QA (Quality Assurance) Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, pengendalian mutu pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang dapat dilakukan terhadap kegiatan yang sedang berjalan maupun yang sudah berlalu. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Tujuan kegiatan ini untuk menjamin pelayanan kefarmasian yang sudah dilakukan sesuai dengan rencana dan upaya perbaikan kegiatan yang akan datang. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian harus terintegrasi dengan program pengendalian mutu pelayanan kesehatan rumah sakit yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Salah satu tujuan dalam pelayanan di rumah sakit adalah kepuasan pelanggan, baik itu pasien maupun keluarga. Tomsal Siboro (2014) mengatakan kepuasan pelanggan/pasien ditentukan oleh keseluruhan pelayanan yaitu pelayanan admisi/pendaftaran pasien, dokter, perawat, makanan, obat-obatan, sarana dan peralatan, fasilitas dan lingkungan fisik rumah sakit serta pelayanan administrasi. Mutu merupakan suatu hasil dari serangkaian tindakan yang dipadukan secara menyeluruh dengan keterikatan komitmen jangka panjang. Adanya penjaminan mutu berfungsi untuk meyakinkan masyarakat bahwa pasien memperoleh pelayanan yang baik, konsisten serta sesuai dengan standard danketentuan yang ditetapkan. Sedangkan tujuannya yaitu untuk menjamin keseragaman kualitas pelayanan dan produk farmasi. Untuk melakukan suatu penjaminan mutu atau Quality assurance (QA) diperlukan suatu program terdokumentasi dan berkelanjutan yang disusun secara sistimatik dan objektif untuk menilai dan memantau mutu pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Pada kesempatan kali ini, dilakukan QA bagian Unit Pelayanan Farmasi II. Sasaran pelaksanaan QA pada unit pelayanan rawat jalan adalah penyelenggaraan pelayanan kefarmasian (response time), merupakan tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan ataupun obat jadi,
untuk melihat efektivitas, kesinambungan pelayanan serta efisiensi pelayanan. Obat jadi (standar ≤30 menit) dan obat racikan (standar ≤60 menit). Pelaksanaan kegiatan QA di UPF II dimulai dengan mencatat waktu resep dimasukkan ke loket penerimaan, analisis resep, resep mulai diracik / dispensing, resep selesai diracik, pengecekan obat sesuai dengan resep sampai obat diterima oleh pasien. Hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa lama total waktu pelayanan, waktu tunggu, waktu transit resep, waktu racik resep, dan waktu transit obat. Pada kegiatan ini untuk mengetahui adanya dispensing error, maka dicatat berapa banyak kesalahan dalam penulisan etiket, copy resep, mengambil obat, menghitung dosis, menyerahkan obat, salah pasien dan salah pemberian ketika KIE. Pelaksanaan kegiatan KIE dilihat ketika petugas apotek menyerahkan obat kepada pasien dengan memberikan informasi minimal kepada pasien meliputi nama obat, indikasi, dan aturan pemakaian. Untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan dengan memberikan quisioner kepada beberapa orang pasien/koresponden yang ada di apotek. Response time pelayanan resep dan hasil kepuasan pasien dapat dilihat pada Tabel III-VIII.