Quo Vadis Kaum Muda?

  • Uploaded by: ryano tagung
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Quo Vadis Kaum Muda? as PDF for free.

More details

  • Words: 939
  • Pages: 3
1

Quo Vadis, OMK???

Jangan pernah terlena bahkan mau dibohongi dengan indah dan menariknya judul dari sebuah tulisan atau artikel, sebab tidak selamanya dengan judul yang ‘singkat dan menarik’ memiliki makna yang mendalam dan padat. Demikian pula dengan judul tulisan ini. Jika masih nekat untuk terus melanjutkan perjalanan membaca tulisan ini saya ucapkan selamat datang dan selamat berjalan bersama saya dalam menemukan kembali jejak-jejak tertinggal dari Orang Muda katolik (OMK) semoga tulisan ini berkenan di hati dan menarik kita untuk membantu OMK dalam menentukan arah mana yang harus dipilih dalam hidup ini. Sebelum kita menikmati perjalanan ini, ada sebuah kisah yang ingin saya ceritakan. Kisah awal mula munculnya kata quo vadis. Berikut kisahnya: >>>>>>>…………<<<<<<< Quo Vadis adalah seruan yang diucapkan sendiri oleh Petrus kepada Tuhan Yesus ketika ia berjumpa dengan Tuhan Yesus di jalan Appia. Pada saat itu, dicerikan bahwa Yesus sedang memasuki kota Roma sedangkan Petrus ingin melarikan diri dari Roma sebab takut dihukum mati dengan cara disalibkan. Ketika itu, Petrus bertanya kepada Yesus: Domine, Quo Vadis?—Tuhan kemanakah Engkau akan pergi???petrus bertanya ini karena ia tidak tahu siapakah orangyang ditanya itu. Petrus baru meyadari bahw yang dinta itu adaalh Yesus saat Yesus menjawab pertanyaan Petrus:”Saya datang untuk disalibkan lagi.” Mendengar jawaban itu, malulah Petrus dan iapun kembali ke kota Roma dan tidak jadi melarikan diri. Di kota Roma, ia mati disalibkan dengan kepala ke bawah dan kedua kaki ke atas berdasar permintaannya. Demikianlah kisah singkat, munculnya kata QuoVadis, yang kemudian banyak dikutip oleh para penulis saat ini. Dan kini, kata itu, kembali dikutip dan ditempelkan pada OMK. Quo Vadis, OMK? Atau OMK, Quo Vadis? OMK, kemanakah engkau akan pergi??? OMK demikianlah singkatan baru bagi orang muda katolik yang sebelumnya biasa dikenal dengan MUDIKA. Pergesaran nama ini tentuya memiliki pendasaran (tetapi di sini bukan tempat dan saatnya mencari dan menelaah pendasaran mengenai pergantia nama tersebut). Di sini, sesuai dengan judul di atas, mencoba menemukan jalan yang harus ditempuh bagi orang muda sebagai OMK yang adalah tulang punggung gereja. Sebelum menemukan arah yang jelas, mari

2 kita lihat traktat orang muda yang menjadi penggerak orang muda dewasa ini, kendati traktat ini tidak pernah ditandatangani apalagi disuratkan.

Kami orang muda menamakan diri sebagai orangmuda sebab memang kami masih muda. Kami berasal dari golongan muda yang tahu bagaimana menikmati masa muda yang memudahkan kami untuk bergerak sesuai dengan jiwa muda kami. Kami melangkah ke mana kaki kami hendak melangkah tanpa ada yang bisa menghentikannya.

Secara singkat dan padat traktat ini dibuat dan menjadi emblem bagi kaum muda zaman ini. Yah…namanya orang muda istilah diikat atau dikekang jelas tidak ada. Tetapi, apa dengan begitu membuat orang muda semakin menemukan identitas diri mereka???? Membuat orang muda memakai kebebasan dengan jelas dan penuh tanggung jawab ???? Kemanakah kaki orang muda akan melangkah seandainya kebebasan yang ‘bebas’ yang memainkan peranan penting di dalam hidup??? Perlu diingat dan digarisbawahi bahwa traktat di atas bukanlah milik semua orang muda sebab tidak semua orang muda mengakui dan menjalankan isi traktat di atas. Ingat!! Setiap orang dipanggil dalam kebebasan dan dalam kebebasan pula menjawabnya. Quo Vadis OMK????? Quo Vadis OMK, lebih merupakan tanggapan atas fenomena yang terjadi atas diri OMK kini. Petrus yang pernah menanyakan hal ini kepada Yesus di Appilia kini pertanyaan yang sama disampaikan bukan oleh Petrus melainkan Yesus sendiri yang menanyakan hal ini kepada kita sebagi OMK, tulang punggung Gereja. Quo vadis? Kemanakah engkau akan pergi? Sejenak memang pertanyaan ini begitu simple dan mudah dijawab. Saya mau ke sana, saya mau ke kampus, saya mau jalan-jalan, saya mau mencari angina segar, saya mau ke Malang untuk menjawab panggilan Tuhan,dan seterusnya aneka jawaban akan diberikan. Akan tetapi apakah dari setiap jawaban itu, terkandung isi yang menggerakkan kita sepenuhnya dalam mencapai kepenuhan jati diri kita sebagai Orang Muda Katolik yang tahu meng-apa-kan kekatolikkan? Mari kita menelisik kembali isi traktat di atas. Secara eksplisit isi traktat di atas berbicara mengenai orang muda. Orang muda yang sadar akan dirinya sebagai orang muda. Akan tetapi, kesadaran itu adalah sebuah kesadaran yang semu. Mengapa?? Semu karena terjadi penyelewengan dalam memahami diri sebagai orang muda. Di sini dapat dikatakan bahwa orang muda belum dapat menentukan jalan mana yang harus dipilih kendati ia tahu ia harus memilih sebuah jalan demi masa depannya. Arah mana yang harus menjadi tujuan dari hidup ini seakan-akan hanya sebuah pseudo yang tak memberikan penyegaran dan kepastian. Menempuh perjalanan memang suatu tantangan. Sebab “menempuh” dibutuhkan arah yang menjadi tujuan yang ingin dicapai. Dan proses

3 menentukan arah dimulai saat masa muda. Inilah masa yang paling menentukan dalam menentukan arah agar dapat berkembang secara terarah dan intensif menuju pada tujuan yang ingin dicapai oleh setiap ornag Kristen yaitu persatuan dengan Yesus Kristus. Apapun bentuk pilihan yang dipilih orang muda diajak dan diundang untuk bergerak ‘maju’. Banyak arah anak panah dalam perjalanan. Banyak pilihan yang harus dipilih yang masing-masingnya menentukan dan memiliki konsekuensi. Kemanakah pilihan akan dijatuhkan??? Sebagai OMK, kita bersandar pada Yohanes 1:38 “Apa yang kamu cari?” dalam menentukan arah, tujuan dan makna dari sebuah pencarian dalam perjalanan. Kata-kata ini adalah sebuah sentakan bagi kita sebagai OMK yang sedang dalam perjalanan. Yah… apa yang sebenarnya kita cari dari sebuah perjalanan yang panjang ini. Mencari apa yang kita cari sebenarnya adalah sebuah pencaharian yang menentukan dalam hidup. Oleh karena itu, keheningan batin di dalam diri seseorang amat sangat dibutuhkan agar mampu menemukan dan merumuskan arah mana dan tujuan apa yang dikejar dari pilihan yang dipilih. OMK tunjukkan dirimu, tentukan pilihanmu sekarang. Nyalakan lampu hidupmu dan jangan mematikan lampumu jika engkau memastikan langkahmu di jalan yang tengah engkau pilih dan jalani saat ini. OMK, hari ini adalah harimu gunakan untuk menentukan pilihanmu mulai saat ini, jangan tunda lagi. Sebab ketundaan adalah kesia-siaan.

RYANO TAGUNG,SMM

Related Documents

Quo Vadis Kaum Muda?
June 2020 19
Quo Vadis
June 2020 16
Quo Vadis, E-mail?
June 2020 15
Quo Vadis Nu
July 2020 15
Quo Vadis Homini
May 2020 11
Quo Vadis Philippines
May 2020 11

More Documents from "kleomarlo"