebaran hematogen ini dapat mengakibatkan infeksi ginjal yang berat, misal infeksi staphylococcus dapat menimbulkan abses pada ginjal.4,8 2. Infeksi Infeksi secara ascending (naik) dpat terjadi melalui 4 tahapan, yaitu :\ -

Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina.

-

Masuknya mikroorganisme ke dalam buli – buli

-

Multiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih .

-

Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal.

Terjadinya infeksi saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent yang meningkat.8 a. Faktor host Kemampuan host ntuk menahan mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih disebabkan oleh beberpa faktor yaitu pertahanan lokal 11

dari host dan peranan sistem kekebalan tubuh yang terdiri dari imunitas selular dan humoral. Pertahananan lokal sistem saluran kemih yang paling baik adalah mekanisme

wash

out

urin,

yaitu

aliran

urin

yang mampu

membersihkan kuman –kuman yang ada di dalam urin. 8 Tabel 2.4 Faktor predisposisi (pencetus) ISK Faktor predisposisi (pencetus) ISK  Litiasis  Obstruksi saluran kemih  Penyakit ginjal polikistik  Nekrosis papilar  DM pasca transplantasi ginjal  Nefropati analgesik  Penyakit Sickle-cell  Senggama  Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron  Kateterisasi Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, 2009, halaman 1009 b. Faktor agent (mikroorganisme) Bakteri dilengkapi dengan pili atau fimbriae yang terdapat di permukaannya. Pili berfungsi untuk menempel pada urotelium melalui reseptor yang ada dipermukaan urotelium. Selain itu beberapa bakteri mempunyai sifat dapat membentuk antigen, menghasilkan toksin (hemolisin), dan menghasilkan enzim urease yang dapat merubah suasana urin menjadi basa.

12

Gambar 5. Penampang pemukaan Escherichia coli Sumber: Nefrologi Klinik Edisi III, 2006, hal. 86

Tabel 2.3 Faktor Virulensi E.coli Penentu virulensi

Alur

13

Fimbriae

 Adhesi  Pembentuk jaringan ikat (scarring)

Kapsul antigen K

 Resistensi terhadap pertahanan tubuh  Perlengketan (attachment)

Lipopolysaccharide side

 Resistensi terhadap fagositosis

chains (O antigen) Lipid A (endotoksin)

 Inhibisi peristalsis ureter  Proinflamatori

Membran protein lainnya

 Kelasi besi  Antibiotika resisten  Kemungkinan perlengketan

Hemolysin

 Inhibisi fungsi fagosit  Sekuestrasi besi

Sumber: Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, 2009, hal.1010

G. Gejala Klinis Manifestasi klinis ISK (simtomatologi ISK) dibagi menjagi gejala-gejala lokal, sistemik dan perubahan urinalisis. Dalam praktik sehari-hari gejala cardinal seperti disuria, polakisuria, dan urgensi sering ditemukan pada hampr 90% pasien rawat jalan dengan ISK akut4. 14

Tabel 2.5 Simtomatologi ISK Lokal

Sistemik

 Disuria

 Panas

 Polakisuria  Stranguria

badan

sampai

menggigil  Septicemia dan syok

 Tenesmus  Nokturia

Perubahan urinalisis

 Enuresis nocturnal

 Hematuria

 Prostatismus

 Piuria

 Inkontinesia

 Chylusuria

 Nyeri uretra

 Pneumaturia

 Nyeri kandung kemih  Nyeri kolik  Nyeri ginjal Sumber: Nefrologi Klinik Edisi III, 2006, hal. 37

Manifestasi klinik pada infeksi saluran kemih atas dan infeksi saluran kemih bawah pada pasien dewasa dapat dilihat pada gambar berikut:

15

Gambar 6. Hubungan antara lokasi infeksi saluran kemih dengan keluhan Sumber: Nefrologi Klinik Edisi III, 2006, hal. 85 Pada pielonefritis akut (PNA), sering ditemukan panas tinggi (39.5°C40,5°C), disertai menggigil dan sakit pinggang1. Pada pemeriksaan fisik diagnostik tampak sakit berat, panas intermiten disertai menggigil dan takikardia. Frekuensi nadi pada infeksi E.coli biasanya 90 kali per menit, sedangkan infeksi oleh kuman staphylococcus dan streptococcus dapat menyebabkan takikardia lebih dari 140 kali per menit. Ginjal sulit teraba karena spasme otot-otot. Distensi abdomen sangat nyata dan rebound tenderness mungkin juga ditemukan, hal ini menunjukkan adanya proses dalam perut, intra peritoneal. Pada PNA tipe sederhana (uncomplicated) lebih sering pada wanita usia subur dengan riwayat ISKB kronik disertai nyeri pinggang (flank pain), panas menggigil, mual, dan

16

muntah. Pada ISKA akut (PNA akut) tipe complicated seperti obastruksi, refluks vesiko ureter, sisa urin banyak sering disertai komplikasi bakteriemia dan syok, kesadaran menurun, gelisah, hipotensi hiperventilasi oleh karena alkalosis respiratorik kadang-kadang asidosis metabolik4. Pada pielonefritis kronik (PNK), manifestasi kliniknya bervariasi dari keluhan-keluhan ringan atau tanpa keluhan dan ditemukan kebetulan pada pemeriksaan urin rutin. Presentasi klinik PNK dapat berupa proteinuria asimtomatik, infeksi eksaserbasi akut, hipertensi, dan gagal ginjal kronik (GGK)4. Manifestasi klinik pada sistitis akut dapat berupa keluhan-keluhan klasik seperti polakisuria, nokturia, disuria, nyeri suprapubik, stranguria dan tidak jarang dengan hematuria. Keluhan sistemik seperti panas menggigil jarang ditemukan, kecuali bila disertai penyulit PNA. Pada wanita, keluhan biasanya terjadi 36-48 jam setelah melakukan senggama, dinamakan honeymoon cystitis. Pada laki-laki, prostatitis yang terselubung setelah senggama atau minum alkohol dapat menyebabkan sistitis sekunder1,4. Pada sistitis kronik, biasanya tanpa keluhan atau keluhan ringan karena rangsangan yang berulang-ulang dan menetap. Pada pemeriksaan fisik mungkin ditemukan nyeri tekan di daerah pinggang, atau teraba suatu massa tumor dari hidronefrosis dan distensi vesika urinaria4. Manifestasi klinis sindrom uretra akut (SUA) sulit dibedakan dengan sistitis. Gejalanya sangat miskin, biasanya hanya disuri dan sering kencing1. H. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan teliti dengan tujuan untuk memeriksa adanya kondisi-kondisi yang dapat menjadi predisposisi terjadinya ISK. Meliputi pemeriksaan fisik secara umum yang berhubungan dengan gejala ISK misalnya didapatkan demam, nyeri ketok sudut kostovertebral atau nyeri tekan supra simfisis dan pemeriksaan neurologis

17

terutama ekstremitas bawah. Pemeriksaan genitalia eksterna yaitu inspeksi pada orifisium uretra (fimosis, sinekia vulva, hipospsdia, epispadia), anomali pada penis yang mungkin berhubungan dengan kelainan pada saluran kemih dan adanya testis yang tidak turun pada prune-belly syndrome.

I. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium1,2 Pemeriksaan labortorium yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain : 1. Urinalisis -

Eritrosit Ditemukan eritosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun nongromeruler. Penyakit non-gromeruler seperti batu saluran kemh dan infeksi saluran kemih.

-

Piuria Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh Stamn, bila ditemukan palin sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit perlapangan pandang besar pada urin yang disentrifus.

2. Bakteriologis -

Mikroskopis Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunkan urin segar tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan

18

positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. -

Biakan

bakteri,

pembiakan

bakteri

sedimen

urin

dimaksudkan untuk memstikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan akteri dalam jumlah bermakna 3. Tes Plat – celup (Dip - slide) Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan

plastik

bertangkai

dimana

pada

kedua

sisi

permukaannya dilpisi pembenihan padat khusus. Lempengan tersebut dicelupkan kedalam urin pasien atau dengan digenangi urin.

Penentuan

jumlah

kuman/ml

dilakukan

dengan

membandingkn pola pertumbuhan kuman dengn serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadaan koloni yang sesuai dengan jumlah antara 1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa. b. Radiologi Pemeriksaan radiologi pada infeksi saluran kemih dimaksudkan unuk mengetahui adanya, batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor presdiposisi infeksi saluran kemih. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT-scan.

J. Diagnosa Banding ISK pada pria memiliki diagnosis banding: 

Gastrointestinal: Pankreatitis akut, Apendisitis



Respiratori: Pneumonia

19



Urinari: BPH, infeksi genitourinary, prostatitis, diversi urin dan tumor kandung kemih, obstruksi saluran kemih

K. Penatalaksanaan Prinsip umum penatalaksanaan infeksi Saluran kemih adalah : -

Eradkasi bakteri penyebab dengan menggunakan antibiotik yang sesuai.

-

Mengkoreksi kelainan anatomis yang merupakan faktor prediposisi. Tujuan penatalaksanaaan infeksi saluran kemih adalah mencegah dan menghilangkan gejala, mencegah dan mengobati bakteriemia dan bakteriuria, mencegah dan mengurangi risiko kerusakan ginjal yang mungkin timbul dengan pemberian obat – obatan yang sensitif, murah, aman dengan efek samping yang minimal 1. Infeksi saluran kemih (ISK) bawah Prinsip penatalaksanaan ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotik yang adekuat, dan bila perlu terapi simtomatik untuk alkanisasi urin : -

Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotika tunggal, seperti ampisilin 3 gram, trimetropim 200 mg.

-

Bila

infeksi

menetap

disertai

kelainan

urinalisis

(leukosuria) diperlukan terapi konvensional selama 5 – 10 hari. -

Pemeriksaan mikroskopis urin dan biakan urin tidak diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa leukosuria.

Bila pada pasien reinfeksi berulang (frequent re-infection) :

20

-

Disertai faktor predisposisi, terapi antimikroba yang intenssif diikuti dengan koreksis faktor resiko.

-

Tanpa faktor predisposisi, terapi yang dapat dilakukan adalah asupan cairan yang bayak, cuci setlela melakukan senggama diikuti dengan terpi antimikroba dosis tunggal (misal trimetroprim 200 mg)

-

Terapi antimikroba jangka lama sampai 6 bulan. Pasien sindroma uretra akut (SUA) dengan hitungan kuman 103 – 105 memerlukan antibiotika yang adekuat. Infeksi klamidia memberikan hasil yang baik dengan tetrasiklin. Infeksi

yang

disebabkan

miikroorganisme

anaerobik

diperlukan antimikroba yang serasi (golongan kuinolon.) 2. Infeksi saluran kemih (ISK) atas Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk memelihara status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. The infection Disease Society of America menganjurkan satu dari tiga alternatif terapi antibiotika intravena sebagai terapi awal selama

48-72

jam

sebelum

diketahui

mikroorganisme

penyebabnya : -

Flurokuinolon

-

Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin

-

Sefalosporin

berspektrum

luas

dengan

atau

aminoglikosida

Antimikroba

Dosis 21

Interval

tanpa

Sefepim

1 gram

12 jam

Siprofloksasin

400 mg

12 jam

Levofloksasin

500 mg

24 jam

Ofloksasin

400 mg

12 jam

3-5 mg/kgBB

24 jam

1 mg/ kg BB

8 jam

Ampisilin (+gentamisin)

1-2 gram

6 jam

Tikarsilin – klavulanat

3, 2 gram

8 jam

Gentamisin (+ ampisilin)

Piperasilin – tazobaktam

3, 375 gram

2–8 jam

Imipenem – silastarin

250-500mg

6-8 jam

3. Infeksi saluran kemih berulang Untuk penanganan ISK berulang dapat dilihat pada gambar berikut : Terapi jangka panjang yang dapat diberikan antara lain trimetroprim – sulfametoksazol dosi rendah (40 – 200 mg) tiga kali seminggu setiap malam, flurokuinolon dosis rendah, nitrofurantoin makrokristal 100 mg tiap malam. Lama pengobatan 6 bulan dan bila perlu dapat dipepanjang 1-2 tahun lagi.

L. Komplikasi

22

Komplikasi ISK bergantung dari tipe yaitu ISK tipe sederhana (uncomplicated) dan ISK tipe berkomplikasi (complicated). 2.1.1

ISK sederhana (uncomplicated)

ISK akut tipe sederhana yaitu non-obstruksi dan bukan pada perempuan hamil pada umumnya merupakan penyakit ringan (self limited disease) dan tidak menyebablan akibat lanjut jangka lama. 2.1.2

ISK tipe berkomplikasi (complicated)

ISK tipe berkomplikasi biasanya terjadi pada perempuan hamil dan pasien dengan diabetes mellitus. Selain itu basiluria asimtomatik (BAS) merupakan risiko untuk pielonefritis diikuti penurun laju filtrasi glomerulus (LFG). Komplikasi emphysematous cystitis, pielonefritis yang terkait spesies kandida dan infeksi gram negatif lainnya dapat dijumpai pada pasien DM. Pielonefritis emfisematosa disebabkan oleh MO pembentuk gas seperti E.coli, Candida spp,

dan klostridium tidak jarang dijumpai pada pasien DM.

Pembentukan gas sangant intensif pada parenkim ginjal dan jaringan nekrosis disertai hematom yang luas. Pielonefritis emfisematosa sering disertai syok septik dan nefropati akut vasomotor. Abses perinefritik merupakan komplikasi ISK pada pasien DM (47%), nefrolitiasis (41%), dan obstruksi ureter (20%). Tabel 2.6 Morbiditas ISK selama kehamilan Kondisi BAS tidak diobati

Risiko Potensial  Pielonefritis  Bayi prematur  Anemia  Pregnancy-induced hypertension

ISK trimester III

 Bayi mengalami retardasi mental

23

 Pertumbuhan bayi lambat

 Cerebral palsy  Fetal death Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 2009, hal. 1012

M. Prognosis Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan penyembuhan 100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua ginjal telah mengisut, pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk mempertahankan faal jaringan ginjal yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat merupakan pilihan utama. Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktorfaktor predisposisi. Prognosis sistitis kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi mudah dikenal dan diberantas.

24

BAB III KESIMPULAN

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan bakteriuria patogen bermakna dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 105 disertai manifestasi klinik. ISK lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki karena uretra perempuan lebih pendek dibandingkan laki-laki. Adapun faktor predisposisi ISK antara lain: litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, DM, nefropati analgesik, senggama, kehamilan, kontrasepsi, dan kateterisasi. Sebagian besar ISK disebabkan oleh invasi bakteri Escherichia coli secara asending ke saluran kemih. Patogenesis ISK dipengaruhi oleh patogenisitas bakteri (perlekatan mukosa dan faktor virulensi), faktor tuan rumah (host) dan bacterial entry. ISK terbagi menjadi infeksi saluran kemih atas (pielonefritis akut dan pielonefritis kronik) serta

infeksi saluran kemih bawah (sistitis akut, sistitis

kronik, sindrom uretra akut, uretritis, epididimitis). ISK akut belum menimbulkan kelainan struktural atau radiologis dengan gejala awitan akut seperti demam, nyeri pinggang, nyeri suprapubic, disuria, polakisuria, stranguria, nokturia. Sedangkan ISK kronik sudah menimbulkan kelainan struktural atau radiologis dan biasanya kurang bergejala. Pilihan terapi untuk pasien ISK adalah antibiotik yang sensitif terhadap kuman patogen penyebab. Penanganan yang dini dan sesuai dapat menghindari komplikasi dan pasien dapat sembuh sempurna.

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Corwin EJ. Infeksi saluran kemih. In buku saku patofisiologi edisi 3. Jakarta : penerbit buku kedokteran. 2. Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. In Buku

Ajar

Ilmu

Penyakit Dalam jilid II. Edisi 3. Jakarta. Fakultas kedokteran Universitas Indonesi a ; 2001 3. Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. In : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI; 2006 4. Gardjito W. Puruhito, Iwan A et all. Saluran Kemih dan Alat Kelamin lelaki. In Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit EGC;2005 5. Rani HAA, Soegondo S. Nasir AU et al. Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 2004. Jakarta : Pusat Penerbit an IPD FKUI; 2004

26

6. Rani HAA, Soegondo S. Nasir AU et al. Panduan Pelayanan Medik

-

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Edisi 2004. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI; 2006 7. Purnomo BB. Dasar – Dasar Urologi. Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto 2003 8. Liza. Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta : FKUI; 2006\ 10. Hecht F, Shiel WC. Urinary Tract Infect ion. Avalable at : Perbaruan erakhir (januari 2009)

27

Related Documents

Dinda 8a.xlsx
June 2020 6
Tutorial Isk
May 2020 13
Dinda..,.doc
May 2020 23
Komplikasi Isk
August 2019 34

More Documents from "Stefan Wilson"