BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya(Nugroho, 2012) Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Prelabour Rupture Of The Membrane (PPROM) Adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu, atau disebut juga Preterm Premature Rupture Of Membrane (PPROM), (Eni Nur Rahmawati, 2012) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan ≤ 4 cm (fase laten). (Nugroho, 2012) Air ketuban adalah cairan yang mengisi ruangan yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan korion). Selaput amnion adalah sesuatu membrane yang kuat dan ulet, tetapi lentur. Selaput ini merupakan jaringan yang menentukan hamper semua kekuatan regangan membran janin ( Sondakh,2013). Sebagian besar ketuban pecah dini yang terjadi pada kehamilan diatas 37 minggu, sedangkan pada umur kehamilan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan controversial obstetric dalam kaitannya dengan penyebabnya. Pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya menyebabkan kemungkinan infeksi dalam rahim, persalinan prematuritas yang akan meningkatkan kesakitan dan kematian ibu maupun janinnya (Manuaba, 2010) Insidensi ketuban pecah dini berkisar antra 8-10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah (Sualman, 2009). Ketuban pecah dini dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Hal ini dapat menyebabkan kematian pada ibu dan janin sehingga akan terjadi peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan kejadian ketuban pecah dini yaitu dnegan cara melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin untuk mendeteksi sedini mungkin tanda dan gejala yang dapat menyebabkan kejadian ketuban pecah dini, sehingga dapat ditangani secara tepat guna mengurangi komplikasi dari ketuban pecah dini seperti infeksi, persalinan prematur dan lain sebagainya. Penyebab ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti, namun kemungkinan yang menjadi factor predisposisi adalah infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban atau asenderen dari vagina atau serviks. Selain itu fisiologi selaput ketuban yang abnormal, serviks inkomppetensia, kelainan letak janin, usia, faktor golongan darah, paritas, merokok, keadaan social ekonomi, perdarahan antepartum, riwayat abortus, riwayat ketuban pecah dini, ketegangan rahim yang berlebihan, kesempitan panggul, kelelahan ibu bekerja, trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam dan amnionitis (Prawiroharjo,2010) Penelitian yang dilakukan oleh fitri(2011) didapatkan hasil bahwa infeksi genetalia (70,2%) dan paritas (63,8%) dapat mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini. Penelitian yang dilakukan oleh Vaisatun (2013) didapatkan hasil bahwa usia (82,1%) dan paritas (66,3%) dapat mempengaruhi terjadinya ketuban pecah dini.
Pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu (AKI) 228 per 100.000 kelahiran hidup, namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang sugnifikan yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup namun pada tahun 2012 mengalami