REFERAT ASFIKSIA PEMBIMBING: Dr. Ratna Relawati, SpF, Msi.Med Disusun Oleh: Nicholas Hugo/406162090 Suni Christina/406162099 Erwin Budi/406162116 Mediana Adrianne Riyanto/40616128 Gladys Larissa/406162129 Dennis Aditya/406162132 Tommy/406162012 Kevin Rayadi/406171034 Bepri Agnesia Kawi/406171039 Skolastika Indah Ariyanto/406171059 William Otto/406172125 Ade Sovia Pohan/406181067 Indah Monica/406181072 Thasya Karina Nathalia406181073
SUNI
Pendahuluan Kematian merupakan proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi dari mulai terhentinya suplai O2
Definisi (2) Ketiadaan kembang kempis (absence of pulsation)
Definisi (1) Berhentinya respirasi yg efektif (cessation of effective respiration)
Salah satu penyebab kematian Asfiksia
SUNI
Epidemiologi Data kematian di US à ± 20.000 kasus kematian o/ asfiksia, seperti tenggelam, gantung diri, strangulasi, dan sufonifikasi
Berdasarkan kelompok usia à - Tenggelam (1-4 tahun). - Gantung diri & strangulasi (3544 tahun)
Asfiksia homisidal à jarang (< 5 % kasus)
CDC (1999-2004)
Mediana
Definisi • Asfiksia à gangguan pertukaran udara pernapasan à O2 darah ↓ (hipoksia) + ↑ CO2 (hiperkapnia) à organ << O2 (hipoksia hipoksik) à kematian. • Anoksia à tubuh >> (-) O2. • Asfiksia ≠ anoksia à asfiksia merupakan bagian dari anoksia.
Mediana
Definisi 1. 2. 3. 4.
Anoksia anoksik à O2 tidak sampai ke darah. Anoksia anemik à DARAH tidak dapat menyerap O2. Anoksia histotoksik àJARINGAN tidak dapat menyerap O2 Anoksia stagnan à darah tidak mampu membawa O2 ke jaringan. • Anoksia 2, 3, 4 à racun ; anoksia 1 à obstruksi saluran napas • Asfiksia SEBENARNYA à anoksia anoksik ~ asfiksia mekanik
GEJALA KLINIK ASFIKSIA
MEDIANA
4-5 menit
Dyspnea
Konvulsi
} ± 3-4 menit
Apneu
Stadium Akhir
Tanda Klasik 01
Tardieu’s Spot
02
Kongesti dan Edema
03
Sianosis
04
Tommy
Peningkatan tekanan vena à overdistensi & ruptur dinding perifer vena, terutama pada jaringan longgar, seperti kelopak mata, dibawah kulit dahi, kulit dibagian belakang telinga, konjungtiva dan sklera mata. Selain itu juga bisa terdapat dipermukaan jantung, paru dan otak.
• Kongesti à terbendungnya pembuluh darah à terjadi akumulasi darah dalam organ yang diakibatkan adanya gangguan sirkulasi pada pembuluh darah. • Vena terbendung à >> tekanan hidrostatik intravaskular à perembesan cairan plasma ke dalam ruang interstitium. Cairan plasma mengisi selasela jaringan ikat longgar dan rongga badan à edema. Warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak berikatan dengan O2 Tetap cairnya darah Terjadi karena peningkatan fibrinolisin paska kematian
Tommy
Pemeriksaan Luar Post Mortem Asfiksia 1
Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku
2
Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan merupakan tanda klasik pada kematian akibat asfiksia.
3
Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam mayat lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir
4
Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat peningkatan aktivitas pernapasan pada fase dispneu yang disertai sekresi selaput lendir saluran napas bagian atas.
Tommy
Pemeriksaan Luar Post Mortem Asfiksia 5
6
Kapiler yang lebih mudah pecah à kapiler pada jaringan ikat longgar, misalnya pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa lain Hipoksia à merusak endotel kapiler à dinding kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik perdarahan à Tardieu’s spot
Pemeriksaan Dalam
Sovi
1
Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisin darah yang meningkat paska kematian.
2
Busa halus di dalam saluran pernapasan
3
4 5
6
Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang jantung belakang daerah aurikuloventrikular, subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal, mukosa epiglotis dan daerah sub-glotis. Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti fraktur laring langsung atau tidak langsung, perdarahan faring terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus vena submukosa dengan dinding tipis). Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak mengeluarkan darah
Sovi
Jenis-jenis Asfiksia 06
01
Crush asphyxia
Strangulasi
1. Tekanan pada dada oleh benda berat 2.Berdesakan
1. 2. 3.
Gantung (hanging) Penjeratan (strangulation by ligature) Cekikan (manual strangulation)
05
Tenggelam
02
Sufokasi Penyumbatan (choking/gaging)
04
03
Pembekapan (smothering)
S. Indah
Strangulasi Gantung
Jeratan dengan Tali (Strangulation By Ligature)
Cekikan ( Manual Strangul ation )
S. Indah
Penjeratan • Penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, stagen, kawat, kabel, kaos kaki, dan sebagainya, melingkari atau mengikat leher yang makin lama makin kuat, sehingga saluran pernapasan tertutup. • Mekanisme kematian : Asfiksia Reflex vaso-vagal (perangsangan reseptor pada carotid body) • Cara kematian dapat berupa : Bunuh diri (self strangulation) Pembunuhan Kecelakaan
S. Indah
Penjeratan Sebab kematian : -Tertutupnya jalan napas anoksia atau hipoksia -Tertutupnya vena anoksia pada otak -Reflek Vagal -Tertutupnya pembuluh darah karotis jaringan otak kekurangan darah, kecuali pada bunuh diri yang kekuatan jeratan diragukan mampu menutup pembuluh darah karotis
Jejas Jerat: -jerat lunak dan lebar jejas mungkin tidak ditemukan dan pada otot-otot leher sebelah dalam dapat atau tidak ditemukan sedikit resapan darah -jerat kasar bila tali bergesekan pada saat korban melawan akan menyebabkan luka lecet disekitar jejas jerat yang mencekung warna coklat dengan perabaan kaku. Pada otot leher sebelah dalam tampak banyak resapan darah
S. Indah
Tanda – tanda yang didapatkan
Leher : • Jejas berat -Tidak sejelas jejas gantung -Arahnya horizontal -Kedalamannya regular ( sama ), tetapi jika ada simpul atau tali disilangkan maka jejas jerat pada tempat-tempat tersebut lebih dalam atau lebih nyata. -Tinggi kedua ujung jejas jerat tidak sama. • Lecet/ memar : -Sering ditemukan adanya lecet-lecet atau memar disekitar jejas -Korban berusaha membuka jeratan Kepala : -Terlihat tanda asfiksia -Kongesti dan bintik-bintik perdarahan pada daerah di atas jejas. Jika kematiannya karena vagal reflex maka tanda-tanda tersebut diatas tidak ditemukan.
S. Indah
Tanda – tanda yang didapatkan • Tubuh bagian dalam : Leher bagian dalam terdapat: • Resapan darah pada otot dan jaringan ikat. • Fraktur dari tulang rawan (terutama tulang rawan thyroid), kecuali pada korban yang masih muda dimana tulang rawan masih sangat elastik. • Kongesti pada jaringan ikat, kelenjar limfe dan pangkal lidah.
• Paru-paru: • Sering ditemukan edema paru-paru • Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan napas.
Gantung Seluruh atau sebagian dari berat tubuh seseorang ditahan di bagian lehernya oleh suatu benda dengan permukaan sempit dan panjang ( tali ) sehingga area tersebut mengalami penekanan.
Mekanisme Kematian : -Kerusakan pada batang otak dan medulla spinalis
Cara Kematian : -Bunuh diri -Pembunuhan -Kecelakaan
-Asfiksia akibat terhambatnya aliran udara pernapasan. -Iskemia otak akibat terhambatnya aliran arteri-arteri leher. -Reflex vagal.
Gladys
Jenis Gantung Diri : - Typical hanging - Atypical hanging - Kasus dengan letak titik gantung di depan atau dagu
Posisi Korban : -Kedua kaki tidak menyentuh lantai (complete hanging). -Duduk berlutut (biasanya menggantung pada daun pintu) -Berbaring (biasanya dibawah tempat tidur)
Gladys
Tanda Khusus Gantung Jejas berat, yaitu berupa lekukan melingkari leher dan sekitarnya kadang terlihat adanya bendungan Warna jejas coklat kemerahan Arah jejas mengarah ke atas menuju ke arah simpul dan membentuk sudut atau jika jejas diteruskan akan membentuk sudut yang semu
Lidah akan terlihat mejulur dan berwarna lebih gelap akibat proses pengeringan. Resapan darah pada bawah kulit dan otot
jaringan
Patah tulang os hyoid Mikroskopik ditemukan adanya pelepasan (deskuamasi) epitel serta reaksi jaringan
Contents
Lebam mayat pada tubuh bagian bawah, anggota badan bagian distal serta alat genitalia bagian distal
Kevin
Pencekikan Penekanan leher dengan tangan menyebabkan -dinding saluran napas bagian atas tertekan -penyempitan saluran napas sehingga udara pernafasan tidak dapat lewat Mekanisme kematian pada pencekikan - Asfiksia - Reflex vagal, terjadi sebagai akibat rangsangan pada reseptor nervus vagus pada corpus caroticus (carotid body) di percabangan arteri karotis interna dan eksterna
Sebab kematian : - Tertutupnya jalan nafas anoksia - Tertutupnya pembuluh balik anoksia otak - Tertutupnya pembuluh nadi karotis gangguan sirkulasi darah ke otak.
Cara Kematian: -Pembunuhan -Kecelakaan
Kevin
Kelainan Pos Mortem Pencekikan Muka dan Kepala • Perbendungan. Leher • Luar : • Memar : bulat atau lonjong akibat tekanan jari-jari orang yang melakukannya. • Lecet berbentuk bulan sabit akibat kuku. • Dalam : • Resapan darah nampak lebih jelas daripada strangulasi jenis lain; yaitu pada jaringan ikat dibawah kulit, dibelakang kerongkongan, dasar lidah dan kelenjar thyroid. • Fraktur dari tulang rawan thyroid, cricoid, dan hyoid. Paru Edema paru-paru terjadi jika anoksia berlangsung lama. Bila penekanan pada leher terjadi secara intermiten maka pada mulut dan lubang hidung akan terlihat adanya buih halus.
Kevin
Sufokasi Berkaitan dengan kematian akibat berkurangnya konsentrasi oksigen di atmosfer.
Sucidal plastic bag asphyxia Add Text
A Pada saat kebarakan Tabung dari butiran gandum (grain-silo) Kantung plastik di kepala Tempat tahanan yang tidak ada ventlasinya Tempat penambangan yang mengalami keruntuhunan
Add Text
B Sebab kematian à kombinasi dari anoksia, keracunan CO2, hawa panas dan kemungkinan juga luka-luka akibat runtuhnya tempat penambangan itu. Post mortem à tanda2 umum asfiksia dan tanda-tanda lain (luka)
Indah M
Pembekapan Penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke paru-paru Obstrusi mekanik pernapasan atas dapat berujung mati lemas Cara kematian yang berkaitan dengan pembekapan: 1. Bunuh diri (suicide) 2.Kecelakaan (accidental smothering) 3.Pembunuhan (homicidal smothering) Pemeriksaan luar jenazah mungkin tidak didapatkan tandatanda kekerasan Kekerasan yang mungkin terjadi : 1.luka lecet (tekan atau geser) 2.goresan kuku 3.luka memar pada ujung hidung,bibir, pipi dan dagu
Indah M
Pembekapan ü Selanjutnya ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pemeriksaan luar maupun pemeriksaan dalam. ü Pada diseksi jaringan lunak wajah dapat ditemukan memar subkutan sekitar mulut dan hidung. ü Objek yang tertinggal pada alat yang digunakan untuk pembekapan. ü Pemeriksaan kerokan bawah kuku korban .
Choking Cara kematian: Mekanisme
- Bunuh Diri (jarang terjadi karena saat benda asing masuk ke dalam mulut ada reflex batuk) - Pembunuhan, umumnya korban adalah bayi atau orang dengan fisik lemah.
Sumbatan pada jalan nafas oleh benda asing sehingga udara tidak dapat masuk ke paru-paru dan kekurangan oksigen sehingga dapat menyebabkan kematian jika benda asing menutupi jalan nafas sepenuhnya
- Kecelakaan, biasa terjadi jika makan sambil berbicara atau makan dengan terburu-buru.
Thasya
Thasya
Pemeriksaan Jenazah Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda asfiksia, yaitu sianosis, kongesti vena, dan edema. • Pada pemeriksaan dalam biasa ditemukan benda asing pada orofaring atau laringofaring.
W. Otto
Asfiksia Traumatik • Terjadi akibat • Kompresi dada dan abdomen oleh suatu objek sehingga menghambat proses pengembangan paru dan penurunan diafragma. • Kerumunan masa yang menyebabkan asfiksia traumatik
• Terjadi gangguan pada gerakan pernapasan, sehingga menghambat inspirasi. • Mekanisme kematian: kegagalan pernapasan dan sirkulasi
W. Otto
Asfiksia Traumatik • Tanda-tanda umum asfiksia. • Sianosis. • Tampak kongesti konjungtiva – perdarahan subkonjungtiva. • Kongesti pada tubuh bagian atas: wajah, kepala, bibir; disertai petekie dan ekimosis. • Mungkin tampak darah pada lubang telinga dan hidung. • Pemeriksaan dalam: • paru tampak besar dan gelap • tampak petekie subpleura. • Tampak distensi atrium kanan dan pembuluh darah vena di atas atrium
W. Otto
Kongesti dan Petekie pada Wajah
Kongesti pada Wajah; Tampak Darah Pada Lubang Hidung dan Mulut
Perdarahan Subkonjungtiva
Dennis
Tenggelam
Terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh (lubang hidung dan mulut) ke dalam air kemudian air tersebut terhisap masuk ke saluran pernafasan sampai alveoli paru menyebabkan anoksia
Dennis
Tipe Tenggelam Morfologi Dry Drowning
Wet Drowning
Air Tawar
Air Asin
Lokasi
Secondary Drowning
Immersion Syndrome
Dennis
Cara Kematian
Sebab Kematian
Tanda Khusus
Kecelakaan
Refleks vagal
Menentukan identitas korban
Bunuh diri
Spasme laring
Pemeriksaan luar
Pembunuhan
Edema paru
Pemeriksaan dalam
Fibrilasi ventrikel
Erwin
Pemeriksaan luar • Mayat dalam keadaan basah berlumuran pasir dan benda-benda asing lainnya yang terdapat di dalam air laut dan kadang-kadang bercampur Lumpur. • Busa halus pada hidung dan mulut, kadang berdarah • Mata setengah terbuka atau tertutup. • Kutis anserinus • Washer woman hand. • Cadaveric spasme. • Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air.
Erwin
Pemeriksaan dalam • Jalan nafas atas dan bawah terisi oleh buih halus. • Ukuran paru menjadi lebih besar, indentasi pada permukaan paru. Pada saat paru dikeluarkan keadaannya tidak dalam keadaan kolaps. Pada alvelolinya terdapat udara dan air. Pada pengirisan, permukaan kering tetapi terdapat sejumlah air, terkadang berbuih, dapat keluar dari permukaan apabila ditekan.
Pemeriksaan dalam
Erwin
• Terjadi peningkatan tekanan ekspirasi paksa sehingga alveoli rupture, sehingga mengakibatkan pendarahan subpluera yang dikenal sebagai Perdarahan Paltauf’s. Kondisi paru seperti ini dikenal sebagai Emfisema Aquasum. • Otak, ginjal, hati dan limfe mengalami pembendungan. • Lambung dapat sangat membesar, berisi air, alga, lumpur dan sebagainya yang mungkin pula terdapat dalam usus halus.
Patofisiologi – Tardieu’s Spot • Tardieu’s spot à bintik perdarahan ditemukan pada konjungtiva, pleura, perikardium, alis, kulit kepala. • Bagian dari TRIAS asfiksia à sianosis, pembendungan dan petekhie (tardieu’s spot).
Erwin
Mekanisme: 1. Obstruksi à pembendungan à gangguan aliran balik vena à ↑ tekanan hidrostatik à vena & kapiler pecah. 2. Hipoksia à ↓ permeabilitas à statis P.D + edema à ↑ tekanan hidrostatik.
Erwin
Patofisiologi – Cutis Anserina • Cutis anserina (goose flesh) à tanda kontak dengan air & tanda intravital. • Mekanisme: rangsang air dingin à kontraksi M. Erector pili à gambaran kulit angsa
Erwin
Patofisologi – Washer Woman Skin • Tanda kontak dengan air • Washer women skin à kulit pucat, keriput & mengelupas dari dasar.
Mekanisme: proses imbibisi à lapisan keratin kulit lepas “glove and stocking” phenomena.
Nicholas. H
Tes Konfirmasi Tes Asal Air
Tes Kimia Darah
S O Tes Diatom Jaringan
W T
Pemeriksaan Histopatologis
Nicholas. H
Tes Diatom Jaringan • Bermanfaat pada jenazah yang telah membusuk • Sampel jaringan tidak hanya paru - paru. • Ada 2 macam cara pemeriksaan: • Tes Destruksi Paru • Pemeriksaan Getah Paru
Nicholas. H
Tes Destruksi Paru Tambahkan asam sulfat pekat sampai jaringan paru terendam, diamkan lebih kurang setengah hari agar jaringan hancur.
Ambil jaringan perifer paru sebanyak 100 gram 2 1
Sedimen yang terjadi ditambah dengan akuades, pusing kembali dan akhirnya dilihat dengan mikroskop.
4 3
Masukkan ke dalam labu Kjeldahl
6 5
Panaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam nitrat pekat sampai terbentuk cairan yang jernih, dinginkan dan cairan dipusing dalam centrifuge.
Pemeriksaan diatom positif bila pada jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak, 4-5/LPB atau 10-20 per satu sediaan; atau pada sumsum tulang cukup ditemukan hanya satu.
Bepricia
Tes Getah Paru Permukaan paru disiram dengan air bersih, iris bagian perifer, ambil sedikit cairan perasan dari jaringan perifer paru, taruh pada gelas obyek, tutup dengan kaca penutup dan lihat dengan mikroskop.
Bepricia
Pemeriksaan Histopatologis • Parameter yang biasa dilihat adanya: • • • •
edema paru kongesti paru perdarahan paru emfisema aquosum
• Karakteristik histopatologi di atas dapat membedakan sebab kematian : asfiksia atau bukan? • Penggunaan Surfactant Protein A sebagai marker • protein terbanyak • pelepasannya dipicu oleh asfiksia
Bepricia
Pemeriksaan Histopatologis • Secara Imunohistokimia, SP-A: • menghasilkan agregat • memiliki pola positivitas yang khas pada kasus tenggelam
Kesimpulan
Thank you Insert your subtitle here