Pluralitas Menghormati Identitas Masing-Masing Isu-Isu Kritis dalam Pluralitas Keberagamaan (Pengalaman dalam Mendampingi Umat) Kemajemukan adalah saatu keniscayaan. “ … dan bagi tiap-tiap umat ada tujuan (kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan…, … di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS.2, al-Baqarah : 148)
– Seringkali, ”kemajemukan” atau ”pluralitas” terganggu karena ”isyu-isyu pengembangan agama”. – Umat Islam acap kali merasakan bagaimana meningkatnya upaya pengubahan keyakinan agama itu. – Ekspansi proselytisme (kegiatan menyebarkan agama) terhadap umat yang sudah beragama untuk berpindah kepada agama tertentu, dan kadangkadang dilakukan dengan bermacam-macam cara. – Coraknya dapat bermacam. Hakekatnya sama, ”Riak proselytisme menumpang dengan gelombang globalisasi, liberalisasi dan hak asasi”. – Riak-riak ini, merusak kemajemukan dalam tata bermasyarakat pluralis itu.
-
Kemajemukan sulit dikembangkan bila tidak ada sikap menghormati identitas dan keyakinan masing-masing. Kemajemukan rusak, jika pengembangan agama tidak menyikapi suasana lingkungan adat kebiasaan berlaku. Pluralitas subur dengan menghormati asas universalitas, punya sikap keberagamaan, luhur, percaya mempercayai. Penyiaran agama mesti mematuhi rambu-rambu, yakni tidak ditujukan kepada yang sudah beragama... Pluralitas dalam masyarakat beradat adalah kesadaran menjaga keteraturan dengan cara baik, mengenali sifat dan identitas masyarakat beradat-budaya itu. Penolakan asas agama, muncul pemecahan umat manusia (firaq) dari keterikatan kerjasama (ta’awun). Menyuburkan pertentangan menjauh dari satu gemeente collectiviteit atau jamaah agama yang menjadi dasar perhubungan keselarasan hidup manusia.
1. Kekacauan berakibat pemborosan tenaga, menghambur harta dan pengorbanan percuma dan membawa ikhtiar ke jalan buntu dan keruntuhan. 2. Umat Islam mesti menolak tiap-tiap usaha dari pihak manapun yang mengakibatkan kelumpuhan negara serta alat-alatnya. 3. Pluralitas akan lenyap dikala ada upaya pemaksaan pada tataran pergaulan kehidupan bermasyarakat. 4. Hilangnya saling menghormati berakibat penderitaan dan hilangnya kepercayaan, lambat laun putus asa. 5. Wajah masyarakat akan hidup diatas puing reruntuhan kebudayaan dan hilang kesadaran dan kearifan. 6. Masyarakat yang lupa dengan sengaja ajaran agamanya akan tumbuh menjadi perusuh. 7. Ajaran Islam adalah kasih sayang.
1. Umat Islam wajib memelihara hubungan horizontal, solidaritas sesama atas dasar, bahwa seluruh manusia adalah keluarga Allah. 2. Setiap diri wajib memelihara serta mempertahankan damai dan menyelesaikan setiap perselisihan secara damai pula. 3. Umat Islam menyadari sebagai pendukung risalah dalam mewujudkan kemashalahatan umat banyak. 4. Umat Islam memiliki kewajiban memulai dari diri sendiri. 5. Kewajiban mesti harus lebih dahulu sebelum hak menjadi tuntutan. 6. Wajib pelihara diri dan keluarga daripada terjerumus dalam kekufuran.
– Memelihara identitas dengan ketaatan. Ikatan kuat sikap kemajemukan. – Rumah tangga harus menjadi benteng akidah dan menghormati hak privacy lingkungan. – Agama Islam menekankan budi pekerti dan persaudaraan sebagai karunia Allah. – Menghormati prinsip “kalimatin sawa” yakni kemestian membangun saling menghargai aqidah dengan mendidik sifat dan mengembangkan cita-cita sesuai akhlaq rahmatan lil-‘alamin. – Hilang rasa hormat, kemajemukan akan lenyap. – Penindasan hak-hak asasi, dan pemaksaan akan merusak kesatuan bangsa yang hidup dengan bermacam-macam agama (multi religi).
• Intisarinya, "agama yang satu jangan jadikan agama lain menjadi sasaran penyiaran." • Umat Islam cukup bekal dan pandai dalam satu masyarakat majemuk berbagai aliran agama: "Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.” (QS. 2, Al-Baqarah : 147). "Allah tidak melarang kamu berbuat dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kamu dalam urusan agama, dan (orang-orang) yang tidak mengusir kamu keluar dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah cinta kepada orang yang berlaku adil ". (QS. AlMutahanah 8). “ Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu, dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah 9).
Ringkasnya: • Harus ditanamkan kesadaran bahwa bumi Allah ini diisi oleh bermacam-macam aliran keyakinan, paham, dan agama.Jangan menyisihkan diri. Berlomba-lomba menegakkan kebajikan untuk umat manusia tanpa diskriminasi. • Sekedar berbeda agama tidak menghalangi umat Islam ini untuk berbaik budi dan hidup rukun dengan sesama manusia yang bukan beragama Islam. Yang tidak bisa dipersahabati oleh umat Islam ini hanyalah yang memusuhi, mengubah aqidah dan identitas Islam itu. • Umat Islam jangan dianggap sebagai animis yang perlu pula dipindah-alihkan keyakinan, walau mereka larat melarat. • Mari kembali kepada “kalimatan sawaa’ “, tidak ada diantara kita yang mau meninggalkan penyembahan kepada Allah Yang Maha Esa. • Jangan terjadi menompangnya "riak proselytisme dengan gelombang globalisasi", akhirnya ombak menghempas di tengah lautan, sebelum mencapai pantai harapan. Badai datang dan bencana tiba.Hilanglah kemajemukan. • Umat Islam wajib menolak permusuhan antara golongan dalam masyarakat yang terkam menerkam serta terlepas dari tali Allah.