Psikologi Industri

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Psikologi Industri as PDF for free.

More details

  • Words: 1,879
  • Pages: 39
Industrial Psychology

Ruang Lingkup/ Wawasan Psikolog Industri  Definisi/ batasan  Latar Belakang & sejarah perkembangan  Peranannya dalam perusahaan  Faktor psikologis dalam bekerja

DEFINISI/ BATASAN/ PENGERTIAN  PSIKOLOGI 



Ilmu yang mempelajari manusia dan tentang segi-segi kejiwaan manusia secara sistematis dan ilmiah Sub bidang ilmu psikologi : pendidikan lintas budaya klinis lingkungan sosial olah raga perkembangan anak&remaja industri dan organisasi

 PSIKOLOGI INDUSTRI 

Ilmu yang mempelajari manusia dan segi-segi kejiwaan dalam konteks kerja di industri atau perusahaan secara sistematis dan ilmiah

LATAR BELAKANG

 Untuk pemecahan masalah-masalah penting

yang berkenaan dengan tenaga kerja dalam industri.  Dunia industri mampu menggunakan prosedur yang tepat untuk memecahkan masalah-masalah kemanusiaan dalam perindustrian  Karyawan merupakan kelompok yang memiliki moralitas dan motivasi kerja tertentu

PERAN PSIKOLOGI INDUSTRI DALAM PERUSAHAAN Menurut John Miner (1992) :  Terlibat dalam proses input  Berfungsi sebagai mediator dalam hal-hal yang berorientasi pada produktivitas  Berfungsi sebagai mediator dalam hal-hal yang berorientasi pada pemeliharaan  Terlibat dalam proses output

Hasil penelitian terhadap para HRD manajer menunjukkan bahwa:  lebih dari 50% responden menyebutkan Psikologi Industri dan Organisasi memberikan peran penting pada areaarea seperti pengembangan manajemen SDM  30% lagi memandang hubungan industrial sebagai area kontribusi  Lainnya menyebutkan disain struktur organisasi dan desain pekerjaan. 

FAKTOR PSIKOLOGIS DALAM BEKERJA  Manusia merupakan makhluk yang

kompleks  Setiap individu mempunyai derajat dan persepsi yang berbeda terhadap pekerjannya  Rasa khawatir→ ketegangan→ sakit →absenteisme  Ketenangan keluarga →kualitas & kuantitas pekrjaan  Ketidak sesuaian antara individu dengan lingkungan kerja

Latar belakang manusia bekerja    



Pemenuhan kebuituhan dasar Sebagai makhluk sosial Sebagai unsur ekonomis Sebagai makhluk berbudaya, kerja yang luhur dan terhormat Sebgai makhluk yang berkeTuhanan, bekerja untuk ibadah

Kebutuhan dan Motivasi Kerja Teori Kebutuhan Edwards   

  

Achievment Difference Order (ketentraman) Exhibition Autonomy Affiliation

    

  

Intraception Succiorance Dominance Abasement Nurturance (memelihara) Change Endurance Heterosexualit y

Kebutuhan→Motivasi →Job performance →Produktifitas

Profil karakteristik pekerja yang sukses (psikologis)  Self confidence  Originality  Task oriented  Future oriented  Risk Tasking  People oriented

Interaksi Sosial Dalam Perusahaan  Perbedaan individu dalam kelompok  Nilai,suasana dan sifat kesesuaian

kelompok  Ada dua kebutuhan indivodu masuk dal;am suatu kelompok (pokok dan sampingan)  Human relation, giatkan karyawan pada sasaran bersama (dengan puas dan menyenangkan)

 Pembagian tugas, cara kerja hubungan

antar individu  Team work yang solid, moralitas kerja tinggi  Relasi antar manajer dengan karyawan  Karyawan tidak mampu menyesuaikan dengna pekerjaan

INTER SOSIAL Adalah suatu hubungan yang dinamis anata individu dan kelompok dan antar kelompok  Syarat : Adanya

kontak sosial dan komunikasi

 Bentuk : Kerjasama,

persaingan, konflik, akomodasi

 Faktor pendorong Imtasi,

sugesti, identifikasi, simpati

Organisasi Kerja  Sebuah asosiasi dibuat untuk jangka

panjang untuk mencapai tujuan dalam melaksanakan misi khusus  Suatu proses pemeliharaaan dan penciptaan struktur

Prestasi Kerja  Manusia  Sarana  Metode Kerja(pengaturan, pengarahan,

pendayagunaan)→MANAJEMEN  Waktu  Material

5 Fungsi Manajemen  Perencanaan (Planning)  Pengorganisasian (Organizing)  Penyusunan (Staffing)  Pengarahan (Leading/ Dirceting)  Pengawasan (Controlling)

PSIKOLOGI - K3 

Kerja adalah aktivitas baik fisik maupun mental yang dasarnya adalah bawaan dan mempunyai tujuan yaitu mendapatkan kepuasan



TIGA unsur dalam bekerja Kegiatan

sosial Menghasilkan sesuatu Bertujuan penuhi kebutuhan

Hakekat Kerja 

 



Kerja merupakan hal yang paling mendasar bagi manusia Pria atau wanita menyukai pekerjaan Moral pekerja tidak terkait dengan kondisi material pekerja Insentif kerja banyak macamnya dan tidak selalu berupa uang

Pertimbangan Pemilihan Kerja  Nama dan reputasi perusahaan  Tipe pekerjaan  Rasa aman dan kesempatan meniti

karier  Kondisi tempat kerja  Teman sekerja

ETOS KERJA  Adalah pandangan dan sikap individu terhadap pekerjaan MOTIVASI KERJA  Adalah suatu dorongan dari dalam individu terhadap suatu pekerjaan PRODUKTIVITAS KERJA  Perbandingan antara hasil dari suatu pekerjaan karyawan denga pengorbanan yang dikeluarkan

Keinginan Karyawan Terhadap Pekerjaannya  Gaji yang cukup  Pekerjaan yang aman secara ekonomis  Penghargaan dari pekerjaan  Kesempatan untuk maju  Pimpinan yajng bijaksana  Rekan kerja yang kompak  Kondisi kerja yang aman, nyaman dan

menarik

Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja  Bagaimana individu mereaksi lingkungannya  Hal yang diragukan dalam penyesuaian

dengan orang lain  Kondisi pekerjaan yang berhubungan dengan kecakapan  Keagamaan yang besangkutan  Kesetiaan  Pekerja dianggap/ disamakan  Pekerja dianggap sebuah unit / indvidu terisolir

Upaya Menciptakan Kegairahan Kerja  Berikan penghargaan terhadap

pekerjaan  Perhatian yang tulus terhadap karyawan  Ajakan partisipasi aktif  Hapus disiplin besi dari atasan  Perbaikan moral karyawan  Perbaikan kondisi kerja  Kesempatan kemukanan keluhan  Pemberian uang

Efek Psikologi Warna WARNA

EFEK PSIKIS

Biru

EFEK EFEK JARAK SUHU Jauh Sejuk

Hijau

Jauh

Sgt sejuk

Sgt tenang

Merah

Dekat

Panas

Sgt mengusik

Orange

Sgt dekat Dekat

Sgt panas

Merangsang

Sgt panas

Mrangsang

Sgt dekat Sgt dekat

Netral

Merangsang

Sejuk

Agresif

Kuning Coklat Lembayung

Tenang

TIPE TIPE “ORANG SULIT”

SI PENUSUK DARI BELAKANG Jangan terlalu banyak cerita tentang ditail-detail kehidupan pribadi anda. Semakin sedikit iNformasi yang mereka miliki, semakin tumpul pisau mereka. Hadapi mereka jika perlu. Jika anda tahu, mereka menjelekkan anda di belakang, atau menyampaikan kepada orang tersebut hal-hal yang tidak anda katakan, temui orang itu. Coba bersikap tegas tapi tidak agresif tapi juga tidak bersikap seperti orang yang bersalah. Anda tak bisa mengubah orang lain, tapi bisa membuat mereka mengubah perilaku mereka terhadap anda dengan menunjukkan sikap bahwa anda tidak mau diperlakukan secara buruk.

TIPE TIPE “ORANG SULIT”

SI SERBA TAHU jangan mencoba bersaing dengan mereka. Mereka senang jika anda terpancing. Coba katakan : “Tampaknya anda menyelesaikan situasi ini secara sangat baik. Saya rasa saya harus menyelesaikannya dengan cara saya sendiri. Tapi saya benar-benar akan mengingat saran yang tadi anda berikan”. Jika tidak berhasil, biarkan saja dia memberikan bantuan sampai akhirnya dia tahu bahwa dia tidak tahu semuanya. Cara mereka untuk menunjukkan mereka tahu semuanya sebenarnya menunjukkan ketidak amanan mereka sendiri.

TIPE TIPE “ORANG SULIT” SI TUKANG IKUT CAMPUR Ucapkan terimakasih secara sopan atas bantuan mereka. Tapi katakan, anda ingin menanganinya sendiri mulai dari sekarang. Jaga nada suara anda tetap menyenangkan dan ringan untuk menghindari perkataan mereka : “Saya sudah berusaha membantu dan yang saya terima hanya penolakan”. Jika mereka melakukan sesuatu yang menjengkelkan tapi tidak menimbulkan efek jangka panjang, biarkan saja daripada membuat mereka marah kepada anda. Idealnya, hindari mereka dengan memberi mereka sesuatu untuk dikerjakan. Si tukang ikut campur punya terlalu banyak waktu. Cari sesuatu yang bisa mereka kerjakan untuk benar-benar membantu anda akan membuat mereka dihargai dan merasa diri mereka penting.

TIPE TIPE “ORANG SULIT” SI KORBAN Jangan mlibatkan diri dalam permainan mereka. Konselor menamakan permainan si korban sebagai Drama Segitiga. Untuk membuat titik pada segitiga, diperlukan si penyiksa, si penolong, dan si korban. Si korban biasanya akan mencari orang untuk memainkan kedua peran ini. Dengan tidak membiarkan diri anda memainkan salah satu dari kedua peran ini, anda terhindar dari menjadi bagian dari segitiga ini. Coba menjadi pengamat fakta ketimbang memberi masukan untuk kerisauan dan rasa tidak aman mereka. Daripada dia akan selalu lari kepada anda untuk meminta tolong

TIPE TIPE “ORANG SULIT” SI PENGURAS ENERGI Katakan sesuatu yang positif, misalnya : “Kedengarannya situasimu benar-benar sulit, tapi senang rasanya melihat anda baik-baik saja”. Cara ini mungkin tak bisa menangkal mereka untuk menceritakan kisah lain, tapi paling tidak bisa mengalihkan pembicaraan tentang segala sesuatu yang buruk dalam hidup mereka. Jika mereka tak bisa menceritakan semua bencana yang mereka rencanakan, mereka akan pikir dua kali sebelum menelepon anda pada kali berikutnya. Jika energi anda rendah, hindari si penguras energi. Sebagian orang negatif secara permanen dan tak ingin keluar dari situasi itu. Tipe ini termasuk vampire energi. Pilihan terbaik adalah : jauhi mereka.

6 STEP REFRAMING

1. Identifikasi persoalan. Identifikasi tindakan yang ingin diubah. Misalkan “Saya ingin tetap mengetahui jika saya STRESS namun saya tidak perlu mengalami sakit leher yang luar biasa”. 2. Jalinlah komunikasi dengan bagian-bagian yang bertanggungjawab atas tindakan itu. Tenangkan diri, tarik nafas halus keluarkan sehingga Anda cukup rileks. Kemudian masuklah ke dalam diri Anda dan tanyakan pada bagian yang menciptakan perilaku itu. “Bersediakah Anda berkomunikasi denganku, jika ya berikan tanda padaku”. Perhatikan setiap self talk, gambar mental, perasaan tertentu, atau gerakan involuntary muscle yang mungkin merupakan adalah signal dari bagian tubuh anda.

6 STEP REFRAMING

Jika belum memperoleh signal yang jelas, mintalah pada bagian tubuh Anda untuk memberikannya, dengan cara mendefinisikan sesuai keinginan Anda “Tolong gerakkan sedikit jari jempol saya, jika jawabannya adalah Ya” 3. Pisahkanlah maksud positif dari tubuh yang memiliki problem. Masuklah kedalam dan berterimakasih untuk bagian yang berkomunikasi dengan Anda dan menanyakan “Apa maksud positif hal ini untuk saya?” Katakan terima kasih atas jawabannya. 4. Tanyakan pada sisi kreatif anda untuk menemukan cara lain agar tujuan intensi positif itu tetap terpenuhi. Mintalah 3 pilihan yang memenuhi tujuan positif dari bagian tubuh tetapi tidak memiliki akibat negatif dari gejala itu.

6 STEP REFRAMING

5. Tawarkan 3 pilihan itu pada bagian tubuh yang telah membuat simptom itu. Mintalah signal jika ia menerima alternatif pilihan. Jika pilihan tidak dapat diterima, atau tidak ada signal, jalani langkah 4 atau tambahkan pilihan. 6. Periksa kondisi apakah sudah ekologis dengan seluruh tubuh yang lain. Temukanlah jika ada bagian lain yang menolak perubahan. Pergilah kedalam dan tanyakan, Apakah ada bagian yang menolak perubahan? Jika Ya, identifikasikan bagiannya dan lanjutkan ke langkah 2, ulangi daur dengan bagian itu, implementasikan pilihan, masuk kembali dan tanyakan bagian yang bertanggungjawab atas permasalahan itu.

STRESS MANAGEMENT DENGAN REFRAMING Prinsip dasar *reframing* adalah mengubah keberatan menjadi keuntungan. Dengan syarat keberatan tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa diubah lagi. Misalnya, cacat tubuh, kejadian di masa lalu, anggota keluarga, dll yang memang di luar lingkaran pengaruh kita untuk berbuat sesuatu guna menjadikannya sesuai dengan keinginan kita. ASUMSI DASAR: Di balik setiap perilaku/kejadian terkandung maksud positif.

STRESS MANAGEMENT DENGAN REFRAMING *reframing*mengajak kita untuk keluar dari kerangka berpikir ‘masalah’ dan melompat ke dalam kerangka berpikir ’solusi’ atau ‘tujuan/*outcome*’.

CONTEXT REFRAMING

CONTENT REFRAMING

PENDEKATAN REFRAMING

*Context Reframing* “Tubuh saya terlalu tinggi!” Menggunakan jenis ini, kita memindahkan suatu hal atau kejadian dalam konteks ruang/waktu yang berbeda sehingga memunculkan makna baru yang lebih positif. Dalam contoh keberatan di atas, maka kita bisa bertanya, “Dalam konteks apakah tubuh yang tinggi tersebut menjadi keuntungan?” Dan beragam jawaban pun bisa kita munculkan mulai dari cocok sebagai olahragawan, tidak memerlukan tangga untuk mencapai tempat yang tinggi, tidak terhalang ketika nonton konser, sampai pada mendapatkan udara yang lebih segar karena udara yang berada di atas lah yang masih murni dan menyegarkan.

*Content/Meaning Reframing* Berbeda dengan *context reframing*, pada jenis ini kita menggali makna lain yang lebih positif dari suatu hal atau kejadian tanpa memindahkan atau mengubah kejadiannya. “Anak buah saya sulit untuk diajak kerja cepat! Tidak sabar saya dibuatnya.” Menggunakan *content reframing*, kita bisa bertanya, “Apa makna lain yang positif dari anak buah yang sulit diajak untuk bekerja cepat?” Seketika, kita pun dapat menemukan pertanyaan baru seperti, “Bukankah itu berarti mereka mengerjakan pekerjaan dengan hati-hati?” Dan BUM! Makna baru pun kita dapatkan. Dengan *frame *ini, sang atasan dapat lebih fokus untuk mendayagunakan anak buahnya agar dapat menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang lebih tinggi daripada pusing dengan kelambatan mereka.

Pertanyaan: Sama kah *reframing * dengan *positive thinking*? Bahwa kita mencari makna yang lebih positif itu benar. *Reframing* tidak sekedar mencari makna yang positif, Ia adalah usaha untuk mencari makna positif yang *empowering* bagi kita dan barangkali lebih tepat karena bersifat *action oriented*.

Related Documents