Pk Kita.docx

  • Uploaded by: Ferina Yollanda
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pk Kita.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,062
  • Pages: 12
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Observasi Menurut Nasution (1988) menyatakan bahwa, obeservasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Melalui observasi, peneliti belajar tentang prilaku, dan makna dari prilaku tersebut. Menurut Sanafiah Faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi : observasi berpatisipasi, observasi yang secara terang-terangan dan tersamar, dan observasi yang tak berstruktur. 2.2 Macam-Macam Observasi 1. Observasi partisipatif Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. 2. Observasi terus terang atau tersamar Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan observasi. 3. Observasi tak berstruktur Observasi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak berstruktur, karena fokus penelitian belum jelas. Fokus observasi akan berkembang selama kegiatan observasi berlangsung. Kalau masalah penelitian sudah jelas seperti dalam penelitian kualitatif, maka observasi dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan pedoman observasi.

2.3 Keuntungan dan kelemahan Penggunaan Observasi dalam Pengumpulan data 1. Kelebihan observasi Kelebihan dari observasi, antara lain: – Pengamat mempunyai kemungkinan untuk langsung mencatat hal-hal, perilaku pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut masih berlaku, atau sewaktu perilaku sedang terjadi sehingga pengamat tidak menggantungkan datadata dari ingatan seseorang. – Pengamat dapat memperoleh data dan subjek, baik dengan berkomunikasi verbal ataupun tidak, misalnya dalam melakukan penelitian. Sering subjek tidak mau berkomunikasi secara verbal dengan peneliti karena takut, tidak punya waktu atau enggan. Namun, hal ini dapat diatasi dengan adanya pengamatan (observasi) langsung. 2. Kelemahan observasi Kelemahan dari observasi, antara lain: – Memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh pengamatan langsung terhadap satu kejadian, misalnya adat penguburan suku Toraja dalam peristiwa ritual kematian, maka seorang peneliti harus menunggu adanya upacara adat tersebut. – Pengamat biasanya tidak dapat melakukan terhadap suatu fenomena yang berlangsung lama, contohnya kita ingin mengamati fenomena perubahan suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern akan sulit atau tidak mungkin dilakukan. 2.4 Langkah-langkah dalam observasi Langkah-langkah dalam melakukan observasi adalah sebagai berikut. – Harus diketahui di mana observasi itu dapat dilakukan. – Harus ditentukan dengan pasti siapa saja yang akan diobservasi. – Harus diketahui dengan jelas data-data apa saja yang diperlukan. – Harus diketahui bagaimana cara mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar. – Harus diketahui tentang cara mencatat hasil observasi, seperti telah menyediakan buku catatan, kamera, tape recorder, dan alat-alat tulis lainnya.

2.5 Manfaat Observasi 1. Dengan observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh. 2. Dengan observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. Melalui pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan daya yang kaya, tetapi juga memperoleh kesan - kesan pribadi, dan merasakan suasana situasi sosial yang diteliti. 2.6 Pengertian Metode Penelitian (Analisis Data) Sekunder Metode Analisis Data Sekunder (kadang disebut singkat dengan Metode Penelitian Sekunder) merupakan salah satu metode penelitian. Oleh karena namanya yang berbunyi “analisis data sekunder” sering kali disalahpahami sebagai teknik menganalisis data sekunder. Analisis Data Sekunder itu metode penelitian juga. Artinya ada prosedur pengumpulan data dan analisis data. Namun demikian tidak semua definisi tentang Analisis Data Sekunder menunjukkannya sebagai duatu metodem penelitian. Hakim (1982:1; dinukil Johnston, 2014:620), misalnya, merumuskan Analisis Data Sekunder itu sebagai ““any further analysis of an existing dataset which presents interpretations, conclusions or knowledge additional to, or different from, those presented in the first report on the inquiry as a whole and its main results” (analisis lebih lanjut himpunan data yang sudah ada yang memunculkan tafsiran, simpulan atau pengetahuan sebagai tambahan terhadap, atau yang berbeda dari, apa yang telah disajikan dalam keseluruhan dan temuan utama penelitian terdahulu atau semula). Heaton (2004:16; dinukil Andrews, et.al., 2012:12) merumuskan analisis data sekunder (ASD) itu sebagai “a research strategy which makes use of pre-existing quantitative data or pre-existing qualitative data for the purposes of investigating new questions or verifying previous studies.” Jadi, analisis data sekunder, menurut Heaton, merupakan suatu strategi penelitian yang memanfaatkan data kuantiatif ataupun kualitatif yang sudah ada untuk menemukan permasalahan baru atau menguji hasil penelitian terdahulu. Sebutan strategi penelitian itu setara dengan sebutan metode penelitian. Johnston (2014:620) menegaskannya dengen menyatakan bahwa “Secondary data analysis remains an under-used

research technique in many fields . . . . Given the increasingly availability of previously collected data to researchers, it is important to further define secondary data analysis as a systematic research method.” (Analisis data sekunder itu masih tetap sebagai teknik penelitian yang jarang digunakandiberbagai bidang . . . . Dengan semakin banyaknya data hasil penelitian yang tersedia untuk dimanfaatkan para peneliti, maka sangat penting untuk kemudian menegaskan analisis data sekunder itu sebagai metode penelitian yang sistematik) Analisis data sekunder itu dengan demikian dapat dirumuskan sebagai berikut : Pertama, ASD bukan merupakan metode analisis data, melainkan metode (strategi) penelitian. Oleh karenanya, menurut Andrews dkk (2012), metode analisis data semisal teori grounded (analisis data kualtiatif) dan analisis stastisik (analisis data kuantitatif) dapat dipergunakan oleh metode penelitian analisis data sekunder. Kedua, ASD mempergunakan atau memanfaatkan data sekunder, yaitu data yang sudah ada. Dalam hal ini peneliti ASD tidak mengumpukan data sendiri, baik dengan wawancara, penyebaran angket atau daftar isian, melakukan tes, menggunakan skala penilaian atau skala semacam skala likert, ataupun observasi. Data sekunder itu dapat berupa data hasil penelitian, dapt pula berupa data dokumenter administratif kelembagaan. Ketiga, tujuan ASD, menurut Heaton, bisa berupa menggali dan menemukan permasalahan (pertanyaan) penelitian baru, bisa pula menguji kebenaran hasil penelitian terdahulu. Tujuan penelitian ASD sebenarnya bisa beragam. Andrews dkk, misalnya, mencatat rumusan tujuan penelitian ASD itu antara lain untuk: (1) menerapkan permasalahan penelitian baru–tegasnya meneliti dengan tujuan penelitian yang baru yang berbeda dari penelitian terdahulu (Heaton, 2004), (2) memanfaatkan data lama untuk memunculkan ideaidea baru (Fielding, 2004), (3) “menguji” hasil penelitian yang sudah dilakukan, baik berujud “verifikasi” (menguji ketidakbenaran dengan bukti yang benar),”refutasi” (menguji kebenaran dengan bukti ketidakbenaran) ataupun “refinemen” (perbaikan), (4) “mengksplor” data dari sudut pandang yang berbeda (Hinds,Vogel & Clarke-Steffen, 1997)–“mengksplor” data dimaksudkan “mengobok-obok” data (dalam arti netral) atau menjelajahi, menyelami, mengayak-menyaring data. Tujuan-tujuan penelitian ASD di atas lebih banyak terkait dengan data sekunder hasil penelitian. Seperti telah disebutkan, selain data hasil penelitian masih ada data sekunder lain

yang dapat disebut sebagai data administratif yang hasilnya lebih banyak berupa laporan administratif. Data administratif tidak selamanya hanya berupa laporan administratif, melainkan bisa pula mengandung “nilai penelitian” walau lebih bersifat administratif, utamanya “penelitian evaluatif administratif.” Dari pembahasan di atas, maka jika ASD mempergunakan atau memanfaatkan data hasil penelitian terdahulu, maka tujuan ASD berbeda (harus berbeda) dari tujuan penelitian terdahulu. Tegasnya, dengan tujuan lain, peneliti ASD menggunakan data hasil penelitian terdahulu (baik hasil penelitian sendiri ataupun penelitian orang lain) untuk dianalisis guna menjawab fokus penelitian atau permasalahan (pertanyaan) penelitiannya. Ini perlu ditegaskan, karena pada umumnya penelitian ASD yang mempergunakan atau menafaatkan data administratif kelembagaan sudah dapat dipastikan tujuannya berbeda dari maksud atau tujuan data adminitratif dikumpulkan. Data administratif dikumpulkan lazimnya untuk keperluan administratif, bukan untuk keperluan penelitian. 2.7 Pengertian Dan Jenis Data Sekunder Seperti telah diutarakan di muka, data sekunder itu dimaksudkan data yang sudah ada, tidak dikumpulkan (digali) sendiri oleh peneliti. Jika peneliti melakukan wawancara, atau menyebarkan angket, atau melakukan observasi, atau mengetes, maka data yang dihasilkan (terkumpul) itu disebut data primer, data tangan pertama (tangan peneliti). Data sekunder tidak dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Data itu sudah dikumpulkan oleh orang lain, atau sudah didokumentasikan dan atau dipublikasikan oleh orang lain. Data sekunder itu dapat dibedakan menjadi dua macam. Pertama data hasil penelitian (orang lain), dan kedua, data administratif kelembagaan. Data penelitian merupakan data yang dihasilkan oleh sesuatu penelitian, bisa penelitian orang lain, bisa penelitian sendiri. Data administratif kelembagaan dimaksudkan data yang dikumpulkan oleh sesuatu lembaga, misalnya sekolah atau Dinas Pendidikan, yang berupa data-data administratif semisal daftar calon murid yang mendaftar dan diterima sekolah, data lengkap murid baru, data kelulusan, data nilai hasil ujian, data kepegawaian dan sebagainya. Data sekunder, seperti juga data primer, bisa bersifat “kuantitatif” (berupa bilangan), misalnya statistik murid, guru dan pegawai, bisa pula “kualitatif” (bukan berupa bilangan), misalnya peraturan, hasil wawancara penelitian, rekaman video, berita surat kabar, artikel majalah, dan sebagainya.

2.8 Prosedur Penelitian (Analisis Data) Sekunder Seperti telah disebutkan, data sekunder itu data yang sudah ada (dengan istilah umum disebut berupa “dokumen”). Dengan kata lain peneliti tidak mengumpulkan data itu seperti dalam penelitian primer menggunakan teknik pengumpulan data tertentu (angket, wawancara, observasi, tes dsb). Oleh karena itu maka langkah penelitian analisis data sekunder itu relatif “pendek.” M. Katherine McCaston (2005) menyatakan bawha analisis data sekunder itu mencakup dua proses pokok, yaitu mengumpulkan data dan menganalisisnya. Dalam kaoimat aslinya disebut “collecting and analyzing a vast array of information” (mengumpulkan dan mengalisis sekian banyak informasi). Namun demikian, menurut McCaston, agar tidak menyimpang, yang perlu dilakukan oleh peneliti sebagai langkah awal adalah merumuskan tujuan penelitian dan disain penelitian. Rumusan tujuan penelitian dimaksudkan McCaston sebagai “a clear understanding of why you are collecting the data and of what kind of data you want to collect, analyze, and better understand” (penegasan mengenai mengapa perlu mengumpulkan data serta penegasan mengenai data macam apa yang ingin dihimpun, dianalisis dan dipahami dengan baik). Disain (rancangan) penelitian dimaksudkan McCaston sebagai “a step-by-step plan that guides data collection and analysis. In the case of secondary data reviews it might simply be an outline of what you want the final report to look like, a list of the types of data that you need to collect, and a preliminary list of data sources” (langkah demi langkah rencana yang mengarahkan pengumpulan dan analisis data; dalam penelitian analisis data sekunder sederhananya merupakan kerangka kerja garis besar mengenai hasil akhir seperti apa yang di=ingin dilaporkan, daftar data yang dirasa perlu dikumpulkan, dan daftar sementara sumber data). Wallace

Foundation

www.wallacefoundation.org,

(Workbook diunduh

Januari

B; 2015)

Secondary merumuskan

Data

Analysis–

langkah-l;angkah

penelitian analisis data sekunde itu sebagai berikut. Jadi, dalam penelitian sekunder (analisis data sekunder) langkah penelitiannya sebagai berikut: 1. Menetapkan (mencari-temukan) sumber data/informasi (sekolah, universitas, Dinas Pendidikan, dsb); 2. Mengumpulkan data yang sudah tersedia (dalam “dokumen”);

3. Menormalisasikan data jika diperlukan dan memungkinkan (membuat data dari berbagai sumber sesetara mungkin “menjadi satu bentuk yang sama”); 4. Menganalisis data (misalnya menghitung, mentabulasi, memetakan data-data kuantiatif, atau membandingkan berbagai peraturan dan menelaahnya). 2.8 Pendekatan Penelitian (Analisis Data) Sekunder Melakukan penelitian analisis data sekunder dapat dilakukan dengan dua pendekatan (Sarah Boslaugh, 2007:6-8). Pertama, dimulai dengan pertanyaan penelitian (rumusan masalah) kemudian dilanjutkan dengan mengumpulkan data sekunder yang relevan. Misalnya, dari kalangan latar belakang ekonomi apakah peserta didik yang diterima di sekolah-sekolah favorit di Kota Yogyakarta. Data kemudian dihimpun dicari dari sekolahsekolah favorit atau dari Dinas Pendidikan untuk selanjutnya dianalisis menggunakan analisis matematik (tidak harus disebut analisis statistik karena pada dasarnya hanya menghitungmenjumlah). Jika ada hasil penelitian yang mengkorelasikan nilai ujian nasional (NUN) saat masuk SMA (NUN SMP) dengan nilai ujian nasional (NUN) SMA-nya, hasil penelitian tersebut dapat “dipertanyakan” lebih lanjut, misalnya “lebih banyak yang prestasi UN SMAnya naik atau turun berbanding NUN SMP-nya” dan “apakah ada perbedaan keberhasilan belajar murid sekolah favorit dan tidak favorit.” Data NUN yang dikumpulkan peneliti tersebut itu kemudian dianalisis untuk menjawab “pertanyaan penelitian” tadi. Pendekatan yang kedua, dimulai dengan mengumpulkan data sekunder, lalu menelaahnya untuk mencermati variabel-variabel (aspek-aspek) apa saja yang ada dalam data tersebut untuk kemudian dimunculkan pertanyaan penelitian (rumusan masalahnya) dengan menghubung-hubungkan berbagai aspek (variabel) tersebut. Lebih “ekstrimnya” lagi, peneliti cukup memunculkan pertanyaan (masalah) yang relatif umum, misalnya seperti apa gambaran (potret) murid baru yang diterima di sekolah-sekolah favorit di Kota Yogyakarta. Selanjutnya peneliti mengumpulkan data sekunder (dokumenter) sebanyak-banyaknya dan menganalisis berbagai variabel (aspek) yang ada dalam data tersebut. Jika kemudian muncul “pertanyaan” (kepenasaranan, keingintahuan) lebih lanjut, data yang diperlukan dicari lagi. Dengan pendekatan kedua ini pada dasarnya pertanyaan penelitian pun bisa bersifat sementara (tentantif) dan terus-menerus bisa dikembangkan lebih lanjut yang diikuti dengan mencari data sekunder yang diperlukan. Pendekatan ini “relatif sama” dengan pendekatan penelitian kualitatif grounded, atau penelitian eksploratif, yang “mencari masalah” di lapangan, bukan dimulai dengan pertanyaan penelitian sebelum terjun ke lapangan.

2.9 Analisis data sekunder disparitas kesehatan masyarakat di Indonesia Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok dan juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi produktivitas dan kualitas sumber daya manusia. Dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-undang nomor 36/2009 menetapkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Oleh karena itu negara bertanggung jawab dalam pengaturan hak hidup sehat bagi penduduknya. Pembangunan Kesehatan adalah pembangunan manusia seutuhnyadimana faktor kesehatan turut berperan mulai dari pra konsepsi, bayi, balita, remaja, dewasa hingga usia lanjut. Namun kenyataan yang terjadi saat ini adalah pembangunan kesehatan yang telah dijalankan masih belum berjalan optimal dan merata untuk menjangkau seluruh wilayah dan lapisan masyarakat. hal dapat dilihat dengan masih tingginya kejadian disparitas pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia khususnya untuk wilayah kawasan timur dan wilayahwilayah terpencil lainnya yang kualitas pelayanan kesehatannya masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan kawasan di wilayah barat Indonesia atau wilayah perkotaan. " Hal ini juga diakui oleh Menteri kesehatan dalam sambutannya pada Seminar Keperawatan dan Indonesia NursingExpo 2011 bertema Closing The Gap: Increasing Access and Equity throughNursing Service, di Jakarta (19/7). Dalam kesempatan tersebut Menteri kesehatan memaparkan beberapa isu pokok yang perlu diperhatikan diantaranya adalah disparitas pelayanan kesehatan antar wilayah geografi, antar kelompok sosial ekonomi, dan antar gender, serta belum optimalnya ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan. (Anonim. 2011) Disparitas-disparitas itu bisa tergambar dan jumlah kematian bayi dan kekurangan gizi pada kelompok miskin hampir dua kali lipat dibanding kelompok kaya. Salah satu unit pelayanan kesehatan dasar yang paling sering digunakan, paling luas penyebarannya dan dapat langsung dijangkau oleh masyarakat adalah puskesmas. Menurut Kemenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004, puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Sehingga puskesmas bertugas untuk menyelenggarakan pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, dan bertindak sebagai pusat pelayanan kesehatan strata I, meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat. Dari fungsi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa puskesmas merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu sangat penting bagi puskesmas untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu bagi masyarakat.

Namun demikian mutu pelayanan puskesmas dan tingkat pemanfaatan layanan puskesmas sangat terkait dengan optimalisasi program kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan serta kompetensi sumber daya manusia yang memberi pelayanan bagi masyarakat.Pelayanan kesehatan bermutu adalah tingkat pelayanan yang dapat memberi kepuasan kepada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta tata cara penyelenggaraannya sesuai standar dan etika profesi yang telah ditetapkan. Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki potensi tinggi terjadinya disparitas adalah wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai luas wilayah 27.263,10 km2, terletak pada garis bujur antara 115 0 26’ Bujur Timur sampai dengan 1170 36’ Bujur Timur serta terletak pada garis lintang dari 10 28’ Lintang Utara sampai dengan 1008’ Lintang Selatan. Secara administrasi Kabupaten Kutai Kartanegara dibagi menjadi 18 kecamatan dan 220 desa/kelurahan. Secara financial Kabupaten Kutai Kartanegara terbilang sangat mapan, diketahui bahwa Kabupaten kutaikartanegara merupakan daerah pertambangan sehingga mempunyai penghasilan

daerah

yang

sangat

besar,

diketahui

pada

tahun

2010

Kabupaten

kutaikartanegara telahmenganggarkan dana kesehatan sebesar Rp150.935.566.346.89 dan sebesar Rp22.580.747.000 dari jumlah tersebut dianggarkan untuk perencanaan puskesmas (Dinas Kesehatan, 2010). Selain itu secara topografi, wilayah Kutai Kartanegara terbilang cukup unik, karena terbagi atas tiga daerah yakni terdiri atas wilayah pesisir pantai, sungai, dan daratan, dimana diantara daerah sungai dan pantai masih terdapat daerah terpencil dan daerah sangat terpencil yang hingga saat ini hanya bisa ditempuh melalui jalur laut, sungai, dan danau. Sehingga pada wilayah-wilayah tersebut cenderung memungkinkan terjadi disparitas pelayanan kesehatan, baik SDM maupun perlengkapan medis, hal ini terbukti dengan minimnya jumlah pegawai puskesmas pada daerah pedalaman jika dibandingkan dengan daerah perkotaan, padahal pada wilayah-wilayah tersebut tingkat ketergantungan masyarakat terhadap pelayanan puskesmas termasuk dalam kategori cukup tinggi mengingat sulitnya menjangkau unit kesehatan lain (rumah sakit) yang letaknya sangat jauh dan sulit diakses, oleh karena itu pelayanan kesehatan yang berkualitas dari puskesmas merupakan hal yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat setempat. Total Kabupaten kutaikartanegara memiliki 30 unit puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten dengan perincian 10 unit puskesmas terdapat di daerah pesisir

yakni puskesmas sungai merdeka, semboja, handil baru, muara jawa, sanga-sanga, sungai meriam, prangat, marangkayu, muara badak dan badak baru. 11 unit puskesmas pada daerah daratan (perkotaan) yakni puskesmas rapak mahang, loa ipuh, mangkurawang, sebulu 1, sebulu 2, loakulu, loa duri, loajanan, batuah,separi III, dan teluk dalam. 9 unit puskesmas berada pada daerah pedalaman sungai antara lain puskesmas kota bangun, rimba ayu, muara kaman, muara wiss, kahala, kembang janggut, ritan dan puskesmas tabang . Berikut ini adalah data penyebaran jumlah tenagadokter umum, dokter gigi, perawat, bidan dan tenaga kesehatan masyarakat, tenaga farmasi dan data kunjungan pasien di puskesmas Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2010 (Dinas Kesehatan, 2010).

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Observasi merupakan pengamatan dari potret yang terjadi di lapangan. Obeservasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Melalui observasi, peneliti belajar tentang prilaku, dan makna dari prilaku tersebut. Observasi memiliki beberapa bentuk salah satunya observasi partisifatif. Observasi partisipatif adalah observasi yang mana peneliti langsung mengikuti atau terlibat pada kegiatan sehari-hari partisipan yang dijadikan sebagai sumber data. Tujuannya untuk data yang diperoleh lebih jelas, tajam, sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Analisis data sekunder adalah analisis lebih lanjut himpunan data yang sudah ada yang memunculkan tafsiran, simpulan atau pengetahuan sebagai tambahan terhadap, atau yang berbeda dari, apa yang telah disajikan dalam keseluruhan dan temuan utama penelitian terdahulu atau semula. 3.2 Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Kami berharap setelah membaca makalah ini dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca khususnya tentang observasi parsitifatif dan analisis data sekunder disparitas kesehatan masyarakat di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono, Dr. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV ALFABETA. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6131/Jurnal%20disparitas%20pelay anan%20puskesmas%20kutai%20%20A%20025%20IAKMI%202013.pdf;sequence=1 Diunduh pada 3 Maret 2019 pukul 21.04 wib Wallace Foundation. Workbook B: Conductiong Secondary Research.[Other information restricted].Retrieved June, 2014 online fromhttp://www.wallacefoundation.org/

Related Documents

Pk
June 2020 34
Pk
June 2020 34
Pk
May 2020 30
Pk
May 2020 27
Pk
November 2019 37
Pk
May 2020 35

More Documents from ""