Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
ANALISIS BIAYA PEMBUATAN ABON IKAN MANYUNG (Arius thalassinus ) DI DESA BLANAKAN KABUPATEN SUBANG Fitri Setiyoningrum, Ade Chandra Iwansyah, Ainia Herminiati Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna – LIPI Jl. Aipda KS. Tubun No. 5 Subang 41213 Telp. 0260 – 411478/412878, fax. 0260 – 411239 e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Blanakan is a central of marine-fish producer in the District of Subang although most of fisheries activities in Blanakan are still concentrated in the fishing and fish auction activities, meanwhile the activity of fish processing has not grown well yet. Center for Appropiate Tecnology Develoment (B2PTTG) – Indonesian Institute of Science (LIPI) through the program of “The Application of Appropriate Technology in the Process of Surimi Production and Its Descendant Products in the North Shore of Java, West Java” or “Aplikasi Teknologi Tepat Guna Proses Pembuatan Surimi dan Produk Turunannya di Pantura–Jawa Barat” introduces the package of fish floss production technology as one of the society empowerment efforts to grow society economic activities. Fish floss is a dried food that is made by frying process. Fish floss is made from shredded fish meat that is added by various spices and coconut milk. KUB Fajar Laksana is a society business group or kelompok usaha bersama (KUB) that was established by the implementation of the cooperation between B2PTTG and the Department of Marine Affairs and Fisheries or Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) in Subang which produces the fish floss. The objective of this research is to study and to analyze the development of giant marine-cat fish floss production business in the Sub-District of Blanakan, District of Subang. Analysis result indicates that the business of fish floss of KUB Fajar Laksana gives Benefit Cost Ratio more than 1 that is 1.22. This means, for each unit of paid capital, the obtained income will be 1.22 times. Thus, from the calculation result of Pay Back Period, it is obtained a value of 3.25 years, which means in 3.25 years, the capital of the fish floss business will be returned. . Keywords: cost analysis, fish floss, blanakan, ’manyung’ fish
1. PENDAHULUAN Latar Belakang Produk hasil pertanian maupun perikanan merupakan produk yang tidak tahan (mudah membusuk). Salah satu solusi agar produk tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu lama dan tetap dapat dikonsumsi oleh masyarakat yaitu melalui proses pengolahan. Kabupaten Subang khususnya Kecamatan Blanakan, secara geografis berbatasan langsung dengan Laut Jawa merupakan daerah dengan potensi perikanan laut yang cukup besar. Kabupaten Subang memiliki garis pantai sepanjang 68 km. Dengan demikian Kabupaten Subang ini memiliki ISBN : 978-979-1165-74-7
VII-233
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
potensi perikanan laut yang cukup besar. Namun demikian, kegiatan pengolahan ikan di wilayah Pantura masih belum berkembang secara optimal. Padahal jika dikelola dengan baik dapat menciptakan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar (Sukirno dan Sriharti, 2003). Menurut Herminiati dan Rahman (2007), kegiatan pengolahan ikan di Kecamatan Blanakan terbatas pada pembuatan fillet ikan dan ikan asin. Salah satu sentra penghasil ikan laut di Kabupaten Subang yaitu Kecamatan Blanakan. Di Kecamatan Blanakan sendiri terdapat 5 tempat pendaratan ikan (TPI) yaitu Cilamaya Girang, Rawameneng, Blanakan, Muara dan Tanjung Tiga. Dari kelima TPI tersebut TPI Blanakan yang dikelola oleh KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik merupakan TPI yang terbesar dalam hal jumlah produksi ikan laut, yaitu 10.182,6 ton pada tahun 2004 (BPS Subang 2004) B2P TTG melalui Program ”Aplikasi Teknologi Tepat Guna Proses Pembuatan Surimi dan Produk Turunannya di Pantura – Jawa Barat” berhasil membentuk 2 Kelompok Usaha Bersama, yaitu Kelompok Fajar Laksana dan Mutiara Fajar. Sampai saat ini, kelompok Fajar Laksana memproduksi abon ikan manyung dan kelompok Mutiara Fajar memproduksi kerupuk ikan.
Tujuan Tujuan dari studi ini untuk mengkaji dan menganalisis pengembangan usaha perikanan laut khususnya pembuatan abon ikan manyung di Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang.
2. METODE Studi dilakukan di Desa Blanakan Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang. Metoda yang digunakan dalam studi ini adalah observasi dengan teknik pengumpulan data dilakukan secara wawancara (group in-deep) terhadap kelompok usaha bersama di Desa Blanakan. Observasi dilakukan secara langsung untuk mengetahui kondisi kegiatan usaha di Blanakan. Selain itu dilakukan peningkatan kapasitas produksi abon kelompok usaha bersama (KUB) Fajar Laksana yang kemudian dilakukan analisis kelayakan usaha berdasarakan kondisi dan harga pasar terkini. Analisis yang dilakukan menggunakan model Rangkuti (2001) meliputi: analisis keuntungan, Break Even Point, Payback Period, Return of Invesment, dan Benefit Cost Ratio serta analisis SWOT (Strenght, Weakness, Opportunities, Threat) terhadap pengembangan usaha abon di Desa Blanakan.
ISBN : 978-979-1165-74-7
VII-234
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Pembuatan Abon Ikan Manyung Pengolahan abon secara umum terdiri dari beberapa tahapan yaitu : persiapan bahan baku, perebusan, pencabikan (pemisahan tulang), pencampuran, pengurangan kadar air, penggorengan dan penirisan (pemisahan minyak) dan penyimpanan. Diagram alir pengolahan abon ikan dapat dilihat pada Gambar 1. Daging ikan
Pemotongan
Perebusan
Penirisan
Santan kental
Bumbu-bumbu
Pencabikan
Penggilingan/ Penumbukan
Pemanasan (sampai kering)
Tumis
Penggorengan (warna kecoklatan)
Minyak goreng
Saring dan peras
Minyak goreng
Abon ikan
Pengemasan
Gambar 1. Proses pembuatan abon ikan manyung Selain dari hasil pertanian, ikan merupakan salah satu gantungan hidup bagi sebagian penduduk di Kecamatan Blanakan. Ikan laut yang didaratkan di Blanakan sebagian besar dijual langsung dalam bentuk utuh dan segar untuk dijadikan konsumsi dan dikirim ke pabrik-pabrik pengolah ikan di luar Blanakan (Jakarta, Karawang, Bekasi) untuk diolah lebih lanjut menjadi ISBN : 978-979-1165-74-7
VII-235
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
produk olahan ikan. Usaha pembuatan ikan asin yang dilakukan masyarakat sekitar mengolah ikan yang kualitasnya kurang baik dan non ekonomis. Industri pengolahan ikan belum banyak tumbuh di Blanakan. Hampir sebagian besar produk olahan ikan yang dijual di Blanakan merupakan produk dari luar Blanakan walaupun bahan baku ikannya berasal dari Blanakan. Kendala utama dari kurangnya usaha pengolahan ikan di Blanakan yaitu keterbatasan teknologi dan permodalan serta sumberdaya manusia pengelola yang masih rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual dan ketersediaan ikan di Blanakan antara lain cuaca, musim ikan, dan faktor fluktuatif lainnya seperti kenaikan harga BBM. Ketersediaan ikan yang tergantung pada musim ikan bisa disiasati dengan men-stock bahan baku dalam bentuk surimi yang telah dimasak atau lumatan daging yang matang dan disimpan dalam kondisi vakum di refrigerator.
Potensi Pasar Belum adanya kegiatan usaha pembuatan abon ikan manyung atau sejenis menjadikan bisnis ini cukup potensial. Kenyataan ini didukung pula oleh bahan baku yang mudah dijangkau dan ketersediaannya yang terjaga. Kabupaten Subang yang terletak di jalur Pantura sangat mempermudah akses transportasi. Abon ikan ataupun produk olahan perikanan lainnya dapat dikirim ke kota-kota di wilayah provinsi di Pulau Jawa maupun Sumatera dan Bali. Jalur Pantura merupakan jalur utama transportasi dan distribusi utama yang menghubungkan Jakarta dengan kota – kota di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang selalu ramai. Jalur pantura yang selalu ramai dapat dimanfaatkan sebagai pangsa pasar yang cukup besar. Abon ikan manyung tersedia dalam kemasan 100 gram dan atau dapat dibeli curah atau kemasan bulk. Abon ikan manyung yang dikemas dalam kemasan rumah tangga diperuntukkan untuk konsumsi langsung. Sedangkan pembelian dalam kemasan curah atau bulk biasanya untuk industri kue atau untuk pembuatan penganana keperluan hajatan. Pangsa pasar yang menjadi target pemasaran produk abon ikan adalah para konsumen langsung, yaitu ibu-ibu rumah tangga melalui pasar tradisional atau pasar swalayan selain untuk industri roti. Sertifikasi P-IRT dan HALAL LPPOM diharapkan menjadi jaminan mutu produk sehingga dapat menembus pasar yang lebih luas. Pola kemitraan antara kelompok industri olahan perikanan dengan pengusaha swalayan, restoran, hotel, dan koperasi perlu dijalin untuk lebih membuka pasar yang telah ada.
ISBN : 978-979-1165-74-7
VII-236
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
Analisis kelayakan usaha Dalam bagian ini akan dipaparkan prospek usaha pembuatan abon ikan dalam perhitungan ekonomi. Asumsi-asumsi yang diambil dalam analisa biaya dalam usaha abon ikan sebagai berikut: 1.
Kapasitas produksi 10 kg (25%) abon per hari, dengan kebutuhan ikan 40 kg.
2.
Dihitung 25 hari kerja dalam sebulan,
3.
Harga-harga berdasarkan harga tahun 2008 (setelah kenaikan BBM)
4.
Upah tenaga kerja 1staff @ Rp 15.0000/hari
5.
Harga jual per 100 gram = Rp 13.500,
6.
Tingkat penjualan 85%
Modal investasi 1. Biaya Investasi Tabel 1. Biaya investasi alat pembuatan abon ikan manyung No 1 2 3 3 4 5 6 7 8 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Uraian
Jumlah
Harga (Rp)
Total (Rp)
Umur Penyusutan /bln alat/bln 1.350.000 60 22.500
Wajan besar 3 buah 450.000 @450000 Kompor gas 1 buah 350.000 350.000 Tabung gas 1 buah 800.000 800.000 Sodet 1 buah 7.500 7.500 Pisau 2 buah 15.000 30.000 Talenan 2 buah 20.000 40.000 Timbangan 1 buah 130.000 130.000 Baskom besar 4 buah 18.000 72.000 Saringan bambu 2 buah 15.000 30.000 Nampan 4 buah 10.000 40.000 Baskom kecil 4 buah 8.000 32.000 Penggiling 1 buah 80.000 80.000 bumbu Cobek dan 1 set 25.000 25.000 muntu Sendok kayu 2 buah 10.000 20.000 Sendok makan 4 set 5.000 20.000 + garpu Gunting 2 buah 8.000 16.000 Sealer plastik 1 buah 800.000 800.000 Freezer/kulkas 1 buah 5.000.000 5.000.000 Spinner 1 buah 3.600.000 3.600.000 Jumlah 12.442.500 Sewa bangunan 1 1.000.000 1.000.000 tahun Penunjang 1 set 120.000 120.000 administrasi Jumlah Biaya Investasi 13.562.500
ISBN : 978-979-1165-74-7
60 24 36 24 24 24 12 24 24 36
5.833 313 833 1.667 5.417 3.000 2.500 1.667 1.333 2.222
60
417
12 36
1.667 556
24 60 60 120 120
667 1.333 83.333 30.000 165.258 8.333
-
0 173.591
VII-237
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
Biaya produksi/operasional Biaya tidak tetap dan tetap Tabel 2. Daftar biaya tidak tetap pembuatan abon ikan manyung No Uraian Biaya tidak tetap 1 Ikan manyung 2 Ketumbar 3 B.Putih 4 B. Merah 5 Jinten 6 Asam 7 Garam 8 Gula pasir 9 Santan kelapa 10 Salam 11 12 13 14 15
Jumlah
Sereh Lengkuas Minyak goreng LPG (isi tabung gas) Kemasan (kardus+lakban+plastik+tinta+lem) Jumlah Biaya tetap 16 Pemakaian air 17 Pemakaian minyak tanah 18 Pemakaian listrik 19 Gaji Karyawan 20 Penyusutan alat Jumlah Biaya Produksi
Harga (Rp)
1000 kg 17.000/kg 12 kg 21.000/kg 30 kg 7.000/kg 30 kg 13.000/kg 3 kg 50.000/kg 1,8 g 16.000/kg 7,8 kg 5.000/kg 90 kg 7.000/kg 120 kg 15.000/kg 2400 lbr 500/ikat 15/lbr 49,2 kg 5000/kg 6 kg 6000/kg 125 liter 12.500/liter 30 kg 70.000/15kg 2500 set 1800/set
Total (Rp) 17.000.000 252.000 210.000 390.000 150.000 28.800 39.000 630.000 1.800.000 36.000 246.000 36.000 1.562.500 140.000 4.500.000 27.020.300
5 liter 40 Kwh
4.500 500
20.000/bln 22.500 20.000 375.000 173.591 27.631.391
Tabel 3. Kriteria kelayakan usaha Harga Pokok Produksi Hasil Penjualan/bulan Keuntungan/bulan Break event Point Pay back period Benefit Cost Ratio Return of Invesment
Rp 11.052,6 /kemasan 100 gram Rp. 33.750.000,Rp 1.056.109,82 kemasan (100 g)/hari 3,25 tahun 1,22 3,82 %
Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa usaha pembuatan abon ikan manyung di Kecamatan Blanakan secara finansial layak untuk dijalankan Hal ini dapat dilihat pada: analisis Benefit Cost Ratio menunjukkan bahwa nilainya lebih dari 1 yaitu 1,22. Artinya bahwa dari setiap satuan modal yang dikeluarkan akan diperoleh hasil (pendapatan) sebanyak 1,22 kali lipatnya. Sebagai contoh untuk setiap Rp. 1000 yang dikeluarkan akan memperoleh Rp. 1.220. BEP merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi, sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Bila dilihat dari segi BEP, usaha abon ISBN : 978-979-1165-74-7
VII-238
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
ikan manyung ini akan mencapai titik impas (dalam arti tidak untung dan tidak rugi) bila dapat menjual produk sebanyak 82 kemasan (100 g) per hari dengan harga jual senilai Rp 13.500 per kemasan. Demikian pula dengan hasil perhitungan PBP. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh PBP 3,25 tahun atau 15,24 bulan. Artinya dalam waktu sekitar 3,25 tahun modal usaha pembuatan abon ikan akan kembali. Hasil perhitungan ROI (Return of Investment) menunjukkan bahwa dari setiap pembiayaan Rp 100,- yang dikeluarkan maka akan diperoleh keuntungan sebanyak Rp 382.
Analisis SWOT Usaha Abon Ikan Analisis SWOT dilakukan untuk mengevalusi kekuatan dan kelemahan usaha pembuatan abon ikan. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunies) dan secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). A. Kekuatan (strength) Kekuatan dalam pengembangan usaha abon ikan manyung di Blanakan antara lain bahan baku mudah diperoleh, yaitu TPI Blanakan. Jarak TPI yang dekat dengan rumah produksi meminimalisir biaya transportasi. Ketersediaan ikan manyung dan sumber daya manusia merupakan salah satu faktor kekuatan pengembangan usaha pembuatan abon ikan di Desa Blanakan. Usaha pembuatan abon ikan merupakan usaha baru di lingkungan masyarakat Blanakan. Alasan ini menguatkan bahwa peluang pasar usaha ini cukup kuat khususnya di wilayah sekitar Blanakan. Introduksi teknologi yang relatif sederhana, mudah dipelajari dan diaplikasikan
menjadikan usaha ini cocok dikelola dalam rangka
pemberdayaan masyarakat sekitar Blanakan atau Pantura. B. Kelemahan (weakness) Pengembangan usaha abon ikan ini terbentur pada keterbatasan modal, proses pengolahannya masih sederhana dan menggunakan alat semi manual. Tidak tersedianya alat pengemas otomatis menyebabkan biaya produksi dari segi packaging relatif cukup tinggi. Pemasaran termasuk
kegiatan promosi
dan managemen yang masih sederhana turut
menjadi faktor kelemahan pengembangan usaha abon ikan ini. C. Peluang (opportunies) Peluang pengembangan usaha abon ikan di Blanakan antara lain tren konsumsi ikan yang cenderung meningkat, program gemar makan ikan (GEMARI), kemudahan dalam
ISBN : 978-979-1165-74-7
VII-239
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
memperoleh fasilitas permodalan, kebijaksanaan nasional yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat, adanya pelatihan dan pembinaan dari instansi pemerintah (LIPI, DKP) yang memberikan bantuan dalam hal teknologi, manajemen, maupun informasi.
D. Ancaman (threats) Ancaman dalam mengembangkan usaha abon ikan ini ialah harga bahan baku yang tidak stabil (fluktuatif) tergantung musim, daya beli masyarakat kurang baik, dan persaingan produk sejenis dengan kompetitor besar. Harga bahan baku yang tergantung pada musim ikan dapat disiasati dengan memperbanyak stock bahan baku dalam bentuk surimi. Dampak Sosial Ekonomi Dengan adanya kegiatan pengolahan ikan menjadi abon ikan diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap keadaan ekonomi dan sosial masyarakat di Kecamatan Blanakan. Berdirinya industri pembuatan abon ikan secara langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan membuka kesempatan berusaha bagi masyarakat. Industri pengolahan abon ikan di Kecamatan Blanakan diharapkan dapat menjadi pemicu berdirinya industri olahan ikan lainnya. Dengan demikian dapat menumbuhkan kegiatan ekonomi masyarakat dan akan berdampak positif pada peningkatan kegiatan ekonomi masyarakat dan pembukaan lapangan pekerjaan.
4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Peluang usaha pembuatan abon ikan di Kecamatan Blanakan cukup menjanjikan karena bahan baku tersedia melimpah dan pangsa pasar masih terbuka luas walaupun pemasaran produk ini belum kontinyu dan optimal. Oleh karena itu diperlukan perluasan jaringan pemasaran dan sistem pemasaran yang ideal yaitu pola kemitraan antara kelompok industri olahan perikanan dengan pengusaha swalayan, restoran, hotel, dan koperasi. Hasil analisis ekonomi menunjukkan bahwa usaha pembuatan abon ikan layak untuk dikembangkan. Saran Pengembangan diversifikasi produk ikan tanpa adanya dukungan dari pemerintah khususnya dalam pemberian modal usaha untuk UKM akan berjalan lambat. Diharapkan dengan kredit lunak jangka panjang menjadikan industri kecil terutama di kawasan pantai bergairah menggeluti bisnis diversifikasi produk ikan. Peranan lembaga penelitian dalam rangka alih teknologi merupakan factor pendorong pengembangan usaha ini.
ISBN : 978-979-1165-74-7
VII-240
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada pengurus KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik, Bapak Chaca Oman, dan GLADIKARYA AGB-IPB angkatan’44 di Desa Blanakan, dan masyarakat di sekitar TPI Blanakan yang telah banyak membantu selama studi ini.
DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E & Liviawaty, E. 1988. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2005. Kabupaten Subang dalam Angka 2004. Badan Pusat Statistik, Kabupaten Subang. Direktorat Gizi, Depkes RI. 1995. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Perikanan. 1995. Statistik Perikanan Indonesia 1993. No.23. Departemen Pertanian. Jakarta _____. 1999. Statistik Perikanan Indonesia 1997. Departemen Pertanian. Jakarta Hoetomo, Burhanuddin M, Djamali A & Martosejowo S. 1987. Sumberdaya Ikan Teri di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseonologi LIPI. Kresna, A. 2006. Penggunaan Bahan Pemutih Hidrogen Peroksida (H2O2) pada Ikan Teri Nasi (Stelophorus commersonii) Kering Tawar. Skripsi. Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB, Bogor Rahman T., Herminiati A. 2007. Analisis Pengembangan Usaha Pembuatan Surimi di Desa Blanakan, Kabupaten Subang. Makalah yang disampaikan pada Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo. Institut Teknologi Bandung. Winarno F. G & Fardiaz S. 1973. Dasar Teknologi Pangan. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta-IPB, Bogor
ISBN : 978-979-1165-74-7
VII-241