Ponek Sudah Edit Part 2.docx

  • Uploaded by: RSIA Griya Medika
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ponek Sudah Edit Part 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,683
  • Pages: 25
PERATURAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRIYA MEDIKA BATAM NOMOR …/…./…/…../… TENTANG PEDOMAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRIYA MEDIKA BATAM DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRIYA MEDIKA BATAM

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Griya Medika Batam, maka perlu disusun Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK). b. Bahwa untuk kepentingan tersebut diatas, perlu diterbitkan Peraturan Rumah Sakit tentang Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Rumah Sakit Ibu dan Anak Griya Medika Batam. Mengingat :

1. 2. 3. 4. 5.

Undang-Undang No 29 tahun 2004 tentang praktek Kedokteran. Undang-Undang Nno 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Peraturan pemerintah No 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di Rumah Sakit

MEMUTUSKAN Menetapkan :

PERATURAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRIYA MEDIKA BATAM TENTANG PEDOMAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) Pasal 1 Memberlakukan Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit Ibu dan Anak Griya Medika Batam. Pasal 2 Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) tersebut sebagaimana terlampir dalam Peraturan ini.

Pasal 3 Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) harus dipergunakan oleh setiap petugas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Griya Medika Batam sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Pasal 4 Evaluasi Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Rumah Sakit Ibu dan Anak Griya Medika Batam dilakukan 3 tahun sekali. Pasal 5 Dengan ditetapkannya Peraturan ini maka Peraturan Direktur Nomor 053/BP/DIR-RSABB/02.14 tentang Panduan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (Ponek) Rumah Sakit Ibu dan Anak Griya Medika Batam dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 6 Peraturan Rumah Sakit ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila dipandang perlu dilakukan perubahan maka akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Di tetapkan : Batam Pada tanggal : DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRIYA MEDIKA BATAM

Dr. Yulia

TIM PENYUSUN PEDOMAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRIYA MEDIKA BATAM

Penasehat Ketua Sekretaris Anggota Editor

: : : : :

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita, sehingga Buku Pedoman Pelayanan Obetetri Neonatal Emergensi Komprehensif Rumah sakit ibu dan anak Griya Medika Batam dapat diselesaikan. Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan akan pedoman kerja bagi petugas rumah sakit terutama bagi tim PONEK Rumah Sakit Awal Bros Batam. Pedoman ini sangat penting untuk membantu sistematika kerja tim PONEK sehingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan PONEK pada umumnya. Kami menyadari buku ini masih belum sempurna, dan kami mengharapkan adanya masukan bagi penyempurnaan buku ini dikemudian hari. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih dan harapan kami agar buku ini dapat dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik-baiknya.

Batam,

(Tim Penyusun)

SAMBUTAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK GRIYA MEDIKA BATAM Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa saya ucapkan selamat dan penghargaan atas usaha dan kerjasama serta kerja keras PONEK Awal Bros Batam yang telah menerbitkan Buku Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif Rumah Sakit Ibu dan Anak Griya Medika Batam Tahun ……. Adanya Buku Pedoman Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi semua petugas yang bekerja di RS Ibu dan Anak Batam dalam meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di unit kerja pada khususnya dan Meningkatkan Mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit pada umumnya. Saya berharap agar PONEK Rumah Sakit dapat melakukan pemantauan dan memberikan masukan untuk perbaikan mutu pelayanan di Rumah Sakit Ibu dan Anak griya medika Batam.

Semoga PONEK di RS Ibu dan Anak Griya Medika Batam dapat terus meningkatkan kinerja dan kerjasama dengan seluruh unit yang ada di RS Ibu dan Anak Griya Medika Batam dan dapat meningkatkan keselamatan pasien serta mutu RS Ibu dan Anak Griya Medika Batam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia tergolong tinggi. Tercatat 228 angka kematian ibu per 100000 kelahiran hidup, dan 34 kematian bayi per 1000 kelahiran hidup. Target yang tercantum dalam Millenium Development Goals tahun 2015 terkait kesehatan ibu, bayi dan anak yaitu : - Mengurangi angka kematian bayi dan balita dari 25 di tahun 1990 menjadi 20/1000 kelahiran hidup - Mengurangi angka kematian ibu dari 307 di tahun 1990 menjadi 125/100000 kelahiran hidup Penyebab kematian terbanyak di Indonesia yaitu perdarahan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, partus macet/lama 8% dan aborsi 5%, sedangkan penyebab kematian bayi baru lahir terbanyak adalah BBLR 29%, asfiksia 27%, infeksi dan tetanus 15%, masalah pemberian minum 10%, gangguan hematologi 6% dan lai-lain 13%. Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya komplikasi obstetric di atas hingga menyebabkan kematian antara lain keterlambatan dalam mengenali tanda bahaya dan pengambilan keputusan di tingkat keluarga, keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dan keterlambatan dalam mendapatkan pertolongan medis yang memadai. Terjadinya komplikasi obstetric sendiri tidak pernah dapat diramalkan sebelumnya. Penyebab kematian pada masa prenatal/neonatal pada umumnya berkaitan dengan kesehatan ibu selama kehamilan, kesehatan janin selama berada di dalam kandungan dan proses pertolongan persalinan yang bermasalah. Oleh karena itu diperlukan strategi penurunan angka kematian maternal perinatal dengan suatu Sistem Pelayanan Maternal Perinatal Regional dengan upaya : - Menyiapkan RS PONEK 24 jam - Meningkatkan mutu SDM dengan pelatihan berkala termasuk melatih petugas puskesmas (PONED) dalam kegawatdaruratan - Bertanggung jawab atas semua kasus rujukan dalam wilayah kerja - Bekerjasama dengan dinas dalam audit kematian ibu dan bayi - Upaya penurunan kematian ibu/perinatal akan melibatkan masyarakat dalam hal ini rumah sakit/klinik swasta sebagai tanggung jawab social dalam satu wilayah kerja

B. Tujuan Pedoman Meningkatkan pelayanan maternal perinatal yang bermutu dalam upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia melalui sistem manajemen dan administrasi yang baik, SDM yang kompeten, fasilitas dan prosedur yang mendukung, system rujukan yang sistematis, serta pembinaan dan pengawasan yang terencana.

C. Ruang Lingkup Pelayanan Pelayanan maternal perinatal di rumah sakit meliputi perawatan dan penanganan ibu hamil, ibu melahirkan dan nifas, serta bayi baru lahir hingga usia 7 hari di poliklinik, unit gawat darurat, ruang bersalin, rawat gabung dan ruang perinatologi rumah D. Batasan Operasional 1. Regionalisasi Pelayanan Obstetri Neonatal adalah suatu sistem pembagian wilayah kerja Rumah Sakit dengan Cakupan Area pelayanan yang dapat dijangkau oleh masyarakat dalam waktu kurang dari 1 jam, agar dapat memberikan tindakan darurat sesuai standar. Regionalisasi menjamin agar sistem rujukan berjalan secara optimal. 2. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu akibat dari proses kehamilan, persalinan dan pasca persalinan per 100.000 kelahiran hidup pada masa tertentu 3. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi dibawah umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam satu tahun 4. ASI Eksklusif adalah pemberian hanya air susu ibu saja tanpa makanan atau minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan 5. Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah segera menaruh bayi didada ibunya, kontak kulit dengan kulit, segera setelah lahir setidaknya satu jam atau lebih sampai bayi menyusui dengan sendiri. 6. Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah kontak kulit diantara ibu dan bayi secara dini, terus menerus dan dikombinasikan dengan pemberian asi eksklusif 7. Rujukan adalah pelimpahan tanggung jawab timbal balik dua arah dari sarana pelayanan primer kepada sarana kesehatan Sekunder dan Tersier 8. Rumah Sakit PONEK 24 jam adalah Rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam.

E. Landasan Hukum 1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 159b/Menkes/SK/PER/II/1988 tentang Rumah Sakit 3. KepMenkes RI No. 450 tentang ASI 4. KepMenKes RI No. 450 tentang PASI 5. Surat Edaran Jendral Pelayanan Medis No.00.03.35.1465 tentang RSSIB 6. Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia No.1333/Menkes/SK/XII/1999 Tentang standar pelayanan Rumah Sakit

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Daftar ketenagaan Rumah Sakit penyelenggara PONEK Nomor

Nama Jabatan

Kualifikasi formal

keterangan

1.

Penanggung jawab

Dokter spesialis obstetric dan

Sertifikat sesuai

pelayanan kesehatan

Ginekologi

dengan

maternal dan neonatal 2.

Pelayanan kesehatan

spesialisasi Dokter spesialis Anak

perinatal dan neonatal

Sertifikat sesuai dengan spesialisasi

3

Pelayanan Anastesi

Dokter Anastesi dan Perawat

Sertifikat sesuai

Anastesi

dengan spesialisasi

4

Penyelenggara

Dokter terlatih

pelayanan medik

Sertifikat sesuai dengan spesialisasi

5

Koordinator Asuhan Kebidanan

D III Kebidanan

Bersertifikat APN

6

Pelaksana asuhan

D III Kebidanan

kebidanan 7

Koordinator Asuhan

BLS D III Keperawatan

Keperawatan 8

Pelaksana Asuhan

Pelayanan Pemeriksaan

Resusitasi Neonatus

D III Keperawatan

Keperawatan 9

Bersertifikat

Resusitasi Neonatus

D III Analis Kesehatan

Penunjang

Sertifikat sesuai dengan spesialisasi

10

Administrasi dan Keuangan

B. Distribusi Ketenagaan 1. Polyklinik Spesialis Obgyn dan gynecology a. 2 orang dokter Spesialis Obgyn dan gynecology b. 1 orang koordinator c. 1 orang perawat d. 7 orang bidan 2. Polyklinik Dokter Spesialis anak a. 2 orang Dokter Spesialis Anak b. 1 orang coordinator c. 4 orang perawat d. 4 orang bidan 3. Unit Gawat Darurat a. Dokter jaga Unit Gawat Darurat b. 1 orang coordinator c. 4 orang bidan d. 5 orang perawat 4. Magnolia & VK a. 1 orang coordinator b. 6 Bidan pelaksana

5. Unit Kamar operasi a. 3 orang dokter anastesi b. 1 orang coordinator

c. 2 Perawat anastesi d. 1 orang petugas administrasi C. Pengaturan Jaga Pengaturan jaga dokter umum, bidan dan perawat diatur 3 shift pagi, siang dan malam jadwal dibuat oleh Koordinator masing-masing. Pengaturan jaga rawat jalan dr spesialis praktek pagi dan sore hari, untuk rawat inap dokter spesialis bertanggung jawab sesuai paisen rawatannya, untuk jadwal jaga 24 jam ada jadwal on call yang diatur oleh Yanmed.

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Standar Fasilitas Kriteria Umum Ruangan 1. Struktur fisik ruangan : 

Lantai mudah dilap



Dinding di cat dengan bahan yang bias dicuci

2. Kebersihan 

Cat dan lantai berwarna terang



Ruang bersih dan bebas debu, kotoran sampah atau limbah Rumah Sakit

3. Pencahayaan 

Pencahayaan terang



Listrik berfungsi dengan baik, kabel dan steker tidak bahaya dan semua lampu berfungsi dengan baik

 4.

Tersedia lampu emergensi

Ventilasi 

Adanya Air condisioner yang bias diatur suhunya



Suhu ruangan 22-28 °C

5. Pencucian tangan 

Wastafel dilengkapi dengan dispenser sabun



Adanya tisu untuk mengeringkan tangan diletakkan dekat dengan wastafel

Kriteria Khusus Ruangan 1. Area cuci tangan diruang obstetric dan neonatal ruangan dilengkapi wastafel 2. Area Resusitasi dan Stabilisasi di ruang obstetric dan neonatus/UGD  Terdapat meja gynekologi di unit gawat darurat  Dilengkapi infant warmer untuk resusitasi bayi dan alat-alat emergensi 3. Ruang Maternal a. Ruang bersalin  Ruang bersalin berada satu lantai dengan ruang bayi, kamar operasi dan NICU  Ruang bersalin dilengkapi dengan meja gynekologi, lampu sorot, oksigen, suction, infant warmer, wastafel dan kamar mandi yang dilengkapi dengan bel emergensi  Satu kamar bersalin ditempati hanya untuk satu pasien melahirkan sehingga menjaga privasi pasien  Tersedia ruang kala/ruang observasi untuk pasien post partum atau post tindakan seperti kuret  Tersedia satu nurse station b. Ruang perawatan Kebidanan  Terdiri dari 28 tempat tidur (satu kamar VIP, dua kamar kelas satu, dua kamar kelas dua, dan dua kamar kelas tiga Setiap kamar dilengkapi dengan wastafel dan kamar mandi)  Terdapat satu nurse station c. Unit perawatan intensif  Unit ini berada satu lantai dekat dengan ruang bersalin  Ruangan dilengkapi dengan alat ventilator, monitor  Setiap ruangan terdapat lebih dari enam steker listrik 4. Ruangan Neonatal a. Ruang perawatan bayi level I  Terdiri dari 15 tempat tidur  Ruangan dilengkapi dengan incubator, oksigen dan suction b. Ruang perawatan bayi level II  Terdiri dari 9 tempat tidur  Ruangan dilengkapi dengan tujuh alat fototherapy c. Ruang laktasi  Terdapat satu ruangan untuk tempat ibu menyusui

5. Ruang operasi  Ruang operasi diperlukan untuk tindakan operasi seksio sesaria dan laparatomi  Tersedia dua kamar operasi, satu kamar persiapan, satu kamar pemulihan, ruang resusitasi bayi dan ruang perawat  Area bebas meliputi : ruang tunggu pasien, ruang administrasi, ruang koordinator, ruang kamar operasi, ruang ganti baju, ruang istirahat dokter, ruang makan, kamar mandi dan WC  Area semi ketat meliputi : ruang persiapan/premedikasi, ruangan koridor,  ruang pulih (RR), ruang resusitasi bayi baru lahir, ruang penempatan alatalat medis, ruang depo farmasi  Area ketat meliputi : ruang cuci tangan, induksi dan pembedahan

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. Pelayanan Penunjang Medik 1. Unit pelayanan darah  Bekerjasama dengan UTD PMI Batam  Menerima darah dari UTD yang telah memenuhi uji saring dan telah dikonfirmasi golongan darah  Menyimpan darah dan memantau suhu simpan darah  Melakukan pemeriksaan golongan darah dan rhesus donor dan pasien  Melakukan pencatatan dan pelaporan proses pengelolaan darah 2. Unit laboratorium Berfungsi untuk melakukan tes laboratorium dalam penanganan kedaruratan maternal dalam pemeriksaan hemostasis penunjang untuk pre eklamsi dan neonatal 3. Radiologi dan USG Unit ini berfungsi untuk diagnosis obstetric dan thorax B. Peralatan Pelayanan Maternal : - Meja nurse station Umum : Jenis peralatan Aa - Meja nurse station - Kursi bidan - Bed side cabinet - Kursi penunggu pasien - Jam dinding - Meja dan kursi konsultasi - Sofa ruang tunggu

- Lemari - Telpon - Tempat sampah - Bantal - Linen Medis - Vacum Ekstraksi - Forcep - CTG - Lampu sorot - Oksigen - Suction - Meja gynekologi - Timbagan dan alat ukur tinggi badan - USG - Stetoskop - Tiang infus - Stetoskop - Thermometer - Partus set - GV set - Kuret set - Troly imergensi yang berisi alat dan obat resusitasi dewasa dan dan bayi - Tempat tidur - Kursi roda

Jenis Peralatan

Pelayanan Neonatal Umum : - Meja nurse station - Kursi perawat - Bed side cabinet - Jam dinding - Meja dan kursi konsultasi - Lemari - Telpon - Kulkas - Tempat sampah - Linen

Medis - Incubator - Infant warmer - Oxymeter neonates - Therapy sinar - Shering pump - Alat resusitasi neonates - CPAP - Ventilator - Troly emergency (berisi alat dan obat resusitasi) - suction

BAB V LOGISTIK Pengelolaan perbekalan/logistic pelaksanaan pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) merupakan suatu siklus kegiatan dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. Tujuannya adalah untuk mengelola perbekalan pelaksanaan pelayanan obstetric neonatal emergensi komprehensif (PONEK) yang efektif dan efisien dan secara tidak langsung melaksanakan pengendalian mutu pelayanan kamar bedah. Logistik Kamar Bedah dapat dibedakan atas :  Logistik umum Terdiri dari alat dan bahan non medis seperti tissue, alat tulis kantor, kertas printer, ember, baskom, keranjang, detergen dan lain-lain. Diminta sesuai kebutuhan berdasarkan laporan stok opname kebagian logistic umum. 

Logistik medis Terdiri dari alat-alat kesehatan seperti APD, obat-obatan anastesi, alkes-alkes, dan lainlain yang diminta ke bagian logistic medis berdasarkan kebutuhan bulanan sesuai laporan stok opname yang dilakukan 1 kali seminggu.

BAB VI KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian Keselamatan Pasien (Patient Safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : 1. Asesmen resiko 2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien 3. Pelaporan dan analisis insiden 4. Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya 5. Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh : 1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan 2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil B. Tujuan 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit 2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat 3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di rumah sakit 4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) C. Tata Laksana Keselamatan Pasien 1. Melakukan identifikasi pasien dengan benar Identifikasi pasien yang dilakukan di rumah Sakit Awal Bros Batam adalah dengan menanyakan nama lengkap pasien, tanggal lahir pasien, dan atau nomor rekam medis pasien. Identifikasi di Ruangan dilakukan pada saat : a. Sebelum tindakan medis dan prosedur b. Sebelum memberikan terapi/obat Identifikasi pasien diikuti dengan memberikan gelang kepada pasien, adapun macam gelang pasien : Gelang Identifikasi a) Biru : laki-laki b) Merah Muda : perempuan 2. Meningkatkan komunikasi efektif Indikator melakukan komunikasi efektif : Dilakukan pada saat menerima instruksi atau menerima hasil penunjang kritis

Tekniknya : a. Readback : dilakukan dengan Tulis, Bacakan, dikonfirmasi oleh penelpon/pemberi instruksi. Berikan stempel readback, ditanda tangani oleh pemberi & penerima instruksi/hasil kritis b. Repeat back : dilakukan pada kondisi darurat/ emergency dengan Ulangi instruksi, Kerjakan, Tulis. c. ISBAR: I: Identify : Kenalkan diri kita, jabatan, lokasi, Pastikan nama penerima informasi jabatan, lokasi dengan benar S: Situation: Nama Pasien, Usia, jenis Kelamin, Ruangan, Diagnosis B:Backgroud:Riwayat penyakit, Riwayat Alergi, Dirawat oleh dokter…,Dikonsulkan ke dokter A: Assesesment: a. Tanda- tanda vital saat ini: Kesadaran, TD,HR,S,RR, Sat 02.. Dengan Udara kamar/BNC/SMNRM/Venti...skor Nyeri, Skor Jatuh b. Pemeriksaan fisik: Yang Ada Kelaianan c. Drain, perdarahan, Diet, Alat Medis khusus R: Recomendation: Hasil Penunjang terakhir, Hasil penunjang yang belum keluar prosedur yang belum dilakukan, Rekomendasi Perawat/PPA lain terkait masalah dari bidangnya 3. Meningkatkan keamanan penggunaan obat-obat berkewaspadaan tinggi Kategori : 1. High Alert memberikan dan memantau cairan infuse/obat dengan kewaspadaan tinggi menurut cara dan route pemberiannya, obat hight alert a. Pemberian terapi high alert melalui cairan infus,drip atau injeksi kontinyu, contoh : elektrolit pekat Nacl 3%, calcium gluconas drip), kemoterapi, dan lainlain. b. Pemberian obat hight alert melalui bolus/injeksi intravena,subcutan,perrectal,intramuskular, contoh: Ephineprin,dektrose 40%,fluxum, dan lain-lain c. Pemberian obat hight alert melalui oral 2. Elektrolit Pekat 1) Pemberian elektrolit pekat harus diberikan dalam kondisi sudah diencerkan sesuai dengan instruksi dokter atau ketentuan yang berlaku 2) Perawat melakukan pengecekan 6 benar sebelum pemberian obat kepasien 3) Pastikan jalur intravena nya lancar 4) Perawat melakukan monitoring jika terjadi kelebihan cairan dan reaksi fisik lainnya

5) Perawat mengganti kanul infuse setelah 72 jam 6) Perawat memonitor tanda dan gejala plebitis, infeksi sekitarnya,vital sign dan status oksigenasi selama pemberian konsentrat pekat 7) Perawat memantau pemberian cairan dan memonitor efek samping 8) Perawat memantau tingkat osmolalitas urin dan serum 9) Perawat mempertahankan pencegahan standar 10) perawat dilarang menutup daerah tusukan dengan kassa atau plester yang banyak agar memudahkan pengawasan terjadinya plebitis,ekstravasasi dan lainnya 11) Perawat memberi tranparan dressing pada daerah penusukan dan pemberian terapi 12) Perawat melakukan observasi ketat pada pemberian cairan tersebut setiap 15-30 menit 13) Perawat segera menghentikan tindakan pemberian kosentrasi pekat jika ditemukan keluhan diatas 14) Perawat melakukan pencatatan pada formulir pemantauan rutin pemberian cairan dan disimpan di file pasien 3. LASA a. Obat yang saling serupa harus disimpan di Unit Farmasi pada posisi yang berjauhan, atau dengan warna wadah& label yang berbeda. b. Apabila terdapat pasien yang memerlukan obat dalam daftar tersebut sesuai instruksi dokter, perawat membuat permintaan obat ke unit farmasi sesuai resep dokter. c. Unit Farmasi dan ruang rawat inap memperhatikan baik-baik instruksi obat, dan memastikan kembali obat yang diambil benar, kemudian obat tersebut diserahkan dengan Perawat ruangan dan dilakukan pengecekan kembali. d. Pastikan identitas pasien sebelum pemberian obat. 4. Narkotika & Psikotropika a. Resep harus dibuat berdasarkan indikasi medis. Hal ini berarti bahwa pemberian resep narkotika didasarkan pada hasil pemeriksaan yang akurat yang menunjukan adanya indikasi bahwa penderita benar-benar membutuhkan obat tersebut b. Pemberian resep tidak diperbolehkan dibawa pulang, apabila untuk pemakaian secara parenteral c. Untuk pemakain secara oral, dapat diberikan dalam jumlah terbatas dengan ketentuan sebagai berikut: - Resep tidak boleh diulang - Resep harus asli - Nama pasien bukan atas nama Obat tidak untuk pemakaian sendiri - Ditandatangani oleh dokter - Jumlah obat ditulis tidak hanya dengan angka romawi tetapi dengan mengejanya misalnya MS Contin tab no XX ( dua puluh ) - Tidak boleh ada coretan atau koreksi - Nama obat digarisbawahi dengan tinta merah, khusus resep online tidak digarisbawahi merah

d. Cara pemakaian ditulis dengan jelas berapa kali perhari, tidak boleh hanya dengan menulis pemakaian sudah diketahui ( uc ) e. Obat Tidak boleh diberikan lebih dari 1 jenis sekaligus. Lebih dari 1 jenis maka harus dikonsulkan ke Dokter Spesialis

4. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar dan pasien yang benar Indikator Keselamatan Operasi : a. Penandaan diberikan oleh dokter operator didampingi oleh perawat atau dokter jaga ruangan. b. Tanda/ marker berupa titik tebal yang diberi gambar panah c. Pada kasus emergency penandaan dilakukan pada saat penerimaan pasien di UKO d. Penandaan dilakukan pada : 1) Bilateral (kiri-kanan) 2) Multi struktur (jari) 3) Multi level (tulang belakang, ruas jari) 4) Multi lesi (lipoma)/multi organ (lien, hepar) e. Prosedur Sign In-Time Out-Sign Out dilakukan pada saat : 1) Operasi 2) Melakukan prosedur anestesi 3) Melakukan prosedur sedasi (Endoskopi, MRI pada anak, Kuret, Bronkoskopi) 4) Odontektomi 5) Angiografi 5. Menurunkan risiko infeksi nosokomial dengan kebersihan tangan Definisi : Mencuci tangan adalah proses yang secara mekanik maupun kimiawi melepaskan kotoran serta mengurangi mikroorganisme yang terdapat pada tangan dengan menggunakan sabun dan air atau cairan antiseptik. 5 waktu yang wajib melakukan kebersihan tangan.

Menggunakan panduan hand-hygiene

a. Kapan kebersihan tangan dilakukan : 1) Sebelum kontak dengan pasien 2) Sebelum melakukan tindakan aseptik. 3) Sesudah terpapar cairan tubuh yang berisiko (darah, urin, faeses, cairan luka, mukosa) 4) Sesudah kontak dengan pasien 5) Sesudah kontak dengan peralatan/alat-alat di sekitar pasien (bed, meja, tiang infus, bel, nakas, dll) b. Teknik kebersihan tangan : 1) Cuci tangan sosial Dilakukan pada saat aktivitas sehari-hari, contohnya : - Sebelum dan sesudah makan - Sesudah BAB & BAK - Sesudah mengganti popok 2) Cuci tangan prosedural Dengan air mengalir (selama 40-60 detik), diterapkan pada saat : - Ketika tangan kotor - Terkontaminasi darah dan cairan tubuh - Setelah melepas sarung tangan - Dengan handrub (dilakukan selama 20-30 detik) : ketika tangan tidak terlihat kotor 3) Cuci tangan surgical : dilakukan sebelum melakukan tindakan pembedahan, lamanya 2-3 menit.

6. Menurunkan risiko pasien cedera akibat jatuh Untuk menurunkan risiko pasien cedera akibat jatuh, dilakukan Skrining Pasien Risiko Jatuh yaitu dengan menilai: a. Cara berjalan sempoyongan b. Saat akan duduk memegang pinggiran kursi/meja/benda lain atau menggunakan alat bantu jalan. Setelah dilakukan Skrining maka dilakukan penilaian level resiko jatuh, dengan pembagian : a. Tidak Beresiko : poin 1 dan 2 ”tidak” b. Resiko Jatuh Rendah : poin 1 ”ya” c. Resiko Jatuh Tinggi : poin 1 dan 2 ”ya”, atau hanya poin 2 ”ya” Yang dilakukan bila ada pasien beresiko jatuh maka yang dilakukan adalah : 1. Pasang handrail bed pasien 2. Pasang rem bed pasien 3. Rendahkan bed pasien 4. Pastikan tidak ada barang berserakan di lantai 5. Memakaikan stiker resiko jatuh (pada pasien dengan resiko jatuh tinggi di rawat jalan). 6. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga. Insiden keselamatan wajib dilaporkan yang meliputi : KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN (KTD) 1. ADVERSE EVENT : Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah. 2. UNPREVENTABLE ADVERSE EVENT: Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan mutakhir KEJADIAN NYARIS CEDERA (KNC) Near Miss : Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidakmengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi : 1. Karena keberuntungan” 2. Karena“ pencegahan ” 3. Karena“ peringanan ”

KESALAHAN MEDIS 1. Medical Errors: Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien 2. Sentinel Event : Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku. KEJADIAN TIDAK CIDERA (KTC) A no harm incident : adalah suatu insiden yang sudah terpapar kepasien tetapi tidak timbul cidera. KONDISI POTENSIAL CIDERA-KPC A reportable circumstance/situasi atau kondisi yang perlu dilaporkanadalah suatu situasi/kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cidera, tetapi belum terjadi insiden. PENCEGAHAN PENCULIKAN BAYI SELAMA PERAWATAN 1. Perawat melakukan identifikasi sebelum bayi rawat gabung dan rawat gabung hanya boleh dalam ruang perawatan bayi. 2. Pengantaran dan pengambilan bayi hanya boleh perawat/bidan yang memakai ID Card. 3. Perawat melakukan pengawasan terhadap pengunjung atau keluarga pasien yang sedang berkunjung 4. Perawat berkoordinasi dengan security jika ada yang mencurigakan. 5. Setiap bayi pulang petugas security harus mencatat nama bayi,nama perawat yang mengantardan perawat menunjukkan kartu pulang bayi dan menyerahkan gelang identitas bayi.

BAB VII KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjanya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan disekitar tempat kerjatersebut. Mengacu pada pengertian tersebut maka diharapkan setiap petugas medis maupun non medis dapat menerapkan sistem keselamatan kerja diantaranya; 1. Tersedianya APD yang memenuhi standart serta dapat menggunakanya dengan benar baik itu masker, penutup kepala, kaos tangan, skoret/apron, kacamata, pelindung kaki dan sebagainya. 2. Tersedianya tempat pembuangan sampah yang dibedakan infeksius dan non infeksius serta terdapatnya tempat khusus untuk pembuangan jarum ataupun spuit bekas. 3. Aturan untuk tidak melakukan recapping jarum suntik setelah dipakai ke pasien. 4. Setiap petugas medis menganggap bahwa setiap pasien dapat menularkan penyakit sehingga unsur keselamatan kerja dapat terus dilaksanakan. Dalam rangka meningkatkan dan menjamin keselamatan kerja selama berada di RSIA Griya Medika Batam, maka untuk tahun 2019 RSIA Griya Medika Batam menyediakan perlengkapan fasilitas keselamatan pasien dan karyawan serta melakukan pemeliharaan fasilitas tersebut secara berkala. A. Fasilitas keselamatan pasien meliputi : Tujuan 1. Menjamin keselamatan pasien, keluarga, pengunjung dan karyawan selama berada di RSIA Griya Medika Batam 2. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien, keluarga, dan pengunjung selama menjalani pengobatan di RSIA Griya Medika Batam Fasilitas keselamatan pasien adalah : 1. Pintu toilet atau kamar mandi dapat dibuka dari luar dalam keadaan darurat 2. Tempat tidur dapat diatur ketinggiannya dan dilengkapi dengan handrail pada kiri dan kanan yang digunakan sesuai kebutuhan pasien. 3. Bed pasien anak menggunakan box. Disediakan pembatas kain untuk handrail pada bed pasien anak konvensional. 4. Terdapat CCTV di seluruh area publik dan area perawatan 5. ID Card dan seragam yang telah ditetapkan digunakan oleh semua karyawan RSIA Griya Medika Batam 6. Baju khusus untuk pasien 7. Pemasangan gelang identitas dan stiker resiko pada setiap pasien untuk mengetahui identitas dan kondisi khusus pada

8. Pengelolaan Kecelakaan Pasien (Sentinel, KTD, KTC, KNC, dan KPC) 9. Pengelolaan area umum anak - anak, antara lain: a. Sumber listrik harus mempunyai penutup / pengaman b. Dispenser air minum : air panas tidak diaktifkan 10. Pengamanan listrik : a. Pemasangan grounding sesuai ketentuan b. Pengukuran jaringan atau instalasi listrik c. Pemasangan tanda-tanda bahaya dan indicator d. Penempatan petugas sesuai dengan ketrampilan e. Pemakaian MCB f. Penyediaan alat-alat kebakaran yang berfungsi dengan baik B. Keselamatan Karyawan Dalam rangka meningkatkan dan menjamin keselamatan karyawan selama berada di RSIA Griya Medika Batam, maka RSIA Griya Medika Batam menyediakan perlengkapan fasilitas keselamatan karyawan dan melakukan pemeliharaan fasilitas tersebut secara berkala. Tujuan: 1. Menjamin keselamatan karyawan selama berada di RSIA Griya Medika Batam 2. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi karyawan selama bekerja di RSIA Griya Medika Batam 3. Tidak adanya kecelakaan kerja yang terjadi RSIA Griya Medika Batam selama tahun 2018 Fasilitas keselamatan karyawan adalah : 1. Alat Pelindung Diri (APD) 2. Terdapat CCTV di area publik dan restricted area 3. Pemasangan handrub di area 4. Proteksi keselamatan radiasi 5. Pengelolaan Bahan Berbahaya & Beracun (B3), termasuk penanganan jika terjadi tumpahan dan paparan terhadap karyawan. Pelayanan Kesehatan Karyawan Pelayanan kesehatan karyawan di RSIA Griya Medika Batam untuk tahun 2014 meliputi: 1. Pemeriksaan Kesehatan Karyawan Pemeriksaan kesehatan karyawan RSIA Griya Medika Batam terdiri dari 3 macam, yaitu: a. Pemeriksaan Karyawan Pra Bekerja (calon karyawan) Pemeriksaan kesehatan pra bekerja dilakukan kepada calon karyawan sebelum diterima sebagai karyawan RSIA Griya Medika Batam. b. Pemeriksaan berkala 1 tahun Pemeriksaan karyawan berkala satu tahun, yaitu pemeriksaan kesehatan karyawan yang dilakukan satu tahun sekali pada karyawan tetap dan pelaksanaan diawasi oleh K3RS

c. Pemeriksaan berkala 5 tahun Pemeriksaan berkala 5 tahun dilakukan pada semua karyawan yang telah bekerja di RSIA Griya Medika Batam selama 5 tahun dan berlaku kelipatannya. Untuk pelaksanaan dilakukan 2 kali dalam setahun dan dijadwalkan serta diawasi oleh SDM. Ketentuan : 1. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter yang sudah ditentukan oleh Rumah Sakit 2. Laporan hasil pemeriksaan harus mencantumkan Diagnosis, Kesimpulan, Saran dan Rekomendasi. 3. Rekomendasi yang diberikan meliputi : - Pengobatan apabila dalam diagnosis ditemukan panyakit, kelainan atau gangguan. - Rujukan pada Dokter Spesialis yang sesuai dengan kelainan atau gangguan yang dijumpai apabila diagnosa tidak tuntas atau meragukan. Tindakan pencegahan untuk mengurangi atau meminimalisir pengaruh buruk lingkungan kerja terhadap kesehatan.

Related Documents


More Documents from "Julia Sandy Kelana"