Referat Cluster Florence.docx

  • Uploaded by: abcd
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Referat Cluster Florence.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,610
  • Pages: 15
NYERI KEPALA CLUSTER

BAB I PENDAHULUAN Hampir setiap orang pernah mengalami sakit kepala dalam hidupnya, sekitar 90% orang sekurangnya pernah mengalami nyeri kepala dalam waktu satu tahun, dan sekitar 40% keluhan nyeri kepala tersebut dapat membuat seseorang mengalami gangguan fungsi dan aktivitas sehari – hari nya. Sebagian besar kasus nyeri kepala penyebabnya tidak serius, tidak merusak otak dan tidak mengancam nyawa.1 Nyeri kepala merupakan sensasi tidak nyaman yang dirasakan di daerah kepala akibat segala hal yang dapat merusak atau berpotensi mengakibatkan kerusakan struktural. Nyeri kepala merupakan tanda yang diberikan tubuh untuk melindungi bagian kepala yang terdiri dari organ vital seperti otak dan panca indera. Maka dari itu, nyeri kepala harus diperiksa dengan teliti. Diagnosa nyeri kepala berdasarkan gejalaa klinis yang didapat. Anamnesis yang tepat akan sangat mengarahkan tipe nyeri kepala dan penentuan besarnya terapi yang harus diberikan. Nyeri kepala dibagi menjadi dua yaitu nyeri kepala primer dan sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang bukan diakibatkan oleh adanya kelainan struktural pada intrakranial, dan sebaliknya pada nyeri kepala sekunder. Nyeri kepala sekunder perlu disingkirkan terlebih dahulu karena diperlukan tatalaksana khusus. Pada nyeri kepala primer, nyeri yang dirasakan berulang dengan pola tertentu, muncul saat adanya pemicu, dan diantara serangan tidak terdapat gejala sama sekali. Nyeri kepala akan dianggap sekunder terutama jika nyeri muncul pada waktu yang sangat berdekatan dengan gejala atau penyebab lain sebelumnya. Selain itu, ciri nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala pertama kali, belum pernah dirasakan sebelumnya, atau baru muncul secara berulang saat pasien berusia lebih dari 40 tahun. Nyeri kepala akan dicurigai sekunder jika menigdap human immunodeficiency virus, atau terdapat riwayat trauma kepala, stroke, kejang, atau keganasan sebelumnya. Pemeriksaan fisik pada nyeri kepala primer biasanya dalam batas normal, sedangkan pada nyeri

Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 1

NYERI KEPALA CLUSTER kepala sekunder dapat disertai demam, kaku kuduk, kulit kemerahan, penurunan kesadaran, defisit neurologis.2 Nyeri kepala cluster merupakan suatu jenis nyeri kepala primer akibat gangguan neurovaskuler. Sesuai namanya, cluster yang berarti pengelompokan, nyeri kepala tipe cluster melibatkan nyeri kepala yang terkelompok-kelompok, biasanya berlangsung selama beberapa minggu. Nyeri kepala ini dikenal dengan berbagai nama, termasuk paroxysmal nocturnal cephalalgia, migrainous neuralgia, histamine cephalalgia, red migraine, dan erythromelalgia kepala. Nyeri kepala cluster dibagi menjadi episodik dan kronik. Sekitar 80% kasus nyeri kepala ini bersifat episodik yang timbul 1 atau 2 periode dalam setahun, dan dapat pula mengalami remisi sebelum timbul periode nyeri kepala berikutnya.3 Nyeri kepala ini menyerang terutama pada pria dewasa muda dengan kisaran umur 20 sampai 50 tahun, rasio laki-laki berbanding wanita sekitar 5: 1 dan memiliki karakteristik lokalisasi nyeri konsisten pada daerah orbital unilateral. Rasa sakit tersebut dirasakan pada bagian dalam dan sekitar orbita, sangat intens dan tidak berdenyut, serta seringkali menjalar ke dahi, pelipis, dan pipi. Karakteristik nyeri kepala ini dapat mengalami kekambuhan pada malam hari, antara 1 dan 2 jam setelah pasien tertidur, atau menyerang beberapa kali pada malam hari, serangan jarang terjadi pada siang hari, tanpa disertai oleh aura atau muntah.3,4 Nyeri kepala ini berulang secara regular tiap hari selama periode waktu 6 sampai 12 minggu, yang diikuti dengan priode bebas nyeri selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Namun, pada sekitar 10% pasien, nyeri kepala dapat berlangsung kronis dan bertahan selama bertahun-tahun. Terdapat beberapa gejala vasomotor yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi nyeri kepala tipe cluster yaitu hidung tersumbat, rhinorrhea, injeksi konjungtiva, lakrimasi, miosis, dan flush dan edema pipi. Gejala ini dapat berlangsung selama 45 menit (kisaran 15180 menit).4,5

Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 2

NYERI KEPALA CLUSTER BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Definisi Nyeri kepala tipe cluster adalah nyeri kepala pada satu sisi yang disertai dengan keluarnya air mata dan hidung tersumbat. Serangan berlangsung selama 1 minggu hingga 1 tahun. Diantara serangan terdapat periode bebas nyeri yang berlangsung satu bulan atau lebih lama. Berdasarkan kriteria diagnosis yang disusun oleh International Headache Society (HIS), nyeri kepala tipe cluster memiliki karakteristik: a. Pasien mengeluhkan serangan nyeri kepala yang sangat hebat yang bersifat unilateral (orbital, supraorbital, atau temporal), berlangsung selama 15- 180 menit. Keluhan ini dapat dirasakan dari sekali hingga delapan kali per hari. b. Serangan nyeri kepala disertai dengan satu atau lebih gejala berikut: injeksi konjungtiva, lakrimasi, kongesti nasal, rinore, produksi keringat pada dahi dan wajah, miosis, ptosis, atau edema palpebral.3,4,6

2.2 Klasifikasi Nyeri kepala tipe cluster diklasifikasikan menjadi : a. Tipe episodik yaitu terdapat setidaknya dua fase cluster yang berlangsung selama 7 hari hingga 1 tahun, yang diantarai oleh periode bebas nyeri selama 1 bulan atau lebih lama b. Tipe kronis, dimana fase cluster terjadi lebih dari sekali dalam setahun, tanpa disertai remisi, atau dengan priode bebas nyeri yang kurang dari 1 bulan.3,4,6

2.3 Etiologi Penyebab pasti nyeri kepala ini tidak diketahui. Beberapa faktor telah terbukti memprovokasi serangan nyeri kepala cluster. Injeksi histamin subkutan Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 3

NYERI KEPALA CLUSTER memicu serangan pada 69% pasien. Stres, alergen, perubahan musiman, atau nitrogliserin dapat memicu serangan pada beberapa pasien. Alkohol menginduksi serangan selama cluster tetapi tidak selama remisi. Sekitar 80% pasien yang mengalami nyeri kepala cluster adalah perokok berat, dan 50% memiliki riwayat penggunaan etanol berat.7

2.4 Patofisiologi Patofisiologi nyeri kepala cluster masih belum diketahui dengan jelas, akan tetapi teori yang masih banyak dianut sampai saat ini antara lain yaitu nyeri kepala cluster timbul karena vasodilatasi pada salah satu cabang arteri karotis eksterna yang diperantarai oleh histamin intrinsik. Serangan nyeri kepala cluster merupakan gangguan fisiologis otak dan struktur yang berkaitan dengannya. Ditandai dengan adanya disfungsi hipotalamus yang menyebabkan kelainan kronobiologis dan fungsi otonom. Hal ini menyebabkan defisiensi autoregulasi dari vasomotor dan gangguan respon kemoreseptor pada korpus karotikus terhadap kadar oksigen yang turun. Pada kondisi ini, serangan dapat dipicu oleh kadar oksigen yang terus menurun. 8 Menurut Michelle Blanda, setelah dilakukan identifikasi neuroimaging fungsional dengan positron emision tomografi (PET) dan pencitraan anatomis dengan morfometri voxel-base didapatkan bagian posterior dari substansia grisea dari hipotalamus sebagai area kunci dasar kerusakan pada nyeri kepala cluster.7 Nyeri kepala pada tipe cluster diperkirakan dihasilkan pada tingkat kompleks perikarotid/sinus kavernosus. Daerah ini menerima impuls simpatis dan parasimpatis dari batang otak, yang mungkin memperantarai terjadinya fenomena otonom pada saat serangan. Peranan pasti dari faktor-faktor imunologis dan vasoregulator, sebagaimana pengaruh hipoksemia dan hipokapnia pada nyeri kepala cluster masih dalam perdebatan.7 Substansi P ( neuropeptida peradangan) membawa impuls sensorik dan motorik saraf trigeminal pada daerah maksilaris dan ophthalmic, dan terhubung dengan ganglion sphenopalatina dan plexus simpatis perivaskular karotis interna. Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 4

NYERI KEPALA CLUSTER Somatostatin menghambat substansi P dan mengurangi durasi dan intensitas nyeri kepala cluster.7

Dilatasi vaskular mungkin memainkan peran pada nyeri kepala cluster, tetapi studi aliran darah tidak konsisten. Aliran darah ekstrakranial (hipertermia dan peningkatan aliran darah arteri temporal) meningkat hanya setelah timbulnya rasa sakit. Perubahan vaskular dianggap sekunder.7

2.5 Manifestasi Klinis Serangan nyeri kepala cluster biasanya pendek dan terjadi dengan periodisitas yang jelas, terutama selama tidur atau jam-jam pagi, biasanya berhubungan dengan onset rapid eye movement (REM).9,10 Tidak seperti migrain, nyeri kepala cluster tidak didahului oleh aura dan biasanya tidak disertai dengan gejala seperti mual, muntah, fotofobia, atau osmofobia. Nyeri kepala dialami 1-2 periode cluster per tahun, masing-masing berlangsung 2 minggu hingga 3 bulan.7 Nyeri kepala tersebut mempunyai ciri sebagai berikut : Penelitian yang dilakukan oleh

Bahra et al, nyeri sebagian besar

dijelaskan di wilayah cabang trigeminal pertama, di satu sisi kepala dan hampir selalu sisi yang sama, serangan jarang berpindah lokasi. Nyeri dapat berpusat pada mata tetapi mungkin juga periorbital dan temporal, namun dapat meluas ke daerah rahang atas, telinga.11 Karakteristik nyeri kepala menusuk, tajam, seolaholah mata didorong keluar daripada berdenyut. Nyeri dapat meningkat tiba-tiba dalam

waktu

10-15

menit.

Dalam

bentuk

kronis,

mungkin

terdapat

ketidaknyamanan pada sisi yang terkena, tetapi biasanya tidak ada gejala antar serangan.7,12 Nyeri kepala dirasakan selama 5 menit hingga 3 jam per episode dengan frekuensi 1-8 kali sehari selama 4 bulan dan sering terjadi pada malam hari.7 Nyeri disertai dengan berbagai gejala parasimpatis kranial seperti lakrimasi ipsilateral, kemerahan pada mata dan hidung tersumbat. Sisi yang terkena dari wajah mungkin merah dan berkeringat.13 Aktivitas fisik saat serangan Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 5

NYERI KEPALA CLUSTER tampaknya sedikit meringankan rasa nyeri kepala. Selama serangan, pasien cenderung gelisah. Mereka mungkin bergoyang dari sisi ke sisi, memukul kepala mereka, memukul benda dengan kepalan tangan, atau memukul kepala mereka ke dinding. Perilaku ini sangat khas dari nyeri kepala cluster yang diterima sebagai kriteria resmi dalam ICHD-II.14 Sikap gelisah ini dapat membantu membedakan nyeri kepala cluster dengan migrain, di mana pasien diam dan menghindari gerakan apa pun. Saat serangan nyeri kepala cluster, secara kognitif tampak waspada, tetapi mungkin juga mudah tersinggung dan agresif. Tidak ada perlambatan mental atau kelelahan, karena dapat terlihat pada nyeri kepala migrain.15

2.6 Diagnosis Diagnosis sakit kepala klaster didasarkan pada kriteria klinis dan pengecualian penyebab sekunder. Serangan pertama dengan suspek nyeri kepala cluster harus selalu diselidiki secara menyeluruh, dan menyingkirkan diagnosa diseksi karotis dengan ultrasonografi doppler atau angio-scanner dan angiografi resonansi magnetik pembuluh leher.3,16

2.7 Jenis Pemeriksaan Pada pemeriksaan fisik didapatkan hiperaktivitas parasimpatik yaitu lakrimasi ipsilateral, injeksi konjungtiva, rhinorrhea, kongesti. Kelumpuhan simpatik ocular, sindrom Mild Horner (ptosis, miosis, dan anhidrosis), yang mungkin menetap di antara serangan. Denyut nadi melemah, wajah memerah atau pucat, nyeri karotis ipsilateral (pada beberapa kasus).3 Pasien sering dalam tekanan yang parah sehingga terlihat menundukkan kepala dan menekan di tempat nyeri, terkadang menangis atau menjerit. Latihan fisik dapat memberikan tingkat lega.3 Jika didapatkan riwayat dengan banyak periode, dan tidak ada kelainan pemeriksaan neurologis saat serangan maupun interiktal, MRI tidak wajib. Studi pencitraan pada pasien nyeri kepala cluster sebagian besar waktu normal.3 Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 6

NYERI KEPALA CLUSTER

2.8 Diagnosis Banding 1. Migrain Riwayat klinis dapat membedakan nyeri kepala cluster dengan migrain. Kasus migrain lebih sering dibandingkan nyeri kepala cluster (15% dari populasi umum versus 0,05% -0,1%), mempengaruhi terutama wanita, dan mulai lebih awal dalam kehidupan, sering selama masa remaja atau sekitar menarche. Serangan migrain terjadi pada interval yang teratur selama berbulan-bulan, tanpa periode remisi yang lama, meskipun pada beberapa kasus pemicu musiman dapat menyebabkan terjadinya serangan lebih sering (alergi, stres). Serangan migrain berlangsung lebih lama yaitu lebih dari empat jam dan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Terdapat gejala prodromal yaitu rasa lapar, kelelahan, lekas marah. Pasien cenderung tetap diam dan menghindari gerakan apa pun. Rasa sakit dapat muncul secara unilateral tetapi selama serangan, dapat menyebar ke seluruh kepala. Banyak pasien mengalami serangan di sisi lain. Nyeri sedang sampai berat, tetapi tidak digambarkan sebagai tidak dapat ditolerir atau disiksa. Adanya gejala mual, fotofobia dan fonofobia merupakan kriteria klinis utama, tetapi tidak spesifik untuk migrain, karena nyeri kepala cluster juga dapat disertai mual, fotofobia dan fonofobia pada hingga 50% pasien. Secara umum, fotofobia dan fonofobia unilateral lebih spesifik untuk nyeri kepala cluster. Pada 30% pasien dengan migrain, mungkin didapatkan tanda-tanda otonom seperti lakrimasi dan hidung tersumbat. Baik nyeri kepala cluster maupun migrain dapat dipicu oleh alkohol, dan keluhan berkurang oleh triptans, tetapi untuk nyeri kepala cluster dibutuhkan pemberian secara parenteral. Stres, makanan (seperti coklat) dan siklus menstruasi, bukanlah pemicu khusus untuk nyeri kepala cluster.3

Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 7

NYERI KEPALA CLUSTER Migrain

Nyeri Kepala Cluster

Persamaan Gejala

Tidak periodik

Periodik

Pemicu alkohol

Serangan > 4 jam

Serangan < 3 jam

Efek triptan Simpton

Perempuan > Laki laki

Laki laki > Perempuan

pada

disautonom

nyeri

kepala

cluster, namun dapat terjadi pada migrain

Diam

Gelisah, agitasi

Nyeri sedang - berat

Nyeri berat

Bilateral

Unilateral

Mual dan fotofobia

Mual dan fotofobia jarang

2. Trigeminal Neuralgia Trigeminal neuralgia dan nyeri kepala cluster keduanya melibatkan nyeri unilateral dan berat. Trigeminal Neuralgia lebih sering terjadi pada wanita di usia 50 atau lebih. Serangan dirasakan lebih sering yang dipusatkan pada daerah maxilla dan atau mandibular, durasi lebih singkat, rasa nyeri seperti listrik dan dipicu dengan menyentuh zona khusus pada wajah atau rongga buccal. Makan, tertawa, berbicara, mencukur, atau menyikat gigi dapat memperberat serangan. Pasien mungkin kehilangan berat badan karena menghindari makan. Rasa sakit dirasakanterus menerus hingga perawatan dimulai. Trigeminal neuralgia merespon sangat baik terhadap carbamazepine.3

Trigeminal Neuralgia

Nyeri Kepala Cluster

Umur

60

Dimulai umur 20-30

Jenis Kelamin

Perempuan

Laki laki

Lokasi Nyeri

Hidung, maxilla, rahang

Oribital, temporal

Durasi

detik, terdapat pemicu

15-180 menit

Karateristik

Sengatan listrik, terbakar

Tertusuk

Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 8

NYERI KEPALA CLUSTER Area Pencetus

Ada

Tidak ada

Frekuensi

Variasi

1-8 kali per hari

2.9 Penatalaksanaan Penatalaksanaan medis terhadap nyeri kepala cluster dapat dibagi menjadi pengobatan terhadap serangan akut, dan pengobatan preventif, yang bertujuan untuk menekan terjadinya serangan. Pengobatan akut dan preventif dimulai secara bersamaan saat periode awal.8 1. Pengobatan Serangan Akut Serangan nyeri kepala cluster biasanya singkat, dari 30 sampai 180 menit, sering memberat secara cepat, sehingga membutuhkan pengobatan awal yang cepat. Untuk serangan aku dapat dilakukan pemberian : 

Oksigen: inhalasi oksigen dengan kadar 100% sebanyak 10-12 liter/menit selama 15 menit sangat efektif, dan merupakan pengobatan yang aman untuk nyeri kepala cluster akut.



Triptan: Sumatriptan 6 mg subkutan, sumatriptan 20 mg intranasal, dan zolmitriptan 5 mg intranasal efektif pada pengobatan nyeri kepala cluster akut. Tiga dosis zolmitriptan dalam dua puluh empat jam dapat diterima. Tidak terdapat bukti yang mendukung penggunaan triptan oral pada nyeri kepala cluster akut.



Dihidroergotamin 1 mg intramuskular efektif dalam menghilangkan serangan akut nyeri kepala cluster akut. Pemberian melalui intranasal kurang efektif, walaupun beberapa pasien bermanfaat menggunakan cara tersebut.



Lidokain: tetes hidung topikal lidokain dapat digunakan untuk mengobati serangan nyeri kepala cluster akut. Pasien tidur telentang dengan kepala dimiringkan ke belakang ke arah lantai 30° dan beralih ke sisi nyeri kepala. Tetes nasal dapat digunakan dan dosisnya 1 ml lidokain 4% yang dapat diulang setekah 15 menit.8

Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 9

NYERI KEPALA CLUSTER 2. Pengobatan Pencegahan Pilihan pengobatan pencegahan pada nyeri kepala cluster ditentukan oleh lamanya serangan, bukan oleh jenis episodik atau kronis. Preventif dianggap jangka pendek, atau jangka panjang, berdasarkan pada seberapa cepat efeknya dan berapa lama dapat digunakan dengan aman. Banyak ahli sekarang ini mengajukan verapamil sebagai pilihan pengobatan lini pertama, walaupun pada beberapa pasien dengan serangan yang singkat hanya perlu kortikosteroid oral atau injeksi nervus oksipital mungkin lebih tepat.8 

Verapamil lebih efektif dibandingkan dengan placebo dan lebih baik dibandingkan dengan lithium. Praktek klinis jelas mendukung penggunaan dosis verapamil yang relatif lebih tinggi pada nyeri kepala cluster, tentu lebih tinggi dari pada dosis yang digunakan untuk indikasi kardiologi. Setelah dilakukan pemeriksaan EKG, pasien memulai dosis 80 mg tiga kali sehari, dosis harian akan ditingkatkan secara bertahap dari 80 mg setiap 10-14 hari. Pemeriksaan EKG dilakukan setiap kenaikan dosis dan paling kurang sepuluh hari setelah dosis berubah. Dosis ditingkatkan sampai serangan cluster menghilang, efek samping atau dosis maksimum sebesar 960 mg perhari. Efek samping termasuk konstipasi dan pembengkakan kaki dan hiperplasia ginggiva (pasien harus selalu memantau kebersihan giginya).



Kortikosteroid dalam bentuk prednison 1 mg/kgbb sampai 60 mg selama empat hari yang diturunkan bertahap selama tiga minggu diterima sebagai pendekatan pengobatan perventif jangka pendek. Pengobatan ini sering menghentikan periode cluster, dan dapat digunakan tidak lebih dari sekali setahun untuk menghindari nekrosis aseptik.



Lithium karbonat terutama digunakan untuk nyeri kepala cluster kronik karena efek sampingnya, walaupun kadang digunakan dalam berbagai episode. Biasanya dosis lithium sebesar 600 mg sampai 900 per-hari dalam dosis terbagi. Efek neurotoksik termasuk tremor, letargis, bicara

Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 10

NYERI KEPALA CLUSTER cadel, penglihatan kabur, bingung, nystagmus, ataksia, tanda-tanda ekstrapiramidal, dan kejang. 

Obat-obat pencegahan lainnya termasuk gabapentin (sampai 3600 perhari) dan methysergide (3 sampai 12 mg perhari). Methysergide tidak tersedia dengan mudah, dan tidak boleh dipakai secara terus-menerus dalam pengobatan untuk menghindari komplikasi fibrosis.



Injeksi pada saraf oksipital: Injeksi metilprednisolon (80 mg) dengan lidokain ke dalam area sekitar nervus oksipital terbesar ipsilateral sampai ke lokasi serangan mengakibatkan perbaikan selama 5 sampai 73 hari.



Pendekatan Bedah: Pendekatan bedah modern pada nyeri kepala cluster didominasi oleh stimulasi otak dalam pada area hipotalamus posterior grey matter dan stimulasi nervus oksipital. Tidak terdapat tempat yang jelas untuk tindakan destruktif, seperti termoregulasi ganglion trigeminal atau pangkal sensorik nervus trigeminus.

2.10 Prognosis Prognosis pada pasien dengan nyeri kepala cluster dapat bervariasi, mulai dari persistennya serangan yang berulang, memanjangnya masa remisi, hingga berubahnya nyeri kepala cluster episodik menjadi nyeri kepala cluster kronik. Sekitar 80% pasien nyeri kepala cluster episodik akan tetap mengalami nyeri kepala cluster episodik selama hidupnya. Sedangkan, 4-13% pasien dengan nyeri kepala episodik ditemukan mengalami transformasi menjadi kronik. Remisi spontan dtemukan pada 12% pasien, umumnya pada pasien nyeri kepala cluster episodik.1

Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 11

NYERI KEPALA CLUSTER BAB III KESIMPULAN Nyeri kepala tipe cluster adalah nyeri kepala pada satu sisi yang disertai dengan keluarnya air mata dan hidung tersumbat. Serangan berlangsung selama 1 minggu hingga 1 tahun. Diantara serangan terdapat periode bebas nyeri yang berlangsung satu bulan atau lebih lama. Nyeri kepala cluster memiliki karakteristik saat serangan nyeri kepala unilateral (orbital, supraorbital, atau temporal), berlangsung selama 15- 180 menit, menusuk, tajam, seolah-olah mata didorong keluar daripada berdenyut. Nyeri dapat meningkat tiba-tiba dalam waktu 10-15 menit. Dalam bentuk kronis, mungkin terdapat ketidaknyamanan pada sisi yang terkena, tetapi biasanya tidak ada gejala antar serangan.7,12 Nyeri kepala dirasakan selama 5 menit hingga 3 jam per episode dengan frekuensi 1-8 kali sehari selama 4 bulan dan sering terjadi pada malam hari.7 Nyeri disertai dengan berbagai gejala parasimpatis kranial seperti lakrimasi ipsilateral, kemerahan pada mata dan hidung tersumbat. Sisi yang terkena dari wajah mungkin merah dan berkeringat.13 Aktivitas fisik saat serangan tampaknya sedikit meringankan rasa nyeri kepala. Selama serangan, pasien cenderung gelisah. Mereka mungkin bergoyang dari sisi ke sisi, memukul kepala mereka, memukul benda dengan kepalan tangan, atau memukul kepala mereka ke dinding. Perilaku ini sangat khas dari nyeri kepala cluster yang diterima sebagai kriteria resmi dalam ICHD-II.14 Serangan nyeri kepala disertai dengan satu atau lebih gejala berikut: injeksi konjungtiva, lakrimasi, kongesti nasal, rinore, produksi keringat pada dahi dan wajah, miosis, ptosis, atau edema palpebral.3,4,6 Penyebab pasti nyeri kepala ini tidak diketahui. Nyeri kepala pada tipe cluster diperkirakan dihasilkan pada tingkat kompleks perikarotid/sinus kavernosus. Somatostatin menghambat substansi P dan mengurangi durasi dan intensitas nyeri kepala cluster. Dilatasi vaskular mungkin memainkan peran pada nyeri kepala cluster .7 Diagnosis sakit kepala klaster didasarkan pada kriteria klinis dan pengecualian penyebab sekunder.3,16 Pada pemeriksaan fisik didapatkan hiperaktivitas parasimpatik yaitu Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 12

NYERI KEPALA CLUSTER lakrimasi ipsilateral, injeksi konjungtiva, rhinorrhea, kongesti. Kelumpuhan simpatik ocular, sindrom Mild Horner (ptosis, miosis, dan anhidrosis), yang mungkin menetap di antara serangan. Denyut nadi melemah, wajah memerah atau pucat, nyeri karotis ipsilateral (pada beberapa kasus).3 Diagnosis banding dari nyeri kepala cluster yaitu migraine dan trigeminal neuralgia.3 Untuk pengobatan serang akut dapat diberikan oksigen, triptan, dihidroergotamin, dan lidokain. Sedangkan untuk pengobatan penegahan dapat diberikan verapamil, kortikosteroid, lithium, gabapentine, methysergide.8 Prognosis pada pasien dengan nyeri kepala cluster dapat bervariasi.3

Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 13

NYERI KEPALA CLUSTER DAFTAR PUSTAKA

1. Lumbantobing SM. Nyeri kepala, nyeri punggung bawah, nyeri kuduk. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2008. 2. Aninditha T. Buku Ajar Neurologi. Jakarta; 2017 3. Leroux E, Ducros A. Cluster headache. In: Orphanet Journal of Rare Diseases;

BioMed

Central

Ltd.

Published

on

23

July

2008.

http://www.orjd.com/content/3/1/20 4. Ashkenazi A; Schwedt T. Cluster headache acute and prophylactic theraphy. USA: Wiley Periodicals, Inc; 2011. 5. Mauskop A. Headache. In: Oken BS, editor. Complementary Theraphies in Neurology. p. 284. London: Parthenon Publishing Group 6. Forshaw M. Understanding headache and migraine. p.33. America: John Wiley & Sons, Ltd 7. Blanda, M (2018). Cluster Headache: Background, Pathophysiology, Etiology.

[online]

Emedicine.medscape.com.

Available

at:

https://emedicine.medscape.com/article/1142459-overview#a4 8. Brust JCM. Current diagnosis & treatment neurology. 2nd edition. New York: McGraw Hill; 2012. 9. Mendizabal JE, Umana E, Zweifler RM. Cluster headache: Horton's cephalalgia revisited. South Med J. 1998 Jul. 91(7):606-17 10. Barloese MC, Jennum PJ, Lund NT, Jensen RH. Sleep in cluster headache - beyond a temporal rapid eye movement relationship?. Eur J Neurol. 2015 Apr. 22 (4):656-e40. 11. Bahra A, May A, Goadsby PJ: Cluster headache: a prospective clinical study with diagnostic implications. Neurology. 2002, 58: 354-361. 12. Donnet A, Lanteri-Minet M, Guegan-Massardier E, Mick G, Fabre N, Geraud G, Lucas C, Navez M, Valade D: Chronic cluster headache: a French clinical descriptive study. J Neurol Neurosurg Psychiatry. 2007, 78: 1354-1358. 10.1136/jnnp.2006.112037. Epub 2007 Apr 1318 Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 14

NYERI KEPALA CLUSTER 13. kbom K: Evaluation of clinical criteria for cluster headache with special reference to the classification of the International Headache Society. Cephalalgia.

1990,

10:

195-197.

10.1046/j.1468-

2982.1990.1004195.x.View ArticlePubMedGoogle Scholar 14. The International Classification of Headache Disorders. Cephalalgia. 2004, 24 (Suppl 1): 9-160. 2 15. Torelli P, Manzoni GC: Pain and behaviour in cluster headache. A prospective study and review of the literature. Funct Neurol. 2003, 18: 205-210 16. Rigamonti A, Iurlaro S, Reganati P, Zilioli A, Agostoni E: Cluster headache and internal carotid artery dissection: two cases and review of the

literature.

Headache.

2008,

48:

467-470.

10.1111/j.1526-

4610.2007.01034.x.

Kepaniteraan Klinik Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Sumber Waras Periode 23 Apr – 27 Mei 2018 15

Related Documents

Cluster
October 2019 42
Cluster
November 2019 38
Cluster
April 2020 20
Cluster
November 2019 46
Cluster
October 2019 31

More Documents from ""