Pruning Kelapa Sawit.docx

  • Uploaded by: Sudarmono
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pruning Kelapa Sawit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,118
  • Pages: 14
Pruning Pada Masa TM Kelapa Sawit Tunas pokok (pruning atau pemangkasan) merupakan salah satu pekerjaan kultur teknis yang diperlukan dalam upaya peningkatan produktivitas kelapa sawit. Pekerjaan ini mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang, yakni mengusahakan agar pelepah yang masih produktif (daun masih hijau) tetap dipertahankan, tetapi di lain pihak kadangkala harus dipotong untuk mempermudah pekerjaan panen dan memperkecil losses (brondolan tersangkut di pelepah).

Kelapa sawit menghasilkan 18-30 pelepah setiap tahunnya, 8-22 pelepah terdapat buah dan sisanya tidak menghasilkan buah. Produktivitas yang tinggi akan tercapai jika penunasan dilakukan dengan cara yang benar, tetapi jika tidak dilakukan justru akan menurunkan produksi. Jumlah pelepah yang optimum untuk menjaga keseimbangan kedua aspek di atas adalah 48 56 pelepah (untuk tanaman muda) dan 40 - 48 pelepah (tanaman tua). Dengan demikian pemakaian kapak untuk panen di tanaman muda tidak dibenarkan dan harus digunakan dodos. Akan tetapi pada tanaman teruna dan tua (umur > 8 tahun), tidak dapat dihindarkan penggunaan egrek untuk panen sehingga terpaksa dilakukan pemotongan pelepah-pelepah produktif.

Tidak ada pruning/penunasan selama masa belum menghasilkan (TBM) sampai 6 bulan menjelang panen pertama, dan biasanya 24 bulan setelah tanam, pekerja tidak boleh memotong atau membuang pelepah pada masa ini. Pelaksanaan pruning bisa dilakukan apabila adanya pelepah yang mati dan tidak produktif, serta adanya janjang dan buah busuk, dan ini disebut pruning sanitasi, gunanya adalah untuk memudahkan pemanen sehingga pekerjaannya tidak terganggu

Berdasarkan percobaan-percobaan yang telah dilakukan di beberapa tempat, diketahui bahwa semakin banyak pelepah kelapa sawit pada tanaman maka akan semakin tinggi buah yang akan dihasilkan oleh tanaman tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin banyak daun maka proses fotosintesis akan semakin besar terjadi. Tujuan penunasan :

mempermudah pekerjaan panen.  menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah.  memperlancar proses penyerbukan alami.  mempermudah pengamatan buah matang pada saat pekerjaan panen.  melakukan sanitasi (kebersihan) tanaman, sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan penyakit.  pada tanaman muda (tunas pasir) mempermudah pemupukan, pembersihan piringan, dan pengutipan brondolan. 

Teknik penunasan merupakan faktor yang harus diperhatikan, karena bila dilakukan dengan cara yang kurang tepat seperti daun terpotong terlalu banyak akan merangsang pertumbuhan bunga jantan sehingga dapat menurunkan produces. Umumnya pelepah dipotong rapat ke batang dan bekas potongan berbentuk tapak kuda dengan sudut 30 derajat terhadap garis horizontal, dengan tujuan menghindari tersangkutnya brondolan. Berdasarkan alasan diatas, akan sangat menguntungkan apabila pembuangan pelepah kelapa sawit dilakukan seminimal mungkin selama masa produksi. Pembuangan pelepah yang berlebihan akan menyebabkan bertambahnya jumlah bunga jantan dan dengan sendirinya akan mengurangi jumlah dan berat tandan buah yang dihasilkan.

Akan tetapi jika pembuangan tidak dilakukan, maka akan timbul kesulitan pada saat memanen tandan buah. Oleh karena itu perlu diambil langkah kebijaksanaan sebagai berikut :

a. Pruning untuk sanitasi Pruning pertama dilakukan bersamaan dengan waktu pelaksanaan kastrasi. Hanya pelepah kering saja yang dibuang. (umur 17 bulan atau 19 bulan).

b. Pruning Pertama Pruning pertama dilakukan sebelum pemanenan (harvesting) pertama. Semua pelepah yang berada di bawah tandan buah yang terendah dibuang sehingga tandan buah yang terendah tersebut tidak perlu memiliki sangga buah.

Setelah pruning pertama, tidak dilakukan lagi pruning sampai tanaman berumur 4 tahun atau sampai tandan buah yang terendah tinggi 1m dari permukaan tanah.

c. Pruning pada umur 4 tahun. Ketika tanaman telah berumur 4 tahun dan tandan buah terendah berada pada ketinggian 1 m dari tanah, maka pruning dapat dilakukan mengingat saat ini cukup banyak pelepah yang harus

dibuang sehingga jika dilakukan pruning sekaligus akan menyebabkan beban berat (stress) pada tanaman tersebut. Oleh karena itu, pruning harus dilakukan dalam dua tahap sebagi berikut. Jika terdapat 8 lingkaran pelepah (spiral), maka pruning pertama hanya dibuang 4 lingkaran pelepah saja.  2 – 3 bulan kemudian, 4 lingkaran pelepah tersebut dibuang dengan syarat pruning hanya dilakukan sampai 2 pelepah dibawah tandan buah yang masak ( 2 sangga buah ).  Pruning pada umur 5 – 7 tahun. 

Pruning dilakukan sekali dalam setahun. Harap diperhatikan setelah pruning dan pemanenan dilakukan pelepah yang masih tertinggal harus berjumlah antara 48 – 64 pelepah pada pokok-pokok yang sedang mengalami fase bunga jantan. Puring dilakukan hanya sampai 2 pelepah dibawah tandan buah yang masak (2 sangga buah) Untuk pelaksanaan pruning, agar digunakan system progressive pruning.

d. Pruning pada umur 8 – 14 tahun. Dilakukan seperti butir 4 diatas, akan tetapi jumlah pelepah yang tinggal setelah pruning/pemanenan adalah 40 – 48 pelepah atau 5 – 6 pelepah perspiral.

e. Pruning umur 15 tahun. Dilakukan seperti butir 4 diatas, akan tetapi jumlah pelepah yang tinggal setelah pruning/ pemanenan adalah 32 pelepah atau 4 pelepah perspiral

f. Sistem Progressive Pruning Yang dimaksud dengan sistem Progressive Pruningadalah Pruning dilakukan secara bertahap dan terus-menerus sepanjang tahun, pelapah yang lebih dari jumlah yang telah ditetapkan di atas saja yang dibuang :

 5 - 7 tahun 48 - 64 pelepah  8 - 14 tahun 40 - 48 pelepah  15 tahun ke atas 32 pelepah

Pelaksanaan dari Progressive Pruning ini dilakukan oleh satu kelompok yang terdiri dari beberapa orang dan kelompok ini bertugas sebagai pruners terus menerus sepanjang tahun. Mengenai jumlah pemakaian tenaga per hektar per tahun dengan menggunakan sistem ini tidak melebihi jumlah tenaga yang dipakai pada sistem lama yaitu : maksimum 3 orang per hektar per tahun.

Sebaiknya setiap blok dilakukan rotasi pruning sekali sebulan atau sekali dua bulan tergantung kapada kondisi setempat.  Keuntungan dari sistem ini adalah untuk mengurangi stress tanaman pruning dilakukan secara sedikit demi sedikit dan terbagi rata dalam satu tahunnya. Secara agronomi hal ini akan sangat menguntungkan. Keterangan Umum  Pemanen harus diberi instruksi agar hanya memotong pelepah seminimal mungkin.  Pada waktu melakukan rotasi pruning pelepah yang dibuang hanyalah pelepah yang lebih dari jumlah yang telah ditetapkan di atas dan pelepah yang mulai kering.  Pruning harus diusahakan dilakukan pada musim hujan (jika menggunakan sistem biasa).  Untuk melakukan pruning pada pokok-pokok yang sedang dalam masa Fase bunga jantan, perhitungan pelepahnya harus dilakukan oleh Mandor atau Asisten sebelum pruning dilakukan oleh karyawan.  Setiap melakukan rotasi pruning pembersihan (sanitation), buah-buah yang sudah tua dan busuk harus sekaligus dibuang. Perhatian khusus harus diberikan pada tanaman muda, juga kemungkinan terdapatnya Marasmius dan Thirataba, cukup besar sehingga buah-buah yang terserang hama dan penyakit tersebut harus dibuang. 

TATA LAKSANA DAN ALAT 1. Tunas Pasir Syarat : Tunas pasir hanya dikerjakan 1 kali saja selama hidupnya kelapa sawit, yaitu bila tanaman sudah berumur 2.5 tahun sejak ditanam dilapangan, maka apabila cukup berkembang untuk produksi buah atau TBS.

Cara : 1. Seluruh daun / cabang yang paling bawah sebanyak 1-2 lingkaran pertama (maksimum 15 cm dari tanah ) supaya dibuang, diatas batas ini cabang tidak boleh diganggu. 2. Cabang harus dipotong rapat kepangkal dengan memakai arit (egrek kecil). 3. Dengan alat ini (memakai gagang sepanjang 1,5-2,0 meter ) potongan-potongan cabang mudah dikumpulkan dengan menariknya (dikait) keluar. 4. Pekerjaan ini harus dikerjakan oleh buruh sendiri dibawah pengawasan yang ketat, tidak dibenarkan oleh pemborong. 5. Tenaga kerja untuk tunas pasir : 4 hk / HA. 6. Sesudah pekerjaan tunas pasir hingga masa tunas selektif, maka dilarang keras memotong cabang tanaman kelapa sawit untuk tujuan apapun, kecuali analisa daun, dan ini hanya dibenarkan mengambil anak daunnya saja. 2. Tunas Selektif Tujuannya untuk mempersiapkan pokok untuk dipanen, yakni pada umur 3-4 tahun, tergantung pada keadaan pertumbuhan pokok.

Syarat. 1. Suatu blok atau golongan tanaman dapat mulai ditunas selektif jika sekurangkurangnya 40% telah mempunyai tandan buah yang hampir masak pada tinggi 90 cm (3 kaki) dari tanah diukur dari permukaan tanah kepangkal tandan. 2. Semua pohon yang memenuhi syarat yang ditentukan (ukuran tingginya) harus ditunas. Cara. Batas tunas adalah : 2 cabang songgo buah keatas supaya ditinggalkan tidak ditunas.  Semua cabang dibawah songgo buah tersebut diatas supaya ditunas secara timbang air keliling pokok.  Semua rerumputan seperti pakis dan lain-lain yang tumbuh pada pokok kelapa sawit harus dicabut / dibersihkan. Alat  Pusingan tunas perdana bagi sisa pokok yang 60% lagi dilaksanakan 4 bulan sekali, hingga semua pokok akhirnya akan tertunas.  Alat untuk tunas selektif adalah tajak atau pisau dodos yang dipakai juga untuk potong buah pada tanaman produktif muda, lebar mata tajam 14 cm.  Alat yang sama masih terus dipakai untuk tunas biasa hingga pokok mencapai ketinggian kurang lebih 2,5 meter.  Alat ini diberi gagang kayu laut atau domuli sepanjang 1,5-2 meter, cabang dipotong rapat kepangkal dari arah samping untuk menghindari alat melukai pokok. Rotasi. Tunas selektif berlaku untuk tanaman umur 3-4 tahun, dengan tenaga : 50 pokok/HK.atau (6 HK /HA/ tahun). 

3. Tunas Umum (Biasa) a. Pusingan. Pusingan tunas umum (biasa) untuk Tanaman Menghasilkan dilaksanakan 9 bulan sekali, atau 4 pusingan dalam 3 tahun, dengan demikian perencanaan pusingan tiap tahun harus selalu didasarkan pada pusingan terakhir pada tahun yang lalu. Misalnya situasi pada 1986 yaitu melaksanakan / menyelesaikan pusingan januari 1986 – September 1986 dan memulai pusingan oktober 1986 – juni 1987.

b. Cara. Caranya 

Seluruh umur ditunas hingga 2 (dua) cabang songgo buah paling bawah secara timbang

pasir. Satu rotasi tunas harus selesai dalam jangka waktu 9 bulan, sedangkan untuk satu tahun : 1 1/3 pusingan. 

Tebel Pruning Treatment

Pruning Treatments

Rata-rata hasil (Ton/ffb/ha/tahun)

Hanya pelepah kering saja

23.3

Tersisa 40 - 56 pelepah/pohon

23.0

Tersisa 24 - 32 pelepah/pohon

19.8

Tabel Jumlah Pelepah per Pohon per Umur Umur Tanaman(thn)

Lingkaran pelepah

Jumlah pelepah/phn

Rotasi/tahun

3–4

7

56

1.0

5–8

6

48 – 52

1.0

9 – 12

5

40 – 44

1.3

> 12

4

32 - 36

1.3

c. Alat. Hingga tinggi pokok 2,50 meter tetap memakai ”pisau dodos besar” ( lihat tunas selektif ) Bagi pokok yang tingginya diatas 2,50 meter (mulai umur 8 tahun keatas) seluruh pekerjaan tunas tanpa kecuali harus dilaksanakan dengan pisau egrek biasa (pisau Malaya) yang diikatkan pada ujung galah (gagang dari bambu). Panjang gagang diatur menurut tinggi pokok, bila perlu 2 galah disambung untuk pokok-pokok yang sangat tinggi.

Selama menunas, semua epiphyt pada batang harus dibersihkan dengan mancabut pakai tangan sekitar pangkal batang dan memikul pakai pelepah pada bagian yang lebih tinggi.

Pokok sakit atau kuning karena dificiency harus ditunas lebih hati-hati, cukup membuang daun yang karing saja.

II. Menyusun Pelepah. 1. Pelepah-pelepah atau cabang disusun (dirumpuk) digawangan yang tidak ada pasar rintisnya. 2. Cabang tidak perlu dipotong-potong, melainkan dirumpuk saja memanjang barisan pohon, tindih menindih dan jangan berserakan. 3. Andaikata digawangan tanpa rintis seperti dimaksud diatas kebetulan pula ada parit dengan arah memanjang barisan, maka cabang-cabang harus dipotong tiga dan dirumpuk diantara pohon dalam garisan sesuai dengan metode lama. 4. Keuntungan cara ini adalah sebagai berikut :  Cabang tidak perlu dipotong-potong kecuali jika ada parit memanjang di gawangan, sehingga menghemat energi dan waktu tukang potong buah / tunas.  Piringan tidak bertanbah sempit oleh ujung-ujung cabang karena telah dirumpuk jauh di tengah gawangan.  Ancak panen dari masing-masing tukang potong buah lebih aman dari saling ”curi buah” antara sesama mereka (pindah antar rintis lebih sulit).  Menekan pertumbuhan gulma di tengah gawangan. Untuk areal berbukit yang arah rintisnya memanjang dari puncak bukit ke kaki bukit, susunan cabang harus searah (artinya pucuk bertindih dengan pucuk, pangkal dengan pangkal), dimana pangkal pucuk harus berada dibagian lereng yang tertinggi. III. Organisasi Tunas 1. 2.

Satu orang mengancak satu baris. Potong cabang – langsung disusun.

3. Bersihkan epiphyt – langsung dibersihkan piringan dari sampah. 4. Kemudian baru pindah ke pohon berikutnya. 5. Penunasan sebaiknya dilakukan pada saat periode produksi rendah kecuali tenaga kerja cukup 6. Pelepah hasil penunasan harus disusun untuk mencegah erosi, menjaga kelembaban, memudahkan kegiatan operasional (rawat dan panen), menekan pertumbuhan gulma, merangsang pertumbuhan akar dan sumber hara. 7. Cara penyusunan pelepah :  Harus disusun rapi menyebar di gawangan mati dan di antara pohon. Tidak mengganggu jalan rintis dan piringan  Susunan pelepah berbentuk : ”L”  Pada areal curam, peletakan pelepah mengikuti jalan kontur untuk menahan air.

Xxxxxcxcc

PRUNING KELAPA SAWIT

Telah diketahui bahwa tanaman kelapa sawit menghasilkan pelepah daun sebanyak 24 – 30 pelepah per tahun. Akan tetapi apabila pelepah ini dibiarkan terus tidak dilakukan pruning, maka akan menimbulkan kesulitan pada pelaksanaan panen, sehingga mengakibatkan kerugian pada produksi dan juga akibat-akibat lain seperti timbulnya hama dan penyakit, kemungkinan kebakaran serta menjadi sarang ular, tawon pelaksanaan pekerjaan seperti semprot piringan tidak lancar dan lain-lain.

Berdasarkan percobaan-percobaan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa makin banyak jumlah pelepah daun terdapat pada tanaman kelapa sawit, maka tanaman tersebut akan menghasilkan buah yang lebih tinggi, hal ini disebabkan lebih besarnya proses photosyntesa yang terjadi.

Karena alasan diatas maka akan sangat menguntungkan apabila pembuangan pelepah daun dilakukan seminimal mungkin selama masa berproduksi. Pembuangan pelepah daun yang berlebihan akan menyebabkan tanaman stress yang mendorong bertambahnya produksi bunga jantan yang dengan sendirinya akan mengurangi jumlah dan berat tandan buah yang dihasilkan.

Akan tetapi bila tidak dilakukan pembuangan pelepah daun ini, maka akan timbul pula kesulitan pada waktu melakukan panen dan oleh sebab itu diambil suatu kebijaksanaan pruning yang tepat sesuai dengan tujuan perusahaan.

Kastrasi atau Ablasi adalah pelaksanaan pembuangan inflorescence bunga betina dan bunga jantan yang masih muda serta tandan buah pada saat tanaman mulai berbunga. Pelaksanaan Kastrasi ini bertujuan memperoleh manfaat dan keuntungan yang berbeda dari satu tempat ke tempat lain tergantung dari daerah penanaman dan kesuburan tanahnya. Secara umum manfaat keuntungan dari pelaksanaan Kastrasi adalah dengan membuang tandan yang masih kecil adalah lebih ekonomis, tanaman tumbuh menjadi lebih subur dan lebih seragam, buah tidak sempat busuk dipokok sehingga terhindar dari perkembangan hama Tirathaba dan penyakit Mirasmius.

PRUNING SANITASI

Dilaksanakan 6 bulan sebelum mencapai umur tanaman menghasilkan. Pekerjaan sanitasi termasuk membuang/membersihkan tandan buah yang busuk. Pruning dilakukan dengan hanya membuang pelepah-pelepah yang sudah kering saja. Waktu pelaksanaan Pruning Sanitasi, penempatan pelepah yang dipruning dan sampah-sampah sanitasi harus diatur dengan baik.

Setelah ditunas, pelepah daun diletakkan antara empat pohon secara diagonal di gawangan mati dengan posisi duri terbalik ke arah bawah untuk keamanan pekerja, Ujung pelepah mengarah ke jalan panen dan pangkal pelepah di tengah. Sehingga dengan demikian tidak menghambat mobilitas karyawan yang akan berpindah antar gawangan.

Tindakan Sanitasi seperti pembuangan sampah-sampah juga ditempatkan di sekitar tumpukan pelepah.

PRUNING PADA UMUR 4 – 7 TAHUN

Agar diperhatikan setelah pruning dan panen dilakukan pelepah yang masih tinggal harus berjumlah 48 pelepah di pokok tersebut.

Perhitungan ini sangat penting untuk pohon-pohon yang menghasilkan buah sedikit, atau pohonpohon yang sedang mengalami fase bunga jantan.

Pruning dilakukan hanya sampai pada 2 pelepah dibawah tandan buah yang masak ( 2 sangga buah)

Pusingan (Rotasi) pruning dilakukan 1 kali setahun tetapi sistemnya secara progressive agar setiap waktu pelepah sangga 2 diperoleh.

PRUNING PADA UMUR 8 TAHUN KE ATAS

Jumlah pelepah yang tinggal setelah pruning/panen adalah 40 pelepah. Pruning dilakukan sampai pada 1 pelepah di bawah tandan buah yang paling bawah.

SYSTEM PROGRESSIVE PRUNING

Yang dimaksud dengan system Progressive pruning adalah :

-

Pruning dilakukan secara bertahap dan terus menerus disepanjang tahun, dimana pelepah yang lebih dari jumlah yang telah ditetapkan di atas saja yang dibuang.

-

Pelaksanaan dari Progressive pruning ini dilakukan oleh pemanen sewaktu memanen dan pada musim buah.

-

Keuntungan mengurangi losses buah tertinggal dan brondolan terperangkap dari pada system ini adalah untuk mengurangi stress dari pada tanaman karena pruning dilakukan secara sedikit demi sedikit dan terbagi merata dalam setahun, secara Agronomy hal ini akan sangat menguntungkan.

-

Pada waktu peak crop interval panen masih terkontrol karena jumlah pelepah tidak banyak.

KETERANGAN UMUM

A. Pemanen harus diberi intruksi agar hanya memotong pelepah seminimal mungkin/menurut ketentuan.

B. Jika pekerjaan pruning tidak dapat disiapkan dengan system progressive pruning, maka pruning dapat disiapkan dengan cara biasa.

C. Untuk melakukan pruning pada pokok-pokok yang sedang dalam masa fase bunga jantan perhitungan pelepahnya harus dilakukan oleh Mandor/Assistant sebelum dilakukan pruning oleh Karyawan.

D. Setiap melakukan pusingan pruning, pembersihan (sanitation) terhadap buah- buah busuk, terserang hama, simbar dan gulma pengganggu lainnya harus dibuang sekaligus. Perhatian khusus harus diberikan pada tanaman muda mengenai hal ini, dimana juga kemungkinan terdapatnya Marasmius dan Thirathaba cukup besar, dan buah-buah yang terserang Hama dan Penyakit harus dipisahkan jauh dari pokok sawit, dan harus dibuang serta dibakar.

E. Peletakan pelepah yang telah dipangkas pada areal penanaman yang berbukit/berkontour, disusun disebelah luar dari pinggir teras dan disepanjang teras diantara dua pohon, bukan di depan pohon, agar brondolan mudah dilihat. Tindakan ini juga sekaligus merupakan tindakn konservasi tanah/mencegah erosi. Sedangkan peletakan pelepah pada areal datar adalah setelah ditunas, pelepah daun diletakkan diagonal di gawangan mati. Ujung pelepah daun mengarah ke jalan panen dan pangkal pelepah ditengah. Sehingga dengan demikian tidak menghambat mobilitas karyawan yang akan berpindah antar gawangan.

F. Pemotongan pelepah dilakukan semepet/serapat mungkin ke batang yang bertujuan agar berondolan sawit tidak sangkut dibekas potongan pelapah pada waktu panen serta mencegah sangkutnya bekas seludang yang dikhawatirkan menjadi medium untuk tumbuhnya epifit.

Keuntungan penyusunan pelepah seperti di atas adalah :

1) Tenaga kerja bisa pindah ke barisan tanaman lain dengan leluasa karena sudah tahu posisi pelepah yang berduri, karena bukan hanya pemanen saja yang masuk ke areal, tetapi karyawan perawatan dapat dengan mudah melakukan pekerjaannya.

2)

Piringan tidak bertambah sempit.

3)

Menekan pertumbuhan gulma.

4) Sebagai bahan organik yang selanjutnya menambah hara tanah, menjaga struktur tanah dan kelembaban sehingga merangsang pertumbuhan akar tanaman.

5)

Mengurangi erosi tanah, dan pencucian hara akibat aliran air (run off).

ORGANISASI PENUNASAN

Secara umum penunasan pohon kelapa sawit dapat diuraikan sebagai berikut :

a)

Wajib dilaksanakan oleh pemanen diancak masing-masing.

b) Memotong pelepah dan langsung disusun sesuai dengan penjelasan di atas.

c)

Penunasan harus dilakukan semepet mungkin ke pohon sampai brondolan tidak bisa tersangkut dan membentuk tapak kuda dengan sudut 30 derajat terhadap garis horizontal.

d) Bersihkan pohon dari gulma epifit dan sampah-sampah dibuang ke luar piringan.

e) Setelah itu baru berpindah ke pohon berikutnya.

f) Sewaktu pruning dijalankan Mandor, Mandor I dan Asistent atau Staf yang lain harus mengecek progessnya dari segi kualitas dan kuantitas bukan tunggu sampai selesai satu blok baru cek.

g) Perpindahan dari satu blok ke blok berikutnya dilakukan setelah Estate Manager menerima pekerjaan di blok sebelumnya.

YANG PENTING DALAM PENUNASAN 1) INDEK LUAS DAUN (leaf area index, LAI) adalah perbandingan antara luas daun terhadap luas tanah yang dinaunginya. Indek luas daun yang optimum untuk tanaman kelapa sawit adalah 5 sampai 6, yang dapat dicapai dengan menyesuaikan kerapatan tanaman, kondisi hara dan penunasan.

Indeks luas daun = Total luas daun pohon : Total Luas Tanah yang dinaungi Total Luas Daun = 2 k (p x l x d) K = konstanta = 0,55 P = panjang anak daun rata-rata L = lebar anak daun rata-rata sampel D = jumlah anak daun satu sisi

2) Pemanen umumnya tidak suka melakukan penunasan sekaligus pada saat panen, karena akan mengurangi jumlah buah yang dipanen, dan pada akhirnya mengurangi premi yang diterima pemanen. Untuk itu, perlu dijelaskan kepada pemanen, jika panen dilakukan secara tepat maka penunasan tahunan akan lebih ringan.

3) Tanaman dewasa tidak boleh ditunas secara berlebihan karena akan menghambat pertumbuhan dan mengurangi produksi.

4) Seluruh pelepah serta sampah-sampah yang sudah dibersihkan selama penunasan harus disusun secara baik pada tumpukan pelepah yang telah ada.

Related Documents

Pruning Kelapa Sawit.docx
November 2019 25
Pruning Notes
November 2019 34
Kelapa Sawit.docx
May 2020 11
Kelapa Sawit.pdf
May 2020 10

More Documents from ""

Makalah%20pindu.docx
November 2019 16
Pruning Kelapa Sawit.docx
November 2019 25
Budidaya Cabe Merah.docx
November 2019 19