BAB I PENDAHULUAN Permintaan produk darah pada praktek klinis sehari hari meningkat. Tranfusi darah adalah salah satu terapi penunjang yang penting tidak hanya untuk kelainan di bidang hematologi namun juga pada kasus nonhematologi seperti sepsis, persiapan pre-operatif maupun penyakit lain. Tujuan transfusi darah antara lain untuk mengembalikan volume darah normal, mengganti kekurangan komponen darah, dan meningkatkan oksigenasi maupun hemostasis. Dasar indikasi penggunaan komponen darah selain efisien, ekonomis, juga untuk memperkecil reaksi tranfusi. Mengingat fungsinya sangat strategis sudah selayaknya transfusi darah dilakukan dengan hati-hati dan selalu mempertimbangan efek samping dan manfaatnya. Diketahui bahwa transfusi darah sering menimbulkan hal-hal yang merugikan karena efek-sampingnya seperti reaksi hemolitik, demam, reaksi alergi, transfusion-related acute lung injury (TRALI), transmisi penyakit menular, maupun penyebaran kanker. Oleh sebab itu indikasi transfusi darah alogenik sudah selayaknya diperketat dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut.1,2 Transfusi darah yang rasional sangat penting, mengingat pemakaian produk darah telah lama diduga menyerap sumber daya kesehatan melebihi dari yang dilaporkan. variasi indikasi dalam permintaan produk darah. Namun masih sering dijumpai penggunaan komponen darah tidak rasional. Kebutuhan produk darah tiap pasien sangat ’individual’ dan spesifik terkait dengan situasi klinis yang dihadapi saat itu sehingga penggunaan komponen darah yang seharusnya selalu mempertimbangkan evaluasi klinis dan target apa yang diharapkan. Penggunaan produk darah yang tidak rasional dan tidak tepat indikasi akan sangat merugikan. Dampaknya tidak hanya bagi pasien tapi juga institusi penyedia darah, misalnya bukan hanya masalah efek samping tranfusi tetapi juga akan menimbulkan dampak finansial karena biaya yang tidak murah.2
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Produk darah adalah setiap substansi terapeutik yang dibuat dari darah manusia. Dari produk darah dibuar menjadi komponen darah. Komponen darah berawal dari Darah Lengkap (Whole Blood) merupakan darah dari donor darah yang dikumpulkan dalam sebuah wadah berisi larutan pengawet darah antikoagulan, dan belum dipisahkan komponennya. Darah lengkap dapat dibuat komponen darah antara lain sel darah merah pekat (Packed Red Cells), plasma, trombosit/platelet konsentrat, dan kriopesipitat.3 2.1 Fresh Frozen Plasma FFP mengandung faktor pembekuan stabil, abumin, dan immunoglobulin dengan kadar normal dalam plasma. Sedikitnya mengandung faktor VIII 70% dari kadar plasma segar.3 FFP dipisahkan setelah sentrifugasi dengan cepat dari WB atau platelet rich plasma dan dibekukan dengan cepat hingga ke intinya yang akan menjaga fungsi dari faktor koagulasi stabil (faktor VIII). Pembekuan lengkap hingga mencapay suhu inti dibawah -30o dalam 1 jam kemudian disimpan dalam freezer.4 1. Indikasi: a. Koreksi pada gangguan faktor pembekuan baik kongenital maupun yang didapat (dimana tidak ada konsentrasi spesifik) dimana rasio PT atau aPTT >1,5: -
Gangguan hati: perdarahan aktif, pencegahan terhadap perdarah pada kasus operatif atau prosedur invasif
-
Selama pengobatan dengan antagonis vitamin K (jika kompleks prothrombin, yang merupakan piihan pertama pengobatan, tidak tersedia): pada keadaan adanya perdarahan mayor atau perdarahan intrakranial, dalam persiapan untuk operasi yang tidak dapat ditunda
-
DIC akut dengan perdarahan aktif, bersamaan dengan koreksi penyebab utama
2
-
Perdarahan mikrovaskular selama tranfusi masif (> 1 volume darah), meskipun belum ada hasil dari pemeriksaan PT dan aPTT
-
Defisiensi dari satu faktor pembekuan, pada tidak adanya konsentrat spesifik (contoh, FV), pada adanta perdarahan aktif atau untuk mencegah perdarahan selama prosedur invasif
b. Pengobatan
apheretik
mikroangiopati
trombotik
(purpura
trombositopenik trombotik, sindrom hemolitik-uraemik, sindrom HELLP), sebagai cairan pengganti c. Rekonstitusi darah utuh untuk pertukaran tranfusi d. Angioedema herediter dalam kasus penghambat esterase C1 tidak tersedia5
2. Indikasi pada neonatus : Waktu koagulasi pada neonatus, rata-rata lebih panjang dari pada orang dewasa, tidak tentu terkait dengan risiko perdarahan. Hal ini bahkan lebih banyak terjadi pada neonatus prematur; dimana,hasil tes koagulasi abnormal, tanpa adanya gejala atau risiko perdarahan, bukan merupakan indikasi untuk transfusi FFP. FFP diindikasikan untuk perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi vitamin K dan perdarahan (atau risiko pendarahan tinggi) karena DIC. Ini juga diindikasikan untuk pengobatan pada defisiensi satu faktor pembekuan bawaan, ketika konsentrat spesifik tidak tersedia FFP seharusnya 'aman', dalam arti memiliki sudah mengalami inaktivasi virus atau dikarantina.5
3. Indikasi yang tidak dibenarkan: - Perluasan volume sirkulasi; - hipoproteinemia; - koreksi defisiensi imunitas; - untuk keperluan nutrisi;
3
- koreksi defisiensi bawaan atau didapat pada faktor pembekuan tanpa adanya perdarahan, atau koreksi gangguan hemostasis pada pasien dengan penyakit hati kronis yang tidak ada perdarahan.5
4. Kontraindikasi Kontraindikasi absolut untuk penggunaan FFP adalah adanya intoleransi terhadap plasma atau komponen-komponennya dan defisiensi imunoglobulin A (IgA) bawaan pada adanya antibodi anti-IgA Kontraindikasi relatif adalah gagal jantung dan edema paru.5
5. Metode Penggunaan FFP FFP harus dicairkan antara 30 ° C dan 37 ° C di air mengalir di bawah agitasi terus menerus atau dengan sistem lain dapat memastikan suhu terkendali. Plasma harus ditransfusikan sesegera mungkin setelah pencairan, tetapi dalam beberapa kasus di antara 24 jam, jika disimpan pada suhu 4 ± 2 ° C. Lihat lembar ringkasan produk untuk informasi waktu maksimum antara selesainya pencairan S / D FFP dan kapan dapat ditranfusi. FFP tidak boleh dibekukan kembali setelah dicairkan5
6. Dosis regimen Dosis terapi FFP yang disarankan adalah 10-15 mL / kg berat badan. Namun dalam penggunaannya, dosis FFP tergantung pada situasi klinis dan parameter laboratorium, yang dapat membenarkan pemberian dosis yang lebih tinggi.6
7. Monitoring - Penggunaan terapi transfusi dengan FFP dalam situasi berikut: a) perluasan volume sirkulasi; b) hipoproteinemia; c) koreksi defisiensi imunitas; d) untuk keperluan nutrisi;
4
e) koreksi defisiensi bawaan atau didapat pada faktor pembekuan tanpa adanya perdarahan, atau koreksi gangguan hemostasis pada pasien dengan penyakit hati kronis yang tidak ada perdarahan - Evaluasi kesesuaian dosis FFP.5
8. Efek samping tranfusi FFP - Reaksi alergi: a) ringan (urtikaria): terjadi pada 1% pasien; b) parah dan anafilaksis: terjadi dengan frekuensi kurang dari 1 kasus per 100.000 transfusi. - Cedera paru akut terkait transfusi (TRALI): edema paru non-kardiogenik berkembang dalam 4-6 jam setelah transfusi FFP. Komplikasi ini dapat dihindari dengan menggunakan plasma dari donor pria yang belum pernah ditransfusikan dan dari donor wanita nulipara yang tidak pernah ditransfusikan, atau dengan menggunakan S / D FFP. - Reaksi demam: ini terjadi lebih sedikit dari 1% pasien yang ditransfusikan dengan FFP dan terjadi sampai 10% dari pasien yang menjalani pertukaran plasma. - Keracunan sitrat: hal ini dapat terjadi setelah transfusi cepat plasma volume besardan sangat penting pada neonatus dan pada pasien dengan penyakit hati. -
Penularan
infeksi:
proses
pembekuan
menonaktifkan
bakteri;
kontaminasi dan pertumbuhan bakteri, dengan pelepasan endotoksin, sebelum pembekuan sangat mustahil. Namun, masih ada risiko, meskipun minimal, penularan infeksi virus atau infeksi karena tidak diketahui atau patogen tidak teruji - Penyakit graft-versus-host (GvHD) 4: tidak ada kasus GvHD terkait FFP pernah dilaporkan. Pembekuan menyebabkan lisis limfosit, jadi iradiasi plasma tidak diperlukan. - Peredaran darah yang berlebihan: ini dapat terjadi, khususnya pada pasien dengan gagal ginjal atau gagal kardiorespirasi.
5
- Inhibitor terhadap kekurangan protein: ini bisa berkembang setelah transfusi plasma pada pasien dengan defisiensi faktor pembekuan yang parah.5
2.2. Kriopresipitat/ AHF (Anti Hemophilic Factor) Komponen darah yang berisi fraksi krioglobulin plasma. Faktor VIII, Faktor XIII, Faktor Von Willebrang, Fibrinogen dan Fibronectin dengan kadar yang signifikan. Pengolahan AHF berasal dari FFP beku yang di thawing/dicairkan semalaman (overnight) pada suhu 2o C hingga 6o C. Kemudian disentrifugasi menggunakan pemutaran cepat pada suhu 2o C sampai 6o C. Plasma yang sudah miskin kriopresipitat dipindahkan dan dibekukan ulang. Kriopresipitat dibekukan dengan cepat.5 1. Indikasi Sebagai alternatif untuk Faktor VIII konsentrat dalam pengobatan defisiensi yang diturunkan dari: a. faktor von Willebrand (penyakit von Willebrand). b. Faktor VIII (hemofilia A). c. Sebagai sumber fibrinogen pada koagulopati yang didapat; misalnya DIC. d. Dapat digunakan pada defisiensi Faktor XIII yang terisolasi. e. Memperbaiki disfungsi trombosit yang berhubungan dengan uraemia. f. Digunakan secara topikal sebagai sealant fibrin.7
2. Kontraindikasi Cryo tidak boleh diberikan untuk penggantian defisiensi faktor terisolasi dari faktor VIII, faktor von Willebrand, atau faktor XIII jika konsentrat faktor yang sesuai tersedia. Cryo memiliki kekurangan pada semua faktor pembekuan selain fibrinogen, faktor VIII, faktor von Willebrand, dan faktor XIII dan tidak boleh digunakan untuk mengobati defisiensi faktor-faktor lain, atau
6
digunakan sebagai komponen tunggal ketika penggantian beberapa faktor diperlukan.7
3. Dosis a.
Pengganti fibrinogen 1 unit cryo per 5kg berat badan pasien akan meningkatkan fibrinogen sekitar 100mg/dl. Jumlah kantong = 0,2 x BB (kg) untuk menyediakan sekitar 100 mg/dl fibrinogen Banyak institusi menggunakan dosis standar 10 unit dan dapat berulang jika dibutuhkan Pada konsisi dengan peningkatan pergantian fibrinogen, level fibrinogen harus dimonitor untuk mendapat dosis yang sesuai
b.
Pengganti Faktor XIII 1 unit cryo tiap 5 kg BB pasian akan menyediakan 10U/kg faktor XIII Jumlah kantong = 0,2 x BB (kg) Faktor XIII memiliki waktu paruh panjang dan dapat diberikan tiap 36 minggu. Agenda pemberian dapat bervariasi terganung pada pasien. Konsultasikan dengan hematologis atau ahli kedokteran tranfusi direkomendasikan
c.
Penganti Faktor VIII Konsultasikan dengan hematologis atau ahlai hemostasis. Dosis tergantung pada level faktor VIII pasien dan membutuhkan monitoring fakor VIII untuk menentukan dosis yang tepat. Pasien dengan penghambat dapat memiliki respon yang tidak adekuat membutuhkan peningkatan dosis atau pengukuran lain. Pada situasi emergensi, perkiraan kebutuhkan meningkat 100% untung loading dise. Dosis juga tergantung pada Plasma Volume (PV) yang merupakan fraksi
Total
Blood
Volume (TBV). TBV
diperkirakan sekitar 70 ml/kg, meskipun dapat bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, dan tipe tubuh TBV (ml) = 70 ml/kg x BB (kg)
7
PV (ml) = TBV x (1-Hct) Jumlah kantong = [aktivitas yang diinginkan (%) – aktivitas saat ubu (%)] x PV / 80 Dosis harus diulang tiap 8-12 jam namun dapat bervariasi tergantung tiap pasien. Target Aktivitas faktor VIII (%)tergantung pada indikasi d.
Penggantian Pasca pembedahan atau trauma mayor dapat dibutuhkan hingga 10 hari untuk menjaga hemostasis
e.
Penggantian faktor von Willebrand Konsultasikan dengan seorang hematologis atau ahli hemostasis direkomendasikan. Dosis tiap 1 unit per 10 kg pasien biasanya akan cukup untuk perdarahan kontrol Jumlah kantong = 0,1 x BB (kg) Pengulangan dosis dapat dibutuhkan tiap 8-12 jam hingga 3 hari mengikuti dosis sekali perhari. Ikuti perkembangan klinis untuk menyesuaikan dosis.8
4. Efek Samping a. Reaksi Transfusi Hemolitik b. Reaksi demam non-hemolitik c. Reaksi alergi mulai dari urtikaria hingga anafilaksis d. Reaksi septik e. Transfusi Terkait Cedera Paru Akut (TRALI) f. Peredaran Darah Berlebih g. Transfusion Associated Graft Versus Host Host Disease h. Purpura pasca transfusi.8
5. Monitoring a. Tanda vital b. Tanda perdarahan c. Reaksi alergi8
8
2.3 Platelet konsentrat (PC) Penyumpanan optimal trombosit harus dipertahanan pada kisaran suhu 20o C hingga 24o C. Komponen trombosit didapatkan dengan dua cara yaitu trombosit diperoleh dari darah lengkap (Single Whole Blood) dan trombosit yang diperoleh dengan sistem apheresis).5 1. Indikasi Keputusan untuk tranfusi PC tidak boleh didasarkan hanya berdasar pada
jumlah
hitung
trombosit.
Yang
indikasi
absolut
adalah
trombositopenia berat bersamaan dengan perdarahan yang relevan secara klinis. Semua indikasi lainnya lebih atau kurang relatif dan tergantung pada kondisi klinis pasien. Human platelet antigen (HPA) dan / atau human leukosit antigen (HLA)- kompatibel trombosit bisa digunakan dalam pengobatan pasien yang diimunisasi. Hal ini disarankan untuk tidak menggunakan trombosit asferetik dari kerabat pasien, atau individu yang kompatibel dengan HLA lainnya, yang bisa menjadi donor sel punca hematopoietik. Setelah prosedur validasi leucodepletion, PC apheresis adalah alternatif yang dapat diterima pada cytomegalovirus (CMV) – negatif PC untuk pencegahan infeksi CMV. Trombositopenia karena berkurangnya produksi platelet adalah indikasi konsolidasi untuk transfusi platelet yang merupakan terapi intervensi yang sangat efektif dalam konteks ini. Penggunaan profilaksis PC dimungkinkan, dan kadang-kadang tak terhindarkan, dalam kasus trombositopenia yang sangat parah. Dalam kasus ini, transfusi direkomendasikan pada ambang batas 10.000 trombosit / μL pada pasien yang secara klinis stabil, yaitu, dengan tidak adanya semua kondisi klinis berikut ini: - Demam> 38,5 ° C, - sindrom septik, - aspergillosis invasif, - terapi dengan amfoterisin B, - Gangguan koagulasi plasma,
9
- sakit kepala mayor, - perubahan kesadaran , - defisit neurologis, - perubahan visi, - Pendarahan ringan baru-baru ini, - Penurunan cepat jumlah trombosit, - jumlah sel darah putih> 75.000 / μ L. Pengecualiannya adalah: - leukemia akut (AL), tidak termasuk promyelocytic leukemia: a) ketika risiko alloimunisasi dan / atau kecenderungan platelet refrakter sangat tinggi: ambang yang direkomendasikan adalah 5.000 trombosit / μ L; b) adanya ketidakstabilan klinis, ambang yang direkomendasikan adalah 20.000 trombosit / μ L. - kanker kandung kemih atau tumor nekrotik, selama pengobatan aktif dan agresif: ambang yang direkomendasikan adalah 20.000 trombosit / μ L.
Sebagai profilaksis operasi Dalam keadaan berikut: - pembedahan besar atau prosedur invasif seperti pungsi lumbar, anestesi epidural, biopsi hati, endoskopi dengan biopsi, penempatan kateter vena sentral (CVC): pendekatan yang disarankan adalah membawajumlah trombosit di atas 50.000 / μ L; - intervensi bedah di lokasi-lokasi penting, seperti operasi okular dan operasi neurologis; ambang tranfusi yang disarankan 100.000 / μ L.5,9
2. Indikasi terapeutik (perdarahan aktif) Kebutuhan PC, dengan adanya trombositopenia (trombosit <100.000 / μ L) atau cacat fungsional (termasuk yang iatrogenik) dari trombosit, tergantung pada sifat dan lokasi perdarahan, ada atau tidak adanya gangguan pembekuan , pengobatan yang sedang berlangsung, serta kondisi klinis pasien.
10
a. Pada pasien yang menjalani transplantasi stem sel darah tepi autolog, pastikan pasien stabil secara klinis dan PC tersedia 24 jam sehari, strategi
transfusi
ditujukanmengobati
tingkat
II
berdasarkan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau perdarahan yang lebih tinggi dapat dekendalikan , terlepas dari jumlah trombosit b.
Pasien bedah dengan perdarahan aktif biasanya membutuhkan transfusi trombosit jika jumlah trombositnya <50.000 / μ L dan jarang jika pada jumlah hitung > 100.000 / μ L
c. Selama transfusi masif, ketika volume Konsentrat sel darah merah yang ditransfusikan kira-kira dua kali lipat dari volume darah, jumlah trombosit yang diharapkan adalah 50.000 / μL; ambang transfusi yang disaranakan, kurang lebih 75.000 / μ L dalam pasien dengan perdarahan aktif untuk menjamin batas keselamatan dan mencegah jumlah trombosit jatuh di bawah 50.000 / μ L, ambang kritis untuk hemostasis.
Jumlah
hitung
trombosit
yang
lebih
tinggi
direkomendasikan untuk pasien dengan multipel trauma yang disebabkan oleh kecelakaan berkecepatan tinggi atau dengan lesi yang melibatkan sistem saraf pusat d. Sirkulasi ekstrakorporeal: disarankan transfusi trombosit disediakan untuk pasien yang di akhir operasi, ada pendarahan yang tidak terkait dengan operasi atau gangguan koagulasi lainnya. Jumlah hitung trombosit bukan indikatif dalam kasus ini, karena pasien ini memiliki perubahan sekunder pada fungsi trombosit, dan keputusan untuk transfusi trombosit harus dipandu oleh kriteria klinis (perdarahan mikrovaskuler dan anemia pasca operasi yang berlebihan e.
Pada
DIC
akut,
dengan
adanya
banyak
perdarahan
dan
trombositopenia, di samping itu untuk mengobati penyakit yang mendasarinya dan memulihkan ke level normal faktor pembekuan, jumlah trombosit harus dimonitor dan tes skrining koagulasi (PT, aPTT, fibrinogen, antithrombin) harus dilakukan. Terdapat kekurangan dari konsensus tentang target jumlah trombosit, tetapi adanya
11
perdarahan
substansial
merupakan
alasan
yang
wajar
untuk
mempertahankan jumlah trombosit sekitar 50,000 / μ L f. Gangguan fungsi trombosit (bawaan atau didapat): transfusi trombosit hanya diindikasikan dalam kasus perdarahan. Faktor VIIrekombinana teraktivasi
diindikasikan
untuk
pasien
dengan
trombasthenia
Glanzmann yang refrakter terhadap tranfusi platelet g. Trombositopenia autoimun: tranfusi trombosit hanya diindikasikan pada kasus perdarahan mayor dan / atau perdarahan berbahaya (misalnya, perdarahan parah pada intestinal, intrakranial dan intraokular) h. purpura pasca transfusi: PC harus digunakan hanya untuk upaya untuk mengobati perdarahan parah di fase akut dan sambil menunggu respons imunoglobulin intravena.5
3. Indikasi pada neonatus a. Trombosit <20.000 - 30.000 / μ L: pertimbangkan transfusi profilaksis dalam semua kasus. Dalam kasus trombositopenia neonatal alloimmune pilih PC dari donor yang tidak memiliki antigen yang terlibat (mungkin dari ibu, dalam hal ini PC harus dicuci, diiradiasi dan disuspensikan kembali dalam plasma yang kompatibel secara ABO dengan neonatus). b. Trombosit 30.000 - 50.000 / μ L: pertimbangkan transfusi profilaksis dalam kasus-kasus berikut - pada neonatus dengan berat lahir ≤1.000 g pada minggu pertama kehidupan; - riwayat perdarahan otak
intraventrikular / intraparenchymal
sebelumnya (48 - 72 jam); - gangguan koagulasi kontaminan; - pada neonatus 'kritis' (dengan sepsis atau tekanan darah arteri yang berfluktuasi); - selama prosedur invasif;
12
c. Trombosit 50.000 - 100.000 / μ L: pada neonatus yang sedang perdarahan d. Jangan transfusi saat jumlah trombosit > 100.000 / μ L.5
4. Indikasi yang tidak dibenarkan a. purpura trombositopenik trombotik dan mikroangiopati lainnya seperti: hemolyticuraemic sindrom dan sindrom HELLP: transfusi trombosit dikontraindikasikan (dinyatakan bahwa itu dapat dikaitkan dengan memburuknya penyakit), kecuali pada apanya keadaan perdarahan yang mengancam jiwa. b. Trombositopenia yang diinduksi heparin, kecuali pada episode perdarahan yang mengancam jiwa c. Trombositopenia autoimun, kecuali pada episode perdarahan yang mengancam jiwa d. DIC kronis tanpa adanya perdarahan e. Profilaksis selama sirkulasi ekstrakorporeal f. Profilaksis selama transfusi masif g. purpura pasca transfusi.5
5. Dosis rata-rata PC untuk setiap transfusi: - Pasien anak: 0,5 x 1011 trombosit / 10 kg (satu PC dari darah utuh setiap 10 kg) - Pasien dewasa: sekitar 3 x 1011 trombosit (satu PC apheretik atau satu PC dari kumpulan lima hingga delapan PC dari darah utuh atau dari buffy coat pool).
Perhitungan dosis trombosit untuk transfusi - Dosis trombosit untuk transfusi dapat dihitung menggunakan rumus berikut: PI x BV x 1.5 Platelet dose (x 1011) =
-----------------100
13
PI: target tambahan jumalh trombosit BV: volume darah (L) pasien (luas permukaan tubuh dalam m2 x 2.5, atau berat dalam kg x 0,8) 1.5: faktor koreksi untuk pengambilan limpa5,10
6. Indeks pemantauan untuk audit klinis: Penggunaan terapi transfusi dengan PC pada keadaan berikut: - Profilaksis pada ambang transfusi lebih tinggi dari direkomendasikan. - "Kronis" DIC tanpa adanya perdarahan. - Trombositopenia autoimun, kecuali dalam kasus pendarahan yang mengancam jiwa.5
7. Efek Samping - Reaksi transfusi non-hemolitik (biasanya ditandai dengan menggigil, demam, dan urtikaria). Insiden reaksi ini dapat dikurangi secara efektif dengan menggunakan leucodepleted dan / atau pencucian platelet. - Alloimunisasi untuk antigen HLA dan HPA; risiko imunisasi anti-HLA berkurang oleh penggunaan trombosit leucodepleted; dalam kasus ini, komponen darah yang ditransfusikan juga harus di leudoplasi. - Infeksi pasca transfusi: mungkin terjadi, tetapi sangat jarang, penyakit virus, infeksi protozoa (pada malaria khusus) dan infeksi oleh spirochaetes. - Sepsis, karena kontaminasi bakteri pada darah; insiden komplikasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan penularan agen virus, karena trombosit disimpan suhu ruangan, yang mendukung proliferasi bakteri. - Pupura pasca tranfusi. - TRALI. - Transmisi yang tidak diketahui lainnya patogen yang tidak teruji.5
14
BAB III KESIMPULAN
Produk darah adalah setiap substansi terapeutik yang dibuat dari darah manusia. Selain sel darah merah pekat (Packed Red Cells), Darah lengkap dapat dibuat komponen darah antara lain plasma, trombosit/platelet konsentrat, dan kriopesipitat. FFP mengandung faktor pembekuan stabil, abumin, dan immunoglobulin dengan kadar normal dalam plasma. FFP dapat digunakan untuk koreksi pada gangguan faktor pembekuan Koreksi pada gangguan faktor pembekuan, pengobatan apheretik mikroangiopati trombotik, dan rekonstitusi darah utuh untuk pertukaran tranfusi. FFP dikontraindikasikan pada pasien dengan defisiensi imunoglobulin A (IgA) bawaan pada adanya antibodi anti-IgA Kriopresipitat adalah Komponen darah yang berisi fraksi krioglobulin plasma. Faktor VIII, Faktor XIII, Faktor Von Willebrang, Fibrinogen dan Fibronectin dengan kadar yang signifikan. Cryo memiliki kekurangan pada semua faktor pembekuan selain fibrinogen, faktor VIII, faktor von Willebrand, dan faktor XIII dan tidak boleh digunakan untuk mengobati defisiensi faktor-faktor lain, atau digunakan sebagai komponen tunggal ketika penggantian beberapa faktor diperlukan. Trombosit atau platelet konsentrat didapatkan dengan dua cara yaitu trombosit diperoleh dari darah lengkap (Single Whole Blood) dan trombosit yang diperoleh dengan sistem apheresis). Selain untuk penggantian trombosit yang hilang, pengunaan PC juga dapat digunakan dalah profilaksis operasi dalam keadaan pembedahan besar maupun pada intervensi bedah di lokasi penting seperti okular dan operasi bedah syaraf.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudarmanto B, Tamam M, Soemantri AG. Transfusi darah dan transplantasi. Dalam: Permono B, Sutaryo, Ugrasena, penyunting. Buku ajar hematologi-onkologi anak ed.4. Jakarta: BP IDAI; 2011.h.217-26. 2. Shander A, Hofmann A, Ozawa S. Theusinger O, Gombotz H, Spahn DR. Activity-based costs of blood transfusions in surgical patients at four hospitals. Transfusion: 2015;50: 753-65. 3. World Health Organization. The Clinical use of Blood in General Medicine obstetrics, paediatrics, surgery & anaesthesia, trauma & burns. Diakses dari : https://www.who.int/bloodsafety/clinical_use/en/Manual_EN.pdf 4. Menteri kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Trannfusi Darah. Jakarta. 2015 5. Liumbruno G, Bennardello F, Lattanzio A, Picoli P, Roseti G. Recomendation for the tranfusion of plasma and platelets. Blood Tranfus 2009;7: h. 132-150 6. O’Shaughnessy DF, Atterbury C, Maggs PB, Murphy M, Thomas D, Yates S, Silliamson LM. Guidelines for the use of fresh frozen plasma, cryoprecipitate, adn cryosupernatant. The British Society for Haematology; 2014: h. 11-28 7. World Health Organization. Clinical Tranfusion practice: Guidelines for medical interns. Diakses dari : https://www.who.int/bloodsafety/transfusion_services/ClinicalTransfusion PracticeGuidelinesforMedicalInternsBangladesh.pdf 8. Droubatchevskaia N, Wong MP, Chipperfield KM, Wadsworth LS, Fergusin DJ. Guidelines for Cryoprecipitate transfusion. British Columbia Medical Journal: 2017;49: h. 441-6 9. Provincial Blood Coordinating program. Tranfusion Medicine Best Pravtice: Indication of Blood Components. Newfoundland Labrador: 2015; h. 2 10. Yuan S, Goldfinnger D. Clinical and laboratory aspect of platelete tranfusin therapy. 2109. Diakses dari : https://www.uptodate.com/contents/clinical-and-lagboratory-aspects-ofplatelet-transfusion-therapy
16