Propsl Asrin.docx

  • Uploaded by: Exca
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Propsl Asrin.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,153
  • Pages: 48
1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan sepak bola merupakan permainan yang sangat terkenal di seluruh dunia. “Lebih dari 200 juta orang memainkan permainan sepak bola setiap tahunnya” Luxbacher (2004). Hampir semua orang suka sepak bola, dari anak-anak, dewasa hingga orang tua baik itu laki-laki maupun perempuan, bahkan sepak bola dapat dikatakan sebagai permainan yang dapat menjadi alat pemersatu bangsa. Saat itu permainan sepak bola telah mengalami banyak kemajuan yang pesat, baik dari segi teknik, taktik, fisik maupun mental pemain itu sendiri. Kondisi fisik menurut Bompa (1994) adalah kemampuan yang meliputi kekuatan (Strenght), kecepatan (Speed), daya tahan (endurance), kelenturan (Flexibility), dan koordinasi (Koordination). Dengan kondisi fisik tersebut perlu mendapat latihan yang sesuai dengan porsinya, karena komponen tersebut mempunyai perbedaan dalam sistem energi, bentuk gerakan, metode latihan, beban latihan dan lain sebagainya yang digunakan pada berbagai kegiatan olahraga. Dan kondisi fisik khusus merupakan kemampuan yang praktis dengan cabang olahraga tertentu. Unsur kondisi fisik khusus ini pada setiap cabang olahraga tidaklah selalu sama, ada yang dominan kekuatan, adapula yang dominan kecepatan atau gabungan dari keduanya.

2

Pada cabang permainan sepak bola seorang atlet dituntut memiliki kemampuan fisik seperti kecepatan, kekuatan atau gabungan unsur kekuatan dan kecepatan yakni power agar mendukung teknik permainan yang lebih optimal. Permainan sepak bola merupakan permainan beregu yang dilakukan dengan menendang ke teman dan mencetak gol sebanyak mungkin serta mempertahankan gawang dari kebobolan. Permainan sepak bola yang baik harus dilakukan secara kolektif tim dengan melakukan kerjasama tim yang solid, salah satunya dengan melakukan accuracy pass yang tepat. Hal ini dikarenakan kesalahan accuracy pass dapat menyebabkan tim banyak kehilangan bola dan membahayakan gawang sendiri. Sejalan dengan ini bahwa pemberian variasi latihan passing tersebut bertujuan untuk meningkatkan tingkat accuracy pass sehingga dapat meminimalisir kesalahan yang mendasar. Selain itu, dalam permainan sepak bola bahwa pertahanan yang baik dapat dilakukan dengan melakukan accuracy pass yang tepat karena akan menyulitkan pemain lawan untuk merebut bola. Berdasarkan hasil penelitian ini maka bentuk latihan harus mampu dikembangkan lebih luas dan lebih baik lagi agar siswa dapat meningkatkan keterampilan accuracy pass tanpa mengalami kejenuhan saat latihan. Walaupun dalam melakukan accuracy pass ada beberapa unsur biomotorik yang ikut menentukan suatu keberhasilan dalam melakukan tendangan namun unsur power otot tungkai memegang peranan yang amat penting.

3

Berdasarkan pengamatan peneliti siswa SMAN 1 Sawerigadi memang sudah menguasai teknik- teknik bermain sepak bola, namun dalam hal accuracy pass masih belum optimal, oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan power otot tungkai dengan accuracy pass permainan sepak bola pada siswa SMA Negeri 1 Sawerigadi. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut’’ Apakah ada hubungan power otot tungkai dengan accuracy pass permainan sepak bola pada siswa SMA Negeri 1 Sawerigadi. C.

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara power otot tungkai dengan accuracy pass permainan sepak bola pada siswa SMA Negeri 1 Sawerigadi.

D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru Penjas Orkes dan pelatih sepak bola di SMA Negeri 1 Sawerigadi 2. Sebagai sumbangan yang berguna bagi guru Penjas Orkes dan pelatih bola Kaki SMA Negeri 1 Sawerigadi pada semua atlitnya agar latihan yang benar. 3. Sebagai pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam menyusun suatu karya ilmiah.

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Power Otot Tungkai 1. Pengertian Power Otot Tungkai Kondisi fisik seorang atlet memegang peranan yang sangat penting. Dengan tunjangan kondisi fisik yang baik akan meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Menurut Bafirman (2008), dalam kegiatan berolahraga power merupakan suatu komponen biomotorik yang sangat penting karena power akan menentukan seberapa keras orang dapat memukul, seberapa keras orang dapat menendang, seberapa cepat orang dapat berlari, serta seberapa jauh orang dapat melakukan tolakan dan lain sebagainya. Menurut Irawadi (2011), power merupakan gabungan beberapa unsur fisik yaitu unsur kekuatan dan unsur kecepatan, artinya kemampuan power otot dapat dilihat dari hasil kerja yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan dan kecepatan. selanjutnya menurut Harsono (2001), power adalah produk dari kekuatan dan kecepatan. Power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat singkat. Berdasarkan kutipan di atas maka power merupakan pengerahan gaya otot maksimum dengan kecepatan maksimal. Sesuai dengan gerakan eksplosif power yang kuat dan cepat maka power sering menjadi ciri khas pola bermain yang digunakan dalam suatu olahraga seperti pada permainan sepak bola.

5

Kemampuan yang kuat dan cepat diperlukan terutama bagi tindakan yang membutuhkan tenaga secara maksimal misalkan pada saat melakukan accuracy pass. Dalam olahraga sepak bola sangat diperlukan power otot tungkai, terutama saat melakukan accuracy pass. Otot tungkai adalah gabungan dari kekuatan otot tungkai paha atas dan otot tungkai bawah saat berkontraksi hingga relaksasi yang diperlukan dalam melakukan accuracy pass secepat mungkin. Oleh karena itu, dalam permainan sepak bola seorang pemain dituntut memiliki power yang baik, karena hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap prestasi yang akan di raih. Hampir semua cabang olahraga memerlukan komponen fisik power. Sajoto (1988), mendefinisikan power adalah sebagai hasil perkalian antara kekuatan atau tenaga dan kecepatan. Sedangkan Harsono (1987), menjelaskan bahwa power

adalah aplikasi fungsional dari kekuatan dan kecepatan.

Demikian pula Suharno (1983), mengatakan bahwa power adalah kemampuan sebuah otot atau sekelompok otot untuk mengatasi tahanan beban bertahap kekuatan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh. Power adalah kemampuan otot atau sekelompok otot seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu yang sesingkat – singkatnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas terdapat dua unsur penting dalam power yaitu (a) kekuatan otot dan (b) kecepatan otot dalam mengerahkan tenaga maksimal untuk mengatasi tahanan.

6

Proses pelaksanaan Accuracy pass pada sepak bola, dimana power otot tungkai dimanfaatkan pada saat melakukan gerak menendang bola. Power otot tungkai pada saat menendang bola sangat dipengaruhi oleh kecepatan reaksi dalam mengkoordinasikan respon dari pandangan mata serta kecepatan otot dalam berkontraksi. Untuk mendapatkan power maksimal maka pemain harus menambah power otot tungkai. Demikian pula untuk mendapatkan power yang besar saat melakukan ayunan kaki sangat ditentukan oleh kecepatan bergerak dalam hal ini adalah sangat ditentukan oleh daya regang dan kelenturan selangkangan Soekarman (1989). Power dipengaruhi oleh seberapa besar tingkatan kekuatan maksimal, karena tanpa tingkat kekuatan maksimal Power tidak akan mencapai standar yang tinggi. Kekuatan maksimal menurut Bompa adalah kekuatan terbesar yang ditampilkan oleh sistem otot selama kontraksi maksimal. Kemampuan ini adalah gabungan dari penampang otot optimal dari tiap individu yang dicapai dengan latihan pembentukan otot dan pengembangan koordinasi intramuskuler. Oleh sebab itu untuk mencapai kekuatan maksimal harus mulai tahapan latihan adaptasi anatomikal kekuatan dimana seorang atlet harus pernah merasakan latihan kekuatan dengan beban 40-50% RM, selama 1-2 siklus mikro Sajoto (1988). Kondisi fisik yang memiliki peranan penting dalam kegiatan olahraga, baik sebagai unsur pendukung dalam suatu gerak tertentu maupun unsur utama dalam upaya pencapaian teknik gerak yang sempurna adalah power.

7

Power adalah kekuatan otot yang di pergunakan secara maksimal yang dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Power yang dimiliki seorang pemain dapat menentukan tingkat keterampilannya didalam olahraga. Pada teknik accuracy pass , power terhadap otot tungkai ikut memberikan hubungan yang positif terhadap keberhasilan melakukan gerakan accuracy pass agar tidak dapat dihalau oleh pemain lawan. 2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Power Otot Tungkai Menurut Sajoto (1988), bahwa power otot tungkai yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti jenis kelamin, ukuran otot, usia dan faktor latihan. Faktor-faktor yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut : a.

Faktor Jenis Kelamin Kegiatan olahraga yang dilakukan secara teratur dan terarah akan

memberikan pengaruh terhadap perkembangan kekuatan baik pria maupun wanita. Walaupun diketahui bahwa otot laki-laki dan perempuan tiap meter persegi tidak sama besar. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Fox (1998), menyatakan bahwa pada akhir masa puber, anak laki-laki mulai memiliki ukuran otot lebih besar dibandingkan anak perempuan, maka latihan kekuatan akan memberikan keuntungan lebih baik pada anak laki-laki dibanding anak perempuan.

8

b. Faktor Ukuran Otot Besar kecilnya otot benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan otot, makin besar serabut otot, makin kuat pula ototnya. Faktor ukuran besarnya maupun panjang sangat dipengaruhi pembinaan atau keturunan. Walaupun ada bukti bahwa latihan kekuatan dapat menambah jumlah serabut otot yaitu diperkirakan melalui proses pemecahan serabut pada waktu latihan. Namun para ahli fisiologi sependapat bahwa pembesaran otot disebabkan oleh luasnya serabut otot akibat suatu latihan. c.

Faktor Usia Usia sangat menentukan kekuatan-kekuatan seseorang berdasarkan

hasil penelitian Lab 1984 dalam Sajoto (1988) dikatakan bahwa kekuatan otot mulai meningkat pada usia 12 – 19 tahun, untuk anak laki-laki akan meningkat cepat dan mencapai puncak kekuatan pada usia 25 tahun. d. Faktor Latihan Latihan yang teratur akan memberikan dampak yang efektif terhadap peningkatan kekuatan otot dan akan mengalami penurunan kemampuan jika latihan dihentikan. Pendapat yang sama dikemukakan

olah Fox (1993),

menyatakan bahwa power dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 2) Respon neuromuscular pada otot yang terlibat. 3) Jenis serabut otot rangka yang terlibat yakni serabut otot cepat (fast twich fibre) lebih kuat dibandingkan dengan serabut otot merah (slow twich fibre). 4) Diameter otot rangka yang terlibat dalam gerakan. 5) Jumlah cross bridge yang terlibat.

9

6) Faktor biomekanika. 7) Waktu reaksi dan kecepatan respon saraf otot. 3. Peranan Power dalam Olahraga Peranan Power sangat penting untuk semua aktivitas yang berkaiatan dengan kekuatan Harsono (1988), atlit tidak cukup sekedar berlatih untuk meningkatkan kekuatannya saja, akan tetapi kekuatan tersebut haruslah ditingkatkan menjadi power. Cabang-cabang olahraga dalam hal ini seorang siswa dalam mengarahkan tenaga yang ekspolosif seperti permainan sepak bola, yang mengharuskan siswa untuk memiliki kekuatan, kecepatan dan kelincahan dalam melakukan tendangan khususnya dalam melakukan tendangan Accuracy pass. Gerakan dalam melakukan tendangan merupakan gerakan yang eksplosif untuk meningkatkan diperlukan kekuatan dan kecepatan atau power dari otot-otot yang terlibat dalam gerak saat melakukan tendangan. Pengaruh utama dalam melakukan tendangan adalah power dalam hal ini tungkai bawah, dengan demikian power otot tungkai sangat besar peranannya dalam menghasilkan ayunan tungkai yang kuat dan tepat. Power otot tungkai merupakan pendukung dalam pengajaran permainan sepak bola khusunya dalam menendang bola seperti accuracy pass. Berdasarkan uraian tersebut, maka jelaslah bahwa power merupakan satu komponen kondisi fisik yang dapat menentukan hasil prestasi seseorang dalam keterampilan gerak. Sedangkan besar kecilnya power dipengaruhi oleh otot yang melekat dan membungkus tungkai tersebut. Tungkai adalah bagian

10

bawah tubuh manusia yang berfungsi untuk menggerakkan tubuh seperti berjalan, berlari dan melompat. Terjadinya gerakan pada tungkai tersebut disebabkan adanya otot-otot dan tulang, otot sebagai alat gerak aktif dan tulang sebagai alat gerak pasif. Dasar (basic) untuk pembentukan power adalah kekuatan. Menurut Fox (1993), mengatakan kekuatan sebagai tenaga yang dikerahkan sekelompok otot pada usaha tunggal yang maksimal. Dengan demikian, jelaslah bahwa kekuatan otot bertujuan untuk mengatasi beban atau tahanan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa power otot tungkai adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban dan tahanan dengan kecepatan kontraksi yang sangat tinggi dimana power merupakan gabungan dari dua kemampuan yaitu kekuatan dan kecepatan , dimana kekuatan dan kecepatan dikerahkan maksimum dalam waktu yang sangat cepat dan singkat. Sesuai dari penjelasan Ismaryati (2006), Power menyangkut kekuatan dan kecepatan kontraksi otot yang dinamis dan eksplosif serta melibatkan pengeluaran kekuatan otot yang maksimal dalam waktu yang secepat cepatnya. Power otot tungkai terjadi akibat saling memendek dan memanjang otot tungkai atas dan bawah yang didukung oleh dorongan otot kaki dengan kekuatan dan kecepatan maksimum.

11

B. Hakikat Accuracy Pass Permainan Sepak Bola Sepak bola adalah permainan beregu yang menggunakan bola sepak dan dimainkan oleh dua kesebelasan yang berlawanan, yang masing-masing terdiri

dari

sebelas

orang

pemain

dan

salah

satunya

penjaga

gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan kaki, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya Sucipto, dkk (2002). Menurut Aip Syariuddin (1996), mendefinisikan bahwa sepak bola merupakan permainan bola besar yang dimainkan secara beregu, yang masing-masing anggota regunya berjumlah sebelas orang. Permainan dapat dilakukan dengan semua anggota badan kecuali tangan (lengan). Permainan dilakukan di atas rumput yang rata, berbetuk persegi panjang yang panjangnya antara 100 meter sampai 110 meter dan lebarnya antara 64 meter sampai 75 meter. Pada kedua garis batas lebarnya ditengahnya

masing-masing

didirikan

sebuah

gawang

yang

saling

berhadapan. Menurut Sardjono (1979), dijelaskan bahwa sepak bola merupakan permainan beregu yang di mainkan oleh dua kelompok terdiri dari sebelas pemain, oleh karena itu kelompok tersebut di sebut kesebelasan. Tujuan dari masing-masing regu adalah memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak mungkin dan mengantisipasi agar lawan tidak memasukkan bola ke gawang kita sehingga gawang terhindar dari kebobolan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa permainan sepak bola adalah

12

permainan yang dimainkan dua kesebelasan yang bertujuan untuk memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya dan mencegah lawan memasukkan bola ke gawang sendiri. Sepak bola adalah suatu permainan beregu yang dimainkan masingmasing regunya terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Sepak bola adalah permainan yang sangat populer, karena permainan sepak bola sering dilakukan oleh anak-anak, orang dewasa maupun orang tua. Saat ini perkembangan permainan sepak bola sangat pesat sekali, hal ini ditandai dengan banyaknya sekolah-sekolah sepak bola (SSB) yang didirikan. Tujuan dari permainan sepak bola adalah masing-masing regu atau kesebelasan yaitu berusaha menguasai bola, memasukan bola ke dalam gawang lawan sebanyak mungkin, dan berusaha mematahkan serangan lawan untuk melindungi atau menjaga gawangnya agar tidak kemasukan bola. Permainan

sepak

bola

merupakan

permainan

beregu

yang

memerlukan dasar kerjasama antar sesama anggota regu, sebagai salah satu ciri khas dari permainan sepak bola. Untuk bisa bermain sepak bola dengan baik dan benar para pemain menguasai teknik-teknik dasar sepak bola. Untuk bermain bola dengan baik pemain dibekali dengan teknik dasar yang baik, pemain yang memiliki teknik dasar yang baik pemain tersebut cenderung dapat bermain sepak bola dengan baik pula. Teknik-teknik dasar dalam permainan sepak bola ada beberapa macam, seperti stop ball (menghentikan bola), shooting (menendang bola ke gawang), passing (mengumpan), heading (menyundul bola), dan dribbling (menggiring bola).

13

Menurut Pamungkas (2009), accuracy merupakan keakuratan, ketepatan, kejituan dan kecermatan dalam menyongsong, menyundul dan menendang bola ke gawang atau mengumpan bola ke kawan sendiri. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia accuracy adalah kecermatan, ketelitian, ketepatan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi accuracy. Suharno (1983), mengemukakan bahwa faktor-faktor penentu accuracy adalah: koordinasi tinggi, ketepatan baik besar kecilnya sasaran, ketajaman indra, jauh dekatnya sasaran, penguasaan teknik, cepat lambatnya gerakan, feeling atlit dan ketelitian serta kuat lemahnya suatu gerakan”. Sedangkan Sukadiyanto (2002), ”mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi accuracy

antara

lain:

tingkat

kesulitan,

pengalaman

keterampilan

sebelumnya, jenis keterampilan, perasaan, dan kemampuan mengantisipasi gerak”. Berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa accuracy merupakan kemampuan untuk mengarahkan sesuatu kepada objek sesuai dengan kehendak atau keinginan yang di pengaruhi tingkat kesulitan sasaran, pengalaman dan jenis keterampilan sebelumnya, perasaan, kemampuan mengantisipasi gerak koordinasi tinggi, ketajaman indra, penguasaan teknik, cepat lambatnya gerakan, feeling atlit dan ketelitian serta kuat lemahnya suatu gerakan. Accuracy pass adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke pemain lain dengan tepat dan Terarah. Accuracy pass paling baik dilakukan dengan menggunakan kaki, tetapi bagian tubuh lain juga bisa

14

digunakan. Kamu bisa menggerakkan bola dengan lebih cepat lagi sehingga dapat menciptakan ruang terbuka yang besar dan berpeluang melakukan tendangan yang lebih banyak jika dapat melakukan accuracy pass dengan keterampilan dan ketepatan yang tinggi. Accuracy pass membutuhkan banyak teknik yang sangat penting agar dapat tetap menguasai bola. Dengan accuracy pass yang baik, kamu akan dapat berlari ke ruang yang terbuka dan mengendalikan permainan saat membangun strategi penyerangan. Danny Mielke (2007 ). Masih ada siswa yang belum tepat melakukan accuracy pass kepada temannya, pemain dalam melakukan accuracy pass bolanya terlalu jauh ke samping maupun ke depan, sehingga teman yang menerima bola sulit untuk menjangkau bola yang diterimanya karena terlalu jauh dari jangkauan kedua kaki. Guru/pelatih menyatakan bahwa siswa dari 10 kali melakukan accuracy pass, rata-rata lebih sering melakukan kegagalan mengarah tepat kepada temannya sendiri, hal ini bisa berdampak negatif pada saat tim bermain dalam suatu pertandingan resmi. Accuracy adalah kemampuan sesorang untuk mengarahkan sesuatu serangan sesuai dengan tujuannya Suharno HP (1993), sedangkan menurut Sajoto (1995), accuracy adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Accuracy merupakan faktor yang diperlukan sesorang untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Accuracy merupakan faktor yang diperlukan seseorang untuk memberi arah kepada seseorang dengan maksud dan tujuan tertentu. Lebih lanjut menurut Suharno

15

HP (1993), faktor-faktor penentu baik dan tidaknya accuracy ialah: (1) Koordinasi tinggi berarti ketepatan tinggi, korelasinya sangat tinggi, (2) Besar dan kecilnya (luas dan sempitnya) sasaran, (3) Ketajaman indra dan pengaturan syaraf, dan (4) Penguasaan tehnik yang benar akan mempunyai sumbangan baik terhadap ketepatan mengerakan gerakan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Accuracy Pass merupakan kemampuan sesorang untuk mengarahkan sesuatu benda kepada obyek tertentu sesuai dengan keinginannya. C. Unsur Biomotorik yang Menunjang Accuracy Pass pada Permainan Sepak Bola Didalam melakukan accuracy pass pada permainan sepak bola, selain unsur-unsur power pada penelitian ini yang telah dikemukakan sebelumnya, ada unsur lain yang ikut berperan unuk meningkatkan performance pada saat melakukan accuracy pass. Menurut Sucipto (2002), unsur kemampuan fisik yang menunjang seorang pemain dalam accuracy pass diantaranya adalah kelenturan dan koordinasi. Unsur-unsur yang dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Kelenturan (Flexibility) Flexibility atau kelenturan adalah salah satu unsur penting yang diperlukan dalam berbagai cabang olahraga, karena kelenturan fisik memberikan gambaran kualitas fisik baik secara aktif maupun secara pasif Agus Mahendra (2002), kelenturan (flexibility) didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menyesuaikan dirinya, untuk melakukan segala

16

aktivitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot, ligamen-ligamen disekitar persendian. Sedangkan Soekarman (1989), mengatakan bahwa kelenturan adalah ruang gerak seluas-luas yang dapat ditampilkan oleh seseorang karena didukung oleh jaringan ikat disekitar kulit, tendon dan persendian yang bekerja secara optimal. Umumnya tiap persendian mempunyai kemungkinan gerak tertentu, tergantung pada struktur anatominya. Kurangnya kelenturan memudahkan terjadinya cedera. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kelenturan adalah umur dan aktivitas. Pada umur lanjut, kelenturan akan semakin menurun akibat berkurangnya elstisitas otot

dan sebagai akibat dari kurangnya

aktivitas. Dari pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa kelenturan dapat pengaruh yang sangat besar untuk menguasai gerakan yang baik dalam olahraga, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dalam hal ini terkandung pengertian bahwa apabila seseorang memiliki kelenturan yang baik maka akan lebih mudah suatu gerakan, mengurangi kemungkinan terjadinya cedera, membantu mengembangkan kekuatan, daya tahan, kecepatan dan kelincahan. Untuk meningkatkan kelenturan (flexibility) ada tiga hal yang harus dilakukan menurut Agus Mahendra (2002), yaitu (1) Melakukan static Sretching yaitu menempatkan diri sendiri pada posisi yang memanjangkan jaringan ikat dan menahan posisi tersebut untuk satu periode tertentu (60 detik) atau lebih, gerakan ini misalnya pada posisi kayang, atau duduk sambil merentangkan kedua kaki kesamping dan kedua tangan menyentuh

17

ujung kaki (2) Balistic Stretching yaitu melibatkan gerakan merenggut dalam posisi meregang, misalnya dalam gerakan posisi telungkup kemudian mengangkat

kedua

lengan

keatas.

(3)

Assisted

stretching

yaitu

menggabungkan penggunaan pasangan atau dengan bantuan orang lain, secara manual membantu meregangkan otot, misalnya dalam gerakan duduk telunjur kemudian dengan bantuan orang lain mendorong punggung hingga badan rapat atau mendekati tungkai. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelenturan (flexibility) adalah kemampuan melakukan gerakan dalam ruang gerak seluasluasnya dalam persendian. 2. Koordinasi (Coordination) Koordinasi didefinisikan sebagai hubungan yang harmon is dari hubungan saling pengaruh di antara kelompok−kelompok otot selama melakukan kerja, yang ditunjukan dengan berbagai tingkat keterampilan. Sedangkan Sajoto (1988), menjelaskan koordinasi adalah kemampuan seseorang dalam mengintegrasikan gerakan yang berbeda kedalam suatu pola gerakan tunggal secara efektif. Koordinasi pada saat melakukan accuracy pass sangat dipelukan untuk mengkoordinasikan hubungan timbal balik antara pusat susunan saraf dengan alat gerak dalam mengatur dan mengkoordinasikan kerja otot-otot serta mengendalikan impuls tenaga dan kerja otot dalam proses motorik yang terjadi untuk pelaksanaan gerakan, dengan demikian bahwa koordinasi adalah kemampuan seseorang untuk merangkai beberapa unsur gerak, atau koordinasi

18

adalah suatu gerakan yang selaras sesuai dengan tujuannya atau kemampuan menampilkan tugas gerak dengan luwes dan akurat yang seringkali melibatkan perasaan dan serangkaian koordinasi otot yang mempengaruhi gerakan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa koordinasi akan berhasil bila gerakan yang dilaksanakan berurutan walaupun memiliki variasi gerakan yang bermacam-macam disamping itu juga kerja yang dilaksanakan efektif. D. Kerangka Fikir Power otot tungkai merupakan faktor penentu dalam melakukan accuracy pass dalam pemainan sepak bola pada siswa SMA Negeri 1 Sawerigadi. Pemain yang memiliki power yang baik pada saat melakukan accuracy pass maka bola yang ditendang akan mendarat sesuai sasaran yang di tujukan, yang dilakukan oleh salah satu pemain ke pemain lainya. Menurut Scheunemann (2008), memiliki accuracy pass yang akurat adalah harga mati bagi seorang pemain sepak bola. Mengingat passing begitu sering dilakukan dalam sebuah pertandingan, pelatih yang baik akan memulai tugasnya dengan memperbaiki kemampuan accuracy pass para pemainnya. Keterampilan mengoper dan menerima bola membentuk jalinan vital yang menghubungkan kesebelas pemain dalam sebuah tim ke dalam satu unit yang berfungsi lebih baik daripada bagian-bagiannya. Tetapi ada faktor-faktor lain yang menunjang dalam menentukan keberhasilan suatu teknik dalam melakukan accuracy pass bola, yaitu unsur power otot tungkai yang merupakan faktor utama dalam melakukan accuracy pass. Hubungan kedua

19

unsur tersebut dapat dijelaskan bahwa power otot merupakan faktor menentukan kemana arah bola ditempatkan. Kemampuan accuracy pass bola adalah untuk menempatkan bola pada arah yang sulit untuk dijangkau oleh penjaga gawang atau pemain bertahan ketika seorang pemain penyerang ingin melakukan accuracy pass di dalam setiap pertandingan sepak bola, kerjasama tim adalah modal terpenting untuk mencapai sebuah kemenangan. Dengan teknik accuracy pass yang baik dari tiap-tiap pemain akan menghasilkan sebuah pola permainan yang indah, sehingga kecenderungan untuk menguasai permainan dengan mencetak gol juga akan semakin terbuka lebar. Accuracy pass yang baik dapat tercipta ketika seorang pemain mempunyai fisik yang baik, teknik yang handal, serta mental yang matang. Dengan uraian tersebut diduga akan ada hubungan antara power otot tungkai dengan accuracy pass pada permainan sepak bola. E. Hipotesis Berdasarkan pada uraian latar belakang dan tinjauan pustaka maka penulis dapat menjelaskan hipotesis dalam penelitian ini bahwa: Ada hubungan power otot tungkai dengan accuracy pass permainan sepak bola pada siswa SMA Negeri 1 Sawerigadi.

20

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Penelitian

ini

termasuk

jenis

penelitian

deskriptif

dengan

menggunakan metode korelasional yang ingin mengetahui hubungan power otot tungkai dengan accuracy pass permainan sepak bola pada siswa SMA Negeri 1 Sawerigadi. Dengan demikin rancangannya dapat digambarkan sebagai berikut :

X

Y

Keterangan X = Power Otot Tungkai Y = Accuracy Pass Permainan Sepak Bola B. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua yaitu, variabel bebas 1) power otot tungkai) variabel terikat yaitu accuracy pass permainan sepak bola. C. Devinisi Operasional Variabel Secara operasional variabel penelitian ini dijelaskan bahwa : 1. Power otot tungkai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melakukan kerja vertical jump yang diukur dari tempat tes sikap awal sampai sikap mendarat.

21

2. Accuracy pass adalah kemampuan teste dalam melakukan tendangan pada sasaran/target dengan 10 kali kesempatan pada jarak 13 meter dengan gawang dan penendang. D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan target dari penelitian yaitu siswa SMA Negeri 1 Sawerigadi berjumlah 225 orang. Siswa laki-laki berjumlah 120 orang dan siswa perempuan 105 orang. 2. Sampel Sampel penelitian ditetapkan sebanyak 30%. Menurut pendapat Suharsimi Arikunto (2010) bahwa jika populasi berjumlah 100 sampai 200 orang dapat diambil sebanyak 30%. Berdasarkan pertimbangan siswa lakilaki yang berjumlah 120 orang. Maka dengan demikian jumlah sampel diperoleh sebanyak 30/100 x 120 = 36 orang. E.

Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu: 1. Tes Power otot tungkai dengan tes vertical jump Saiful (2014) Pelaksanaan tes: Tes dilakukan langkah-langkah pengukuran power otot tungkai sebagai berikut: 1. Terlebih dulu ujung jari peserta diolesi dengan serbuk kapur magnesium karbona

22

2. Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada pada sisi kanan / kiri badan peserta. Angkat tangan yang dekat dinding lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada papan skala hingga meninggalkan bekas jari. 3. Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang terdekat sehingga menimbulkan bekas. Lakukan tes ini sebanyak tiga kali tanpa istirahat atau boleh diselingi peserta lain 4. Pencatatan Hasil Selisih raihan loncatan dikurangi raihan tegak ketiga selisih hasil tes dicatat masukkan hasil selisih yang paling besar. Pelaksanaan dapat dilihat seperti pada gambar dibawah ini

Gambar 3.1 Pelaksanaan Tes Vertikal Jump

23

2. Tes accuracy pass dalam permainan sepak bola Widyastuy (2011). Untuk mendapatkan data pada tes yang dimaksud, dilakukan prosedur sebagai berikut: a. Pelaksaaan tes : 1. Bola diletakkan pada sebuah titik berjarak 13 meter dari garis gawang dan tepat di pertengahan lebar gawang. 2. Dengan awalan siswa (teste) menendang bola tersebut sekuat mungkin kearah sasaran. Pelaksanaannya tidak dengan aba-aba. 3. Skor dicatat berdasarkan jumlah poin sesuai dengan arah bola dalam 10 kali kesempatan 4. Tes dilakukan dengan satu kali kesempatan Penilaian Jumlah skor 10 tendangan dikali dengan nilai sasaran.

Gambar 3.2 Denah Tes Accuracy pass Sumber: Widiastuti Tes dan pengukuran Olahraga (2011)

24

F. Teknik Analisis Data Untuk menguji hipotesis yang dikemukakan, maka data yang terkumpul dianalisis dengan teknik statistik infrensial diuji produk moment dengan rumus sebagai berikut:

Dimana : Rxy

= koefisien korelasi variabel X dan Y

∑XY = Jumlah hasil kali antara X dan Y ∑ X = Jumlah skor variabel X ∑ Y = Jumlah skor variabel Y ∑ X2 = Jumlah pangkat dua skor variabel X ∑ Y2 = Jumlah pangkat dua skor variabel Y N

= besar sampel , (Sudjana, 2002) Untuk mengetahui tingkat korelasi yang diperoleh digunakan skala

peta korelasi sebagai berikut: 0,0 – 0,20 = korelasi sangat rendah 0,21 – 0,40 = Korelasi rendah 0,41 – 0,60 = Koelasi Sedang 0,61 – 0,80 = Korelasi Tinggi 0,81 – 1,00 = Korelasi Sangat Tinggi (Suharsimi Arikunto, 1998)

25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Deskipsi data penelitian Deskripsi

data

variabel

penelitin

yang

dimaksudkan

untuk

memberikan gambaran tentang variabel power otot tungkai dan accuracy pass . Deskripsi data terdiri dari nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi seperti pada tabel berikut : Tabel 4.1 Rata-rata dan standar deviasi Variabel penelitian

Variabel

Mean (Rata-rata)

Standar Deviasi (s)

Power Otot Tungkai (X)

43,67

8,56

Accuracy Pass (Y)

25,03

3,68

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa: 1. Rata-rata skor power otot tungkai (Variabel bebas) =43,67 sedangkan standar deviasi = 8,56 2.

Rata-rata skor Accuracy pass (Variabel terikat) = 25,03 dengan standar deviasi = 3,68 Selanjutnya deskripsi variabel penelitian dijelaskan dalam kelas interval sebagai berikut:

26

Tabel 4. 2 Kelas interval Power otot tungkai kelompok sampel Kelas Interval

Frekuensi

%

30 - 34

2

5,55

35 – 39

2

5,55

40 – 44

14

38,9

45 – 49

12

33,3

50 – 54

6

16,7

Jumlah

36

100

Berdasarkan table 4.2 diatas dapat diketahui bahwa skor power otot tungkai kelompok siswa adalah : a. Ada 2 orang (5,55%) siswa yang berada pada rentang skor 30 – 34 b. Ada 2 orang ( 5,55%) siswa yang berada pada rentang skor 35 – 39 c. Ada 14 orang (38,9 %) siswa yang berada pada rentan skor 40 – 44 d. Ada 12 orang (33,3%) siswa yang berada pada rentang skor 45 – 49 e. Ada 8 orang (16,7%) Siswa yang berada pada rentang skor 50- 54

27

120

100 80 60

frekuensi

40

%

20 0 30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

jumlah

Gambar 4.1 Histogram Frekuensi Data Otot Tungkai Berdasarkan uraian di atas, dapat di ketahui bahwa teste yang memiliki power otot tungkai paling rendah sebanyak 2 teste yang terdapat pada rentang nilai 30-34 sedangkan teste yang memilik power otot tungkai yang tinggi adalah 50-54. Selain itu rentang nilai hasil tes power otot tungkai paling sering di peroleh teste berada pada rentang nilai 40-44 yang berjumlah 14 teste Sedangkan distribusi frekuensi accuracy pass kelompok siswa, dijelaskan pada tabel 4.3 berikut ini: Tabel 4.3 Kelas Interval Skor Accuracy Pass sebagai variabel terikat Rentang

Frekuensi

%

18 – 20

4

11,1

21 – 23

7

19,4

24 – 26

15

41,7

27 - 29

5

13,9

30 – 32

5

13,9

Jumlah

36

100

28

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa skor Accuracy Pass (varibel terikat) kelompok kelas adalah : a Ada 4 orang (11,1%) siswa yang berada pada rentang skor 18 – 20 b.Ada 7 orang (19,4%) siswa yang berada pada rentang skor 21 – 23 c. Ada 15 orang (41,7 %) siswa yang berada pada rentang skor 24– 26 d.Ada 5 orang (13,9%) siswa yang berada pada rentang skor 27 – 29 f. Ada 5 orang ( 13,9%) siswa yang berada pada rentang skor 30– 32 120 100 80 60

frekuensi

40

%

20 0 18-20

21-23

24-26

27-29

30-32

jumlah

Gambar 4.2 Histogram Frekuensi Data Accuracy Pass Berdasarkan uraian di atas, dapat di ketahui bahwa teste yang memiliki accuracy pass pada permainan sepak bola paling rendah sebanyak 4 teste pada rentang nilai 18-20, sedangkan teste yang memiliki accuracy pass paling tinggi sebanyak 5 teste pada rentang nilai 30-32. Selain itu rentang nilai hasil Accuracy pass pada permainan sepak bola paling sering di peroleh teste berada pada rentang nilai 24-26 yang berjumlah 15 teste.

29

2. Pengujian Hipotesis Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini Tabel 4.4 Hasil pengujian hipotesis dengan uji korelasi Variabel

Rxy hitung

R2

0,52

0,27

Variabel Bebas (X) Power otot tungkai

Variabel terikat (Y) Accuracy Pass

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa koefisien korelasi antara power otot tungkai (variabel bebas) dengan accuracy pass pada permainan sepak bola adalah sebesar rxy = 0,52 > α (36 :0,05) = 0,329 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan (bermakna), sedangkan besarnya koefisien determinasi ( r2) atau kontribusi power otot tungkai terhadap acuuracy pass adalah sebesar 0,27 atau sebesar 27%. Hasil koefiien korelasi yang diperoleh, yaitu 0,52 jika dibandingkan dengan peta korelasi maka berada pada korelasi sedang karena berada pada peta korelasi antara 0,41 sampai dengan 0,60.

30

B. Pembahasan Hasil Penelitian Accuracy pass dalam permainan sepak bola membutuhkan beberapa kemampuan kondisi fisik, diantaranya adalah power otot tungkai. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis melalui uji korelasi produc moment, ditemukan bahwa hubungan koefisien korelasi antara power otot tungkai dengan accuracy pass permainan sepak bola ditemukan sebesar rxy = 0,52, atau berada pada korelasi sedang, artinya

power otot tungkai hanya 0,52 (52%)

dapat menjelaskan

accuracy Pass. Sedangkan kontribusi kontribusi power otot tungki dengan Accuracy Pass (r2) adalah sebesar 27%. Artinya bahwa Accuracy Pass ada sebesar 73% ditentukan oleh faktor lain selain power otot tungkai. Faktor tersebut antara lain seperti mental, konsentrasi, kelentukan selangkangan, dan koordinasi mata dan kaki, faktor –faktor lain tersebut tidak diukur dalam penelitian ini Secara teori hasil penelitian ditunjang oleh pendapat Suharno (1988), bahwa faktor-faktor penentu baik tidaknya accuracy ditentukan oleh: a) koordinasi tinggi berarti ketepatan tinggi, b) besar dan kecilnya (luas dan sempitnya) sasaran, c) Ketajaman indra dan pengaturan syarat. Jauh dan dekatnya bidang sasaran, d) Penguasaan teknik yang benar akan mempunyai sumbangan baik terhadap ketepatan mengarahkan gerakan e) Cepat lambatnya gerakan yang akan dilakukan, f) Felling dari anak latih serta ketelitian. Kuat dan lemahnya suatu gerakan atau ciri-ciri accuracy ditentukan oleh a) sasaran gerak b) Kecermatan atau ketelitian gerak dapat menonjol kelihatan dalam gerak (ketenangan) dan c) Adanya suatu penilaian dalam target dan latihan mengarahkan gerakan secara teratur dan terarah. Dengan demikian dapat

31

dikatakan bahwa

Accuracy Pass dalam permainan sepak bola lebih banyak

ditentukan oleh faktor mental (psikis) dibanding dengan faktor fisik. Beberapa faktor yang ikut menentukan Accuracy seperti dijelaskan oleh Soekadianto (2002) bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan (Accuracy) yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam diri subjek sehingga dapat di kontrol oleh subjek itu sendiri, seperti koordinasi, ketajaman indera, penguasaan teknik, cepat lambatnya gerakan, ball feeling dan ketelitian, serta kuat atau lemahnya suatu gerakan. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri subjek, seperti besar kecilnya sasaran dan jauh dekatnya sasaran. Menurut Suharno (2002) ada beberapa faktor yang memengaruhi ketepatan, di antaranya yaitu: (1) tingkat kesulitan, (2) pengalaman, (3) keterampilan sebelumnya, (4) jenis kelamin, (5) jenis keterampilan, (6) perasaan, dan (7) kemampuan mengantisipasi gerak.

32

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis statistika dan pembahasan hasil maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Terdapat korelasi antara power otot tungkai dengan accuracy pass permainan sepak bola pada siswa SMA Negeri 1 Sawerigadi (rxy) = 0,52 > α (36 : 0,05) = 0,329, dan koefisien determinasi (r2) = 0,27 atau 27%. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Disarankan kepada guru pendidikan jasmani di Sekolah khususnya siswa di SMA Negeri 1 Sawerigadi dalam memberikan pelajaran penjaskes maupun melatih permainan sepak bola khususnya dalam materi Accuracy pass agar senantiasa menyertakan latihan-latihan peningkatan power otot tungkai dan faktor mental seperti ketelitian, konsentrasi dan koordinasi. 2. Disarankan pada peneliti lain yang relevan dengan penelitian ini kiranya dapat mengungkap hubungan kemampuan fisik yang lain khususnya dalam menunjang accuracy pass dalam permainan sepak bola.

33

DAFTAR PUSTAKA Agus Mahendra, 2002. Senam, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Proyek Bagian Pengadaan Buku Ajar Guru SLTP, Setara D-III, Jakarta Aip Syarifuddin, 1996. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Proyek Bagian Pengadaan Buku Ajar PGSD, D-II, Jakarta Arikunto Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian, Penerbit Alfabeta Bandung Bafirman, 2008. Pembinaan Kondisi Fisik, Padang: FIK UNP Bompa Tudor, 1994. Theory and Methodology of Training. Lowa : kendall/Hunt Publishing Company. Fox E.L, Bowers RW, 1993. The Physiological Basic of Physical Education and Athletics. Philadelphia. New York : Saunders College Publishing. Fox, E.L, Bowers RW, 1998. Sport Physiology. Philadelphia: WB. Sounders Company. Harsono, 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching, Dirjen Dikti, Depdikbud,Jakarta, Harsono, 2001. Latihan Kondisi Fisik, Bandung: FPOK UPI Ismaryati, 2006. Tes dan Pengukuran Olahraga, Surakarta: Sebelas Maret University Press Irawadi Hendri, 2011. Kondisi fisik dan Pengukuranya, Padang: FIK UNP Joseph A. Luxbacher, 2004. Sepak bola: Langkah-langkah Menuju Sukses. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

34

Kiswanto Hery, 2004. Teknik-Teknik Dasar Perminan sepak Bola Untuk Pemula, PT. Grafindo Persada Jakarta Mielke Danny, 2007. Dasar-dasar sepak bola. Human Kinetics: PT. Intan Sejati. Nurhasan, 2002. Penilaian dan Evaluasi Pendidikan jasmani, FPOK- IKIP Bandung Press, Bandung Saiful, 2014. Buku ajar Evaluasi dan pengukuran dalam penjas, FKIP, Sajoto Mochamad, 1998. Pembinaan Kondisi Fisik dalam olahraga, Tarsiti: Bandung. Sajoto Mochamad, 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga, Dirjen Dikti, Depdikbud, Jakarta. Sardjono, 1979. Pedoman Mengajar Permainan Sepak bola.Yogyakarta : FIK IKIP Yogyakarta. Scheunemann Timo, (2008). Footbal For Winners Taktik dan Variasi Latihan Sepak bola. Malang: Dioma. Soekarrman, 1989. Dasar-Dasar Olahraga untuk Pembina, Pelatih, dan Atlet, PT. Masagung Jakarta. Sucipto, 2002. Diktat Pembelajaran Sepak bola. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. Sucipto dkk, 2002. Sepak bola, edisi kedua, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sudjana Nana, 2002. Metode Statistika, Tarsito Bandung. Suharno HP, 1983. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

35

Suharno HP, 1993. Ilmu Coaching Umum. Yogyakarta: Yayasan Sekolah Tinggi Olahraga Yogyakarta. Sukadiyanto, 2002. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta: FIK UNY. Tim Penyusun, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka. Tri Septa Agung Pamungkas, 2009. Kamus Pintar Sepak Bola. Jakarta : Trisan Grafika Jakarta. Widyastuti, 2011. Tes Pengukuran Olahraga, penerbit FPOK –UNJ Jakarta.

36

Lampiran 1. Hasil Pengukuran Tes Vertical Jump Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui Power otot tungkai T. RAIHAN

HASIL

T.LOMPATAN

NO

(T. LompatanT. Raihan)

1

1

2

3

1

195

235

233

235

40

2 3

193 208

238 245

240 248

240 250

47 42

4

200

242

240

241

42

5

199

239

244

240

45

6

198

240

240

240

42

7

219

250

269

253

50

8

197

238

241

241

44

9

212

257

255

258

46

10

202

246

247

249

47

11

200

248

250

250

50

12

202

254

255

253

53

13

214

259

257

259

45

14

199

249

248

249

50

15

223

258

260

258

37

16

221

261

260

257

40

17

225

265

270

268

45

18

200

243

247

241

47

19

188

230

234

233

46

20

208

248

246

248

40

21

181

222

220

222

41

22

189

230

231

231

42

23

190

231

231

228

41

24

182

210

212

210

30

37

25

201

249

245

248

48

26

182

212

210

213

31

27

185

231

230

233

48

28

192

242

239

241

50

29

185

231

230

228

46

30

200

248

251

250

51

31

223

258

260

260

37

32

221

261

260

257

40

33

225

265

270

268

45

34

200

241

240

241

41

35

188

226

228

228

40

36

180

223

237

239

43

38

Lampiran 2. Hasil Tes Accuracy Pass No

Accuraccy Pass 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Skor

1

1

3

3

3

3

1

3

5

1

5

28

2

3

3

3

3

1

1

3

3

1

5

26

3

3

3

1

1

1

1

5

3

3

3

24

4

1

1

1

3

3

5

3

1

5

7

30

5

5

1

5

1

1

3

3

1

3

3

26

6

3

1

1

1

3

3

1

5

1

5

25

7

5

1

1

3

1

1

3

1

3

3

22

8

3

1

3

1

3

7

1

3

1

3

26

9

1

3

3

1

3

5

1

5

1

1

24

10

3

1

1

3

3

1

3

3

1

5

24

11

5

3

3

1

1

1

5

3

3

7

32

12

3

1

3

1

1

1

3

3

1

1

18

13

1

1

1

3

3

1

3

5

1

1

20

14

5

1

3

1

1

3

3

1

3

5

26

15

3

1

1

1

3

3

1

3

1

1

18

16

5

1

1

3

1

1

3

1

3

3

22

17

3

1

3

1

3

5

1

5

1

5

28

18

3

1

3

1

3

5

1

3

1

1

22

19

3

3

1

3

1

3

3

3

1

5

26

20

5

1

3

3

1

3

3

3

5

1

28

21

3

1

3

1

3

1

3

3

1

5

24

22

1

3

1

3

5

3

1

1

1

3

22

23

3

3

3

1

1

5

3

3

3

1

25

24

5

1

1

1

3

3

5

3

1

1

24

25

5

1

1

3

1

1

3

1

3

5

24

26

3

1

3

1

3

5

1

3

1

1

21

27

3

1

3

3

3

5

1

3

1

5

28

39

28

3

3

1

3

3

1

3

3

1

5

28

29

5

1

7

3

5

3

3

3

1

1

32

30

1

5

5

1

3

5

3

3

5

1

32

31

3

1

3

5

5

3

3

1

3

3

30

32

3

1

3

1

3

5

1

1

1

3

22

33

1

3

3

1

3

5

1

3

1

5

26

34

3

1

1

3

3

1

3

1

3

1

20

35

1

3

3

1

1

1

5

3

3

1

22

36

5

1

3

1

1

5

3

1

1

5

26

40

Lampiran 3. Tabel Persiapan Uji Korelasi Producmoment No

X

Y

X2

Y2

XY

1

40

28

1600

784

1120

2

47

26

2209

676

1222

3

42

24

1764

576

1008

4

42

30

1764

900

1260

5

45

26

2025

676

1170

6

42

25

1764

625

1050

7

50

22

2500

484

1100

8

44

26

1936

676

1144

9

46

24

2116

576

1104

10

47

24

2209

576

1128

11

50

32

2500

1024

1600

12

53

18

2809

324

954

13

45

20

2025

400

900

14

50

26

2500

676

1300

15

37

18

1369

324

666

16

40

22

1600

484

880

17

45

28

2025

784

1260

18

47

22

2209

484

1034

19

46

26

2116

676

1196

20

40

28

1600

784

1120

21

41

24

1681

576

984

22

42

22

1764

484

924

23

41

25

1681

625

1025

24

30

24

900

576

720

25

48

24

2304

576

1152

26

31

21

961

441

651

27

48

28

2304

784

1344

41

28

50

28

2500

784

1400

29

46

32

2116

1024

1472

30

51

32

2601

1024

1632

31

37

30

1369

900

1110

32

40

22

1600

484

880

33

45

26

2025

676

1170

34

41

20

1681

400

820

35

40

22

1600

484

880

36

43

26

3481

676

1534

Jumlah

1572

901

71208

23023

39914

42

Lampiran 4. Perhitungan Uji Korelasi Harga-harga yang diperlukan untuk Uji Korelasi ∑X

= 1572

∑Y

= 901

∑X2

= 71208

∑Y2

= 23023

∑XY = 39914 N

= 36

Perhitungan :

36 x 39914 - (1572) (901) rxy1

= {36 x71208  (1572) 2 }{36 x 23023  (901) 2 }

1436904 - 1416372 rxy1 =

(2563488  2471184)(828828  811801) 20532 rxy1 =

(92304)(17021)

43

20532 rxy1 =

(1571106384) 20532 rxy1 = 39637,184 Rxy =

0,52 > r tabel (0,05:36 = 0,329

r2 =

0,27 atau 27%

44

Lampiran 5. Tabel Statistic Product Moment (r)

N

Taraf Signifikan 5% 1%

N

Taraf Signifikan 5% 1%

N

Taraf Signifikan 5% 1%

3 4 5

0,997 0,95 0,878

0,999 0,99 0,959

27 28 29

0,381 0,374 0,367

0,487 0,478 0,47

55 60 65

0,255 0,254 0,244

0,345 0,33 0,317

6 7 8 9

0,811 0,754 0,707 0,666

0,917 0,874 0,834 0,798

30 31 32 33

0,361 0,355 0,349 0,344

0,463 0,456 0,449 0,442

70 75 80 85

0,235 0,227 0,22 0,213

0,206 0,296 0,286 0,278

10 11 12 13 14 15

0,632 0,602 0,576 0,553 0,532 0,514

0,765 0,735 0,708 0,684 0,661 0,641

34 35 36 37 38 39

0,339 0,334 0,329 0,325 0,32 0,316

0,436 0,43 0,424 0,418 0,413 0,408

90 95 100 125 150 175

0,207 0,202 0,195 0,176 0,159 0,148

0,27 0,263 0,256 0,23 0,21 0,194

16 17 18 19 20

0,497 0,482 0,468 0,456 0,444

0,623 0,606 0,59 0,575 0,561

40 41 42 43 44

0,312 0,308 0,304 0,301 0,297

0,403 0,398 0,393 0,389 0,384

200 300 400 500 600

0,138 0,113 0,098 0,088 0,08

0,181 0,148 0,128 0,115 0,105

21 22 23 24 25 26

0,433 0,423 0,413 0,404 0,396 0,388

0,549 0,537 0,526 0,515 0,505 0,496

45 46 47 48 49 50

0,294 0,291 0,288 0,284 0,281 0,279

0,38 0,376 0,372 0,368 0,364 0,361

700 800 900 1000

0,074 0,07 0,065 0,062

0,097 0,091 0,086 0,081

45

Lampiran 6. Tabel Interpretasi Nilai “r” Besarnya “r” product Moment

Interprestasi

0,00 – 0,20

Korelasi sangat rendah

0,21 – 0,40

Korelasi rendah

0,41 – 0,60

Korelasi sedang

0,61 – 0,80

Korelasi tinggi

0,81 – 1,00

Korelasi sangat tinggi

46

Lampiran 7. Formulir Tes

DATA PRIBADI

Nama

:

Tempat Tanggal Lahir : Alamat

:

Jenis Kelamin

:

I. Power Otot Tungkai dengan Test Vertical Jump a.

Tinggi Raihan

:.............. cm

b. Tinggi Lompatan 1 :.............. cm c.

Tinggi Lompatan 2 :.............. cm

d.

Tinggi Lompatan 3 :.............. cm

II. Accuracy Pass menggunakan sasaran 1............. cm 2............. cm 3............. cm 4............. cm 5............. cm 6............. cm 7............. cm 8............. cm 9............. cm 10........... cm Muna Barat, 4 Januari 2019

La Ode Imon

47

Dokumentasi Penelitian Pengkuran tes vertical jump

Gambar 1. Teste sedang mengukur tinggi tegak raihan

Gambar 2. Teste sedang mengambil ancang-ancang lompatan

Gambar 3. Siswa sedang mengukur tinggi lompatan

48

Gambar 4. Siswa sedang melakukan ancang-ancang tes accuracy pass

Gambar 5. Siswa sedang melakukan tes accuracy pass

Related Documents


More Documents from "wistri yani"

Bab I.docx
May 2020 3
Bab 1.docx
July 2020 5
Propsl Asrin.docx
July 2020 5
Noor Ahmad.pdf
May 2020 19
Sampul.docx
July 2020 5