KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan dengan segala kerendahan hati atas kehadirat Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas
ahir
penyusunan
Proposal
Skripsi,
dengan
judul
“PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA” (Studi Pada Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya Tahun 2017). Penyusunan Proposal Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan guna menyelesaikan program Diploma IV Kesehatan Lingkungan. Proposal Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang terlibat baik berupa materi, moral dan spiritual. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak drg. Bambang Hadi Sugito selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan penelitian dan penyusunan Proposal Skripsi. 2. Bapak Ferry Kriswandana, SST., MT selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan penelitian dan penyusunan Proposal Skripsi. 3. Ibu AT. Diana Nerawati, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi D-IV Jurusan Kesehatan Lingkungan Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan penelitian dan penyusunan Proposal Skripsi. 4. Ibu Erna Triastuti, SKM., M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan segala waktu, tenaga, dan upayanya untuk memberikan bimbingan kepada kami hingga terselesaikannya Proposal Skripsi ini. 5. Bapak Sujarwo,.ST selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan segala waktu, tenaga, dan upayanya untuk memberikan bimbingan kepada kami hingga terselesaikannya Proposal Skripsi ini. 6. Instansi yang terkait yaitu Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan penelitian. 7. Keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan dan do’a kepada kami hingga terselesaikannya Proposal Skripsi ini. i
Tak lupa kepada semua pihak yang tersebut maupun tidak tersebut di atas, semoga mendapatkan imbalan yang lebih baik dari Allah SWT atas segala yang telah dilakukan hingga Proposal skripsi ini dapat diselesaikan. Kami menyadari bahwa dalam penulisan Proposal Skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu apabila ada kritik dan saran yang membangun dari pembaca, demi kesempurnaan Proposal Skripsi ini kami menerima dengan tangan terbuka. Akhirnya saya berharap Proposal Skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi para pembaca umumnya dan perkembangan dunia pendidikan di Akademi pada masa yang akan datang.
Surabaya,
Februari 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR ............................................................................................ i DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR TABEL ................................................................................................. v DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL ......................................................... viii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………...…………………………..…………....1 B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah .............................................. 3 1. Identifikasi Masalah ..................................................................... 3 2. Pembatasan Masalah .................................................................... 3 C. Rumusan Masalah ............................................................................ 4 D. Tujuan Penelitian.............................................................................. 4 1. Tujuan Umum .............................................................................. 4 2. Tujuan Khusus ............................................................................. 4 E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4 1. Bagi Instansi Terkait .................................................................... 4 2. Bagi Masyarakat........................................................................... 5 3. Bagi Peneliti lain .......................................................................... 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen ....................................................................................... 6 1. Perencanaan.................................................................................. 7 2. Organisasi ..................................................................................... 8 3. Pelaksanaan .................................................................................. 9 4. Pengawasan dan Evaluasi .......................................................... 10 5. Unsur Manajemen ...................................................................... 11 B. Limbah Rumah Sakit ...................................................................... 11 1. Pengertian Limbah Medis Rumah Sakit .................................... 11 2. Sumber Limbah Medis ............................................................... 13 iii
3. Jenis Limbah Medis ................................................................... 15 4. Persyaratan Limbah Medis ......................................................... 16 5. Pengelolaan Limbah Medis Padat .............................................. 19 C. Perilaku Sumber Daya Manusia (Tenaga Kesehatan) .................... 25 BAB III
KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ........................................................................... 29
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ............................................................................... 30 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 30 1. Lokasi Penelitian ........................................................................ 30 2. Waktu Penelitian ........................................................................ 30 C. Objek, Populasi, Sampel, dan Besar Sampel Penelitian ................. 30 1. Objek penelitian ......................................................................... 30 2. Populasi Penelitian ..................................................................... 30 3. Sampel dan Besar Sampel Penelitian ......................................... 31 D. Variabel dan Definisi Operasional ................................................. 31 1. Variabel yang diteliti dalam penelitian ...................................... 31 2. Definisi Operasional................................................................... 33 E. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 37 1. Sumber data................................................................................ 37 2. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 37 F. Analisa Data .................................................................................... 38 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39 LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL Tabel Tabel II. 1 Tabel II. 2 Tabel IV. 1
Halaman Jenis Limbah Rumah Sakit Berdasarkan Sumbernya……………13 Jenis Wadah Dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori….18 Definisi Operasional……………………………………………...33
v
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
Gambar III. 1 Kerangka Konsep ..........................................................................29 Gambar IV. 1 Hubungan Antar Variabel ............................................................32
vi
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4
Lembar Wawancara Untuk Penanggung Jawab Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya Tahun 2017 Lembar Wawancara Penanggungjawab Ruangan Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya Tahun 2017 Lembar Wawancara Untuk Petugas Kebersihan Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya Tahun 2017 Lembar Observasi Pengelolaan Limbah Medis Padat Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya Tahun 2017
vii
DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL Daftar Singkatan AMDAL APD BATAN BLH Ditjen KepMenKes Menkes MS POAC PP&PL RI RPJMD RSUD SDM SK SOP TMS TPS UKL UPL WERE
= Analisis Mengenai Dampak Lingkungan = Alat Pelindung Diri = Badan Tenaga Nuklir Nasional = Badan Lingkungan Hidup = Direktur Jendral = Keputusan Menteri Kesehatan = Menteri Kesehatan = Memenuhi Syarat = Planning, Organizing, Actuating, Controlling = Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan = Republik Indonesia = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah = Rumah Sakit Umum Daerah = Sumber Daya Manusia = Standart Keputusan = Standart Operasional Prosedur = Tidak Memenuhi Syarat = Tempat Penampungan Sementara = Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup = Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup = Work Employes Relationship Environment
Daftar Simbol H2SO4 Kg KmNO4 m3 % 0 C ± >
= Asam Sulfat = Kilogram = Kalium Permangat = Meter Kubik = Presentase = Derajat Celsius = Kurang Lebih = Kurang Dari
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun ini, perkembangan teknologi dan perkembangan ekonomi di Indonesia semakin mengalami peningkatan. Ditandai dengan adanya kemajuan diberbagai bidang antara lain bidang kesehatan. Hal tersebut diimbangi dengan banyaknya pembangunan sarana dan prasarana kesehatan. Rumah sakit merupakan salah satu prasarana yang mengalami perkembangan yang cukup pesat. Kebutuhan layanan akan rumah sakit yang bermutu semakin dibutuhkan oleh masyarakat. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011 yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan, sejak tahun 2009 sampai 2011 terjadi peningkatan jumlah rumah sakit baik rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus. Pada tahun 2009 terdapat 1.523 rumah sakit di Indonesia jumlah ini naik 10.7% menjadi 1.686 unit pada tahun 2011 (Ditjen PP&PL, 2011). Hal tersebut dapat memicu terjadinya permasalahan dalam pengelolaan limbah medis dirumah sakit terutama dalam penanganan limbah medis padat. Limbah medis dapat berpotensi menimbulkan risiko terhadap kesehatan apabila tidak ditangani dengan baik. Sebuah limbah dapat dikelola dengan baik melalui manajemen kebijakan untuk mencapai tujuan lingkungan yang sehat dan aman bagi pegawai dan masayarakat sekitar. Menurut KEPMENKES RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 limbah medis adalah limbah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Komposisi limbah medis antara lain terdiri dari 80% limbah non infeksius, 15% limbah patologi dan infeksius, 1% limbah benda tajam, 3% limbah kimia & farmasi, >1% tabung & termometer pecah (Ditjen PP & PL, 2011). Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya yang terletak di jalan Raya Kendung Nomor 115 – 117, Kota Surabaya. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang dibangun dalam rangka pencapaian
1
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Surabaya maka pemerintah kota Surabaya berupaya memperluas wilayah keterjangkauan sarana prasarana kesehatan di wilayah Surabaya Barat dengan membangun Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya, dengan harapan setiap warga masyarakat yang berada di wilayah Surabaya Barat dapat terlayani kebutuhan akan kesehatan secara baik dan cepat karena mudah terjangkau. Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya jumlah kumulatif limbah medis padat dalam periode Januari sampai dengan Juni 2016 limbah medis padat yang dihasilkan sebanyak 389 kg dengan rata-rata setiap bulannya 65 kg limbah medis padat. (Data RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya, 2016). Menurut informasi Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya memiliki incenerator dengan kapasitas 1m3 dan suhu yang ada di tungku incenerator saat pembakaran kurang dari 10000C (±8000C) dengan lama waktu pembakaran 1 jam. Akan tetapi incenerator tersebut tidak lagi digunakan karena tidak memiliki ijin dan limbah medis padat harus di pihak ke-3 kan ke PT. PRIA Mojokerto (Putra Restu Ibu Abadi) dalam pemusnahanya. Dari observasi dan penjelasan petugas Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya masih terdapat beberapa masalah di bidang Kesehatan Lingkungan antara lain tentang pengolahan limbah medis rumah sakit yang masih kurang optimal. Ditandai dengan meningkatnya jumlah limbah medis padat tiap tahunnya yang dapat membahayakan kesehatan dilingkungannya. Sehingga berpengaruh pada proses pengelolaan limbah medis padat dari pewadahan sampai pemusnahan seperti
yang
tercantum
dalam
KEPMENKES
RI
No.
1204/MenKes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Permasalahan lain yang dihadapi antaralain masih bercampurnya tempat penyimpanan sementara limbah padat medis dan non medis, tercecernya limbah medis padat ditempat penampungan sementara rumah sakit yang disebab kan karena troly pengangkut dan tempat penampungan sementara
2
yang belum tertata rapi dan penggunaan alat pelindung diri yang belum diperhatikan oleh petugas kebersihan akan fungsinya untuk melindungi diri dari kontaminasi limbah medis. Hal tersebut mungkin terjadi karena sistem pengelolaan terhadap limbah medis khusunya limbah medis padat yang kurang termaksimalkan oleh manajemen rumah sakit. Maka dari itu diperlukan suatu sistem manajemen penelolaan limbah medis yang terstruktur dan jelas sebagai salah satu cara agar permasalahan yang komplek tentang limbah medis terutama limbah medis padat dapat teratasi. Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik melakukan penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya dengan judul “PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA (Studi Pada Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya Tahun 2017)”. B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1. Identifikasi Masalah a. Pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya sudah baik namun masih terdapat kekurangan. b. Tercampurnya tempat penyimpanan atau penampungan sementara limbah medis padat dengan limbah padat non medis. c. Masih terlihat limbah medis padat yang tercecer di tempat penampungan sementara Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya. d. Belum diterapkannya sistem manajemen lingkungan sebagai salah satu standar dalam pengelolaan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya. 2. Pembatasan Masalah Dalam pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya meliputi input, proses dan output. Maka penelitian dibatasi pada:
3
a. Input (masukan) yang menyangkut tenaga dan metode. b. Proses manajemen yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahanya yaitu : Bagaimana pengelolaan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya ? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisa pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya. 2. Tujuan Khusus a. Menilai tenaga dalam pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya. b. Menilai metode pengolahan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya. c. Menilai perencanaan dan pengorganisasian dalam pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya. d. Menilai pelaksanaan dan pengawasan dalam pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya dari proses minimalisasi limbah, pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang, pengangkutan, tempat penampungan sementara dan pemusnahan. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Terkait a. Untuk dapat memberikan kontribusi bagi Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya sebagai bahan masukan tentang perilaku analis dalam pengelolaan limbah medis padat di masa yang akan datang. b. Sebagai referensi dan dapat kiranya membantu instansi-instansi lain yang erat kaitannya dengan pengelolaan limbah medis padat.
4
2. Bagi Masyarakat Memberikan sumbangan pemikiran secara teoritis bagi penerapan dan perkembangan substansi disiplin ilmu di bidang Ilmu Kesehatan Lingkungan khususnya Ilmu Kesehatan. 3. Bagi Peneliti lain Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang perilaku analis dalam hal pengelolaan limbah medis padat.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Manajemen lingkungan rumah sakit merupakan bagian dari sistem manajemen terpadu yang yang meliputi pendekatan struktur organisasi, kegiatan perencanaan, pembagian tanggung jawab dan wewenang, praktik menurut standart operasional, prosedur khusus, proses berkelanjutan dan pengembangan sumber daya manusia untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji, serta mengevaluasi dan mensinergikan kebijakan lingkungan dengan tujuan rumah sakit. Manajemen pengelolaan limbah sebagai bagian dari manajemen lingkungan rumah sakit yang dinamis sehingga diperlukan adaptasi atau penyesuaian terhadap perubahan dirumah sakit yang meliputi sumber daya, proses, dan kegiatan rumah sakit, serta apabila ada perubahan dirumah sakit seperti
adanya
perubahan
peraturan
perundang-undangan.
Dalam
penerapannya, manajemen rumah sakit meliputi serangkaian kegiatan manajemen mulai dari sumber hingga hasil ahir limbah setelah diolah dan dievaluasi terhadap pengolahanya. Penerapan manajemen pengelolaan limbah rumah sakit merupakan hal yang penting karena dapat memberikan perlindungan terhadap lingkungan, mengelola lingkungan rumah sakit yang lebih baik pengembangan terhadap sumber daya manusia (SDM), kontinuitas peningkatan perform peraturan lingkungan rumah sakit, menyesuaikan dengan perundang-undangan, sebagai manajemen mutu terpadu, penghematan biaya, dan dapat meningkatkan citra rumah sakit. Manajemen dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan, memelihara, dan mengoprasikan organisasi dengan tujuan tertentu melalui upaya manusia yang sistematis terkoordinasi dan koperatif. Dalam manajemen diperlukan analisis, penerapan tujuan, sasaran, serta penjabaran tugas dan kewajiban dengan memanfaatkan SDM, anggaran, metode, bahan, dan alat yang diatur secara baik dan efisien meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi.
6
1. Perencanaan Dalam penerapan pengelolaan limbah medis padat dirumah sakit diperlukan adanya dukungan manajemen rumah sakit dalam hal ini komitmen pimpinan dan para pengambil keputusan. Komitmen ini dapat dilihat dari kebijakan tertulis atas usaha pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit yaitu berupa surat keputusan yang dikeluarkan oleh direktur rumah sakit yang berisi tanggung jawab terhadap pengelolaan limbah medis padat yang disesuaikan dengan program penyehatan lingkungan rumah sakit. Apabila rumah sakit komitmen terhadap pengelolaan limbah medis padat yang ditunjukan dengan adanya surat keputusan direktur dan kebijakan-kebijakan,
maka
dapat
dilanjutkan
dengan
menyusun
perencanaan. Sebelum menyusun rencana kerja terkait pengelolaan limbah medis padat perlu dilakukannya identifikasi terhadap aspek lingkungan yaitu setiap unit kerja yang menghasilkan limbah medis padat dan karakteristik dari limbah yang dihasilkan. Kemudian dianalisis terhadap dampak lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan. Analisis dampak lingkungan ini dapat dilakukan secara internal oleh pihak rumah sakit dengan adanya prosedur yang cukup untuk mengidentifikasi aspek- aspek lingkungan dari aktivitas rumah sakit yaitu dengan memiliki SOP dan pemantauan yang dilakukan pihak internal rumah sakit maupun pihak eksternal rumah sakit seperti BLH. Analisis aspek lingkungan tersebut dapat dilihat dari dokumen AMDAL/ UKL-UPL yang telah dipersyaratkan. Adanya dokumen atas dampak lingkungan tersebut akan menunjukan perlu dilakukan upaya pengelolaan limbah di rumah sakit. Pada tahap perencanaan upaya pengelolaan limbah medis padat rumah sakit dapat dilaksanakan dengan menyiapkan perangkat lunak seperti : a. Peraturan. b. Pedoman. c. Kebijakan terhadap peningkatan pengelolaan limbah medis padat.
7
Yang akan di aplikasikan kedalam bentuk program-program yang kemudian akan di tindak lanjuti dengan penerapan. Sumber daya yang akan mendukung penerapan dilapangan adalah sumber aktif (manusia) meliputi anggaran serta sarana dan prasarana. 2. Organisasi Manajemen timbul karena adanya orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Manajemen tidak lepas dari sumber daya manusia karena sebagai sumber daya aktif dan koordinasi antar sumber daya manusia yang dikendalikan untuk mencapai tujuan. Upaya pengendalian koordinasi SDM aktif ini disebut dengan pengorganisasian. Yang menggunakan teknik dan metode tertentu, dalam organisasi tertentu. Berikut merupakan prinsip-prinsip umum manajemen yang berkaitan dengan sumber SDM antara lain : a. Adanya pembagian kerja. Kualitas SDM perlu diperhatikan baik fisik, mental, pendidikan dan pengalaman. b. Disiplin merupakan ketaatan dan kepatuhan untuk mengikuti aturan yang menjadi tanggung jawabnya. c. Kewenangan dan tanggung jawab setiap pekerja untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan pembagian tugas yang diberikan kepadanya. d. Memberikan prioritas kepada kepentingan umum. e. Penggajian pegawai dan karyawan sangat menentukan dalam kelancaran tugas. f. Pusat
kewenangan
yang
berdampak
pada
perumusan
pertanggungjawaban dalam rangka mencapai tujuan. g. Mekanisme kerja dalam organisasi sehingga anggota mengetahui siapa yang menjadi atasan dan bertanggung jawab kepada siapa serta sebaliknya. h. Keamanan i. Inovasi agar pekerja lebih inisiatif dalam berkembang kearah perubahan yang lebih maju. j. Semangat bekerja sama dalam tim.
8
Pengorganisasian dalam upaya pengelolaan limbah rumah sakit biasanya dikenal dengan sanitasi rumah sakit yang harus mencerminkan fungsi dinamis dengan wadah kegiatan dengan terdiri dari unsur berikut : a. Pimpinan layanan sanitasi rumah sakit b. Teknis sanitasi c. Penunjang layanan sanitasi Tugas-tugas dalam unit sanitasi rumah sakit antara lain sebagai berikut : a. Mengembangkan
prosedur
rutin
termasuk
manual
untuk
pelaksanaanya. b. Melatih dan mengawasi karyawan-karyawan tertentu termasuk petugas cleaning service. c. Membagi tugas dan tanggung jawab. d. Melaporkan kepada atasan atau pimpinan rumah sakit. 3. Pelaksanaan Pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit dilakukan berdasarkan program yang telah dibuat pada tahap perencanaan oleh setiap karyawan / petugas yang telah diberikan tugas atau tanggung jawab sesuai dengan struktur organisasi dan uraian kerja masing-masing. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan SOP yang telah dibuat dalam tahap perencanaan. Pada tahap pelaksanaan pengelolaan limbah medis padat meliputi upaya : a. Minimalisasi b. Pemilahan c. Pewadahan d. Pemanfaatan kembali / daur ulang e. Pengangkutan f. Tempat penampungan sementara g. Pemusnahan Pada tahap pengumpulan limbah medis padat baik di unit penghasil limbah,ditempat penampungan sementara, maupun ditempat penampungan
9
ahir akan dilakukan pencatatan dan pelaporan yang kemudian akan di laporkan ke direktur rumah sakit. Dalam pelaksanaanya diperlukan pengawasan agar semua karyawan yang terkait dengan pengelolaan limbah medis padat bekerja sesuai dengan tugas nya dan apabila ditemukan permasalahan lingkungan pada pengelolaan limbah medis padat maka dapat segera di tindak lanjuti. 4. Pengawasan dan Evaluasi Dalam manajemen pengawasan merupakan suatu kegiatan untuk mencocokan apakah pelaksanaan dilapangan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan dari organisasi. Sedangakan evaluasi dilakukan terhadap pencapaian tujuan terhadap setiap kegiatan dalam program pengelolaan limbah medis padat. Selain itu evaluasi juga dilakukan terhadap permasalahanpermasalahan lingkungan yang ada. Kemudian dianalisis apakah sistem manajemen lingkungan rumah sakit sudah sesuai dengan peraturan pengelolaan lingkungan dan apakah sistem manajemen lingkungan rumah sakit sudah diterapkan secara benar dan dipelihara antara kebijakan dengan pelaksanaanya. Berdasarkan runag lingkupnya menurut Azwar (2000), evaluasi dapat dibedakan menjadi empat kelompok antara lain : a. Input (masukan) yang menyangkut pemanfaatan berbagai sumber daya, anggaran, tenaga, metode, bahan dan peralatan. b. Process (proses) lebih dititik beratkan pada pelaksanaan program apakah sudah sesuai rencana dari tahap perencanaan, penorganisasian dan pelaksanaan. c. Output
(keluaran) evaluasi
pada saat
program
telah selesai
dilaksanakan yang tujuan utamanya untuk mengukur keluaran serta mengukur dampak yang dihasilkan. d. Impact (dampak) yaitu pengaruh yang timbul dari program yang dilaksanakan.
10
5. Unsur Manajemen Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Manajemen terdiri dari tujuh unsure antara lain : a. Man : Sumber daya manusia b. Money : Uang yang diperlukan untuk mencapai tujuan c. Method : Cara atau sistem untuk mencapai tujuan d. Machine : Mesin atau alat untuk berproduksi e. Material : Bahan-bahan yang diperlukan dalam kegiatan f. Market : Pasaran atau tempat untuk melemparkan hasil produksi g. Information : Hal-hal yang dapat membantu untuk mencapai tujuan. B. Limbah Rumah Sakit 1. Pengertian Limbah Medis Rumah Sakit Limbah medis rumah sakit adalah semua limbah medis yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, gel dan gas yang dapat mengandung mikroorganisme pathogen yang bersifat infeksius, bahan kimia beracun, dan sebagian bersifat radioaktif. Menurut KepMenKes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 limbah medis rumah sakit adalah semua limbah medis yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit dan tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum di buang. a. Berdasarkan wujudnya, limbah dibedakan menjadi tiga yaitu: 1) Limbah Medis Padat Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radio aktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat.
11
2) Limbah Medis Cair Limbah medis cair merupakan semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. 3) Limbah Medis Gas Limbah medis gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenerator,
perlengkapan
dapur,
generator,
inastesi,
dan
pembuatan obat sitotoksik. b. Limbah Medis Berdasarkan golonganya Dalam
kaitan
dengan
pembagian
golognan,
limbah
medis
dikelompokkan menjadi lima (A. J Djohan,2003 : 62), yaitu: 1) Golongan A Limbah yang termasuk dalam golongan A, terdiri dari: dressing bedah, swab, dan semua bahan yang tercampur dengan bahan tersebut, bahan linen dari kasus penyakit infeksi, serta seluruh jaringan tubuh manusia (terinfeksi maupun tidak), bangkai atau jaringan hewan dari laboratorium dan hal lain yang berkaitan dengan swab dan dressing. 2) Golongan B Limbah yang termasuk dalam golongan B, terdiri dari: syringe bekas, jarum, cartridge, pecahan gelas, dan benda tajam lainnya. 3) Golongan C Limbah yang termasuk dalam golongan C, terdiri dari: limbah dari ruang laboratorium dan post-partum kecuali yang termasuk dalam golongan A. 4) Golongan D Limbah yang termasuk dalam golongan D, terdiri dari: limbah bahan kimia dan bahan farmasi tertentu.
12
5) Golongan E Limbah yang termasuk dalam golongan E, terdiri dari: pelapis bed-pan disposable, urinoir, incontinence-pad, dan stomage bags. 2. Sumber Limbah Medis Pada dasarnya jenis dan sumber limbah rumah sakit dapat di klasifikasikan sebagai beerikut : Tabel II. 1 JENIS LIMBAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN SUMBER
No
Sumber/Area
Jenis Sampah
. 1.
Kantor/administrasi
Kertas
2.
Unit obstetric dan
Dressing (pembalut/pakaian), sponge
ruang
(sepon/pengosok ), placenta, ampul, termasuk
perawatan obstetric
kapsul perak nitrat, jarum syringe (alat semprot), masker disposable (masker yang dapat dibuang), disposable drapes (tirai/kain yang dapat dibuang), sanitary napkin (serbet), blood lancet disposable (pisau bedah), disposable chat eter (alat bedah), disposable unit enema (alat suntik pada usus) disposable diaper (popok) dan underpad (alas/bantalan), dan sarung disposable.
13
3.
Unit emergency dan
Dressing (pembalut/pakaian), sponge
bedah termasuk
(sepon/penggosok), jaringan tubuh, termasuk
ruang perawatan
amputasi ampul bekas, masker disposable (masker yang dapat dibuang), jarum syringe (alat semprot), drapes (tirai/kain), disposable blood lancet (pisaubedah), disposable kantong emesis, Levin tubes (pembuluh) chateter (alat bedah), drainase set ( alat pengaliran), kantong colosiomy, underpads (alas/bantalan), sarung bedah.
4.
Unit
laboratorium,
Gelas terkontaminasi, termasuk pipet petri dish,
ruang mayat,
wadah specimen, slide specimen (kaca/alat
phatology dan
sorong), jaringan tubuh, organ, dan tulang
autopsy 5.
Unit Isolasi
Bahan-bahan kertas yang mengandung buangan nasal (hidung) dan sputum (dahak/air liur), dressing (pembalut/pakaian dan bandages (perban), masker disposable (masker yang dpat dibuang), sisa makanan, perlengkapan makan.
6.
Unit Perawatan
Ampul, jarum disposable dan syringe (alat semprot), kertas dan lain-lain.
7.
Unit Pelayanan
Karton, kertas bungkus, kaleng, botol, sampah dari ruang umum dan pasien, sisa makanan buangan.
8.
Unit gizi/dapur
Sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan sayuran dan lain-lain
9.
Halaman
Sisa pembungkung daun ranting, debu.
Rumah Sakit
14
3. Jenis Limbah Medis Berdasarkan potensi bahaya yang dapat ditimbulkan, limbah medis di kategorikan sebagai berikut (Asmadi, 2013 : 17): a. Limbah Infeksius Merupakan limbah yang diduga mengandung patogen dalam konsentrasi yang cukup dapat menyebabkan penyakit pada pejamu yang rentan. Dapat dihasilkan oleh laboratorium, kamar isolasi, kamar perawatan. Pathogen tersebut dapat memasuki tubuh manusia melalui beberapa jalur antara lain: 1) Akibat tusukan, lecet atau luka dari kulit 2) Melalui membran mukosa 3) Pernafasan 4) Melalui ingesti. b. Limbah Patologis Limbah patologis terdiri dari jaringan, organ, bagian tubuh, janin manusia dan bangkai hewan, darah, dan cairan tubuh. Jaringan tubuh yang tampak nyata seperti anggota badan dan plasenta yang tidak memerlukan pengesahan penguburan hendaknya dikemas secara khusus dan diberikan label serta diproses pada incinerator dibawah pengawasan petugas berwenang. c. Limbah Benda Tajam Benda tajam merupakan materi yang dapat menyebabkan luka iris atau luka tusuk antara lain jarum, jarum suntik, scalpel dan jenis belati lain, pisau bedah, peralatan infuse, gergaji, pecahan kaca, dan paku, baik terkontaminasi maupun tidak, benda tersebut berbahaya dan berpotensi menularkan penyakit. Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan yang dapat menyebabkan infeksi dan cidera karena mengandung bahan kimia beracun atau radioaktif. d. Limbah Farmasi Limbah farmasi mencakup semua produk obat, farmasi, vaksin, dan serum yang sudah kadaluarsa, tidak digunakan, tumpah, terkontaminasi, yang tidak diperlukan lagi dan harus dibuang dengan
15
tepat termasuk barang yang akan dibuang setelah digunakan untuk menangani produk farmasi. e. Limbah Sitotoksis Limbah yang berasal dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan
untuk
membunuh
atau
menghambat
pertumbuhan sel hidup, urin, tinja, dan muntahan pasien yang mengandung obat sitotoksik. f. Limbah Kimiawi Limbah kimia mengandung zat kimia yang berasal dari aktivitas diagnostik dan eksperimen serta dari pemeliharaan kebersihan, aktivitas keseharian, dan prosedur pemberian desinfektan. Limbah kimia ada yang berbahaya dan tidak berbahaya, disebut berbahaya jika memiliki salah satu sifat toksik, korosif, mudah terbakar, reaktif, dan genotoksik. g. Limbah Kontainer Bertekanan Limbah ini berasal dari gas yang digunakan di rumah sakit yang kerap dikemas dalam tabung, cartridge, dan kaleng aerosol. Penggunaan gas dalam kontainer bertekanan harus dilakukan dengan hati-hati karena kontainer dapat meledak jika terbakar atau tanpa sengaja bocor. h. Limbah dengan Kandungan Logam Berat Limbah ini termasuk dalam sub kategori limbah kimia berbahaya dan biasanya bersifat toksik, seperti limbah merkuri yang berasal dari bocoran peralatan kedokteran yang rusak, misalnya thermometer, alat pengukur tekanan darah, dan sebagainya. 4. Persyaratan Limbah Medis Menurut KepMenKes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit persyaratan limbah medis padat yaitu :
16
a. Minimalisasi Limbah 1) Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah di mulai dari sumber. 2) Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun. 3) Setiap rumah sakit harus melakukan pengolahan stok bahan kimia dan farmasi. 4) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah media mulai dari pengumpulan, pengankutan dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang. b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali, dan Daur Ulang Limbah 1) Pemilahan
limbah
harus
dilakukan
dari
sumber
yang
menghasilkan limbah. 2) Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisah dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali. 3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. 4) Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali. 5) Limbah medis padat yang dimanfaatkan kembali harus melaui proses sterilisasi. 6) Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai, limbah jarum hipodemik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi. 7) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan menggunakan wadah dan label. 8) Daur ulang tidak bisa dilakukan rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X. 9) Limbah sitoksis dikumpulkan dalamwadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksis”
17
Tabel II. 2 JENIS WADAH DAN LABEL LIMBAH MEDIS PADAT SESUAI KATEGORINYA
c. Pengumpulan, Pengankutan, dan Penyimpanan Limbah Medis Padat di Lingkungan Rumah Sakit 1) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan trolli khusus yang tertutup. 2) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim penghujan paling lama 48 jam dan setiap musim kemarau paling lama 24 jam. d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit 1) Pengolahan harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat. 2) Pengangkutan limbah kerumah sakit menggunakan kendaraan khusus.
18
e. Pengolahan dan pemusnahan a. Limbah medis padat tiddak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan ahir limbah domestic sebelum aman bagi kesehatan b. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insenerator. 5. Pengelolaan Limbah Medis Padat Dalam
Kepmenkes
RI
Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004
disebutkan bahwa dalam pengelolaan limbah medis terdapat enam tahapan, yaitu : a) Pemilahan Limbah Medis Pemilahan limbah harus dimulai dari sumber yang menghasilkan limbah. Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah kimia, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali. Jarum harus dihancurkan dengan menggunakan alat pemotong jarum supaya lebih aman dan mengurangi resiko terjadinya cidera. Setelah limbah alat suntik dan benda tajam lainnya sudah dirasa aman, kemudian dimasukkan dakam kontainer benda tajam. b)
Pewadahan Limbah Medis Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non-medis. Limbah benda
tajam
harus
dikumpulkan
dalam
satu
wadah
tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya atau ditampung pada tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman.
19
Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan label. Persyaratan pewadahan limbah medis padat antara lain: terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya bahan fiberglass. Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian telah terisi limbah. Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksis yang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong plastik yang telah dipakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi. Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksis”. c)
Pemanfaatan Kembali atau Daur Ulang Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis. Peralatan benda tajam dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses sterilisasi. Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah proses sterilisai meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringes, botol, dan wadah kaca. Setelah pemakaian, peralatan tersebut harus dikumpulkan di tempat yang terpisah dari tempat peralatan sekali pakai, kemudian dicuci dengan hati-hati, kemudian disterilkan. Sterilisasi dapat dilakukan secara kimiawi, dibakar atau dengan autoclaving. Proses autoclaving merupakan proses desinfeksi termal basah yang efisien. Peralatan ini hanya dapat mengolah sedikit limbah sehingga umumnya digunakan untuk limbah yang sangat infeksius seperti benda tajam. Mesin ini hanya memerlukan waktu 60 menit pada suhu dan tekanan
20
masing-masing 121ºC dan 1 bar (100 kPa) sehingga memungkinkan uap untuk berpenetrasi secara maksimum ke dalam materi limbah. d)
Pengumpulan dan Pengangkutan Limbah Medis Staf keperawatan dan staf klinis lainnya harus memastikan bahwa kantong limbah tertutup atau terikat dengan kuat apabila sudah dua pertiga penuh. Kontainer limbah medis yang sudah ditutup harus dimasukkan dalam kantong kuning berlabel untuk limbah medis infeksius. Pengumpulan dari tiap ruangan penghasil limbah harus dilakukan setiap hari dan diangkut ke lokasi penampungan dengan menggunakan gerobak atau troli khusus yang tertutup. Alat pengangkut tidak diperbolehkan memiliki sudut yang tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer limbah. Kantong atau kontainer harus diganti segera dengan yang baru dan harus selalu tersedia di setiap lokasi penghasil limbah banda tajam. Penyimpanan pada musim hujan maksimal 48 jam dan musim kemarau maksimal 24 jam.
e) Pengolahan dan Pemusnahan Limbah Medis Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan autoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insenerator. (1) Pengolahan Limbah Medis Infeksius dan Benda Tajam Limbah benda tajam harus diolah dengan insenerator bila memungkinkan, dan dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Tipe insenerator sangat banyak, mulai dari pembangkit bersuhu tinggi yang sangat mutakhir sampai unit pembakaran yang sangat sederhana dengan suhu rendah. Jika dioperasikan dengan benar, dapat memusnahkan patogen dari limbah dan mengurangi kuantitas limbah menjadi abu. Perlengkapan insinerasi harus diperhatikan dengan cermat berdasarkan sarana dan prasarana dan
21
situasi di rumah sakit. Insenerator untuk limbah medis rumah sakit dioperasikan pada suhu antara 900ºC dan 1200ºC. (2) Pengolahan Limbah Farmasi Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insenerator pirolitik (pirolytic incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau di insenerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan insenerasi. Limbah farmasi dalam jumlah yang besar harus dikembalikan kepada distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui insenerator pada suhu diatas 1000 ºC. (3) Pengolahan Limbah Sitotoksis Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfill) atau kesaluran limbah umum. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan keperusahaan penghasil atau distributornya, insenerasi pada suhu tinggi, dan degradasi kimia. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insenerator dan diberi keterangan bahwa obat tersebut kadaluarsa atau tidak lagi dipakai. Insenerasi pada suhu tinggi sekitar 1200 ºC di butuhkan untuk menghancurkan bahan sitotoksik. Insenerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara. Insenerator pirolitik dengan dua tungku pembakaran pada suhu 1000 ºC dengan minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 1000 ºC dengan waktu 36 tinggal 5 detik di tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini dan dilengkapi dengan penyaringan debu. Insenerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas. Insenerasi juga memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain untuk dekomposisi panas limbah kimiawi yang beroperasi dengan baik pada suhu diatas 850 ºC.
22
insenerator dengan satu tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat untuk pembuangan limbah sitotoksis. Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi senyawa tidak beracun dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi juga untuk pencucian tempat urin, tumpahan dan pakaian pelindung. Cara kimia relatif lebih mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium permanganate (KMnO4) atau asam sulfat (H2SO4), penghilangan nitrogen dengan asam bromide, atau reduksi dengan nikel dan alumunium. Apabila cara insenerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi atau insenerasi dapat dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih. (4) Pengolahan Limbah Kimiawi Pengolahan limbah kimia berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insenerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill). Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar secara aman dan murah adalah dengan cara mengembalikan limbah kimia tersebut kepada distributornya yang akan ditangani secara aman, atau dengan cara dikirim ke Negara yang memiliki peralatan yang cocok untuk mengolahnya. (5) Pengolahan Limbah Kandungan Logam Berat Limbah dengan kandungan mercuri atau cadmium tidak boleh dibakar atau diinsenerasi karena beresiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh dibuang ke landfill karena dapat mencemari air tanah. Cara yang disarankan adalah dengan dikirim ke Negara yang mempunyai fasilitas pengolah limbah dengan kandungan logam berat. Bila tidak memungkinkan, limbah dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai pembuangan akhir untuk limbah industry yang berbahaya. Cara lain yang paling sederhana adalah dengan kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill. Bila hanya dalam jumlah kecil dapat dibuang dengan limbah biasa.
23
(6) Pengolahan Limbah Kontainer Bertekanan Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah dengan daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisianulang gas. Agen halogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus diperlakukan sebgai limbah bahan kimia berbahaya untuk pembuangannya. (7) Pengolahan Limbah Radioaktif Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radiokatif yang terbuka untuk keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang terlatih khusus dibidang radiasi. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan dan strategi nasional yang menyangkut peraturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih. Tenaga terlatih tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioaktif yang aman dan melakukan pencatatan. Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kemudian diserahkan kepada BATAN untuk penanganan lebih lanjut atau dikembalikan kepada Negara distributor. Semua jenis limbah medis termasuk limbah radioaktif tidak boleh dibuang ke tempat pembuangan akhir sampah domestik (landfill) sebelum dilakukan
pengolahan
terlebih
dahulu
sampai
memenuhi
persyaratan. f) Pembuangan Akhir Limbah Medis Setelah diinsenerasi, limbah benda tajam sudah menjadi limbah yang tidak beresiko dan pada akhirnya dapat dibuang ke lokasi landfill. Selain itu limbah benda tajam yang infeksius juga dapat diolah terlebih dahulu dalam proses encapsulation, yaitu limbah dimasukkan dalam kontainer kemudian ditambahkan zat yang membuat limbah tidak dapat bergerak kemudian kontainer ditutup.
24
Proses ini dapat menggunakan kotak yang terbuat dari polietilen berdensitas tinggi atau drum logam yang tiga perempatnya diisi dengan sejenis busa plastik, pasir bitumen, adukan semen, atau materi gamping. Setelah media kering, kemudian dibuang ke lokasi landfill. Metode ini sangat efektif dan relative murah. C. Perilaku Sumber Daya Manusia (Tenaga Kesehatan) Dalam Pengelolaan Limbah Medis Padat Status kesehatan dapat terbentuk antara lain dengan mengacu pada teori dari H. L Blum dan Lewrence Green. Menurut H. L Blum faktor lingkungan mempunyai
andil yang paling besar terhadap status kesehatan
dari sekelompok penduduk kemudian di ikuti dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Menurut Bloom perilaku itu dibagi dalam 3 domain. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain). Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari : 1. Pengetahuan (knowlegde) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
Tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang : a. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik. b. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana. c. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metode dalam pembelajaran.
25
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. b. Memahami (Comprehension) Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. d. Analisis Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain. e. Sintesa Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru. f. Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek. 2. Sikap (Attitude) Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek yang
mempunyai tiga komponen
pokok : a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek). b. Merespon (responding)
26
Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan,
dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. 3. Praktik atau tindakan (practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan : a. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. b. Respon terpimpin (guide response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua. c. Mekanisme (mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga. d. Adopsi (adoption) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
27
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
28
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit Sistem Manajemen Rumah Sakit
Input : 1. Tenaga 2. Anggaran
1. Pengelolaan Limbah Medis Padat
3. Metode Pengelolaan : a. Minimalisasi b. Pemilahan c. Pewadahan d. Pemanfaatan kembali / daur ulang e. Pengangkutan f. Tempat penampungan sementara g. Pemusnahan
2. Pengelolaan Limbah Medis Cair 3. Pengelolaan Limbah Medis Gas 4. Pengelolaan Limbah Medis Radiasi
4. Peralatan 5. Bahan
Pengelolaan Limbah Medis Padat menurut KEPMENKES RI Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan
Proses Manajemen : 1. Perencanaan 2. Pengorganisasian 3. Pelaksanaan 4. Pengawasan
Lingkungsan Rumah Sakit
Gambar III. 1 Kerangka Konsep Keterangan : Diteliti
:
Tidak Diteliti
:
29
BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan prosesnya jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Alasan peneliti dalam menggunakan jenis penelitan secara deskriptif yaitu untuk menggambarkan input dan proses manajemen (pengelolaan) limbah medis padat Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya Tahun 2017 secara objektif yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi dalam penanganan limbah medis padat. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya yang terletak di Jalan Raya Kendung Nomor 115 – 117 Surabaya. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai dengan selesai. C. Objek, Populasi, Sampel, dan Besar Sampel Penelitian 1. Objek penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya. 2. Populasi Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh tenaga di Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada baik petugas kebersihan bagian luar maupun penanggung jawab tiap ruangan di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya. a. Petugas instalasi sanitasi lingkungan
: 15 orang
b. Petugas kebersihan bagian luar
: 10 orang
c. Penanggung jawab tiap ruangan
: 20 orang
Jadi jumlah total populasi adalah 45 orang.
30
3. Sampel dan Besar Sampel Penelitian Dalam penelitian ini jumlah sampel awal yang dipandang sesuai, diambil dengan mempergunakan rumus sebagai berikut dengan derajat ketetapan 0,05 : Keterangan : n = jumlah sampel awal p = sifat suata keadaan dalam persen (jika tidak diketahui dianggap 50%) q = 100% - p L = derajat ketetapan n1 = jumlah sampel sebenarnya N = jumlah populasi Cara Perhitungan : 𝑛=
4𝑝𝑞 4 𝑥 50 𝑥 50 10.000 = = = 400 𝐿2 5𝑥5 25
𝑛1 =
𝑛
400 = = 41 𝑛 400 1+ 𝑁 1+ 45
Jadi untuk penelitian ini diperlukan 41 petugas pengelolaan limbah medis sebagai anggota sampel. D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel yang diteliti dalam penelitian a. Variabel bebas Variabel bebas adalah variabel penyebab atau variabel yang mengakibatkan adanya perubahan pada variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu Input (masukan) yang meliputi tenaga dan metode (meminimalisasi, pemilahan, pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan limbah medis padat Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya.. b. Variabel terikat Variabel terikat adalah variabel yang terpengaruh. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu metode pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma
31
Husada Surabaya yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi. c. Hubungan Antar Variabel Variabel Bebas : 1. Input : a. Tenaga b. Metode 1) Minimalisasi 2) Pemilahan 3) Pewadahan 4) Pemanfaatan kembali / daur ulang 5) Pengangkutan 6) Tempat penampungan sementara 7) Pemusnahan
Variabel Terikat : 1. Metode pengelolaan limbah medis padat RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya.
Gamabr IV. 1 Hubungan Antar Variabel
32
2. Definisi Operasional Table IV. 1 DEFINISI OPERASIONAL No. Variabel
Definisi Operasional
Alat Ukur
Kriteria Penilaian
INPUT 1.
Tenaga
Orang yang bertugas
Wawancara 1. Menjumlah
dalam penanganan
petugas yang
limbah medis padat
menangani limbah
yaitu petugas
medis padat antar
penanggung jawab dan
lain petugas
petugas pelaksana.
penanggung jawab dan petugas pelaksana 2. Menilai tugas – tugas yang dilakukan 3. Mencaatat data umum petugas 4.
2.
Metode
Cara yang digunakan
Wawancara Menilai metode
dalam melaksanakan
yang digunakan
suatu pekerjaan atau
dalam pengelolaan
kegiatan dalam
limbah medis padat
penanganan limbah
dan pedoman yng
medis padat.
digunakan dalam pengelolaan limbah medis padat.
PROSES MANAJEMEN 3.
Perencan
Proses persiapan secara
Lembar
Kategori penilaian :
aan
sistematis dan tertulis
Observasi
a. Baik : 9–7
dalam kegiatan
komponen nilai
33
penanganan limbah
terpenuhi
medis padat di Rumah
b.Cukup : 6–4
Sakit yang dilakukan
komponen nilai
untuk mencapai suatu
terpenuhi
tujuan
c. Kurang: 3–1 komponen nilai terpenuhi
4.
Organisa
Struktur organisasi yang
Lembar
a.Baik : 7–6
si
terdapat di RSUD
Observasi
komponen nilai
Bhakti Dharma Husada
dan
terpenuhi
Surabaya khusus dalam
Wawancara b.Cukup : 5–4
penanganan limbah
komponen nilai
medis padat, beserta
terpenuhi
tugas pokok dan
c.Kurang: 3–1
fungsinya
komponen nilai terpenuhi
5.
Pelaksan
Kegiatan yang
Lembar
aan
dilakukan dalam
Observasi
1. Secara administrative
penanganan limbah
a.Baik : 5-4
medis padat di RSUD
komponen nilai
Bhakti Dharma Husada
terpenuhi
Surabaya yang meliputi:
b.Cukup : 3-2
a. Secara administrative
komponen nilai
b. Kegiatan fisik
terpenuhi
c. penanganan
c.Kurang: 1 komponen nilai terpenuhi 2. Kegiatan fisik
a.Baik : 6-5 komponen nilai terpenuhi
34
b.Cukup : 4-3 komponen nilai terpenuhi c.Kurang: 2-1 komponen nilai terpenuhi 3. Penanganan
a.Baik : 3 komponen nilai terpenuhi b.Cukup : 2-1 komponen nilai terpenuhi c.Kurang: bila tidak ada komponen nilai yang terpenuhi 6.
Pengawa
Mengamati pelaksanaan Lembar
a.Baik : 6-5
san
seluruh aspek kegiatan Observasi
komponen nilai
penanganan
terpenuhi
limbah dan
medis padat
Lembar
b.Cukup : 4-3
Wawancara komponen nilai terpenuhi c.Kurang: 2-1 komponen nilai terpenuhi METODE PENGELOLAAN 7.
Minimali
Kegiatan
memperkecil Lembar
a.Baik : 3 komponen
sasi
timbulan limbah medis Observasi
nilai terpenuhi
padat mulai dari sumber
b.Cukup : 2-1
penghasil limbah.
komponen nilai terpenuhi c.Kurang: bila tidak
35
ada komponen nilai yang terpenuhi 8.
Pewadah
Tempat yang digunakan
Lembar
a. Baik : 6-5
an
untuk manampung
Observasi
komponen nilai
timbulan limbah medis
terpenuhi
padat sesuai jenisnya.
b. Cukup
: 4-3
komponen nilai terpenuhi c. Kurang
: 2-1
komponen nilai terpenuhi 9.
Pengang
Kegiatan pemindahan
Lembar
a.Baik : 4-3
kutan
limbah medis padat dari
Observasi
komponen nilai
tiap ruangan penghasil
terpenuhi
limbah medis padat ke
b.Cukup : 2-1
tempat yang akan
komponen nilai
dilakukan penyimpanan
terpenuhi
sementara sebelum
c.Kurang: bila tidak
dilakukan pemusnahan.
ada komponen nilai yang terpenuhi
10.
Tempat
Tempat atau wadah
Lembar
a.Baik : 4 komponen
Penampu
untuk menampung
Observasi
nilai terpenuhi
ngan
timbulan limbah
b.Cukup : 3-2
Semen-
sebelum dilakukan
komponen nilai
tara
pemusnahan.
terpenuhi c.Kurang: 1 komponen nilai terpenuhi
11.
Pemusna
Kegiatan pengancuran
han
atau pemusnahan limbah Observasi
komponen nilai
medis padat dengan
terpenuhi
36
Lembar
Baik : 6-5
menggunakan
b.Cukup : 4-3
incinerator.
komponen nilai terpenuhi c.Kurang: 2-1 komponen nilai terpenuhi
E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Sumber data a. Data Primer Data primer yang didapat dalam penelitian ini bersumber dari : 1) Hasil observasi lapangan dan wawancara terhadap petugas sanitasi RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya tentang kegiatan pengolahan dan pengelolaan limbah medis padat. 2) Data juga didapat dari petugas ruangan yang bertanggung jawab dalam pegelolaan limbah medis padat. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh melalui dokumen yang terkait dalam pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada Surabaya anatara lain : jumlah timbulan sampah medis padat dan pedoman umum pengelolaan limbah medis padat yang berasal dari Rumah Sakit Umum Daerah Bhakti Dharma Husada. 2. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Peneliti melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. Pengamatan dalam penelitian ini bersifat terbuka. Dimana pengamat secara terbuka diketahui oleh subyek, sedangkan sebaliknya para subyek dengan sukarela memberikan kesempatan pengamat untuk mengamati keadaan sebenarnya. Dengan menggunakan lembar observasi. Pengamatan dilakukan pada saat petugas sedang mengelola limbah mulai dari pemilahan
37
hingga pembuangan akhir serta diamati pula kepatuhan penggunaan alat pelindung diri dan kelengkapan sarana dan prasarana dalam proses pengelolaan limbah medis padat. b. Wawancara Tanya jawab dengan petugas Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Bhakti Dharma Husada Surabaya dan petugas terkait dalam pengelolaan dan penanganan limbah medis padat. c. Dokumentasi Pengumpulan data dengan melihat dan mencatat mengenai pengelolaan limbah medis padat yang terdapat di buku, dokumen, dan peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya yang berhubungan dengan
pengelolaan limbah serta foto kegiatan
pengelolaan limbah medis padat di Rumah Sakit Bhakti Dharma Husada Surabaya. F. Analisa Data Dari hasil observasi terhadap pengelolaan limbah medis padat, yang kemudian dianalisa secara deskriptif yaitu analisa dengan uraian pembahasan berdasarkan literatur dan pedoman sehingga didapatkan gambaran hasil penelitian.
38
DAFTAR PUSTAKA Asmadi,2013. Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Yogyakarta, Gosyen Publishing. 1st Edition: 978-602-9018-69-1. Adnani, Hariza, 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta, Nuha Medika. 1st Edition: 82-89. Saepudin, Malik, 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat. Jakarta, CV. Trans Info Media. 1st Edition. Sabarguna, Boy Subirosa, dkk, 2011. Sanitasi Air dan Limbah Pendukung Keselamatan Pasien Rumah Sakit. Jakarta, Salemba Medika. Djohan, A.J, dkk, 2013. Pengelolaan Limbah medis Rumah Sakit.Jakarta Selatan, Salemba Medika. Widoyoko, Eko Putro, 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta, Pustaka Belajar. Terry, R George, 2003. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta, PT Bumi Aksara. Suryaningtyas, Wihasto. 2014.Mendelay. Yogyakarta, Leutika. Asmarhany, Chandra Dewi, 2014. Pengelolaan Limbah Medis Padat Di RSUD Kelet. http :// www.google.co.id///lib.unnes.ac.id. 10 Februari 2017. Pratiwi, Dyah, 2013. AnalisisPengelolaan Limbah Medis Padat Pada Puskesmas Kabupaten Pati. http: // www.google.co.id/ url? Sa = t & source= web&rct=j&url=http//lib.unnes.ac.id. 13 Februari 2017.
39