Narkotika, Alkohol, Psikotropika, Dan Zat Adiktif lainnya, meliputi zat alami atau sintesis yang bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004). Akohol, rokok serta zat lain yang memambukan dan menimbulkan ketagihan tergolong NAPZA (Partodiharjo, 2008).
Narkotika, UU No. 35 Tahun 2009
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan
Alkohol adalah zat aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung etanol yang berfungsi menekan syaraf pusat
Psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Zat Adiktif ZAT ADIKTIF lainnya yaitu zat-zat yang
mengakibatkan ketergantungan.
NARKOTIKA
DIKELOMPOKKAN
Narkotika golongan I adalah narkotika yang dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: heroin, kokain, ganja. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan, digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan yang banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantungan. Misalkan: kodein, narkotika dalam golongan tertentu.
Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi yang amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Yang termasuk golongan ini yaitu: ekstasi. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat untuk pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat menimbulkan ketergantungan. Contoh: amfetamin, fensiklidin, sekobarbital, metakualon, metilfenidat (Ritalin). Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang menyebabkan ketergantungan. Contoh : fenobarbital dan flunitrasepam. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang mempunyai khasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: diazepam, klobazam, bromazepam, klonazepam, khlordiazepoxiase, nitrazepam (BK, DUM, MG).
Zat adiktif lainya Contohnya, rokok termasuk inhalansia ( thinner cat, lem kayu, penghapus cair, bensin yang bila dihirup, dihisap dan dicium dapat memambukan dan menimbulkan ketagihan.
PENYALAHGUNAAN NAPZA Napza digunakan kebanyakan untuk pengobatan Efeknya’enak’/ ‘fly’lalu disalahgunakan untuk mendapat kenikmatan Penggunan menjadi ketergantungan dan mengalami kerusakan fisik
Tahap pemakaian coba-coba/eksperimental : ingin coba-coba Tahap pemakaian sosial : untuk pergaulan Tahap situasional: kesepian/ stres Tahap kebiasaan : pemakaian teratur Tahap ketergantungan : dengan berbagai cara
Faktor genetik : orangtua alkoholik berisiko 3-4 sebagai peminum Lingkungan keluarga : Pola asuh yang terlalu disiplin, perceraian, tidak harmonis hubungan orangtua anak, tidak ada komunikasi efektif Pergaulan : Kelompok teman sebaya berpengaruh , medorong dan mencetuskan penyalahgunaan napza Karakteristik individu : umur labil, pendidikan rendah Pekerjaan : swasta 68%, TNI/polri 13%, BUMN 11% (BNN, 2010)
Dampak penyalahgunaan napza Terhadap kondisi fisik ; Menurunkan daya tahan tubuh, anemia, berat badan turu,
Gangguan hati, lambung, otot syaraf Akibat cara pakai alat tidak steril; hepatitis, AIDS Akibat cara hidup pasien : terjadi kurang gizi, kerusakan
kulit dan penyakit kelamin Over dosis dan kematian Terhadap mental emosional Perilaku tidak wajar, sindrom amotivasional, putus obat depresi sampai bunuh diri Kehidupan sosial Menganggu bekerja , prestasi menurun putus sekolah
,
1. Terapi Detoksifikasi tanpa substitusi : tidak diberi obat,
dibiarkan akan putus berhenti sendiri Detoksifikasi dengan substitusi: Penurunan dosisi bertahap sampai berhenti sama sekali, diberi obat menghilangkan gejala simtomatik, obat penghilang nyeri, obat tidur.