Proposal Strategi Cd And Regional Development (erwin Amri).docx

  • Uploaded by: Erwin Amri
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Strategi Cd And Regional Development (erwin Amri).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,864
  • Pages: 15
Mata kuliah

: Pembangunan Masyarakat

Dosen

: Prof. Dedy Deddy T.Tikson, M.Sc.Ph.D.

STRATEGI PEMBANGUAN MASYARAKAT KAWASAN PESISIR NELAYAN BERBASIS COMMUNITY AND AREA/REGIONAL DEVELOPMENT KOTA NUNUKAN

Oleh Erwin Amri

Oleh Erwin Amri NIM: P0200211010

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kota Tarakan merupakan salah satu Kota dari 440 Kabupaten/Kota di Indonesia yang memiliki karakteristik wilayah pesisir dan laut yang cukup potensial untuk pengembangan kelautan dan perikanan. Kota Tarakan memiliki luas perairan ±61,85 % dari keseluruhan luas teritorialnya, dengan panjang garis pantai mencapai 70 Km, yang dikelilingi wilayah perairan Kabupaten Bulungan, Berau dan Nunukan sebagai hinterlandnya. Kondisi wilayah ini berimplikasi pada mata pencaharian penduduk Kota Tarakan dimana sebagian besar mereka terutama yang tinggal diwilayah pesisir dan laut sebagai nelayan, petani ikan dan pengolahannya. Sejalan dengan kondisi tersebut, telah memberikan multiflier effect terhadap perkembangan

kemajuan

pembangunan

kelautan

dan

perikanan.

Perkembangan

pembangunan ini, juga telah menempatkan Kota Tarakan sebagai penghasil devisa terbesar di sektor Kelautan dan perikanan di wilayah utara Propinsi Kalimantan Timur. Hal ini ditunjukkan, pada tahun 2005 tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan telah mencapai 3.452,6 ton atau 83,53 % dari potensi perairan laut sebesar 5000 ton/tahun dan 665,9 ton atau 16,11 % dari usaha budidaya dan 14,7 ton/tahun atau 0,36 % dari potensi budidaya air tawar.

Pemasaran hasil perikanan telah mencapai 11.159,12 ton dengan nilai $US

88.335.690,54 terdiri dari komoditi udang beku segar sebesar 10.785,47 ton ($US 87.283.740,54) dan ikan segar sebesar 373,65 ton ($US 1.051.950), sedangkan untuk perdagangan antar pulau, khusus komoditi udang beku sebesar 28,6 ton (Rp. 266.409.000.-). Tingkat produksi perikanan dan nilai ekspor tersebut, ditinjau dari economic yield netto baru mencapai sebesar 41,35 % dari total potensi 8.500 ton/tahun produk perikanan Kota Tarakan. Secara empiris, besarnya potensi dan aktifitas ekonomi sumberdaya perikanan dan kelautan tersebut, ternyata belum mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat nelayan dan petani ikan. Dari hasil pendataan sosial dan ekonomi tahun 2005, menunjukkan dari 2246 rumah tangga perikanan di Kota Tarakan, masih terdapat sebanyak 1092 rumah tangga perikanan merupakan nelayan yang termasuk kategori miskin.

Seharusnya dengan besarnya potensi dan banyaknya hasil produksi yang dapat di kelola, akan meningkatkan kesejahteraan mereka. Masih rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan tersebut, secara internal disebabkan oleh (1) rendahnya kemampuan sumberdaya manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia, (2) keterbatasan teknologi, metoda, alat dan bahan, (3) keterbatasan modal dan akses pembiayaan, (4) nelayan mempunyai posisi tawar yang lemah dalam pengadaan input produksi maupun penjualannya hasilnya dan (5) keterbatasan organisasi dan manajemen professional. Sedangkan secara eksternal diakibatkan oleh (1) orientasi kebijakan pembangunan tidak berpihak kepada masyarakat nelayan, (2) minimnya pembangunan infrastruktur, sosial dan ekonomi yang mendukung pengembangan kawasan perikanan, (3) tiadanya tranparansi dan iklim usaha yang kondusif dan (4) rendahnya nilai investasi yang terkait langsung dengan usaha para nelayan, baik dari Pemerintah maupun swasta. Berdasarkan kondisi diatas, diperlukan pendekatan program dan kegiatan yang dapat membawa dampak yang signifikan kearah perubahan peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan. Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan, pembangunan terhadap kawasannya harus dipusatkan dengan mereka (People Centered Development), melalui intervensi

program

pemberdayaan

usaha,

sumberdaya

manusia

dan

lingkungan.

Pengembangan kawasan perikanan ini harus dilakukan secara terpadu sehingga upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan dapat secara efektif dan berkelanjutan. Program dan kegiatan yang dirancang untuk merealisasikan tujuan dan sasaran tersebut diatas dilaksanakan melalui Pengembangan Kawasan Perikanan Terpadu (Integretead Fisheries Area Development). Pendekatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu wujud pembangunan alternatif yang menghendaki agar masyarakat mampu mandiri dalammemenuhi kebutuhan hidupnya. Empowerment (pemberdayaan) berasal dari Bahasa Inggris, dimana power diartikan sebagai kekuasaan atau kekuatan. Menurut Robert Dahl (1973:50), pemberdayaan diartikan pemberian kuasa untuk mempengaruhi atau mengontrol. Manusia selaku individu dan kelompok berhak untuk ikut berpartisipasi terhadap keputusan-keputusan sosial yang menyangkut komunitasnya. Sedangkan menurut Korten (1992) pemberdayaan adalah peningkatan kemandirian rakyat berdasarkan kapasitas dan kekuatan internal rakyat atas SDM baik material maupun non material melalui redistribusi modal.

Salah satu pola pendekatan pemberdayaan masyarakat yang paling efektif dalam rangka peningkatan partisipasi masyarakat adalah inner resources approach. Pola ini menekankan pentingnya merangsang masyarakat untuk mampu mengidentifikasi keinginankeinginan dan kebutuhan-kebutuhannya dan bekerja secara kooperatif dengan pemerintah dan badan-badan lain untuk mencapai kepuasan bagi mereka. Pola ini mendidik masyarakat menjadi concern akan pemenuhan dan pemecahan masalah-masalah yang mereka hadapi dengan menggunakan potensi yang mereka miliki (Ross 1987 : 77-78).

B. Identifikasi Masalah Secara umum masalah sosial ekonomi yang dominan pada masyarakat perikanan Kota Tarakan adalah sebagian besar mereka khususnya yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan pengolah hasil perikanan, hidupnya dalam keadaan miskin dan termarjinalkan dari komunitas lainnya. Hasil indentifikasi dilapangan menunjukkan mereka menghadapi permasalahan pada ; (1) kemampuan dalam memanfaatkan sumberdaya perikanan, (2) sarana dan prasarana alat/bahan, (3) keterbatasan metoda, modal dan akses pembiayaan, (4) pengadaan input produksi maupun penjualan hasilnya dan (5) keterbatasan organisasi dan manajemen dan (6) minimnya pembangunan infrastruktur wilayah yang mendukung pengembangan permukimannya. Peran Kota Tarakan sebagai pusat pelayanan jasa dan perdagangan belum memiliki fungsi pendukung yang optimal terhadap pemasaran produk perikanan nelayan kecil. Pemasaran sebagian besar produk hasil tangkapan maupun budidaya yang dihasilkan oleh nelayan tersebut, dipasarkan dengan nilai terendah guna menghidupkan industri – industri perikanan yang notabene belum tentu memberikan dampak positif bagi nelayan dalam meningkatkan kesejahteraannya secara berkelanjutan. Dengan kata lain manfaat yang diberikanan kepada industri atau perusahaan lebih besar dari manfaat yang diterima nelayan dalam upaya memenuhi kuota produk permintaan pasar. Hasil pantauan dilapangan menunjukkan bahwa sebagian besar nelayan memasarkan hasil produksinya baik dari hasil tangkapan, budidaya maupun olahannya melalui pedagang pengumpul atau perusahaan penampung yang notabene mereka hanya memperoleh pendapatan dari hasilnya produksinya, jika terjadi sesuatu pada proses produksinya maka keterlibatan dan kepedulian perusahaan atau pengumpul sangat kecil bahkan tidak peduli, sehingga simbiosis yang saling

menguntungkan tidak selalunya untung dan resiko yang lebih besar pasti dirasakan pada nelayan, sehingga perbaikan kearah yang lebih baik bagi penghasil ini sangat kecil dan lebih cendrung stagnant yang berkelanjutan. Dari uraian tersebut diatas, secara sederhana permasalahan yang teridentifikasi adalah sebagai berikut : 1. Sebagian besar masyarakat perikanan ; masih dalam kondisi miskin dan tertinggal dengan kondisi pemukiman cenderung kumuh, gersang dan tidak tertata dengan baik (slum area) 2. Sebagian besar mata pencahariannya hanya sebagai penangkap ikan, pembudidaya ikan dan pengerajin ikan tradisional dan memasarkannya pada pedagang pengumpul maupun perusahaan perikanan. 3. Perbaikan pemukiman dan peningkatan kesejahteraan sangat minim menyentuh pada masyarakat perikanan, meskipun ada tetapi lebih pada kegiatan yang bersifat instant dan berjangka pendek 4. Belum maksimalnya suatu penataan/kegiatan yang lebih tepat dan berkelanjutan dalam mengorganisir masyarakat perikanan untuk memiliki pemukiman yang layak serta memiliki ”usaha” yang melibatkan nelayan dan keluarganya dalam usaha tersebut. 5. Belum adanya pusat perekonomian perikanan yang terpadu, dan dikelola secara tangguh, profesional dan berkelanjutan pada daerah strategis dan terdepan diwilayah perbatasan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pemberdayaan (empowerment) berasal dari Bahasa Inggris, power diartikan sebagai kekuasaan atau kekuatan. Menurut Korten (1992) pemberdayaan adalah peningkatan kemandirian rakyat berdasarkan kapasitas dan kekuatan internal rakyat atas SDM baik material maupun non material melalui redistribusi modal. Sedangkan Pranarka dan Vidhyandika (1996:56) menjelaskan pemberdayaan adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi, dan lain sebagainya.

A. Paradigma Community Development dan Community Empowerment. Untuk mencapai tujuan dan cita-cita modernisasi, pendekatan partisipasi masyarakat dikembangkan dalam community development. Menurut Abbot (1996:12-15) teori modernisasi awalnya digunakan oleh masyarakat barat yang berperan dalam merubah seluruh masyarakat dari tradisional dan primitif menjadi modern melalui peningkatan tahapan secara berkesinambungan dalam pertumbuhan ekonominya. Dan menurut United Nations (PBB) pengembangan masyarakat merupakan suatu proses yang dirancang untuk menciptakan kondisi-kondisi kemajuan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat dengan partisipasi aktifnya. Lebih lanjut (Abbot, 1996:16-17) menyatakan bahwa pengembangan masyarakat perlu memperhatikan kesetaraan (equality), konflik dan hubungan pengaruh kekuasaan (power relations) atau jika tidak maka tingkat keberhasilannya rendah. Setelah kegagalan teori modernisasi muncul teori ketergantungan, dimana teori ketergantungan pada prinsipnya menggambarkan adanya suatu hubungan antar negara yang timpang, utamanya antara negara maju (pusat) dan negara pinggiran (tidak maju). Menurut Abbot (1996: 20) dari teori ketergantungan muncul pemahaman akan keseimbangan dan kesetaraan, yang pada akhirnya membentuk sebuah pemberdayaan (empowerment)

dalam

(conscientisacion theory).

partisipasi

masyarakat

dikenal

sebagai

teori

keadilan

Pengembangan masyarakat (community development) digunakan sebagai pendekatan partisipasi masyarakat dalam paradigma teori modernisasi, sedangkan pemberdayaan masyarakat (community empowerment) merupakan pendekatan dalam konteks teori ketergantungan (dependency theory). Hubungan hierarki antara kedua teori ini dapat dilihat pada gambar berikut ini :

B. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah merupakan usaha memberdayakan suatu masyarakatyang berada di suatu daerah untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang terdapat di sekeliling mereka dengan menggunakan teknologi yang relevan dengan kebutuhan, dan bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang bersangkutan (Muchdie, dkk ed. 2001: 20).

BAB III KONDISI WILAYAH A. Letak Geografis, Luas, Batas Wilayah dan Kependudukan. Kota Tarakan di samping sebagai pusat satuan wilayah pembangunan, juga merupakan pusat aktifitas pembangunan di wilayah utara Propinsi Kalimantan Timur. Untuk dapat berfungsi seperti apa yang diharapkan tentunya harus didukung pula oleh infrastuktur perkotaan yang memadai serta dapat melayani kebutuhan masyarakat kota maupun wilayah sekitarnya. Secara administratif, wilayah Kota Tarakan dibatasi oleh : Sebelah Utara

:

Pesisir Pantai Kec. Bunyu

Sebelah Timur

:

Kec. Bunyu dan Laut Sulawesi

Sebelah Selatan

:

Pesisir Pantai Kec. Tanjung Palas

Sebelah Barat

:

Pesisir Pantai Kec. Sesayap

Secara geografis, Kota Tarakan yang terletak pada posisi 3o14’30” - 3o25’ Lintang Utara dan 117o31’45” - 117o38’ Bujur Timur mencakup dua pulau yaitu Pulau Tarakan dan Pulau Sadau. Wilayah administrasi Kota Tarakan berdasarkan UU No. 29 Tahun 1997 dan Peraturan Daerah No. 23 Tahun 1999 meliputi 4 kecamatan dan 20 Kelurahan dengan luas total wilayah daratan kurang lebih 25.080 km2, dan laut sepanjang 4 mil yang mengelilinginya seluas 40.653 km2. Dari 20 Kelurahan yang ada, hanya 6 kelurahan yang tidak memiliki wilayah pesisir dan laut yaitu Kelurahan Selumit, Sebengkok, Karang Anyar, Karang rejo, Karang Balik dan Juata Permai. Selebihnya merupakan kawasan pesisir dan laut yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan pembangunan kelautan dan perikanan Kota Tarakan. Sesuai Tata guna lahan, rencana pengembangan kawasan perikanan diarahkan pada Kelurahan Juata Laut, Mamburungan, Mamburungan Timur dan Pantai Amal. Berdasarkan hasil pendataan tahun 2005, penduduk kota Tarakan berjumlah 165.801 jiwa, yang tersebar di 20 kelurahan dengan kepadatan pendudukrata-rata adalah ± 252,23 jiwa/Km². B. Potensi Kelautan dan Perikanan Produksi Perikanan Kota Tarakan pada Tahun 2005 adalah sebesar 4.356,9 ton yang terdiri dari 3.556,6 (81,62%) hasil tangkapan, 685,8 ton (15,74%) budidaya tambak dan 15,1 ton (0,35%) budidaya kolam. Hasil tangkapan laut menunjukkan dominasi terbesar dalam

sumbangan produksinya. Kondisi ini masih berada dibawah nilai potensial yang diperkirakan yakni sebesar 8.560 ton/tahun, yang terdiri dari 5.000 ton (penangkapan dilaut), 3.500 ton (budidaya tambak) dan 60 ton (Kolam), sehingga tingkat pemanfaatan baru mencapai 48,18%. Kegiatan sektor kelautan dan perikanan di Kota Tarakan meliputi pembenihan dan pendederan udang windu, budidaya, penangkapan, cold storage, penampungan hasil laut, pengolahan ikan dan wisata laut. Usaha pembenihan dan pengadaan benur/ nener dari luar Tarakan (Surabaya, Makasar, Lampung dan Balikpapan) berkembang pesat seiring dengan berkembangnya kegiatan budidaya udang diwilayah Kabupaten Bulungan, Nunukan dan Berau. Sedangkan usaha penampungan hasil perikanan dilakukan pengusaha kecil dan memasarkan hingga diluar pasaran lokal. Kegiatan usaha penangkapan oleh nelayan selain dilakukan di perairan Tarakan juga dilakukan diperairan Kabupaten Bulungan, Nunukan dan Berau dengan menggunakan alat tangkap yang beraneka ragam sesuai dengan jenis ikan sasaran. Jumlah nelayan yang melakukan aktivitas penangkapan berdomisili di Kota Tarakan adalah sebanyak 2.002 orang. Jenis alat tangkap yang digunakan antara lain dogol, jaring insang hanyut, jaring gondrong, serok/sodok, pancing, belat, tugu, jaring angkat, dan penangkap lainnya. Sebagian produksi perikanan tangkap dilakukan oleh nelayan kecil dengan menggunakan tanpa motor, motor tempel sampai yang menggunakan kapal motor 3–5 GT (80%), sehingga daerah penangkapan terkonsentrasi pada daerah dibawah 4 mil. Perusahaan Perikanan yang bergerak dalam bidang cold strorage di Kota Tarakan berjumlah 8 ( delapan ) unit dengan kapasitas Produksi berkisar antara 3–10 ton/ hari. Jenis komoditas yang diproduksi hanya tertumpu pada jenis udang yang diperoleh dari hasil tangkapan laut dan budidaya tambak diwilayah Tarakan, Bulungan, Nunukan dan Berau. Di Kota Tarakan terdapat 13 (tiga belas) unit Hatchery yang beroperasi dengan kapasitas produksi berkisar dari 1–10 juta ekor/siklus/unit (1,5 bulan), sedangkan penampungan/pendeder sebanyak 87 unit dengan kapasitas jual antara 1–5 juta ekor benur/bulan/unit. Total produksi benur yang berasal dari hatchery dan penampungan adalah sekitar 220 juta ekor/bulan. Kebutuhan benur di kota Tarakan dan daerah sekitarnya mencapai 300 juta ekor benur/bulan, sehingga seringkali terjadi kelangkaan benur pada saat musim tebar.

BAB IV HASIL PEMBAHASAN A. Strategis Pengembangan Kawasan Pesisir Nelayan Kota Tarakan. Proses analisis SWOT diawali dari penilaian mengenai kondisi masyarakat atau kawasan pada suatu saat dikaitkan dengan perumusan strategi jangka panjang untuk mencapai tujuan dan manfaat dari strategi pengembangan Kawasan Pesisir Nelayan Kota Tarakan. Analisis ini dilakukan untuk melihat kondisi lingkungan external maupun lingkungan internal yang mempengaruhi proses pengembangan Kota Tarakan. Yang dimaksud dengan faktor external adalah peluang dan ancaman dalam usaha pengembangan kawasan pesisir nelayan, sedangkan yang dimaksud kondisi internal adalah kekuatan dan kekurangan yang ada dalam usaha Pengembangan masyarakat Kawasan Pesisir Nelayan Kota Tarakan. Analisis SWOT ini ditujukan untuk menemukan faktor-faktor internal dan external dalam pengembangan kawasan selama ini, dan hasil yang akan diperoleh nantinya dijadikan bahan masukan untuk menyusun strategi perencanaan. Disamping itu dalam karya ilmiah ini, analisis SWOT juga digunakan untuk menjawab permasalahan kedua yakni, strategi apa yang dapat diterapkan guna mengoptimalkan strategi pengembangan Kawasan Pesisir Nelayan Kota Tarakan. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka untuk menguji masalah dilakukan pengkajian terhadap strategi yang telah digunakan saat ini dengan strategi yang seharusnya dilakukan. 1. Lingkungan Internal : Pada lingkungan internal yang akan dianalisis adalah kekuatan dan kelemahan yang terdapat dalam strategi pengembangan Kawasan Pesisir Nelayan Kota Tarakan antara lain; a) Faktor Kekuatan (Strength); 

Merupakan penetapan Kawasan Strategis Nasional.



Tersedianya sumber daya fisik dan nonfisik yang sesuai untuk pengembangan potensi ekonomi.



Teridentifikasinya Kawasan Pengembangan Kawasan Strategis sebagai kawasan cepat tumbuh



Tersedianya infrastruktur yang memadai seperti pelabuhan nusantara dan PPI (pusat pelelangan ikan).



Merupakan Jalur utama arteri primer.

b) Faktor Kelemahan (Weakness); 

Kurang optimalnya penggunaan lahan



Bergesarnya pengembangan kota ke arah selatan Kota Tarakan Selatan yang merupakan wilayah hutan lindung.

2. Lingkungan External Selain dihadapkan pada faktor kekuatan dan kelemahan, usaha pengembangan kawasan Strategis juga dihadapkan pada faktor peluang dan ancaman (Opportunity and threat factor’s), yakni; a) Peluang (Opportunity). 

Kebijakan Pemerintah dalam hal penetapan dan pengelolaan kawasan Strategis (UU No. 26, Tahun 2007)



Ditetapkannya status Daerah Pusat Pertumbuhan (DPP) Kawasan Strategis



Terdapatnya program peningkatan infrastruktur wilayah.

b) Ancaman (Threat). 

Terjadinya abrasi dan sedimentasi pantai dan sungai.



Terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan di daerah pantai dan sungai.

Faktor Internal

Kekuatan (S

Kelemahan (W)

 

  

 Faktor Eksternal



Merupakan penetapan Kawasan Stratregis Nasional Tersedianya sember daya fisik dan nonfisik yang sesuai untuk pengembangan potensi ekonomi. Tersedianya infrastruktur yang memadai seperti pelabuhan nusantara dan PPI (pusat pelelangan ikan). Merupakan Jalur utama arteri primer.

Kurang adanya promosi Kurang optimalnya penggunaan lahan Bergesarnya pengembangan kota ke arah selatan Kota Tarakan Selatan

Strategi WO  Mengoptimalkan pola penggunaan lahan sebagai alat mitigasi dengan kearifan sumber daya.  Pengembangan kawasan strategis Kota Tarakan berbasis Mitigasi

Ancaman (T)

Strategi SO  Memanfaatkan secara maksimal segala potensi sumberdaya yang dimiliki untuk mendukung program pengembangan kawasan Strategis  Mengintensifkan kegiatan pengembangan kawasan Strategis dengan potensi yang dimiliki dengan memanfaatkan dukungan Pemerintah  Memanfaatkan kebijakan pemerintah dalam mendukung proses pengembangan kawasan Strategis Strategi ST







Peluang (O)   



Kebijakan Pemerintah dalam hal penetapan dan pengelolaan kawasan Strategis (UU No. 26, Tahun 2007) Ditetapkannya status Daerah Pusat Pertumbuhan (DPP) Kawasan Strategis Terdapatnya program peningkatan infrastruktur wilayah

Terjadinya abrasi dan sedimentasi pantai dan sungai. Terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan di daerah pantai dan sungai.



Mempertahankan budaya asli daerah dengan tetap mengembangkan budaya yang ada Pengembangan seluruh potensi yang dimilki serta melakukan kegiatan promosi mina dan agrowisata untuk menarik wisatawan

Strategi WT



Menciptakan daya dukung lingkungan kawasan Penerapan Rencana Tata Ruang yang ada.

Berdasarkan analisis SWOT maka prioritas strategi pengembangan Kawasan Pesisir Nelayan Kota Tarakan dijabarkan sebagai berikut : a) Mengintensifkan kegiatan pengembangan kawasan Strategis dengan potensi yang dimiliki dengan memanfaatkan dukungan Pemerintah. b) Memanfaatkan kebijakan pemerintah dalam mendukung proses pengembangan kawasan Strategis. c) Mengoptimalkan pola penggunaan lahan sebagai alat mitigasi dengan kearifan sumber daya. d) Pengembangan seluruh potensi yang dimilki serta melakukan kegiatan promosi mina dan agrowisata untuk menarik wisatawan. e) Menciptakan daya dukung lingkungan kawasan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Menetapkan suatu strategi dan kebijakan dalam Pengembangan Kota Tarakan Sebagai a). Kawasan Strategis nasional yaitu Mengintensifkan kegiatan pengembangan kawasan Strategis dengan potensi yang dimiliki dengan memanfaatkan dukungan Pemerintah. b). Memanfaatkan kebijakan pemerintah dalam mendukung proses pengembangan kawasan Strategis. c). Mengoptimalkan pola penggunaan lahan sebagai alat mitigasi dengan kearifan sumber daya. d). Pengembangan seluruh potensi yang dimilki serta melakukan kegiatan promosi mina dan agrowisata untuk menarik wisatawan. e). Menciptakan daya dukung lingkungan kawasan.

B. Saran – Saran 1. Perlunya campur tangan pemerintah yang lebih serius dalam melakukan suatu strategi pembangunan utamanya dalam mendukung sub sektor kegiatan yang unggul, sehingga sektor tersebut tidak mengalami kemunduran dan berpengaruh positif terhadap perkembangan Kabupaten Takalar. 2. Menciptakan situasi wilayah Kabupaten Takalar yang kondusif, aman yang pada akhirnya dapat menarik minat para investor untuk ikut berpartisipasi

DAFTAR PUSTAKA www.gogel.com/strategi-pembangunan-masyarakat-desa.html (Diakses Pada Tanggal 8 Juni 2012) Abbott, John. 1996. Sharing the City: Community Participation in Urban Management. London : Earthscan Publications Limited Muchdie dkk. (ed.) 2001. Tiga Pilar Pengembangan Wilayah: Sumber Daya Alam,Sumber Daya Manusia dan Teknologi. Jakarta : BPPT.

Related Documents


More Documents from "Linda Carroli"