Punya Fami.docx

  • Uploaded by: Irfan Maulana Yusuf
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Punya Fami.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,206
  • Pages: 10
BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Kayu adalah salah satu bahan bangunan yang sudah lama dikenal oleh masyarakat kita dan telah dipakai untuk berbagai keperluan, termasuk sebagai pendukung struktur bangunan. Di Indonesia terdapat banyak sekali jenis pohon yang dihasilkan dari hutan. Sebagai hasil utama hutan, kayu akan tetap terjaga

keberadaannya

selama

hutan

dikelola

secara

lestari

berkesinambungan. 1.2

Tujuan 1. Untuk mengetahui kegunaan kayu pada bangunan. 2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan konstruksi kayu pada bangunan.

dan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kayu Kayu adalah salah satu bahan bangunan yang sudah lama dikenal oleh masyarakat kita dan telah dipakai untuk berbagai keperluan, termasuk sebagai pendukung struktur bangunan. Di Indonesia terdapat banyak sekali jenis pohon yang dihasilkan dari hutan. Sebagai hasil utama hutan, kayu akan tetap terjaga keberadaannya selama hutan dikelola secara lestari dan berkesinambungan. Bila dibandingkan dengan bahan struktur bangunan yang lain kayu memiliki beberapa keandalan diantaranya : 1. Kayu memiliki berat jenis yang ringan sehingga berat sendiri struktur menjadi ringan;

2. Mudah dalam pelaksanaan pekerjaan dengan peralatan yang sederhana; 3. Struktur bangunan dari kayu lebih aman terhadap bahaya gempa; 4. Bahan bangunan dari kayu memiliki nilai estetika yang cukup tinggi; 5. Kayu dapat dibudidayakan; 6. Sebagai bahan dari alam, kayu dapat terurai secara sempurna sehingga tidak ada istilah limbah pada konstruksi kayu.

Pada masa lalu perancangan konstruksi kayu dilakukan secara intuitif dan coba-coba sehingga pemanfaatan kayu menjadi kurang optimal dan cenderung boros. Akan tetapi dengan penguasaan teknologi pada saat ini dimana teknik-teknik analisis dan perencanaan sudah semakin berkembang, maka perencanaan konstruksi kayu dapat dilakukan secara rasional dan mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku sehingga pemakaian kayu menjadi lebih efektif dan ekonomis. Di negara-negara penghasil kayu seperti Amerika, Swedia dan lainlain pemakaian kayu sebagai pendukung struktur bangunan yang besar sering menggantikan baja dan beton bertulang, sedangkan di Indonesia kebanyakan struktur kayu masih menjadi pilihan untuk bangunanbangunan sederhana.

2.2 Sifat – Sifat Fisis Kayu 1. Kandungan air Kayu merupakan bahan higroskopis, artinya kayu memiliki kaitan yang sangat erat dengan air. Kemampuan menyerap dan melepaskan air sangat tergantung dari kondisi lingkungan seperti temperatur dan kelembaban udara. Kandungan air yang terdapat pada sebuah pohon kayu sangat bervariasi tergantung pada spesiesnya. Dalam satu spesies yang sama terjadi pula perbedaan kandungan air yang disebabkan oleh umur, ukuran pohon dan lokasi pertumbuhannya. Pada bagian batang sebuah pohon kayu terjadi perbedaan kandungan air, dimana pada kayu gubal lebih banyak dari pada kayu teras.Air yang terdapat pada batang kayu tersimpan dalam dua bentuk yaitu air bebas (free water) yang terletak diantara sel-sel kayu, dan air ikat (bound water) yang terletak pada dinding sel. Selama air bebas masih ada, maka dinding-dinding sel kayu akan tetap jenuh. Air bebas merupakan air yang pertama yang akan berkurang seiring dengan proses pengeringan, dan pengeringan selanjutnya akan dapat mengurangi air ikat pada dinding sel. Ketika batang kayu mulai diolah (ditebang dan dibentuk), kandungan airpada batang berkisar antara 40% hingga 300%.

Kandungan air ini dinamakan kandungan air segar. Setelah ditebang dan dimulai dibentuk atau diolah, kandungan air mulai bergerak keluar. Suatu kondisi dimana air bebas yang berada di antara sel-sel sudah habis sedangkan air ikat yang berada pada dinding sel masih jenuh dinamakan titik jenuh serat (fiber saturation point). Kandungan air pada kondisi ini berkisar antara 25% hingga 30%. Pengeringan selanjutnya (di bawah titik jenuh serat) akan mengurangi kandunga air ikat pada dinding sel, dan hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan dimensi tampang melintang batang kayu, perubahan sifat-sifat mekanis, dan ketahanan lapuk. Kandungan air pada kayu akan sangat dipengaruhi oleh kelembaban udara lingkungan. Bila kelembaban udara lingkungan meningkat, maka kandungan air pada kayu juga akan meningkat, dan begitupun sebaliknya. Pada lingkungan yang memiliki kelembaban udara yang stabil, maka kandungan air pada kayu juga akan cenderung tetap. Kondisi kandungan air yang tetap pada kayu ini disebut kadar air imbang (equilibrium moisture content). 2. Kerapatan dan Berat Jenis Kerapatan kayu dinyatakan sebagai berat per unit volume. Pengukuran kerapatan dimaksudkan untuk mengetahui porositas

atau persentase rongga (void) pada kayu. Kerapatan dan volume sangat bergantung pada kandungan air. Berat jenis adalah perbandingan antara berat kayu tanpa air dengan berat air pada volume yang sama. Kayu terdiri dari bagian padat (sel kayu), air dan udara. Ketika kayu dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan maka volume yang tetap tinggal adalah volume bagian padat atau volume udara saja, sedangkan airnya sudah menguap. Berat jenis kayu mempunyai korelasi yang positif dengan kekuatan kayu. Semakin tinggi berat jenis kayu semakin baik kekuatannya dan begitupun sebaliknya. 3. Cacat kayu Cacat atau kerusakan kayu dapat mengurangi kekuatan dan bahkan kayu yang cacat tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai bahan konstruksi. Cacat kayu yang sering terjadi adalah retak (cracks), mata kayu (knots), dan kemiringan serat (slope of grain). Retak pada kayu terjadi karena proses penyusutan akibat penurunan kandungan air selama proses pengeringan. Pada batang kayu yang tipis, retak dapat terjadi lebih besar yang disebut dengan belah (split). Mata kayu sering terdapat pada batang kayu yang merupakan bekas cabang kayu. Pada mata kayu ini terjadi pembelokan arah serat, sehingga kekuatan kayu menjadi berkurang. Untuk keperluan konstruksi, sebaiknya dihindari

penggunaan batang kayu yang memiliki mata kayu. Kemiringan serat menunjukkan sudut miring serat kayu. Kemiringan serat pada batang kayu terjadi disebabkan karena tidak sesuainya sumbu batang

kayu

dengan

sumbu

pohon

pada

saat

pemotongan/penggergajian.

2.3

Jenis – Jenis Kayu 1. Kayu Jati Jenis kayu yang sangat terkenal kekuatannya dan harganya yang sangat mahal. Pohon jati tumbuh subr di daerah Jawa Barat dan Jawa Timur. Daerah dengan kualitas kayu jati terbaik adalah daerah bertemperatur panas dengan tanah berkapur yaitu daerah Jawa Tengah. Kayu jati miliki motif serat kayu yang indah sehingga cantik untuk dijadikan bahan baku furnitur. Kayu jati memiliki kekerasan antara 630-720 Kgs/m3 dan minyak kayu jati diyakini membuatnya tahan akan serangan rayap dan serangga penggerek. Kayu Jati saat ini juga sering diburu bekas-nya untuk menghasilkan produk berkesan rustic, dan dengan berbagai karakter yang disebutkan tadi Kayu Jati sangat cocok untuk di jadikan furnitur berkelas dan bahanbahan ukiran.

2. Kayu Merbau Kayu yang juga terkenal keras ini disebut juga Kayu Besi. Pohon merbau berasal dari daerah Maluku dan Papua. Daya tahan Kayu Merbau yang tinggi juga dapat diaplikasikan sebagai material konstruksi laut. Kayu Merbau banyak dijadikan sebagai parkit untuk lantai, tiang bangunan, bak truk hingga digunakan sebagai bahan konstruksi jembatan. Saat ini harga Kayu Merbau cukup bersaing dengan harga Kayu Jati. Dalam pengolahannya, Merbau tidak sulit untuk dipotong dan di finishing, tapi cukup sulit untuk dibubut dan di paku karna meskipun keras memiliki sifat getas karna serat-seratnya yang pendek. 3. Kayu Meranti Kayu Meranti juga disebut Kayu Kalimantan, karena pohonnya banyak tumbuh subur di Kalimantan. Kayu Meranti memiliki tingkat kekerasan antara 580-770 Kgs/m. Selain sebagai bahan bangunan dan furnitur, Kayu Meranti juga dapat di jadikan pulp untuk membuat kertas dan buah Tangkawang (dari beberapa jenis Meranti) dapat dijadikan bahan baku untuk pembuatan kosmetik. Batang pohon Meranti dapat tumbuh hingga 70 meter dengan diameter mencapai 4 meter lebih.

Kayu yang disebut juga dengan ‘Mahoni Filipina’ ini sering kita temui berwarna coklat kemerahan dan tanpa urat, dijual di toko

material

sebagai

papan

atau

kaso.

1. Kayu Sengon Kayu Sengon atau Albasia merupakan kayu khas daerah tropis dan dapat dengan mudah ditemui di berbagai toko bahan bangunan dalam bentuk kaso atau papan. Kayu ini termasuk kayu lunak yang sulit untuk langsung di finishing, karena permukaannya berbulu dan berpori-pori besar dan mudah patah.

Related Documents

Wan Punya
October 2019 38
Punya Yanti.docx
June 2020 24
Punya Ekeuh.docx
April 2020 28
Punya Tiwi.docx
June 2020 23
Punya Tia
June 2020 18
Uyi Punya
July 2020 20

More Documents from ""

Daftar Lampiran.docx
June 2020 17
Punya Fami.docx
June 2020 16
Airmata Rasulullah Saw
June 2020 22
Referensi.docx
December 2019 30