2.1.2. Pranata Kebudayaan Koentjaraningrat (1994: 14-17) menegaskan bahwa institution hampir selalu diterjemahkan dengan kata “lembaga” . Koentjaraningrat tidak setuju dengan istilah Jembaga, dan karena itu mengusulkan istilah lain, ialah pranata untuk institution, agar tidak dikacaukan dengan istilah /embaga untuk institute, yaitu suatu badan atau organisasi yang berfungsi dalam suatu lapangan kehi- dupan masyarakat yang khas, biasanya lapangan penelitian, pendidikan, pembinaan, atau pengembangan. Adapun pranata atau institution itu mengenai kelakuan berpola dari manusia dalam kebudayaannya. Telah diterangkan adanya tiga wujud dari kebudayaan itu, yaitu wujud ideal, wujud kelakuan, dan wujud fisik dan kebudayaan. Seluruh total dari kelakuan manusia yang berpola tentu dapat diperinci menurut fungsi-fungsi khasnya dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam masyarakatnya. Suatu sistem aktivitas khas dari kelakuan berpola (wujud kedua dari kebudayaan) be- serta komponen-komponennya ialah sistem norma dan tata kelakuannya (wujud pertama dari kebudayaan) dan peralatannya (wujud ketiga dari kebudayaan), ditambah dengan manusia atau personel yang melaksanakan kelakuan berpola, itulah yang merupakan suatu pranata atau institution.
####bagan
Apakah ada suatu daftar standar yang lengkap, yang dapat memberikan pandangan menyeluruh dari semua pranata yang ada dalam kebudayaan manusia itu? Pranata-pranata itu dapat digolongkan sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat diperkecil menjadi suatu daftar dari tujuh sampai sepuluh golongan pranata, yang bentuknya akan menyerupai daftar dari ketujuh unsur kebudayaan universal yaitu unsur-unsur kebudayaan yang pasti ada dalam tiap kebudayaan di mana pun juga di muka bumi ini. Mengapa pranata-pranata kebudayaan itu dapat dianggap sebagai suatu pemerincian lebih lanjut dari ketujuh unsur kebudayaan universal itu?
Di bawah ini akan dicantumkan suatu daftar dari beberapa puluh pranata kebudayaan yang digolongkan ke dalam delapan kelompok, dengan memakai delapan kebutuhan hidup manusia sebagai prinsip penggolongan (tentu kebutuhan hidup manusia itu ada lebih dari delapan, tetapi di sini hanya dicantumkan delapan, hanya sebagai ilustrasi). Penggolongan tersebut tidak memuaskan karena tidak mencakup segala macam pranata yang mungkin ada dalam masyarakat manusia. Kalau dipikirkan secara mendalam dan objektif, hal-hal seperti kejahatan, banditisme, pelacuran dan sebagainya, juga dapat dianggap sebagai pranata-pranata kemasyarakatan; tetapi dalam penggolongan di atas, pranata-pranata tersebut tidak mendapat tempat. Kecuali itu pula, harus diperhatikan bahwa banyak dari pranata tersebut di atas mempunyai demikian banyak aspek, sehingga pranata-pranata itu tidak hanya dapat digolongkan ke dalam satu golongan tetapi juga ke dalam lebih dari satu golongan. Misalnya: feodalisme sebagai suatu sistem hubungan antara pemilik tanah dan penggarap tanah, yang pada hakikatnya menyebabkan suatu produksi dari hasil bumi, dapat dianggap suatu economic institutions, tetapi sebagai suatu sistem hubungan antara pihak berkuasa dan pihak rakyat sebagai dasar suatu negara dapat dianggap suatu political institutions. Oleh karena itu, penggolongan diatas hanya untuk memberi illustrasi secara konkret dari apa yang disebut pranata dalam ilmu-ilmu sosial.