Proposal Tesis Q

  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Tesis Q as PDF for free.

More details

  • Words: 2,140
  • Pages: 10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di permukaan bumi banyak sekali suku bangsa dengan berbagai macam warna kulit, ras, budaya, dan termasuk bahasa. Manusia sejak lahir berusaha untuk dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Dari situlah lahirlah bahasa masyarakat tertentu dan dengan dialeg/gaya bahasa tersendiri. Karena setiap masyarakat melahirkan bahasa untuk berinteraksi di kalangan mereka, maka terjadilah bahasa-bahasa yang beraneka ragam sesuai dengan taraf masyarakat dimana bahasa itu muncul dan berkembang.1 Dengan bahasa manusia dapat berpikir dan mengkomunikasikan pikirannya. Manusia berinteraksi dengan sesamanya juga dengan menggunakna bahasa. Ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan keberadaban pun pada dasarnya dipelajari dan diwariskan dari generasi ke generasi dengan menggunakan bahasa. Pengertian bahasa menurut ahli bahasa (linguistik) bermacam-macam diantaranya Ibnu Khaldun (wafat 808 H) dalam muqaddimahnya menyatakan bahasa adalah ungkapan seseorang pembicara terhadap maksud-maksudnya.2 Kamus Bahasa Indonesia mendefinisikan bahasa dengan sistem lambang yang dipakai orang untuk melahirkan pikiran dan perasaan.3 Menurut Antoine Meillet bahasa adalah seluruh perangkat komprehensif yang terdiri dari media untuk saling memahami menggunakan pengucapan yang digunakan dalam suatu komonitas dengan mengabaikan perhatian terhadap kuantitas komonitas/nilai peradabannya.4 Namun di balik perbedaan itu justru dapat saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Dari defenisi di atas menunjukkan bahwa baik bunyi, lambang, ungkapan atau kata-kata adalah berfungsi sebagai alat komunikasi bagi masyarakat untuk mengungkapkan maksud-maksud atau gagasan-gagasannya. Bahasa tulisan 1 Abdul Mu'in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia Telaah terhadap fonetik dan Marfologi, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004), hal 19. 2 Ibnu Khaldun, Abdurrahman bin Muhammad, Muqaddimah Ibnu Khaldun, tt, hal 546. 3 Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Balai Pustaka, , 1991), hal 75. 4 Hasan Zozo, al lisân wa al insan madkhal ilâ ma'rifat al lughat. (Damaskus: Dar al qalam, 1990), hal. 119.

disebut "turunan dari bahasa lisan. Sedang bahasa tulisan objek sekunder linguistik.5 Bahasa itu merupakan sistem, maksudnya bahasa itu menganut sistem tertentu atau menampakkan suatu sistem tertentu dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. Keberaturan atau sistemas ini dapat dijelaskan dengan memanfaatkan data-data bahasa. Pada tataran fonologi bahasa Arab misalnya tidak pernah ditemukan suku kata yang berpola KKV (konsonan-konsonan vokal) sebagaimana tida pernah /i/ + /yu/.6 Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya tetapi mereka akan merasa sulit apabila berkomunikasi dengan selain bangsa dan sukunya, misalnya orang Arab akan merasa kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang yang Indonesia, orang Inggris dengan orang Indonesia dan sebaliknya juga demikian. Untuk hal yang demikian sangat perlu untuk menterjemahkan maksud kepada orang yang berbeda budaya dan bahasanya agar tidak terjadi kesalahpahaman (misunderstanding) antara kedua orang dan hal-hal yang tidak diinginkan kedua belah pihak. Nabi Muhammad Saw pernah bersabda

‫طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة‬

‫ )(رواه باري و مسلم‬yang artinya " Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap umat Islam. Hadis ini dapat mendorong umat Islam kapan saja dan dimana saja untuk selalu menuntut ilmu terutama ilmu-ilmu kesempurnaan syariat agama Islam. Kegiatan ini dapat diperhatikan pada masa khalifah Abbasiyah (132-656 H/750-1258 M) yang terkenal dengan sebutan abad terjemahan karena waktu sedemikian panjang itu dilakukan penterjemahan buku-buku ilmu pengetahuan baik arsitektur, kesusasteraan dan filsafat Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab.7 Melalui terjemahan itu mengalirkan ilmu pengetahuan dan filsafat Barat 5 Abdul Mu'in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Telaah terhadap Fonetik dan Marfologi), hal 2. 6 Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab- Frasa – Klausa – Kalim,at, (Malang: Misykat, 2004), hal 6. 7 Abdul Mu'in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia (Telaah terhadap Fonetik dan Marfologi), hal 33.

(Yunani) ke Timur Tengah sehingga dalam pemerintahan Al Ma'mun semua cabang ilmu pengetahuan telah tertulis dalam bahasa Arab. Bahasa Arab waktu itu menjadi satu-satunya bahasa ilmu pengetahuan dan bahasa ilmiah.???????????????? Menterjemahkan/alih bahasa (translation) adalah

Budaya Masalah Penerjemahan teks yang hendak diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun tidak hanya berkaitan dengan masalah kebahasaan, tetapi juga dengan masalah budaya. Di antaranya, sebagaimana dikemukakan oleh Newmark (1988): 1. Ekologi:Flora, fauna, angin, dataran, bukit: Kata-kata ‫ بحيرة‬,‫ سائبة‬,‫وصية‬, dan ‫ حام‬dalam Surah Al-Ma’idah 103 tidak mendapatkan padanannya dalam bahasa Indonesia sehingga terjemahannya berbunyi:“Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahirah, sa’ibah, wasilah dan ham…”. Keempat kata tersebut adalah jenis unta betina. Dalam terjemahan Surah Maryam 25 terdapat kata kurma sebagai berikut: ‫وهزي‬ ‫“إليك بجذع النخلة تساقط عليك رطبا جنيا‬Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu”.Pohon kurma sebagai padanan kata ‫ النخلة‬dan buah kurma sebagai padanan kata ‫رطب‬. Pemadanan kata terakhir dengan buah kurma sebetulnya kurang tepat karena kata kurma merupakan kata generic yang dalam bahasa Arab disebut ‫تمر‬. Bila buah tersebut basah disebut ‫ رطب‬dan bila kering disebut ‫قسب‬ (As-Sa’alabi wafat tahun 1038 M).2. Budaya material, di antaranya: a. Makanan: Dajaj bel Laban, Kofta, Hummus bi Tahina, Shakshouka. b. Pakaian: ‫ عقال‬,‫ كوفية‬,‫ خف‬,‫ جلباب‬,‫ جلبية‬,‫ ملءة‬,‫برقع‬ c. Senjata: ‫منجنيق‬b. 3. Agama: Fidyah, junub, tayammum, dsb.c. Isyarat dan kebiasaan:‫ول تجعل يدك مغلولة إلى عنقك ول تبسطها كل البسط فتقعد ملوما‬ ‫‘محسورا‬Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan

menyesal’. (QS al-Isra, 29). ‘Tangan terbelenggu pada leher’ adalah simbol kikir yang bersumber pada isyarat tangan yang dikenal di kalangan bangsa Arab.

======

Piranti yang Harus Dimiliki Penerjemah Dengan adanya sistem yang berbeda antara Bsu dan Bsa di samping perbedaan budaya yang sangat erat hubungannya dengan kedua bahasa tersebut maka seseorang yang hendak menjadi penerjemah atau melakukan penerjemahan hendaknya membekali dirinya dengan dua macam piranti atau alat, yaitu (a) piranti intelektual (Sykes 1989:35) dan (b) piranti praktis (Castellano 1989:175) Yang dimaksud dengan piranti intelektual adalah:1. Pengetahuan tentang Bsu yang mencakup: a. Mengenal kata-kata dan karkteristiknya sebagai satuan leksikal termasuk variasi makna yang dimilikinya. b. Mengetahui tingkat gaya yang ditunjukkan oleh pemilihan kata tertentu. c. Memahami struktur dan kategori gramatikal Bsu. d. Cukup familiar dengan kehidupan Negara dimana Bsu dipergunakan.

2. Pengetahuan tentang Bsa: a. Ketepatan memilih kata-kata; mampu membedakan makna antara kata-kata yang bersinonim. b. Ketepatan memilih urutan kata; mengetahui perbedaan dalam penekanan dan nada, bahkan dalam makna yang diakibatkan oleh perubahan posisi kata. c. Ketepatan memilih tanda baca; mengetahui perbedaan penekanan yang

diakibatkan oleh perubahan tanda baca.

3. Pengetahuan yang luas tentang subjek teks yang hendak diterjemahkan. Sementara yang dimaksud dengan piranti praktis adalah perlengkapan yang harus dimiliki oleh seorang penerjemah, di antaranya: 1. Aneka ragam kamus, seperti kamus yang berkenaan dengan Bsu dan Bsa dan kamus yang khusus berisi disiplin ilmu tertentu seperti kamus elektronik, kamus hukum, kamus biologi, dsb. Kamus-kamus ini baik yang berupa kamus konvensial (berbentuk buku) maupun kamus elektronik dalam bentuk CD-ROM. 2. Kliping iklan dan koleksi berbagai lebel produk 3. Komputer.4. Akses ke internet. Kiat-kiat Penerjemahan Penerjemahan adalah pengalihan makna dari Bsu ke dalam Bsa. Menurut Larson (1984:3), pengalihan ini dilakukan dari bentuk bahasa pertama ke dalam bentuk bahasa kedua melalui struktur semantik. Yang dialihkan dan yang harus dipertahankan adalah makna, sementara bentuk boleh berubah. Untuk itu bila kita hendak menerjemahkan petunjuk pemakaian shampoo ke dalam bahasa Arab seperti berikut:“Basahilah rambut anda dan berilah shampoo dan keramaslah rambut anda sambil dipijat-pijat. Biarkanlah barang sejenak sebelum dibilas. Ulangi bila perlu”. Kita harus ingat bahwa bahasa Arab mengenal genus. Verba imperatif basahilah, berilah shampoo, keramaslah, biarkanlah, dan ulangi dalam bahasa Indonesia bisa ditunjukan kepada feminin dan juga pada maskulin. Untuk mengatasi masalah ini, penerjemah harus memilih verba yang netral yaitu dengan verba mabni li al-majhul seperti dalam petunjuk pemakaiaan shampoo berikut: ‫ يترك على الشعر لمدة‬,‫ يدلك الشعر برفق‬.‫يوضع الشامبو على الشعر المبلل‬ ‫ تكرر هذه العملية عند الحاجة‬.‫( دقيقة أو دقيقتان ثم يغسل بالماء جيدا‬pada kemasan Shampo Pantene Saudi)

Penerjamahan Kultural Bila kata atau ungkapan yang hendak diterjemahkan itu bersifat kultural seperti dikemukakan di atas, maka di antara kiat untuk menerjemahkanya adalah dengan melakukan: a. Adaptasi, yaitu pengupayaan padanan kultural antara dua situasi tertentu (Machali 1996 75, Newmark 1988:91). Sebutan penerima surah yang hendak dituju seperti: Kepada Yang TerhormatBapak/Ibu______ Yang biasa terdapat di dalam permulaan surah bahasa Indonesia, bila hendak diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, harus dilihat terlebih dahulu kepada siapa surah itu ditujukan. Sebutan Bapak harus disesuaikan dengan kedudukan atau tingkat sosial penerima surah tersebut. Buku pedoman penulisan surah menyurat bahasa Arab Kayfa Taktub wa Taktubin Ajmal Al-Rasa’il Al-Asriyyah li kull Al-Munasabat (Beirut 1974), memberikan pedoman sebagai berikut: Jenis Penerima Surah

Sebutan Yang Digunakan

Kepala-kepala Instansi, Perusahaan

‫ المحترمحضرة‬..... ‫سيادة رئيس دائرة‬ ‫ المحترمالسيد مدير‬..... ‫رئيس مصلحة‬ ‫ الكرم‬..... ‫بنك‬

Gubernur

‫ المحترم‬..... ‫سعادة محافظ مدينة‬

Menteri

‫ الكرمصاحب المعالي‬..... ‫معالي وزير‬ ‫ المحترم‬..... ‫وزير‬

Pimpinan Kabinet, Dewan Menteri

‫صاحب السعادة رئيس الوزراء‬ ‫الكرمسيادة رئيس مجلس الوزراء‬ ‫المعظمدولة رئيس مجلس الوزراء‬ ‫الكرم‬

Pimpinan DPR/MPR

‫صاحب الدولة رئيس المجلس النيابي‬ ‫الفخمصاحب العطوفة رئيس مجلس‬ ‫النواب الكرم‬

Kepala Negara

‫حضرة صاحب الفخامة رئيس‬ ‫الجمهورية المعظم سيادة رئيس‬ ‫الجمهورية الفخم‬

Pimpinan Lembaga Keagamaan

‫فضيلة الشيخ فلن أداك الله نفعه‬

..... ‫لعبادهصاحب السماحة مفتي‬ ‫المحترم‬ Tokoh Masyarakat

‫حضرة الوجيه الفاضل فلن‬ ‫المحترمحضرة السيد الفاضل فلن‬ ‫الكرم‬

Khusus untuk sebutan raja di Saudi Arabia, biasa digunakan:‫صاحب الجللة خادم‬ ‫الحرمين الشريفين الملك بن عبد العزيز‬Kemudian, surah bahasa Arab biasanya ditutup dengan ungkapan-ungkapan klise seperti:1- ‫وختاما أجد نفسي ملزما‬ -2 ‫بالتعبير عن شكري وامتناني مرة أخرى لما بذلتموه نحوي من العناية والهتمام‬ ‫ وفي الختام أرجو‬-3 ‫وختاما تفضلوا بقبول أسمى عواطف المودة الصادقة والسلم‬ ‫ وتفضلوا بقبول‬-4 ‫لكم دوام التوفيق والتمتع بالصحة والسلمة على طول اليام‬ ‫فائق التحية والحترام من صديقكم المخلص‬

b. Pemadanan Berkonteks, yaitu pemberian suatu informasi dalam konteks agar maknanya jelas (Machali 1996:75). Kata yayasan dalam bahasa Indonesia pada umumnya digunakan untuk lembaga-lembaga yang mengelola kegiatan sosial. Kata ini seringkali diterjemahkan dalam bahasa Arab menjadi ‫ مؤسسة‬yang dalam bahasa Arab bisa digunakan untuk perusahaan komersial (firma). Maka yayasan ibnu sabil yang mengelola anak-anak terlantar, umpanya, sebaiknya diterjemahkan menjadi ‫ مؤسسة ابن سبيل الخيرية‬dengan penambahan adjektiva ‫ الخيرية‬untuk memberikan informasi bahwa yayasan tersebut bersifat sosial bukan komersial. c. Pemadanan Bercatatan. Langkah ini dilakukan bila segala prosedur penerjemahan tidak dapat menghasilkan padanan yang diharapkan, seperti katakata bahirah, sa’ibah, wasilah dan ham sebagaimana tercantum pada awal tulisan ini yang padanan leksikalnya sama sekali tidak ada dalam bahasa Indonesia (lihat Machail 1996:76). Catatan dapat diberikan baik sebagai catatan kaki, seperti yang dilakukan pada penerjemahan keempat kata tersebut (lihat Al-Qur’an dan Terjemahannya hlm. 179-180), maupun catatan akhir pada setiap akhir bab. Jika mengikuti kaidah EYD, keempat kata tersebut mestinya ditulis dengan huruf

miring karena merupakan kata-kata asing. Mujurnya keempat kata tersebut tidak dikenal dalam bahasa Indonesia, tidak sebagaimana kata fitnah yang menjadi faux amis dengan kata fitnah bahasa Indonesia. Karena tidak ditulis dengan huruf miring itu, banyak orang mengira bahwa kata fitnah dalam terjemahan berikut: ‫والفتنة أشد من القتل‬ Dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan (QS 2:191) ‫والفتنة أكبر من القتل‬ Dan fitnah itu lebih besar (dosanya) daripada pembunuhan (QS 2:217). Adalah sama dengan fitnah dalam pengertian bahasa Indonesia, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,:perkataan bohong atau tanpa dasar kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang). Memfitnah berarti menjelekkan nama orang (menodai nama baik, merugikan kehormatan, dsb). Akibatnya, lahirlah ungkapan “Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan”. Padahal fitnah dalam kedua ayat di atas artinya adalah: Menimbulkan kekacauan, seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya, merampas harta mereka dan menyakiti atau mengganggu kebebasan mereka beragama.(Al-Qur’an dan Terjemahnya, catatan kaki nomor 117). Penganiayaan dan segala perbuatan yang dimaksud-kan untuk menindas Islam dan Muslimin (Al-Qur’an dan Terjemahnya, catatan kaki nomor 135).

Penutup Dengan mengikuti kiat-kiat penerjemahan di atas, harapan saya adalah Anda dapat menghasilkan terjemahan yang baik, yaitu terjemahan yang does not sound like a translation (Nilda dan Taber 1974:12). Semoga.[ ]

Daftar Bacaan

As-Sa’alabi, Al-Imam Abu Mansur Isma’il, t.t. Kitab Fiqh Al-Lughah wa Sirr AlArabiyyah. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah. Castellano, Lanna 1989 “The Practical Tool Employed” dalam Catriona Picken (ed). The Translator’s Handbook. London: Aslib. Catford, J.C. 1965 A Linguistic Theory of Translation. London: Exford University Press. Inaniy, Muhammad 1996. Fann At-Tarjamah. Cairo: Al-Hay’ah Al-Misriyyah Al-‘Ammah li Al-Kitab. Khursyid, Ibrahim Zaki 1985 At-Tarjamah wa Musykilatuha. Cairo: Al-Hay’ah Al-Misriyyah Al-Ammah li Al-Kitab. Larson, Mildred L 1984 Meaning-based Translation: A Guide to Cross-language Equivalence. Lanham: University Press of America. M achali, Rochayah 1996. Pedoman Umum Bagi Penerjemah. Lintas Bahasa: Media Komunikasi Penerjemah. Jakarta: Pusat Penerjemahan Fakultas sastra Universitas Indonesia. Newmark, Peter 1988 A Textbook of Translation. New York: Prentice HallNida dan Taber 1974 The Theory and Practice of Translation. Leiden: The United Bible Societies.

B. Identifikasi Dan Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Signifikansi Penelitian E. Kajian Terdahulu F. Metodelogi Penelitian 1. Metode Penelitian 2. Sumber Data 3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

G. Sistematika Penulisan

DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA Abdul Mu'in, Analisis Kontrastif Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia Telaah terhadap fonetik dan Marfologi, (Jakarta: Pustaka Al Husna Baru, 2004), hal 19. Ibnu Khaldun, Abdurrahman bin Muhammad, Muqaddimah Ibnu Khaldun, tt, hal 546. Poerwadarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (Jakarta: Balai Pustaka, , 1991), hal 75. Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab- Frasa – Klausa – Kalim,at, (Malang: Misykat, 2004), hal 6. Hasan Zozo, al lisân wa al insan madkhal ilâ ma'rifat al lughat. Dar al qalam Damaskus 1990

Related Documents

Proposal Tesis Q
October 2019 13
Proposal Tesis
December 2019 20
Proposal Tesis
June 2020 15