PSG BIOKIMIA ( ANEMIA & OBESITAS)
KELOMPOK 4 Shofi kurniatus zuhro
152110101011
Siti Qodriyatul Mardiyah 162110101051
Violita Pita N
152110101026
Ayudha Nabila D.
162110101122
Zafira Aprilia
152110101099
Firda safira Indriyani
162110101153
Irmanda Irhasatin A
152110101106
Ilham Fauzul Fahmi
162110101183
Vivi Nur Fadilah
162110101043
Yolanda Putri Nirmala
162110101196
Afrizal Eka Satria
162110101047
Miftahiyyatul Firdausiyah162110101214
APA ITU PSG BIOKIMIA? salah satu metode penentuan status gizi bersifat langsung dengan pemeriksaan spesimen laboratoris pada jaringan pada tubuh atau pemeriksaan laboratorium.
TUJUAN PSG BIOKIMIA
?
Untuk mendeteksi terjadinya kelainan biokimia seseorang sehingga dapat digunakan untuk menggambarkan tahap awal dari suatu penyakit atau kondisi sebelum gejala klinis penyakit terjadi.
? ?
Untuk melengkapi metode lain dalam menilai status gizi, misalnya data konsumsi pangan, pemeriksan kinis, dan antropometri. Sehingga dapat lebih mudah diidentifikasi.
Memberikan gambaran yang lebih tepat, objektif, dalam penilaian status gizi. Selanjunya hasil pemeriksaan biokimia tersebut dibandingkan dengan standar normal yang telah ditetapkan.
MACAM SPESIMEN 1. Spesimen Darah
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan dengan bahan atau spesimen darah. Beberapa pemeriksaan berikut ini menggunakan spesimen darah, antara lain:
•Serum glutamik piruvik transaminase (SGPT) atau alanin•Hematokrit. amoniotransferase. • Hemoglobin •Gonadotropin korionik manusia (Human Chorionic •Albumin. Gonadotropin-HCG) •Asam Urat. •Trombosit. •Bilirubin (total, direct, dan indirect) •Masa Tromboplastin parsial (Partial Tromboplastin TimePPT), masa tromboplastin parsial teraktivasi (Activation •Estrogen. Partial Tromboplastin Time-APTT). •Gas Darah arteri. •Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen darah antara lain pemeriksaan kadar elektrolit dalam darah, •Gula Darah Puasa. masa protombin, progesteron, prolaktin, serum keratinin, kortisol, kolesterol, T3, T4, dan lain-lain. (Musrifatul Uliyah, •Gula Darah Postprandial. A.Aziz Alimul Hidayat,2008:194).
MACAM SPESIMEN 2. Spesimen Urine
1. 2. 3. 4.
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau spesimen urine. Adapun pemeriksaannya dapat dilakukan antara lain:
Asam Urat. Bilirubin. Human Chorionic Gonadotropin (HCG). Pemeriksaan lain yang menggunakan spesimen urine antara lain pemeriksaan urobilinogen untuk menentukan kadar kerusakan hepar, penyakit hemolisis, dan infeksi berat, pemeriksaan urinealisis digunakan untuk menentukan adanya berat jenis, kadar glukosa, keton, dan lain-lain. Pemeriksaan kadar protein dalam urine untuk menentukan kadar kerusakan glomerulus. Pemeriksaan pregnadion dalam urine untuk menentukan adanya gangguan dalam menstruasi dan menilai adanya ovulasi, serta pemeriksaan lainnya. (Musrifatul Uliyah, A.Aziz Alimul Hidayat,2008:195)
MACAM SPESIMEN 3. Pengambilan Spesimen Feses
Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman seperti salmonella, Shigella, Escherichia coli, Staphylococcus, dan lain-lain.
4. Pengambilan Spesimen Sputum
Pemeriksaan dengan bahan sekret atau sputum dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman seperti tuberkulosis pulmonal, pneumonia bakteri, bronkhitis kronis, bronkhietaksis.
KELEBIHAN PSG BIOKIMIA
01
Dapat mendeteksi defisiensi
Hasil pemeriksaan biokimia
zat gizi lebih dini.
lebih objektif karena
02 03
Dapat menunjang hasil pemeriksaan metode lain dalam penilaian status gizi.
menggunakan penilaian yang selalu ditera dan pelaksanaannya dilakuakan oleh tenaga ahli.
KEKURANGAN PSG BIO KIMIA Pemeriksaan biokimia hanya dapat dilakukan setelah gangguan metabolism terjadi Membutuhkan biaya yang cukup mahal. Dalam melakukan pemeriksaan diperlukan tenaga yang ahli. Kurang praktis dilakukan di lapangan karena memerlukan peralatan yang tidak mudah dibawa kemana-mana.
1 2 3 4
5 6 7 8
Pada pemeriksaan tertentu, specimen sulit diperoleh. Membutuhkan peralatan dan bahan yang lebih banyak. Belum ada keseragaman dalam memilih nilai rujukan (nilai normal). Beberapa penentuan pemeriksaan laboratorium memerlukan peralatan laboratorium yang hanya terdapat di laboratorium pusat sehingga pemeriksaan di daerah tidak dapat dilakukan.
PENILAIAN ZAT BESI Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh Diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis hemoglobin (Hb). Indikator laboratorium menentukan status besi yaitu, 1. hemoglobin (Hb) 2. Hematokrit 3. besi serum 4. ferritin serum (SF) 5. transferrin saturation (TS) 6. free erythrocytes protophyrin (FEP) 7. unsaturated iron-binding capacity serum (UIBC).
Hemoglobin (Hb) Senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2002).
Metode Penilaian 1. Metode Sahli hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme dioksidasi menjadi ferriheme oleh oksigen yang ada di udara, yang segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferriheme-chlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Faktor yang mempengaruhi penilaian faktor mata: ketajaman penglihatan, penyinaran dan sebagainya.
2. Metode cyanmethemoglobin Hemoglobin dioksida oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida (CN2-) membentuk sianmethemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar.
Hematokrit (Ht) Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan cara memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen (%). Prosedur penentuan: dilakukan secara duplikat menggunakan darah kapiler atau darah vena yang diantikoagulasikan dengan EDTA Interpretasi nilai normal hematokrit menurut Wells dan Helper : Menurut
Kelompok
Batasan nilai
Wells
Laki-laki
42 – 50 %
Perempuan
40 – 48 %
Laki-laki
40 – 54 %
Perempuan
37 – 47 %
Hamil tua
23 – 34 %
Helper
Serum Besi Darah harus dikumpulkan menggunakan tabung terevakuasi bebas elemen tembusan. Hanya air terdeionisasi terdistilasi yang harus digunakan. Nilai normal serum besi adalah sebagai berikut : (Erhabor & Adias, 2013)
Kelompok
Batasan nilai (µg/dL)
Laki-laki
65-176
Perempuan
50-170
Bayi
100-250
Anak-anak
50-120
Serum Ferritin •
Tahap pertama kekurangan zat besi
•
Kadar serum feritin memberikan perkiraan cadangan besi, karena konsentrasi serum ferritin pararel total cadangan besi tubuh
•
Menilai status besi di hepar
•
SF<12 µg/L (Defisiensi Fe)
•
Metode :IRMA,RIA,ELLISA
Transferin Saturation (TS) • Merupakan hasil perhitungan kadar serum iron (SI) dibagi Total Iron Binding Capacity (TIBC) dikalikan 100%. • Dalam keadaan normal saturasi transferin 20- 45%. • Pada anemia defisiensi besi didapatkan kadar SI menurun dan TIBC meningkat, sehingga saturasi transferin meningkat. • Penurunan saturasi transferin sampai di bawah 5% memastikan diagnosis anemia defisiensi besi. • Menilai kadar Fe dlm serum 1. TS < 16 % (Defisiensi Fe)
2. TIBC tinggi (Anemia Gizi Besi)
Free Erythrocytes Protophyrin (FEP)
Sirkulasi FEP di darah meningkat apabila penyediaan zat besi tidak cukup banyak untuk pembentukan sel-sel darah merah di sumsum tulang.
Dalam keadaan normal kadar FEP berkisar 35 ± 50 µg/dl sel darah merah (SDM), tetapi apabila kadar FEP dalam darah lebih besar dari 100 µg/dl SDM menunjukkan individu ini menderita kekurangan besi.
Prosedur Pemeriksaan Tekan tombol “ON” pada hematofluorometer dan sisipkan blank glass cover slip ke dalam pemegang sampel Tekan tombol “MEASURE” dan catat pembacaan pada blank glass cover slip. Gunakan hanya blank cover slip dengan pembacaan dari 000-0006 Gunakan pipet Pasteur plastik untuk menempatkan setetes darah penuh (kira-kira 20 µL) diatas blank cover slip dengan cara menyebarkannya sehingga berhubungan pada posisi lubang. Tekan tombol “MEASURE” dan catat pembacaan. Jangan substraksikan pembacaan pada blank cover slip. Ulangi langkah (4) setelah 10-15 detik lewat, kemudian kesampingkan glass cover slip. Untuk kontrol darah, ambil setetes darah (sekitar 35 µL) diatas glass cover slip yang bersih dengan menekan botol. Campurkan tetesan darah dengan ujung botol. Pindahkan tutup botol. Tekan tombol “MEASURE” dan catat pembacaan. Kesampingkan glass cover slip. Periksa kontrol-kontrol darah pada permulaan dan akhir setiap hari, atau setelah 50 pengujian yang bisa diterapkan. Nilai kontol rendah, medium, dan tinggi harus ada dalam harga yang dinyatakan.
Perhitungan Hasil Konsentrasi zink protoporfyrin dinyatakan dengan µmol/L RBC’d Dihitung menggunakan rumus berikut Hematokrit dinyatakan sebagai fraksi volume dari paket sel darah merah Konsentrasi zink protoporfyrin juga dapat dinyatakan dalam µg/dl
darah penuh : faktor konversi pada satuan SI, (mmol/L) x 0,0177.
Batasan : 1.
Apabila penyediaan zat besi tidak cukup banyak untuk membentukan sel-sel darah merah di sumsum tulang maka sirkulasi FEP di darah meningkat walau belum tampak anemia.
2.
Dalam keadaan normal FEP berkisar 35±50μ/dl RBC tetapi apabila kadar FEP dalam darah lebih besar dari 100 μg/dl RBC menunjukkan individu ini menderita kekurangan besi
PENILAIAN OBESITAS SECARA BIOKIMIA Diagnosis didasarkan atas gejala klinis dan hasil pemeriksaan antropometri, yang mencakup pengukuran BB, TB, lingkaran lengan atas, serta tebal lipatan kulit dan sub kutan lengan atas kanan bagian belakang tengah, sebelah atas otot triseps. Diagnosis ditegakkan bila ditemukan gejala klinis obesitas, disertai dengan adanya data antropometrik untuk perbandingan BB dan TB, lingkaran
lengan atas, dan tebalnya lapisan kulit, paling sedikit 10 % diatas nilai normal. Cara sederhana untuk menentukan terjadinya obesitas sentral adalah dengan mengukur lingkar perut. Pengukuran dilakukan pada bagian pinggang, di antara tulang panggul bagian atas dan tulang rusuk bagian bawah. Seseorang dikatakan obesitas sentral bila lingkar perutnya >90 cm (untuk pria) atau >80 cm (untuk perempuan)
PROSEDUR PENILAIAN ZAT BESI SECARA BIOKIMIA Kelompok
Batas nilai Hb
Kelompok
Batas nilai Hb
Bayi / balita
11 g/dl
Anak balita
11 gram %
Usia sekolah
12 g/dl
Anak Usia sekolah
12 gram %
Ibu hamil
11 g/dl
Wanita dewasa
12 gram %
Pria dewasa
13 g/dl
Laki-laki dewasa
13 gram %
Wanita dewasa
12 g/dl
Ibu hamil
11 gram %
Ibu menyusui > 3 bulan
12 gram %
Batasan Hemoglobin Darah (Sumber: WHO, 1975)
Batasan Anemia Menurut Kementerian Kesehatan
Pengukuran Hemoglobin adalah cara paling umum digunakan untuk melihat anemia karena kekurangan besi. Analisa Hemoglobin untuk mengetahui konsentrasi Hb adalah dengan cara cyanmethemoglobin adalah paling reliable, dengan jumlah darah yang diambil hanya 0,02 ml dari jari manis tangan kiri (pembuluh darah Kapiler) yang tidak banyak dipakai untuk kegiatan sehari hari. Konsentrasi darah kemudian dicampur dengan Kalium ferri cyanida dibaca konsentrasinya dengan spektrofotometer. Di lapangan, pemeriksaan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang mudah dibawa yaitu “Hemo Cue” menggunakan batere dan dan reagent
PROSEDUR PENILAIAN OBESITAS SECARA BIOKIMIA Pemeriksaan biokimia pada obesitas dapat dilakukan dengan pemeriksaan profil lipid. Penetapan lipid biasanya dilakukan dengan serum, tetapi dapat juga menggunakan plasma EDTA atau plasma heparin. Baik serum maupun plasma harus segera dipisahkan dari sel-sel darah dan jika tidak segera diperiksa, harus disimpan dalam lemari es supaya distribusi kolesterol tidak berubah dan enzim-enzim tidak sempat mengubah proporsi lipoprotein. Sampel darah harus diperoleh setelah klien berpuasa 10 – 12 jam sebelum pengambilan. Pengukuran lipid serum yang paling relevan adalah kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL.
Batasan Penentuan Status Gizi Besi dan Obesitas Secara Biokimia
Anemia Gizi Besi Nilai Ambang Batas Hemoglobin untuk Anemia (menurut Departemen Kesehatan 1995) Kelompok
Batas Normal
Anak balita
11 gram %
Anak Usia 12 gram % sekolah Wanita dewasa 12 gram % Laki-laki dewasa
13 gram %
Ibu hamil
11 gram %
Ibu menyusui > 3 12 gram % bulan
Nilai Ambang Batas Hemoglobin untuk Anemia (Kemenkes EI, 2004 Barometer Gizi Indonesia) Kelompok Umur Hemoglobin (g/L)
Balita 6-59 11,0 bulan Anak 5-11 12,0 tahun Anak 12-14 12,0 tahun WUS tidak 12,0 hami; 15-49 tahun Ibu hamil 11,0 Laki-laki>15 tahun
13,0
Ambang Batas Masalah Kesehatan Masyarakat >20 %
>20 % >20 % >20 % >20 % >20 %
Batasan Penentuan Status Gizi Besi dan Obesitas Secara Biokimia
Obesitas Nilai Rujukan Profil Lipid PARAMETER Kolesterol Total
NILAI (mg/dl) Desirable : 140 - 199 Borderline High : 200 – 239 High : >240
Kolesterol LDL
Desirable Borderline High High
: <130 : 140 – 159 : 160
Kolesterol HDL
Laki – laki Perempuan
: 35 – 65 : 35-80
Trigliserida
Desirable Borderline High High Very High
: <150 : 150 – 199 : 200 – 499 : ≥ 500
AKIBAT KEKURANGAN ZAT BESI Anemia Anemia menunjukkan rendahnya kadar hemoglobin dalam darah. Gejala yang dirasakan penderita antara lain : kulit pucat, detak jantung meningkat, sulit bernafas, cepat lelah, pusing terutama saat berdiri dll Menurunkan sistem imun Zat besi sangat berperan dalam Aktifitas SOD (superoksida dismutase) dan katalase Antioksidan enzimatis dalam mencegah terbentuknya senyawa radikal bebas baru. Menurunkan sistem intelektual Kekurangan asupan zat besi dapat mengakibatkan rendahnya kadar hemoglobin dalam darah, sehingga oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh dan otak menjadi berkurang yang akan berakibat timbulnya perubahan metabolisme di dalam otak. Berubahnya fungsi normal otak akan berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak dan pencapaian prestasi belajar anak di sekolah Resiko Kehamilan Kekurangan zat besi pada ibu hamil menyebabkan kadar hemoglobin rendah. Sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen janin dan dapat menyebabkan gagal jantung
AKIBAT OBESITAS 1. Diabetes Mellitus 2. Hipertensi 3. Stroke 4. Gagal Nafas 5. Nyeri Sendi 6. Batu Empedu 7. Psikososial 8. Kanker 9. Angka Kematian Meningkat
PENGOBATAN AKIBAT KEKURANG ZAT BESI & OBESITAS
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
KEKURANGAN ZAT BESI Suplemen vitamin dan mineral Perubahan pola makan Obat Transfusi darah Pencangkokan sumsum tulang Operasi (pengangkatan limpa jika disebabkan oleh anemia hemolitik) Antibiotik (jika disebkan oleh infeksi) Makanan yang kaya akan zat besi Suplemen zat besi (Fe)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
OBESITAS Melakukan evaluasi terhadap dampaknya penyakit pada seseorang yang menderita obesitas Gunakan pendekatan dengan tim kesehatan Kurangi asupan lemak Tingkatkan asupan serat Lakukan aktifitas fisik Perubahn perilaku (therapeutic lifestyle changes) Mengguanakan obat-obatan
PENCEGAHAN KEKURANG ZAT BESI & OBESITAS KEKURANGAN ZAT BESI a. Mengkonsumsi suplemen Fe (zat besi) b. Fortifikasi makanan yang mengandung zat besi c. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan yang memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C. d. Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing.
OBESITAS
a. Perbanyak makan buah segar b. Hindari makan sayur dengan bumbu kacang yang digoreng, bumbu santan, maupun sayuran yang digoreng c. Hindari makan sereal dan creacker yang menggunakan susu full cream d. Gunakan susu yang rendah lemak (susu kedelai atau yogurt) e. Pilihlah daging yang tidak berlemak dan memiliki warna cerah f. Hindari jeroan, daging berlemak, otak g. Tingkatkan konsumsi protein nabati (tempe, tahu) h. Hindari makanan/ lauk yang digoreng i. Kurangi konsumsi minyak goreng sampai 1 sendok makan (10gr) perhari j. Perbanyak aktifitas fisik
STUDI KASUS ANEMIA
Judul Jurnal Penulis Jurnal voulme Terbit Halaman
: Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor Dan Enhancer Fe) Terhadap Status Anemia Remaja Putri : Herta Masthalina, Yuli Laraeni, Yuliana Putri Dahlia : Jurnal kesehatan Masyarakat : vol 11 no 01 : 2015 : 80-86
5w + 1H Apa yang akan diteliti dalam jurnal ? Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor Dan Enhancer Fe) Terhadap Status Anemia Remaja Putri
Siapa yang dijadikan populasi dalam penelitian ? Siswi kelas X dan XI di Madrasah Aliyah Al-Aziziyah Kapek, Gunungsari. Kapan penelitian tersebut dilakukan ? Dilakukan pada tahun 2014 Dimana dilakukan penelitian dilakukan ? Di berbagai daerah kecematan di lombok barat terutama kecamatan Gunung sari Kenapa peneliti melakukan penelitian ? Karena Data Puskesmas Gunungsari tahun 2012 terhadap pemeriksaan kadar Hb murid Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah bahwa diperoleh Madrasah Aliyah AlAziziyah Gunungsari berada pada peringkat pertama yang memiliki jumlah siswi puteri terbanyak menderita anemia yaitu sebesar 81,13%. Sehingga peneliti ingin mengetahui hubungan Pola Konsumsi (Faktor Inhibitor Dan Enhancer Fe) Terhadap Status Anemia Remaja Putri Bagaimana penelitian tersebut dilakukan ? Pengambilan sampel dengan cara acak (systemic random sampling). Siswiyang diambil beradasarkan kriteria inklusi. Data karakteristik sampel (nama, umur, kelas) dengan wawancara dengan bantuan form identitas. Data tentang pola konsumsi faktor inhibitor dan enhancer Fediperoleh dengan cara mewawancara dengan alat bantu form FFQ semi kuantitatif 1 bulan terakhir, serta data tentang status anemia siswi dikumpulkan dengan cara pemeriksaanHemoglobin dengan menggunakan metode alat portable digital analyzerdengan kategori : anemia = Hb <12 g/dl, dan tidak anemia = Hb ≥ 12 g/dl.
Analasis keterkaitan berdasarkan materi Penelaian status gizi biokimia merupakan metode penilaian secara langsung, pada umumnya penilaian melihat berdasarkan sampel berupa sampel serum darah, urine, rambut dan feses dimana penilaian status gizi secara biokimia adalah memerlukan alat yang khusus atau alat labolatorium. Berdsarkan jurnal tersebut peneliti untuk menilai status gizi seara biokimia menggunakan alat portable digital analyzer dimana peneliti ingin melihat kadar Hb pada sampel yang di teliti, sehingga di peroleh dari 67 sampel 21 orang dengan kadar Hb < 12 g/dl (anemia) dan 46 orang dengan kadar Hb ≥ 12 g/dl.
STUDI KASUS OBESITAS
Judul Jurnal Penulis Jurnal voulme Terbit Halaman
: Gambaran profil lipid pada remaja obesitas di Kota Bitung : Billy Senduk ,Widdhi Bodhi, Billy J. Kepe : Jurnal e-Biomedik (eBm) : vol 4 no 1 : januari- juni 2016 : 112- 127
5w + 1H Apa yang akan diteliti dalam jurnal ? Gambaran profil lipid pada remaja obes di Kota Bitung
Siapa yang dijadikan populasi dalam penelitian ? siswa SMA di kota Bitung. Kapan penelitian tersebut dilakukan ? Oktober 2015 – juni 2016 Dimana dilakukan penelitian dilakukan ? SMA Kota belitung Kenapa peneliti melakukan penelitian ? Ingin melihat gambaran profil lipid pada remaja obesitas di kota belitung. Karena Obesitas pada remaja saat ini merupakan masalah kompleks yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat serta aktivitas fisik yang kurang. Penelitian sebelumnya menunjukkan prevalensi obesitas di salah satu SMA di kota Bitung tahun 2014 sebesar 12,40% yang terdiri dari 2,91% remaja laki-laki dan 9,5% remaja perempuan Bagaimana penelitian tersebut dilakukan ? sampel penelitian adalah siswa SMA di kota Bitung yang mengalami obesitas berdasarkan pengukuran lingkar pinggang serta bersdia menandatangani inform consent . kemudian dilakukan dengan mengambil serum darah pada remaja obesitas di kota Bitung. Pemeriksaan sampel darah dilakukan di laboratorium klinik RSUD Ratumbuysang Manado untuk dilihat kadar profil lipid dari sampel penelitian.
Analasis keterkaitan berdasarkan materi Menurut Harjatmo, et al ( 2017 ) pmeriksaan biokimia pada obesitas dapat dilakukan dengan pemeriksaan profil lipid yang meliputi kolesterol total, kolesterol low density lipoprotein (LDL), kolesterol high denisty lipoprotein (HDL) dan tigliserida. Jadi berdasarkan uraian tersebut ada keterkaitan materi dengan jurnal. penilaian status gizi pada remaja obesitas teresbut peneliti menggunakan pemerikasaan biokimia dimana peneliti melihat gambaran profil lipid pada remaja obesitas berdasrakan liangkar pingang, dengam pengambilan serum darah kemudian sampel darah tersebut di uji labolatorium sehinga di peloreh bahwa . Dari hasil penelitian ini didapatkan 13 siswa (26%) memiliki kadar kolesterol diatas nilai normal, 31 siswa (62%) memiliki kadar HDL di bawah nilai normal, 41 siswa (82%) memiliki kadar LDL di atas nilai normal, dan 6 siswa (12%) memiliki kadar trigliserida di atas nilai normal.
Terima Kasih