Prinsip Rothwal 1-5.docx

  • Uploaded by: Ihzar
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Prinsip Rothwal 1-5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,603
  • Pages: 8
A. Prinsip-Prinsip Belajar Suatu pengajaran tidak akan berhasil baik kalau tanpa disertai denganprinsip belajar yang efektif dari pihak murid-murid. Sejak dahulu ahli-ahlipendidikan telah berusaha untuk menemukan cara, prinsip, atau pendekatandalam proses belajar untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Ahli-ahlipsikologi pendidikan telah banyak meneliti dan menemukan prinsip-prinsipbelajar yang dapat mempermanenkan hasil belajar. Dalam perkembangannya para ahli telah tampil dalam mengemukakan pendapatnya mengenai prinsip-prinsip belajar. Seperti: 1. Alvin C. Eurich(1962) A.C. Eurich dari Ford Fondation menyimpulkan bahwa: a. Apapun yang dipelajari oleh murid, murid sendiri yang harus mempelajarinya. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar untuknya. b. Setiap murid belajar menurut tempo atau kecepatannya sendiri, danuntuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar. c. Seorang murid belajar lebih banyak kalau setiap langkah segera diberikan sebuah penguatan. d. Penguasaan penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti. e. Bila murid diberikan sebuah tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, ia lebih terdorong untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat lebih baik(L.K. Davies, 1971) 2. Thorpe & Schmuller Kedua, ahli ini menyarankan lima prinsip belajar yang utama, yangbiasanya memperlancar dan cenderung lebih mempermanenkan hasil belajar. Prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a. Murid itu timbul motivasi jika ia mempunyai harapan atau kebutuhan dalam kegiatan tersebut.

b. Belajar itu sesuai dengan tingkatan murid jika sesuai dengan kemampuan fisik dan intelek murid. c. Belajar itu dapat berpola jika murid itu dapat melihat hubungan yang bermakna antara kegiatan dan tujuan. d. Belajar itu dapat dievaluasi jika murid mempunyai beberapa cara untuk mengetahui kemajuan yang sedang dibuatnya. e. Belajar itu terpadu dengan perkembangan pribadi social jika murid itu mengalami pertumbuhan dan penyesuaian diri yang memuaskan(Tyson & Carroll,1970). 3. Ted W. Ward & William A. Herzorg, Jr. Menurut para ahli ini, belajar yang efektif tergantung pada : a. Relevansi tujuan-tujuan pendidikan dengan nilai-nilai social b. Penyesuaian diri dengan karakteristik belajar murid-murid c. Penyesuaian diri dengan harapan-harapan pedagogic dan murid-murid(Ward, Ted W. & Herzog, William A, Jr., 1974) 4. Nicholas, D.G. Dalam makalahnya mengenai belajar efektif, Nicholas mengemukakan prinsip belajar semacam hipothesis dalam bentuk kalimat ”jika maka” sebagai berikut: JIKA seorang anak: a. Mempunyai suatu ide mengenai apa yang akan dipelajari b. Menerima tujuan-tujuan ini sebagai suatu target belajar yang dapatditerima c. Mengetahui dan menilaai akibat-akibat positif dalam mencapaitujuan-tujuan itu d. Diberikan tugas-tugas untuk dipelajari sesuai dengan kecakapannya e. Menerima balikan kemajuan yang beraturan menuju pada tujuan f. Diberikan bantuan secara individual berkenaan dengaan kesulitankesulitan khusus yang dihadapinya g. Menerima akibat positif yang mendahului prestasi belajar. MAKA : anak tersebut akan belajar.

5. Carl Rogers Berdasarkan pandangan student contened, Rogers menyimpulkan prinsip belajarnya sebagai berikut: JIKA : Individu atau kelompok dihadapkan pada suatu masalah, seorang pemimpin yang berpengaruh (catalyst leader) memberikan suatu suasanayang selalu memberikan kemungkinan (permissive atmosphere) tanggung jawab itu betul-betul diberikan kepada individu atau kelompok. MAKA : Tanggung jawab dan analisis masalah yang memadai itu dibuat Tuntunan dari tanggung jawab tersebut akan terbentuk kreativitas,produktivitas dan mutu hasil yang ditunjukkan akan unggul bila dibandingkan dengan hasil metode-metode lainnya Moral dan kepercayaan individu dan kelompok berkembang. Sebenarnya, prinsipprinsip belajar yang dimaksud dapat kita jumpaidalam berbagai sumber kepustakaan psikologi. Namun untuk mudahnya, dalam pembahasan ini akan dikemukakan prinsip-prinsip belajar yang diintisarikan oleh Rothwal (1961) sebagai berikut: A. Prinsip Kesiapan (Readiness) Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar.Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatutugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugasdalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakangpengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yangmemungkinkan seseorang dapat belajar. Berdasarkan dengan prinsip kesiapan inidapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut: 1. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugasyang diberikan kepadanya erat hubungannya dengan kemampuan, minatdan latar belakangnya. 2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandungarti bila seseorang guru ingin mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan kesiapan.

3. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas,kemudian tugas itu seyogianya ditunda sampai dapat dikembangkannyakesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan kesiapansiswa. 4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnyadua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama mungkin amatberbeda dalam pola kemampuan mentalnya. 5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai denganfaktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor dari berbagai individu. B. Prinsip Motivasi (Motivation) Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasiadalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahudan melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu iniseyogianya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang samauntuk semua anak. Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yangseyogianya kita perhatikan. 1. Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhanbiologi, soaial dan emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberidorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini. 2. Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuanmendorong terjadinya peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalanyang tidak merusak citra diri siswa dapat memperkuat kemampuanmemelihara kesungguhannya dalam belajar. 3. Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa.Contohnya seorang murid yang mengharapkan bantuan dari gurunya bisaberubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi daripada karenakeinginan untuk mencapai seauatu. 4. Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri,atau keyakinan diri. Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang jugabisa menghadapi masalah.

5. Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderungmeningkatkan motivasi belajar. Kegagalan dapat meningkatkan ataumenurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa setiapsiswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu. 6. Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwasebagian besar dari kebutuhannya dapat dipenuhi. 7. Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruhterhadap motivasi dan perilaku. 8. Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas,memang ada bahayanya bila anak bekerja karena ingin mendapat hadiahdan bukan karena ingin belajar. 9. Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bilakesempatan untuk menang begitu kecil kompetisi dapat mengurangimotivasi dalam mencapai tujuan. 10. Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individudalam suasana belajar yang memuaskan. 11. Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itudapat mempertinggi motivasi. C. Prinsip Persepsi “Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahamisituasi”. Persepsi adalah interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi inimempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatusituasi tertentu. Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yangharus kita perhatikan: 1. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiappelajar memiliki lingkungan yang berbeda. Semua siswa tidak dapatmelihat lingkungan yang sama dengan cara yang sama.

2. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan,pengalaman, kesehatan, perasaan dan kemampuannya. 3. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadapperilakunya. Dalam sesuatu situais seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri. 4. Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilaidirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai suatu situasi.Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai persepsinya. 5. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandanganbagaimana hal itu dapat dilihat . 6. Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikansarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka. 7. Tingkat

perkembangan

dan

pertumbuhan

para

pelajar

akan

mempengaruhipandangannya terhadap dirinya. D. Prinsip Tujuan “Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai. 2. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhanindividu dan masyarakat. 3. Pelajar

akan

dapat

menerima

tujuan

yang

dirasakan

akan

dapat

memenuhikebutuhannya. 4. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai 5. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat danpemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku.

6. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yangdicanangkannya dan yang dapat ia capai. 7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapatmempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan merasarendah diri atau prestasinya menurun. 8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar. Karena guru harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima para pelajar. E. Prinsip Perbedaan Individual “Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang” Proses pengajaranseyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapatmemberi kemudahan pencapaian

tujuan

belajar

yang

setinggi-tingginya.

Pengajaranyang

hanya

memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhanseluruh siswa. Karena itu seorang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi,dorongan dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut. Berkenaan dengan perbedaan individualada beberapa hal yang perlu diingat: 1. Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahandirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugasbelajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda. 2. Para

pelajar

perlu

mengenal

potensinya

dan

seyogianya

dibantu

untuk

merenncanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri. 3. Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuaidengan tujuan , minat dan latarbelakangnya. 4. Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai denganpengalamannya masa lampau yang ia rasakan bermakna untuknya. Setiappelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda karena memang setiaporang memiliki persepsi yang berbeda mengenai pengalamannya.

5. Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bilaindividu tidak merasa terancam lingkungannya, sehingga ia merasamerdeka untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar.Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuatsebagai individu, upaya untuk memecahkan masalah motivasi dankreativitas akan lebih meningkat. 6. Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan maubelajar lebih giat dan sungguh-sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukkanketidakpuasannya terhadap belajar. Sumber : https://www.pdfcoke.com/document/69375867/Group-7-Prinsip-Prinsip-BelajarDan-Pendekatan-Belajar-Bagaimana-Belajar

Related Documents

Prinsip Rothwal 1-5.docx
November 2019 10
Prinsip
October 2019 44
Prinsip
November 2019 49
Prinsip
November 2019 47

More Documents from "Dwi Puji Astini"

Resum Fix.docx
November 2019 10
Prinsip Rothwal 1-5.docx
November 2019 10
Kelompok 1.docx
November 2019 12
Dari Taufik.docx
November 2019 32