Populasi Dan Sampel.docx

  • Uploaded by: mila
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Populasi Dan Sampel.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 8,636
  • Pages: 35
POPULASI DAN SAMPEL

A.

Populasi

1.

Pengertian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Jadi, populasi tidak hanya terbatas pada orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut (Sugiyono, 2004). Populasi dapat bersifat terbatas dan tidak terbatas. Dikatakan terbatas apabila jumlah individu atau objek dalam populasi tersebut terbatas dalam arti dapat dihitung. Sedangkan bersifat tidak terbatas dapat ditentukan jumlah individu atau objek dalam populasi tersebut. Sedangkan menurut Dr. Siswojo, mengatakan definisi dari populasi adalah sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti. Disini peneliti dapat menentukan sendiri kriteria-kriteria yang ada pada populasi yang akan diteliti. Peneliti keperawatan atau peneliti sosial pada umumnya harus menentukan populasi secara jelas, baik populasi wilayah maupun populasi subjek yang akan menjadi sumber data. Perlu pula diingat oleh peneliti bahwa yang diteliti sesungguhnya bukan subjek, wilayah, atau bendanya, melainkan segenap karakteristik yang terkandung didalamnya. Pilihan populasi tentu saja bisa beragam, seperti bidan, dokter, tokoh masyarakat atau masyarakat pilihan. Pilihan itu secara teoritis akan menjadi sederhana, jika populasi dimaksud dipilih menjad/i beberapa sub populasi. 2.

Kriteria Populasi

Dalam mendefinisikan populasi, peneliti harus mempertimbangkan kriteria sebagai berikut : 1. Biaya, jika ingin meneliti populasi diluar pulau, maka peneliti harus belajar budaya dan bahasa tempat yang kana dilakukan penelitian agar dapat terjadi interaksi dengan baik. Keadaan ini memerlukan waktu yang lama sehingga juga memerlukan biaya yang besar. 2. Praktik, kesulitan dari populasi dalam berperan serta sebagai subyek karena berasal dari daerah yang sulit dijangkau.

3. Kemampuan orang dalam berpartisipasi dalam penelitian, kondisi kesehatan seseorang yang menjadi subjek harus dijadikan bahan pertimbangan dalam penentuan populasi. 4. Pertimbangan desai penelitian, pada penelitian dengan desain eksperimen, maka diperlukan populasi yang mempunyai kriteria homogenitas dalam upaya untuk mengendalikan variabel random, perancu, dan variabel lainya yang akan mengganggu dalam penelitian. B. Sample Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian keperawatan kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut yang digunakan (A. Aziz Alimul Hidayat, 2007). Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Noto Atmojo, 1993:75). Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih berdasarkan kemampuan mewakilinya. 1.

Syarat Sampel

Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam menetapkan sampel yaitu : 1. Representatif, adalah sampel yang dapat mewakili populasi yang ada. Untuk memperoleh hasil dan kesimpulan penelitian yang menggambarkan keadaan populasi penelitian, maka sampel harus mewakili populasi yang ada. 2. Sampel harus cukup banyak, artinya jumlahnya harus memenuhi sehingga perlu menggunakan rumus statistik. Sebenarnya tidak ada pedoman umum yang digunakan untuk memnentukan besarnya sampel untuk suatu penelitian, tetapi besar kecilnya jumlah sampel akan mempengaruhi kevalidan dari hasil penelitian. Polit dan Hungler menyatakan (1993), bahwa semakin besarnya sampel yang dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh. Prinsip umum yang berlaku adalah sebaiknya dalam penelitian digunakan jumlah sampel sebanyak mungkin. Namun demikian penggunaan sampel sebesar 10-20% untuk subjek dengan jumlah lebih dari 1000 dipandang sudah cukup. 2. Kriteria sampel Ada dua kriteria sampel yang harus dicantumkan yaitu : 1. Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti) merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Nursalam, 2003). 2. Kriteria eksklusi (kriteria yang tidak layak diteliti) merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian yang penyebabnya antara lain : 1. Adanya hambatan etik. 2. Menolak menjadi responden. 3. Terdapat keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian.

4. Terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipertimbangkan ketika peneliti akan menentukan sampel penelitiannya :  Probabilitas Asas ini mengandung arti bahwa setiap estimasi dan keputusan yang dihasilkan dapat melalui pengujian statistik berdasarkan data sampel, selalu mengandung resiko salah atau ketidakpastian. Besar resiko salah atau ketidakpastian dari hasil pengujian statistik dinyatakan secara probabilitas 

Standart error Secara teoritis apabila ditarik sampel dengan besar tertentu dari populasinya, maka akan didapatkan banyak kemungkinan sampel. Masing-masing sampel akan mempunyai perhitungan yang saling berbeda besarnya. Bila perhitungan yang berbeda besarnya tersebut diambil rataratanya, akan diperoleh nilai yang besarnya mendekati atau sama dengan parameter. Simpangan baku (standart deviation) dari distribusi kemungkinan statistik yang diperoleh dari masingmasing sampel disebut sebagai standart error (kesalahan baku).  Distribusi Teoritis Dalam penentuan besar sampel, secara teoritis diperoleh banyak kemungkinan sampel yang masing-masing mempunyai perhitungan yang berbeda. Perhitungannya dapat berupa nilai ratarata, proporsi, koefisien korelasi perbedaan dua nilai rata-rata, perbedaan dua porposi, atau nilainilai statistik yang lain. Statistik yang bervariasi dari sampel ke sampel, secara teoritis akan membentuk suatu distribusi yang dikenal dengan distribusu teoritis.

Distribusi teoritis dari sifat yang diukur pada umumnya cenderung mengikuti distribusi normal. Walaupun distribusi sifat dalam sampel tidak normal, namun distribusi teoritis mungkin saja normal. Distribusi teoritis semakin mendekati normal dengan semakin besarnya sampel. Distribusi normal merupakan distribusi yang penting dalam analisis statistik inferensial. Pengujian statistik yang didasarkan atas distribusi normal disebut juga sebagai analisis statistik parametrik. Dalam menentukan besar sampel, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah jenis dan rancangan penelitian, tujuan penelitian, jumlah populasi atau sampel, tehnik sampling, jenis (skala pengukuran) data variabel dependen, tingkat kepercayaan atau ketelitian penyimpangan yang masih dapat ditoleransi. 3.

Menentukan Besarnya Sampel

Hingga saat ini belum ada kesepakatan diantar para pakar penelitian bidang ilmu keperawatan mengenai besar sampel penelitian. Didalam menentukan besarnya sampel asumsi berikut ini penting untuk dijadikan pertimbangan yaitu :

1. Makin kecil sampel yang dipilih makin rendah pula kemampuan untuk membuat generalisasi atas kesimpulan penelitian, kecuali ada bukti-bukti kuat bahwa karakteristik sampel benar sama dengan karakteristik populasi diluarnya. 2. Makin kecil sampel yang diambil dari sekelompok populasi, makin tinggi kecenderungan kekeliruan penarikan kesimpulan, sebaliknya makin besar ukuran sampel makin kecil kecenderungan kekeliruan dalam penarikan kesimpulan. Jika peneliti menelaah beberapa buku metodelogi penelitian keperawatan seperti ditulis oleh Burns dan Grove (1993) atau buku metodelogi penelitian pada umumnya, penentuan besar sampel tampaknya tidak terlalu ketat, bahkan tidak begitu banyak digunakan dengan formula khusus.

Probability Sampling  Simple Random Sampling Adalah pengambilan sampel dengan cara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen, sebagai contoh bila populasinya homogen kemudian sampel diambil secara acak, maka akan didapatkan sampel yang representatif. Pengambilannya dapat dilakukan lotere, akan tetapi pengambilannya diberikan nomer urut tertentu, maka disebut sebagai systematik random sampling  Proportionate Stratified Random Sampling Suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasinya tidak homogen yang terdiri atas kelompok yang homogen atau berstrata secara proporsional  Disproportionate Stratified Random Sampling Suatu cara pengambilan sampel yang digunakan bila anggota populasi tidak homogen yang terdiri atas kelompok homogen atau berstrata yang kurang secara proporsional.  Cluster Sampling Suatu cara pengambilan sampel bila objek yang diteliti atau sumber data sangat luas atau besar, yakni populasinya heterogen, maka caranya adalah berdasarkan daerah dari populasi yang telah ditetapkan.Cluster dilakukan dengan cara melakukan randomisasi dalam dua tahap yaitu randomisasi untukcluster/menentukan sampel daerah kemudian randomisasi/menentukan orang/unit yang ada diwilayahnya/dari populasi cluster yang dipilih.

Sebagai contoh populasi daerah atau wilayah yang tersebar diambil secara random untuk diambil sampel daerah kemudian dari sampel daerah diambil secara random untuk dicari sampel individu 

Multistage Random Sampling Teknik ini merupakan suatu cara pengambilan sampel, bila objek yang diteliti atau sumber data sangat luas atau besar, yakni populasinya heterogen, terdiri atas cluster dan strata. Cara samplingnya adalah berdasarkan daerah dari populasi yang telah ditetapkan, dengan melakukan

randomisasicluster, kemudian dilakukan stratifikasi atau cluster terpilih dan terakhir dilakukan randomisasi unit populasi dari masing-masing strata. Non Probability Sampling Sampling Sistematis Cara pengambilan sampel berdasarkan urutan anggota populasi yang telah diberi nomor urut, dengan sifat dari populasinya heterogen. Cara ini biasanya mengambil nomer urut ganjil saja atau nomer genap saja.  Sampling Kuota Cara pengambilan sampel dengan menentukan ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang telah ditentukan.  Sampling Aksidental Cara pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu. Sebagai contoh dalam menentukan sampel apabila dijumpai ada, maka sampel tersebut diambil dan langsung dijadikan sebagai sampel utama.  Purposive Sampling Cara pengambilan sampel untuk tujuan tertentu. Sebagai contoh, apabila mencar sampel pada orang yang dilakukan pemasangan kateter pertama kali, maka sampel yang dicari adalah sampel yang dipasang kateter pertama kali, buka yang kedua, ketiga, dan seterusnya. 

Sampling Jenuh Cara pengambilan sampel ini adalah dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Carini dilakukan bila populasinya kecil, seperti bila sampelnya kurang dari tiga puluh, maka anggota populasi tersebut diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. 

Snowball Sampling Cara pengambilan sampel ini dilakukan dengan menentukan sampel dalam jumlah kecil awalnya, kemudin sampel tersebut diminta mengajak temannya untuk diikut sertakan sebagai sampel pada enelitian tersebut. 

Consecutive Sampling Cara pengambilan sampel ini dilakukan dnegan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (Sugiyono,2001).

Selasa, 01 Juli 2014

POPULASI,

SAMPEL,

BESAR

SAMPEL

DAN

TEKNIK SAMPLING POPULASI, SAMPEL, BESAR SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING 1. POPULASI A. Definisi Populasi Populasi adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2005). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti(Notoatmodjo, 2002). Kegunaan dari populasi ini adalah untuk menentukan sasaran penelitian yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. Populasi merupakan kelompok dari sesuatu (orang, benda, peristiwa dan sebagainya) yang dipilih oleh peneliti yang hasil studinya atau penelitiannya dapat digeneralisasikan terhadap kelompok tersebut (Gay, 1987). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas sbyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono,2011) Jadi bisa di simpulkan bahwa populasi bukan hanya orang tapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. B. Jenis-jenis Populasi Menurut Arikunto (2006) jika dilihat dari segi jumlah populasi dapat dibedakan antara lain: a.

Jumlah terhingga, yang terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu, contohnya:

-

Semua orang yang terdaftar dalam angkatan laut pada hari tertentu,

-

Semua televisi dari tipe yang sama yang diproduksi oleh suatu pabrik dalam satu tahun tertentu,

-

Semua mahasiwa yang terdaftar mengambil mata kuliah tertentu.

b. Jumlah tak terhingga, terdiri dari elemen yang sulit dicari jumlahnya, seperti jumlah penonton sebuah stasiun televisi, semua jenis senjata yang diperbolehkan oleh undang – undang dan sebagainya.

2. SAMPEL Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010).Untuk menentukan besarnya sampel apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika subjeknya lebih besar dapat diambil antara 20-25 % (Arikunto, 2002). Rumus yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah : n = 25% x N Keterangan : n = besar sampel N = besar populasi Jadi, sampel merupakan bagian dari populasi, data yang diperoleh tidaklah lengkap namun jika pengambilan sampel dilakukan dengan mengikuti kaidah- kaidah ilmiah maka biasanya sangat mungkin diperoleh hasil-hasil dari sampel cukup akurat untuk menggambarkan populasi yang diperlukan dalam kajian yang diperlukan. a.

Contoh dari populasi dan sampel:

Misalnya, kita ingin mengetahui tingkat anemia murid SMA dikota X, maka populasi yang dituju adalah murid-murid yang bersekolah di seluruh SMA yang ada dikota X, dan untuk keperluan ini hanya diambil sejumlah kecil populasi diatas, yang disebut sampel, serta dianggap sudah dapat mewakili seluruh karakteristik yang akan diteliti. Kita lebih baik melakukan penelitian sampel dari pada melakukan penelitian populasi karena penelitian sampel memiliki beberapa keuntungan, yaitu :

1. Karena menghemat dari segi waktu, tenaga dan biaya karena subyek penelitian sampel relative lebih sedikit dibanding dngan study populasi 2. Dibanding dengan penelitian populasi penelitian sampel lebih baik karena apabila penelitian populasi terlalu besar maka dikhawatirkan ada yang terlewati dan lebih merepotkan 3. Pada penelitian populasi akan terjadi kelelahan dalam pencatatan dan analisanya. 4. Dalam penelitian populasi sering bersifat destruktif 5. Ada kalanya penelitian populasi tidak lebih baik dilaksanakan karena terlalu luas populasinya.

b.

empat parameter yang bisa dianggap menentukan representativeness sampel (sampel yang benar-benar

mencerminkan populasinya), yaitu : 1. Variabilitas populasi Variabilitas populasi adalah hal yang sudah “given”, artinya peneliti harus menerima bagaimana adanya dan tidak dapat mengatur atau memanipulasinya. 2. Besar Sampel Besar sampel yang diambil akan semakin besar atau tinggi taraf representativeness sampel tersebut. Jika populasinya homogen secara sempurna, besarnya sampel tidak mempengaruhi tarak representativeness sampel. 3. Teknik penentuan sampel Makin tinggi tingkat rambang dalam penentuan sampel, akan makn tinggi pula tingkat representativeness sampel. 4. Kecermatan memasukkan ciri-ciri populasi dalam sampel

3. BESAR SAMPEL Besar sampel pada satu populasi 1. Estimasi Simple random sampling atau systematic random sampling

- Data kontinyu Untuk populasi infinit, rumus besar sampel adalah : Z21-

2

/2

n = ------------d2 di mana

n

= besar sampel minimum

Z1-

/2

2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada = harga varians di populasi

d

= kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Jika populasi finit, maka rumus besar sampel adalah : N Z21-

/2

2

n = -----------------------(N-1) d2 + Z21-

/2

2

di mana N = besar populasi - Data proporsi Untuk populasi infinit, rumus besar sampel adalah : Z21-

/2

P (1-P)

n = -------------------d2

tertentu

di mana

n Z1-

= besar sampel minimum /2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

P

= harga proporsi di populasi

d

= kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Jika populasi finit, maka rumus besar sampel adalah : N Z21-

/2

P (1-P)

n = ------------------------------(N-1) d2 + Z21-

di mana N = besar populasi

Stratified random sampling

- Data kontinyu Rumus besar sampel adalah :

N2h

Nh

2 h

2

h

/2 P

(1-P)

tertentu

di mana

n

= besar sampel minimum

N

= besar populasi

Z1-

/2

2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

tertentu

= harga varians di strata-h

h

d

= kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Wh

= fraksi dari observasi yang dialokasi pada strata-h = N h/N Jika digunakan alokasi setara, W = 1/L L

= jumlah seluruh strata yang ada

- Data proporsi Rumus besar sampel adalah :

di mana

n

= besar sampel minimum

N

= besar populasi

Z1-

/2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

tertentu

Ph

= harga proporsi di strata-h

d

= kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

Wh

= fraksi dari observasi yang dialokasi pada strata-h = N h/N Jika digunakan alokasi setara, W = 1/L L

c. Cluster random sampling - Data kontinyu

= jumlah seluruh strata yang ada

Pada cluster random sampling, ditentukan jumlah cluster yang akan diambil sebagai sampel. Rumusnya adalah :

N Z21-

/2

2

n = ---------------------------------(N-1) d2 (N/C) 2 + Z21-

di mana

/2

n

= besar sampel (jumlah cluster) minimum

N

= besar populasi

Z1-

/2

2

2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

tertentu

= harga varians di populasi

d

= kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir C

= jumlah seluruh cluster di populasi

- Data proporsi Rumus besar sampel adalah :

N Z21-

/2

2

n = ---------------------------------(N-1) d2 (N/C) 2 + Z21-

di mana N

n

d

/2

=

mi

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir C

2

2

= besar sampel (jumlah cluster) minimum

= besar populasi = Z1-

/2

= jumlah seluruh cluster di populasi

(ai – mi P)2/(C’-1) dan P =

ai / mi

tertentu

ai

= banyaknya elemen yang masuk kriteria pada cluster ke-i

mi

= banyaknya elemen pada cluster ke-i

C’

= jumlah cluster sementara

2. Uji Hipotesis

- Data kontinyu Rumus besar sampel adalah : di mana

n

= besar sampel minimum

Z1-

/2

Z12

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

tertentu

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

tertentu

= harga varians di populasi

0-

a

= perkiraan selisih nilai mean yang diteliti dengan mean di

populasi - Data proporsi Rumus besar sampel adalah :

di mana

n Z1-

= besar sampel minimum = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

tertentu

Z1-

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

tertentu

P0

= proporsi di populasi

Pa

= perkiraan proporsi di populasi

/2

Pa-P0 = perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi

Besar sampel pada DUA POPULASI 1. Estimasi a. Data kontinyu

Rumus besar sampel sebagai berikut : di mana

n

= besar sampel minimum

Z1-

/2

2

d

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

tertentu

= harga varians di populasi

= kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir b. Data proporsi - Cross sectional

Rumus besar sampel sebagai berikut :

di mana

n Z1P1

= besar sampel minimum /2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada = perkiraan proporsi pada populasi 1

P2

= perkiraan proporsi pada populasi 2

d

= kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir

- Cohort Rumus besar sampel sebagai berikut :

tertentu

1-P2

P2

di mana

n Z1-

= besar sampel minimum /2

P1 P2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

tertentu

= perkiraan probabilitas outcome (+) pada populasi 1

= perkiraan probabilitas outcome (+) pada populasi 2 = kesalahan (relatif) yang dapat ditolerir

Pada penelitian cohort, untuk mengantisipasi hilangnya unit pengamatan, dilakukan koreksi dengan 1/(1f), di mana f adalah proporsi unit pengamatan yang hilang atau mengundurkan diri atau drop out. - Case-control Rumus besar sampel adalah :

di mana

n Z1P1*

P2*

= besar sampel minimum /2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

tertentu

= perkiraan probabilitas paparan pada populasi 1 (outcome +)

= perkiraan probabilitas paparan pada populasi 2 (outcome -) = kesalahan (relatif) yang dapat ditolerir

2. Uji Hipotesis a. Data kontinyu Rumus besar sampel sebagai berikut :

di mana

n

= besar sampel minimum

Z1Z1-

/2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada 2

1-

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

2

tertentu

tertentu

= harga varians di populasi

= perkiraan selisih nilai mean di populasi 1 dengan populasi 2

b. Data proporsi - Cross sectional

Rumus besar sampel sebagai berikut : di mana

n Z1-

Z1-

P

/2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada P1

P2

= besar sampel minimum

= perkiraan proporsi pada populasi 1

= perkiraan proporsi pada populasi 2 = (P1 + P2)/2

- Cohort

tertentu

tertentu

Rumus besar sampel sebagai berikut :

di mana

n Z1-

Z1-

= besar sampel minimum /2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada P1

P2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

tertentu

tertentu

= perkiraan probabilitas outcome (+) pada populasi 1

= perkiraan probabilitas outcome (+) pada populasi 2

P

= (P1 + P2)/2

Pada penelitian cohort, untuk mengantisipasi hilangnya unit pengamatan, dilakukan koreksi dengan 1/(1f), di mana f adalah proporsi unit pengamatan yang hilang atau mengundurkan diri atau drop out. - Case-control

Rumus besar sampel adalah :

di mana

n Z1-

Z1-

/2

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada

= nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada P1*

P2*

= besar sampel minimum tertentu

tertentu

= perkiraan probabilitas paparan pada populasi 1 (outcome +)

= perkiraan probabilitas paparan pada populasi 2 (outcome -)

Jika besar sampel kasus dan kontrol tidak sama (unequal), dibuat modifikasi besar sampel dengan memperhatikan rasio kontrol terhadap kasus. Rumus di atas dikalikan dengan faktor (r + 1) / (2 . r). Besar sampel untuk kelompok kontrol adalah (r.n).

4. TEKNIK SAMPLING Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability sampling dan Nonprobability sampling (Sugiyono,2011). -

Macam Teknik Sampling

a. Probability Sampling Probability sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih untuk menjadi anggota sampel. Teknik ini antara lain sebagai berikut:

1. Simple random sampling Dikatakan simple (sederhana) karean pengmbilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

2. Proportionate stratified random sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota /unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional

3. Disproportionate stratified random sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila populasi berstrata tetapi kurang proposional.

4. Cluster sampling (Area sampling) Teknik sampel daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari suatu Negara, provinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduka mana yang akan dijadikaan sumber data, maka pengambilan sampelnya didasarkan daerah populasi yang telah

ditentukan.

Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada di daerah itu sacara sampling juga.

b. Nonprobability Sampling Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsure atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Tekniknya antara lain sebagi berikut: 1. Sampling Sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. 2. Sampling Kuota Sampling kuota adalah teknik untuk menetukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Bila pada pengambilan sampel dilakukan secara kelompok maka pengambilan sampel dibagi rata sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. 3. Sampling Insidental Sampling Insidental dalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data. 4. Sampling Purposive Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel ini lebih cocok untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melekukan generalisasi. 5. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampling jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel. 6. Snowball Sampling Snowball sampling dalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Dalam penetuan sampel pertamatama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencarai orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta. Jakarta. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta, PT.Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Nursalam. 2005. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:Salemba Medika Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : AFABETA, cv.

METODE SAMPLING Posted on 12 Desember 2014 by pratiwis

Question and Answer METODE SAMPLING PEMBIMBING : Dr. Cholicul Hadi, M. Si PENYUSUN : M.Fauzi Setiawan

111414153003

1. Khoirul Umam 111414153021

Rosita Permatasari

111414153020

Dina Nastiti

111414153013

Pratiwi Setyadi

111414153029

Hielma Hasanah

111414153030

Nurdilla Triastuti

111414153013

Putri Auliyah

111414153037

Diyana Rochmawati 111414153038 1. Apa yang dimaksud sampel dan metode sampling?

Sampel adalah himpunan bagian (subset) dari suatu populasi, sedangkan sampling adalah proses seleksi dan pengambilan sebuah sampel dari populasinya (Zainuddin, 2011). 2. Berapa banyak metode sampling yang anda ketahui?

Teknik sampling dibagi menjadi dua macam, yaitu probabilitas atau random sampling dan non-probabillitas atau non-random sampling (Zainuddin, 2011). Teknik sampling probabilitas terdiri atas lima macam, antara lain: a. Simple random sampling (acak sederhana) Sampling ini digunakan jika populasi dianggap homogen berdasarkan kriteria tertentu. Pengambilan unit sampel dari sampling frame dapat dilakukan dengan undian maupun dengan

pertolongan bilangan random. Kelebihan teknik sampling ini adalah pelaksanaannya mudah, namun kelemahannya yaitu letak populasi jauh dan menyebar. b. Systematic random sampling (acak sistematis) Pada sampling ini yang dipilih secara acaknya hanyalah nomor sampel urutan pertama, kemudian nomer urutan selanjutnya ditentukan secara sistematik dengan meloncat sebesar kelipatan angka sebesar N/n. c. Stratified random sampling (acak berlapis) Sampling ini digunakan jika populasinya heterogen dan setelah ditelaah lebih mendalam, ternyata terdiri atas strata atau lapisan yang homogen. Kelebihan teknik sampling ini adalah pelaksanaannya mudah dan adanya stratifikasi dapat meningkatkan presisi dari sampel terhadap populasi. Namun kelemahannya yaitu letak populasi dapat jauh. c.1 Simple stratified random sampling Pada sampling ini, jumlah unit populasi dalam setiap strata sama sehingga jumlah sampel yang berasal dari setiap strata juga sama. c.2 Proportional stratified random sampling Pada sampling ini, jumlah unit populasi dalam setiap strata tidak sama sehingga jumlah sampel yang berasal dari setiap strata juga tidak sama. d. Cluster atau area random sampling (acak kelompok atau acak area) Sampling ini digunakan jika populasi heterogen, dimana ciri-ciri unit populasi tidak serbasama (tidak homogen), dan terdiri dari kelompok-kelompok. Heterogenitas dalam cluster atau area sama dengan heterogenitas populasinya. Pada teknik ini akan dilakukan dua kali randomisasi. Kelebihan teknik sampling ini adalah penyebaran unit populasi dapat dihindari. Di sisi lain, kelemahan teknik ini adalah sulit diperoleh suatu cluster dengan heterogenitas yang benar-benar sama. e. Multistage atau double random sampling (acak bertahap atau acak ganda). Sampling ini digunakan pada populasi yang sangat kompleks terdiri atas unit populasi yang terdiri dari beberapa strata dan berada dalam clusters atau areas yang heterogen. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan sampel yang semaksimal mungkin mewakili semua ciri-ciri yang ada dalam populasinya. Kelebihan teknik sampling ini adalah mendapatkan sampel yang maksimal dan benar-benar mewakili dari ciri-ciri populasi. Teknik non probabilitas terdiri atas beberapa macam sampling sebagai berikut: a. Acceidental/Convenient sampling Sampling secara kebetulan pada subjek yang ditemui atau mudah ditemui b. Purposive judgment sampling Sampling yang dipilih atau ditetapkan berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan penelitian. c. Snowball sampling (mirip M-lm) Neuman (2007) juga membagi teknik sampling menjadi dua macam, yaitu:

A. Tipe sampel non probabilitas a. Haphazard Mendapatkan setiap kasus dengan cara yang telah disepakati. b. Kuota Mendapatkan nomor yang telah ditetapkan pada kasus dalam beberapa kategori yang telah ditentukan yang akan mencerminkan keragaman populasi, menggunakan metode haphazard. c. Purposive Mendapatkan semua kasus yang mungkin sesuai dengan kriteria tertentu, dengan menggunakan berbagai macam metode. d. Snowball Mendapatkan kasus menggunakan rujukan dari satu atau beberapa kasus, dan kemudian rujukan dari kasus tersebut, dan seterusnya. e. Case Deviant Mendapatkan kasus yang secara substansial berbeda dari pola yang dominan (khusus jenis sampel purposive). f. Sequential Mendapatkan kasus hingga tidak ada tambahan formasi atau karakteristik baru (sering digunakan dengan metode pengambilan sampel lainnya). B. Tipe sampel probabilitas. a. Simple Random Membuat kerangka sampling untuk semua kasus, kemudian pilih kasus menggunakan proses sepenuhnya acak (misalnya, acak-nomor meja atau program komputer). b. Stratified Membuat kerangka sampling untuk masing-masing beberapa kategori kasus, mengambil sampel acak dari masing-masing kategori, kemudian menggabungkan beberapa sampel. c. Sistematis Membuat kerangka sampling, menghitung sampling interval 1/k, memilih tempat mulai secara acak, kemudian mengambil setiap 1/k dari kasus. d. Cluster Membuat kerangka sampling untuk unit cluster yang lebih besar, mengambil sampel acak dari unit cluster, membuat kerangka sampling untuk kasus-kasus dalam setiap unit klaster yang dipilih, kemudian mengambil sampel secara acak dari kasus, dan seterusnya.

Menurut literatur lain, metode sampling dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu probability sampling, purposive sampling, convenience sampling, danmixed method sampling dengan penjelasan masing-masing sebagai berikut: 1. Teknik probability sampling seringkali digunakan dalam penelitian kuantitatif, yaitu dengan cara memilih jumlah yang relatif besar dalam unit dari suatu populasi atau dari suatu sub-kelompok yang spesifik (strata) dari suatu populasi, secara acak dimana penggabungan dari tiap anggota populasi dapat ditentukan (Tashakkori & Teddlie, 2003 dalam Teddlie & Yu, 2007). 2. Teknik purposive sampling (sampel bertujuan), biasa digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu ditentukan dengan cara pemilihan unit terlebih dahulu (misal individual, kelompok individu, atau institusi) didasarkan pada tujuan spesifik terkait dengan jeawaban dari pertanyaan penelitian. Purposive method sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang melibatkan pemilihan unit/permasalahan tertentu (didasarkan pada tujuan spesifik) (Teddlie & Yu, 2007). 3. Convenience sampling melibatkan penggambaran sampel yang baik dan mudah diakses serta bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, baik yang dipilih (captive) maupun relawan (volunteer). 4. Mixed method sampling (metode campuran), melibatkan pemilihan satuan unit atau kasus penelitian menggunakan sampling probabilitas untuk meningkatkan validitas eksternal serta strategi purposive sampling untuk meningkatkan transferabilitas. Mixed method sampling adalah penggabungan teknik kualitatif dan kuantitatif untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan oleh desain penelitian metode campuran (Teddlie & Yu, 2007). 3. Mengapa metode sampling sangat diperlukan?

Dalam suatu penelitian, metode sampling menjadi salah satu aspek yang penting dan diperlukan, karena akan menentukan validitas eksternal dari hasil penelitian, dalam arti menentukan seberapa luas atau sejauhmana keberlakuan atau generalisasi kesimpulan hasil penelitian. Dengan demikian, kualitas sampling akan menentukan kualitas kesimpulan suatu penelitian. Oleh karena itu, setiap kelemahan dalam metode sampling akan menyebabkan kelemahan kesimpulan, kelemahan ramalan atau dalam tindakan yang mendasarkan pada hasil penelitian tersebut (Zainuddin, 2011). 4. Kapan metode sampling tidak diperlukan?

Pada hakekatnya sebagai seorang peneliti kita perlu menerapkan metode sampling untuk mendapatkan sampel yang tepat untuk mewakili populasi penelitian. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa kita tidak memerlukan metode sampling ketika dihadapkan dalam kondisi sebagai berikut: 1. Anggaran penelitian yang sangat besar sehingga memungkinkan untuk mengambil data dari semua populasi. Dalam hal ini menggunakan pendekatan sensus atau menggunakan seluruh anggota populasi dalam penelitian. 2. Saat populasi penelitian hanya sedikit atau lingkup penelitian yang sempit sehingga memungkinkan bagi penelitian untuk mengambil data dari keseluruhan populasi. 5. Seberapa banyak manfaat menggunakan metode sampling?

Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan metode sampling antara lain (Zainuddin, 2011): 1. 2. 3. 4.

Dari segi biaya akan menjadi lebih murah Dari segi waktu akan lebih cepat, sehingga hasilnya up to date Dari segi tenaga akan lebih hemat Variabel yang diteliti dapat lebih banyak dan mendalam, sehingga kedalaman serta ketepatan informasi akan lebih baik

5. Walaupun hanya menggunakan sebagian saja dari subjek atau objek penelitian, tetapi hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Menurut Hartanto (2003), manfaat menggunakan metode sampling adalah sebagai berikut: 1. Dapat menghindari kerugian, jika dalam pengumpulan data objek penelitian harus “dirusak”. 2. Kesimpulan umum (tentang populasi) diperoleh dengan relatif murah, cepat dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Tingkat kesalahan pada kesimpulan umum dapat diperhitungkan, yaitu melalui penghitungan sampling error 4. Validitas informasi atau validitas pengukuran dapat ditingkatkan, karena dapat dilakukan kontrol terhadap variabel-variabel tertentu, sehingga hasilnya lebih teliti. 6. Mengapa pendekatan sampling lebih baik dibandingkan dengan pendekatan sensus atau seluruh populasi? 1. Jika pengambilan sampel didasarkan atas dasar prinsip probabilitas, maka penggunaan data dari sampel untuk pengambilan kesimpulan tentang populasi tetap dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah 2. Jika populasi homogen, maka sampel adalah identik dengan populasinya 3. Jika observasi atau eksperimentasi bersifat merusak unit sampel, maka jika digunakan sensus akan sangat merugikan. 4. Jika populasi jumlahnya tak terbatas, maka pendekatan sensus adalah mustahil atau tidak mungkin untuk dilakukan. 5. Jika ada keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya penelitian, maka pendekatan sampling lebih baik. 6. Jika diperlukan adanya kontrol atau pengaturan terhadap variabel-variabel tertentu, maka pendekatan sampling lebih efektif. 7. Jika menggunakan sampling, maka variabel penelitian dapat diperluas dan diperdalam oleh karena jumlah yang diobservasi dan diberi perlakuan lebih sedikit, dengan demikian informasi penelitian yang diperoleh akan lebih tepat dan teliti (Zainuddin, 2011). 7. Bagaimana langkah-langkah dalam melakukan sampling?

Langkah-langkah atau tahapan yang perlu diperhatikan dalam melakukan sampling adalah sebagai berikut (Zainuddin, 2011): 1. 2. 3. 4. 5. 6. 8.

menetapkan populasi penelitian yang relevan dengan tujuan penelitian menentukan variabel-variabel yang akan diamati dan diukur menentukan kerangka sampel (sampling frame) yang akan digunakan menentukan teknik sampling yang relevan dengan tujuan penelitian menentukan jumlah sampel yang akan digunakan menyesuaikan dan mempertimbangkan biaya yang harus disediakan Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterwakilan atau representativitas suatu sampel terhadap populasinya?

1. Teknik sampling yang digunakan Teknik sampling yang dapat menjamin keterwakilan yang lebih tinggi adalah random sampling atau probabilitas sampling. 2. Jumlah sampel yang digunakan Untuk jumlah sampel berlaku prinsip bahwa makin banyak sampel maka makin representatif.

3. Kejelasan kriteria unit sampel yang digunakan Kejelasan kriteria unit populasi penelitian, baik inclusion criterion maupunexclusion criterion sangat erat hubungannya dengan variasi antarunit populasi. Makin ketat kriteria unit ppulasi akan meningkatkan validitas internal, tetapi akan menurunkan validitas eksternal. Sebaliknya, makin longgar kriteria unit populasinya, akan meningkatkan validitas eksternal, tetapi akan menurunkan validitas internal. 4. Variasi antarunit populasi penelitian Faktor ini merupakan faktor yang sudah “given”, atau begitu adanya, sehingga tidak dapat dikendalikan (Zainuddin, 2011). 9. Jelaskan perbedaan antara random sampling dan non-random sampling?

Random sampling, memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Zainuddin, 2011): 1. Tiap unit atau individu populasi mempunyai kesempatan atau probabilitas yang sama untuk menjadi sampel. jadi nilai probabilitas tiap unit populasi untuk terpilih sebagai unit sampel adalah sama, tidak = 0 dan atau tidak = 1. 2. Random sampling merupakan salah satu asumsi pemakaian statistik inferensial. 3. Jika menggunakan teknik random sampling dapat dilakukan generalisasi dengan tingkat validitas generalisasi sangat baik. Dengan kata lain, jika tujuan penelitian adalah untuk melakukan generalisasi, maka teknik sampling yang terbaik adalah random sampling.

Non-random sampling, memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Zainuddin, 2011): 1. Kesempatan atau probabilitas setiap unit atau individual populasi untuk menjadi sampel tidak sama. Dengan demikian, ada unit populasi yang nilai probabilitasnya untuk terpilih menjadi unit sampel adalah = 0 atau = 1. 2. Jika pengambilan sampel dilakukan dengan cara nonrandom, maka penggunaan statistika inferensial parametrik dipertanyakan keabsahannya. 3. Jika menggunakan teknik nonrandom sampling, dan dilakukan generalisasi terhadap populasinya, maka tingkat validitas generalisasinya kurang baik. Dengan kata lain, generalisasi hanya berlaku untuk sampel yang digunakan saja. 10. Bagaimana cara menentukan jumlah sampel?

Banyaknya sampel tergantung pada jenis analisis data yang direncanakan oleh peneliti, yaitu pada seberapa akurat sampel harus menjadi tujuan penelitian dan karakteristik populasi. Seperti yang kita tahu, bahwa ukuran sampel yang besar saja tidak menjamin sampel dapat representatif. Sebuah sampel besar tanpa random sampling akan memiliki representatif yang kurang dibandingkan dengan yang memiliki sampel kecil dengan random sampling. Penentuan sampel didasarkan pada dua hal yaitu pertama, dengan membuat asumsi tentang populasi dan menggunakan persamaan statistik tentang proses random sampling. Peneliti ini harus membuat asumsi tentang tingkat kepercayaan (atau jumlah kesalahan) yang diterima dan tingkat variasi dalam populasi. Metode kedua adalah yang paling sering digunakan yaitu dengan petunjuk praktis tentang jumlah konvensional atau yang biasa diterima. Para peneliti menggunakannya karena mereka jarang memiliki informasi yang dibutuhkan oleh metode statistik dan karena memberikan ukuran sampel dekat dengan orang-orang dari metode statistik. Menurut Zainuddin (2011) Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam penentuan jumlah sampel (n), 1. Pendekatan empiris

Pendekatan empiris atau intuisional menggunakan analogi dengan jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti sebelumnya, misalnya tujuan penelitian untuk survey di bidang kesehatan menggunakan teknik kuisioner di tingkat provinsi dengan jumlah penduduk di atas 10 juta, maka menggunakan jumlah sampel sekitar 20.000 – 90.000 respinden. 2. Pendekatan analitis Pendekatan ini juga dikenal sebagai metode estimasi atau prakiraan menggunakan pendekatan perhitungan secara statistik. Sebelum melakukan perhitungan statistik tersebut, peneliti perlu menentukan parameter apa yang akan diteliti, berapa tingkat kesalahan yang dinyatakan dalam bentuk harga alfa dan beta yang akan digunakan, serta berapa besarnya batas toleransi penyimpangan terhadap harga parameter (d) yang mempunyai arti dalam keperluan praktis atau klinis. Ciri-ciri dari pendekatan ini antara lain: (1) jumlah sampel hanya perkiraan/estimasi, (2) tergantung pada batas toleransi kesalahan dan derajat kepercayaan yang digunakan, (3) dapat diperoleh dari tabel atau dihitung dengan rumus, (4) rumus atau tabel yang dipakai ditentukan oleh skala variabel tergantung (nominal/rasio) dan sifat populasinya (finit/infinit), (5) melalui dialog antara peneliti dengan statistik, serta (6) perlu memahami “bahasa” statistik tertentu. Keputusan peneliti tentang ukuran sampel yang baik tergantung pada tiga hal, yaitu: (1) tingkat akurasi yang diperlukan, (2) tingkat variabilitas atau keragaman dalam populasi, dan (3) jumlah variabel yang berbeda diteliti secara bersamaan dalam analisis data. 11. Bilamana generalisasi dikatakan valid?

Generalisasi akan dikatakan valid jika target populasi sama dengan sampled population. Selain itu, populasi yang akan diberlakukan suatu kesimpulan merupakan populasi dimana sampel diambil. Jika tidak demikian, maka kesimpulan akan menjadi bias (Zainuddin, 2011). 12. Bagaimana perbedaan metode sampling dalam pendekatan kuantitatif dan kualitatif?

Peneliti kualitatif dan kuantitatif memiliki pendekatan sampling yang berbeda. Sebagian besar metode sampling digunakan oleh peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Tujuan utamanya untuk mendapatkan sampel yang representatif, atau sekumpulan kecil unit atau kasus dari kumpulan yang jauh lebih besar atau populasi, sehingga peneliti bisa mempelajari kelompok yang lebih kecil dan menghasilkan generalisasi akurat tentang kelompok yang lebih besar. Peneliti tersebut cenderung menggunakan sampling berdasarkan teori probabilitas dari matematika (disebut probability sampling). Para peneliti menggunakan probabilitas atau random sampling, karena menghemat waktu dan biaya. Jika dilakukan dengan benar, hasil dari sampel dapat menghasilkan 1/1000 biaya dan waktu. Tujuan kedua probability sampling adalah akurasi. Hasil yang dirancang dengan baik dan hati-hati dilakukan probabilitas sampel akan menghasilkan hasil yang sama, jika tidak lebih akurat daripada mencoba untuk menjangkau setiap orang di seluruh populasi. Selain itu, probability sampling lebih disukai oleh para peneliti kuantitatif karena menghasilkan sampel yang mewakili populasi dan memungkinkan peneliti untuk menggunakan teknik statistik yang kuat. Peneliti kualitatif fokus pada keterwakilan sampel atau teknik yang detail untuk menggambar sampel probabilitas. Mereka fokus pada bagaimana sampel atau sekumpulan kecil kasus, unit, atau kegiatan menggambarkan fitur kunci dari kehidupan sosial. Tujuan dari pengambilan sampel adalah untuk mengumpulkan kasus, peristiwa, atau tindakan yang memperjelas dan memperdalam pemahaman. Perhatian peneliti kualitatif adalah untuk menemukan kasus yang akan meningkatkan apa yang para peneliti pelajari mengenai proses kehidupan sosial dalam konteks tertentu. Peneliti

kualitatif memilih kasus secara bertahap, dengan konten kasus spesifik yang menentukan apakah kasus tersebut dipilih. Untuk alasan ini, peneliti kualitatif cenderung untuk menggunakan tipe sampel non-probabilitas (Neuman, 2007). 13. Mengapa sampling harus secara random?

Bidang matematika terapan atau yang disebut teori probabilitas bergantung pada proses acak. Kata acak dalam matematika mengacu pada proses yang menghasilkan hasil matematis secara acak; yaitu, seleksi. Dalam proses acak yang benar, setiap elemen memiliki probabilitas yang sama untuk terpilih. Sampel acak yang paling mungkin untuk menghasilkan sampel yang benar-benar mewakili populasi. Selain itu, random sampling memungkinkan peneliti menghitung hubungan statistik antara sampel dan populasi, yaitu ukuran sampling error (Neuman, 2007). 14. Apakah dalam penelitian kualitatif terdapat metode sampling?

Dalam penelitian kualitatif ada metode sampling juga. Terdapat dua metode sampling yaitu : 

CRITERION-BASED or PURPOSIVE SAMPLING: subyek penelitian dipilih berdasarkan karakteristik dan ciri yang sesuai dengan tujuan penelitian (symbolic representation).  THEORETICAL SAMPLING: subyek penelitian dipilih sesuai berdasarkan konsep teori yang digunakan dan diasumsikan memiliki kontribusi dalam pengembangan suatu teori. 15. Pada populasi yang bagaimana metode sampling dapat diterapkan?

Pada populasi yang menjadi setting dari kasus yang hendak diteliti. Sebagai contoh; jika kita ingin meneliti tentang sikap mahasiswa di kampus Psikologi terhadap pelayanan petugas perpustakaan maka populasi dari penelitian tersebut adalah seluruh mahasiswa di kampus Psikologi. Jadi, populasi yang dituju bukanlah seluruh mahasiswa tetapi spesifik pada mahasiswa kampus Psikologi. 16. Bagaimana hubungan antara question research dengan metode sampling?

Question research atau pertanyaan penelitian menunjukkan fokus dari penelitian atau riset yang akan dilakukan. Dari rumusan masalah tersebut dapat diketahui sasaran populasi penelitian tersebut. Contoh rumusan masalah penelitian: Sikap mahasiswa di kampus Psikologi terhadap pelayanan petugas perpustakaan. Dari kalimat tersebut maka diketahui bahwa populasi penelitian adalah mahasiswa kampus Psikologi. Rumusan masalah juga menjadi acuan metode sampling. Jika populasi yang diharapkan adalah mahasiswa kampus Psikologi, maka peneliti perlu menentukan metode penelitian, misalkan metode sensus atau kah metode survey. Apabila kita memilih metode sensus, maka metode sampling yang digunakan bisa nonprobability sampling yaitu, setiap mahasiswa memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sample, atau juga bisa mengggunakan tipe probability sampling dimana ada karakteristik yang diminta oleh peneliti dalam menentukan sample. Pemilihan metode sampling bergantung kepada tujuan dari penelitian tersebut. 17. Bagaimana metode sampling digunakan pada riset yang menggunakan studi kasus?

Studi kasus merupakan penelitian yang melakukan deskripsi dan analisis dari subjek tunggal. Pemilihan subjek penelitian dilakukan berdasarkan pendekatan Purposive sampling ataupun Criterion based sampling. 18. Kapan metode sampling diperlukan?

Metode sampling diperlukan ketika seorang peneliti ingin mendapatkan data yang representatif. Representatif disini dimaksudkan mampu mewakili populasi keseluruhan yang ingin diteliti.

Diharapkan dengan menggunakan sampel yang representatif, kesimpulan penelitian yang dilakukan akan akurat ketika dilakukan generalisasi dalam populasi penelitian (Neuman,2007). 19. 19. Bagaimana langkah-langkah yang diperlukan untuk menentukan metode sampling? 1. Mendefinisikan karakteristik populasi yang ingin diteliti 2. Menentukan kerangka sampling (sampling frame), kumpulan (set) item atau kejadian yang mungkin diukur. 3. Menentukan metode sampling untuk memilih aitem atau kejadian dari kerangka sampling. 4. Menghitung ukuran sampel 5. Melaksanakan sampling berdasarkan perencanaan yang dibuat 6. Pengambilan sampling dan data 7. Mereview proses sampling 20. Mengapa metode sampling harus dapat menjamin bahwa sampel yang digunakan mewakili populasi yang ada?

Metode sampling harus dapat menjamin bahwa sampel yang digunakan mewakili populasi yang ada, karena diharapkan generalisasi hasil penelitian dapat valid untuk populasi yang ada. Generalisasi akan valid (sahih, tepat) jika target populasi sama dengan sampel populasi. Maka sampel yang digunakan haruslah mewakili populasi yang ada. 21. Apa saja konsep-konsep kunci untuk menggunakan metode sampling?

Konsep-konsep yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode sampling adalah :        

Kepada siapa kita akan menggeneralisasikan hasil penelitian? Populasi apa yang dapat kita akses? Bagaimana cara mengakses populasi tersebut? Siapa saja yang terlibat dalam penelitian ini? Teori populasi Studi populasi Kerangka metode sampling Sampel 22. Apakah yang dimaksud dengan ‘sampling errors’?

Sampling errors atau kesalahan-kesalahan metode sampling didefinisikan sebagai kesalahan yang dihasilkan dari mengambil satu sampel saja dengan tidak memperhatikan seluruh populasi. Sampel dianggap Undercoverage yaitu tidak mengkafer (mewakili) atau tidak terlalu memberikan respon(nonresponse) yang mewakili populasi serta adanya kecerobohan dalam pengumpulan data. Undercoverage (tidak mewakili) adalah memilah sebuah sampel yang tidak terlalu luas. Kesalahannya adalah informasi yang didapatkan dari sampel tersebut tidak mewakili populasi dan tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang ada. Kecilnya jumlah sampel dapat menyebabkan bias konservatif pada aplikasi statistik yang menyebabkan H-0 tidak ditolak. Nonresponse adalah kondisi kesalahan dikarenakan adanya salah seorang anggota populasi yang sudah ditetapkan menjadi sampel tidak memberikan respon jawaban yang seharusnya (lengkap) pada kuisioneratau perlakuan yang diterapkan pada sampel. Sedangkan kesalahan non samplingterjadi dikarenakan kurang tepatnya menentukan target dan studi populasi serta kesalahan yang terjadi pada desain survey dan pengukurannya 23. Bagaimana cara mereduksi ‘sampling errors’?

Cara untuk mereduksi kesalahan dalam sampling (sampling errors’) adalah peneliti harus memperhatikan untuk meningkatkan jumlah sampel dan meningkatkan homogenitas elemenelemen yang digunakan sebagai sampel 24. Apa yang dimaksud dengan hidden populasi?

Hidden populasi adalah populasi yang berbeda dengan sampel pada populasi umum atau orangorang yang terlihat dan dapat diakses dengan mudah. Pengambilan sampel pada hidden populasi (orang-orang yang terlibat dalam kegiatan tersembunyi) adalah isu yang berulang pada penelitian perilaku yang menyimpang. Hal ini menggambarkan penerapan yang kreatif dalam prinsip pengambilan sampel, pencampuran gaya penelitian kualitatif dan kuantitatif, dan seringnya menggunakan teknik non probability. Contoh hidden populasi adalah pengguna ilegal narkoba, pelacur, homoseksual, orang dengan HIV / AIDS, tunawisma, dan lain-lain. 25. Sebutkan strategi-strategi spesifik dari teknik pengambilan sampel bertujuan!

Teddlie & Yu, (2007) menyampaikan teknik pengambilan sampel untuk mencapai hasil yang representatif dan bisa diperbandingkan.   

Teknik pengambilan sampel yang istimewa/dari kasus yang unik. Teknik pengambilan sampel yang berurutan Teknik pengambilan sampel yang menggunakan teknik multiple purposive. 26. Sebutkan tipologi dari strategi pengambilan sampel bertujuan (Teddlie & Yu, 2007)!  Teknik pengambilan sampel untuk mencapai hasil yang representatif dan bisa diperbandingkanà dengan kasus yang khas/khusus; dengan kasus yang menyimpang/ekstrim; memiliki intensitas; memiliki variasi yang maksimum; sampel yang homogeny; memiliki reputasi kasus.  Teknik pengambilan sampel yang istimewa/dari kasus yang unikà kasus penyataan; kasus-kasus kritis; mengenai kasus politis penting; koleksi lengkap atau criterion sampling.  Teknik pengambilan sampel yang berurutanà bersifat teoritis atau disebut juga pengambilan sampel berdasarkan teori; kasus yang mengkonfirmasi maupun tidak; pengambilan sampel oportunis (sampel yang bermunculan); teknik bola salju (pengambilan sampel berantai)  Teknik pengambilan sampel yang menggunakan kombinasi dari teknik bertujuan 27. Apakah yang dimaksud dengan strategi pengambilan sampel dengan metode campuran dasar?

Pengambilan sampel dengan menggunakan metode campuran dasar disebut juga sebagai teknik pengambilan sampel secara bertingkat dan bertujuan, dimana peneliti awalnya membagi kelompok kedalam strata (misal, siswa diatas rata-rata, rata-rata, dan dibawah rata-rata) dan kemudian memilih sejumlah kecil kasus untuk mempelajari secara intensif dalam tiap strata berdasarkan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling techniques) atau yang disebut Patton (2002) sebagai “sampel dalam sampel” (Teddlie & Yu, 2007). 28. Apa perbedaan dari teknik pengambilan sampel multilevel mixed method dengan concurrent mixed method dalam penelitian?

Teknik pengambilan sampel dengan metode campuran yang bersamaan (concurrent) memerlukan setidaknya dua hal dan 98 jurnal penelitian metode campuran yang berfokus pada hanya satu tingkat atau unit analisis, sedangkan pengambilan sampel dengan metode campuran yang multilevel dapat digunakan dalam satu studi dan membutuhkan setidaknya dua tingkat atau unit analisis (Teddlie & Yu, 2007). 29. Sebutkan tipologi dari strategi pengambilan sampel dengan metode campuran!

Strategi metode campuran dasar :   

pengambilan sampel dengan metode campuran berurutan pengambilan sampel dengan metode campuran secara bersamaan pengambilan sampel dengan metode campuran bertingkat



pengambilan sampel dengan metode campuran berkelipatan 30. Apakah yang dimaksud dengan strategi pengambilan sampel dengan metode campuran berurutan?

Teknik pengambilan sampel yang melibatkan pemilihan unit analisis melalui penggunaan simultan dari teknik pengambilan sampel probabilitas dan pengambilan sampel bertujuan secara bersamaan dan dalam waktu yang sama (Teddlie & Yu, 2007). 31. Jelaskan perbedaan prosedur sampling multi-tahap dan prosedur sampling satu-tahap?

Prosedur sampling multi-tahap atau clustering sampling adalah prosedur sampling yang ideal ketika peneliti merasa tidak mungkin mengumpilkan daftar semua elemen yang membentuk populasi (Babbie, 2007, dalam Creswell, 2012) Prosedur sampling satu-tahap merupakan prosedur sampling yang di dalamnya peneliti sudah memiliki akses atas nama-nama dalam populasi dan dapat mensampling sejumlah individu (atau elemen-elemen) secara langsung (Creswell, 2012). 32. Jelaskan perbedaan proses pemilihan individu dengan proses random sample dan systematic sample atau non probability sample?

Random sample atau sampel acak adalah proses pemilihan individu sebagai sampel yang dilakukan secara acak dengan syarat seriap individu dalam populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih. Non probability sample adalah proses pemilihan individu sebagai sample dengan tujuan tertentu di mana di dalamnya para responden/individu dipilih berdasarkan kemudahan (convenience) dan ketersediaannya (Babbie, 1990, dalam Creswell, 2012). 33. Apa arti stratifikasi dalam proses pengambilan sampel?

Stratifikasi berarti karatkteristik-karakteristik tertentu dari individu-individu yang dipilih (seperti jenis kelamin, laki-laki dan perempuan) direpresentasikan dalam sampel agar sampel ini nantinya dapat merefleksikan proporsi yang tepat dalam populasi sesuai dengan karakteristik karakteristiknya masing-masing (Fowler (2002) dalam Creswell, 2012) 34. Jelaskan bagaimana prosedur pemgambilan sample? Dan apa kelebihan dan kekurangan dari masingmasing prosedur tersebut?

Ada 5 cara pengambilan sampel yang termasuk secara random, yaitusebagai berikut: 1. Sampel Random Sederhana (Simple Random Sampling).

Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yangsama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi disini proses memilih sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secararandom. Ada 2 cara yang dikenal yaitu:  

Bila jumlah populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi “Cointoss”. Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan label “Random Numbers” yang prosedurnya adalah sebagai berikut:

Misalnya populasi berjumlah 300 (N=300).   

tentukan nomor setiap unit populasi (dari 1 s/d 300 = 3 digit/kolom). tentukan besar sampel yang akan diambil. (Misalnya 75 atau 25 %) tentukan skema penggunaan label random numbers. (misalnya dimulai dari 3 kolom pertama dan baris pertama) dengan menggunakan tabel random numbers, tentukan unit mana yang terpilih, sebesar sampel

yang dibutuhkan, yaitu dengan mengurutkan angka-angka dalam 3 kolom pertama, dari atas ke bawah, setiap nomor ≤ 300, merupakan nomor sampel yang diambil (100, 175, 243, 101), bila ada nomor ≥ 300, tidak diambil sebagai sampel (N = 300). Jika pada lembar pertama jumlah sampel belum mencukupi, lanjutkan kelembaran berikutnya, dan seterusnya. Jika ada nomor yang serupa dijumpai, di ambil hanya satu, karena setiap orang hanya mempunyai 1 nomor identifikasi.

Keuntungan Kerugian :  

: Prosedur estimasi mudah dan sederhana

Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi. Sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas, sehingga biaya transportasi besar.

2. Sampel Random Sistematik (Systematic Random Sampling). Proses pengambilan sampel, setiap urutan ke “K” dari titik awal yangdipilih secara random, dimana:     

K= N/n N adalah jumlah anggota populasi n adalah jumlah anggota sampel Misalnya, setiap pasien yang ke tiga yang berobat ke suatu Rumah Sakit, diambil sebagai sampel (pasien No. 3,6,9,15) dan seterusnya. Cara ini dipergunakan bila ada sedikit Stratifikasi Pada populasi.

 

Perencanan dan penggunaanya mudah. Sampel tersebar di daerah populasi.

Keuntungan : Kerugian : Membutuhkan daftar populasi 3. Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling). Populasi dibagi strata-strata, (sub populasi), kemudian pengambilan sampel dilakukan dalam setiap strata baik secara simple random sampling, maupun secara systematic random sampling. Cara ini dipakai : bila populasi dapat dibagi dalam kelompok-kelompok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam setiap kelompok. Keuntungan :  

Tidak memerlukan daftar populasi. Biaya transportasi kurang

Kerugian : Prosudur estimasi sulit. 4. Sampel Bertingkat (Multi Stage Sampling). Proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat, baik bertingkat dua maupun lebih. Misalnya: provinsi à kabupaten à Kecamatan à desa à Lingkungan à KK. Cara ini dipergunakan bila:    

Populasinya cukup homogen Jumlah populasi sangat besar Populasi menempati daerah yang sangat luas Biaya penelitian kecil

Keuntungan Kerugian  

: Biaya transportasi kurang :

Prosedur estimasi sulit Prosedur pengambilan sampel memerlukan perencanaan yang lebih cermat 35. Jelaskan perbedaan jenis sample non-probability? Dan sebutkan pengertian dari masing-masing jenis tersebut!

Non probability sample merupakan proses pemilihan sample yang tidak menghiraukan prinsipprinsip probability. Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya merupakan gambaran kasar tentang suatu keadaan. Cara ini dipergunakan : 1. Bila biaya sangat sedikit 2. Hasilnya diminta segera, 3. Tidak memerlukan ketepatan yang tinggi, karena hanya sekedar gambaran umum saja.

Cara-cara yang dikenal adalah sebagai berikut : 





Sampel Dengan Maksud (Purposive Samping). Pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Sampel Tanpa Sengaja (Accidental Sampling). Sampel diambil atas dasar seandainya saja, tanpa direncanakan lebih dahulu. Juga jumlah sampel yang dikehenadaki tidak berdasrkan pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan, asal memenuhi keperluan saja. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara saja. Sampel Berjatah (Quota Sampling). Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya disini besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu. Misalnya Sampel yang akan di ambil berjumlah 100 orang dengan perincian 50 laki dan 50 perempuan yang berumur 15-40 tahun. Cara ini dipergunakan kalau peneliti mengenal betul daerah dan situasi daerah dimana penelitian akan dilakukan.

36. Siapa yang mempelajari tentang sampling?

Peneliti, mahasiswa statistik dan kuantitatif. Tokoh yang memperkenalkan : 1. 2. 3. 4.

Roscoe (1975) Slovin Jacob Cohen Isaac dan Michae

37. Kemana arah metode sampling?

Tujuan sampling adalah menggunakan sebagian obyek penelitian yang diselidiki tersebut untuk memperoleh informasi tentang populasi.Yangdimaksud populasi adalah kelompok dimana seseorang peneliti akan memperoleh hasil penelitian yang dapat disamaratakan (digeneralisasikan). Suatu populasi mempunyai sekurang-kurangnya satu karakteristik yang membedakan keloimpok lainnya 38. Mengapa perlu metode sampling?

Metode sampling diperlukan agar : 1. 2. 3. 4.

Biaya penelitian lebih murah. Waktu penelitian lebih cepat, sehingga hasilnya up to date. Tenaga peneliti lebih hemat. Variabel yang diteliti dapat lebih banyak dan mendalam, sehingga kedalaman serta ketepatan informasi akan lebih baik. 5. Walaupun hanya menggunakan sebagian saja dari subjek atau objek penelitian, tetapi hasil penelitian secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.

6. Dapat menghindari kerugian, jika dalam pengumpulan data objek penelitian harus “dirusak”. 39. Pada saat kapan teknik sampling yang digunakan menghasilkan generalisasi yang rendah?

Apabila jumlah tidak memadai dan ciri-ciri populasi tidak dipenuhi secara ketat meskipun pengambilan sampel dilakukan secara random. Dan apabila jumlah sampel sangat besar ciri-ciri populasi dipenuhi namun pengambilan sampel tidak dilakukan secara random. Sehingga untuk menghasilkan generalisasi yang baik ketiga faktor tersebut harus terpenuhi. MIND MAP METODE SAMPLING

DAFTAR PUSTAKA Creswell, J. W. (2012). Reseach design pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Fowler, E. J. (2002). Survey research methods (3rd ed). Thousand Oaks, CA: Sage Hartanto, R. (2003). Modul metodologi penelitian. Semarang: Universitas Diponegoro Latham, B. (2007). Sampling: What is it?. Diakses pada 2 Desember 2014 dihttp://webpages.acs.ttu.edu/rlatham/Coursework/5377%29%29/Sampling_Methodology_Paper .pdf Nasution, R. (2003). Teknik sampilng. Makalah USU digital library. Diakses pada tanggal 2 Desember 2014 dari http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rozaini.pdf Neuman, W. L. (2007). Basic of social research: Qualitative and quantitative qpproaches, second edition. Pearson Education, Inc. Teddlie, C. & Yu, F. 2007. Mixed Methods Sampling: A Typology With Examples.Journal of Mixed Method Research, 2007; 1; 77. Sage Publication.

Weiner, I. (2003). Handbook of psychology vol.02: Research methods inpsychology. John Wiley & Son Inc: New Jersey Zainuddin, M. (2011). Metodologi penelitian kefarmasian dan kesehatan.Surabaya: Airlangga University Press.

Related Documents


More Documents from "Sofia Andini"