Bab 2
Komunikasi Antarpribadi
Pokok bahasan A. Pengertian Komunikasi Antarpribadi B. Tujuan Komunikasi Antarpribadi C. Gaya Kepemimpinan D. Kebutuhan Manusia E. Mendengarkan Sebagai Keahlian Komunikasi Antarpribadi Tujuan pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa dapat: • Menjelaskan pengertian komunikasi antarpribadi • Menjelaskan tujuan komunikasi antarpribadi • Membedakan gaya kepemimpinan • Menjelaskan teori kebutuhan manusia • Menjelaskan bagaimana mendengarkan sebagai keahlian komunikasi antar pribadi Pendahuluan Komunikasi Antarpribadi banyak dilakukan di organisasi bisnis dan non bisnis. Komunikasi Antarpribadi memiliki beberapa tujuan dan tidak terlepas dari gaya-gaya kepemimpinan yang digunakan oleh manajer ketika mengelola organisasi. Memahami komunikasi Antarpribadi berhubungan dengan pemahaman tentang kebutuhan hidup manusia. Ketika komunikasi Antarpribadi terjadi maka mendengarkan menjadi suatu hal yang sangat penting sebagai syarat untuk mencapai pemahaman yang benar selama komunikasi dilakukan. Mendengarkan dalam hal ini merupakan kegiatan mendengar yang dilakukan secara aktif dan dinamis yang memerlukan konsentrasi penuh dan utuh tanpa diinterupsi oleh gangguan berkomunikasi. Pembahasan dalam bab ini ditekankan pada komunikasi antarpribadi dalam suatu organisasi. Dalam bab ini akan di bahas dengan lebih rinci, pengertian komunikasi antarpribadi, tujuan komunikasi antarpribadi, gaya kepemimpinan, kebutuhan manusia dan mendengarkan sebagai suatu keahlian komunikasi antarpribadi. A. Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami kedua belah pihak dan cenderung lebih fleksibel (luwes) dan informal. Sebagai contoh, dalam suatu organisasi (bisnis dan nonbisnis) komunikasi antarpribadi terjadi antara seorang manajer dengan karyawan. Bedasarkan pengertian tersebut, ada empat hal penting yang harus diperhatikan yaitu: 1. Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih. 2. Menggunkan media tertentu, seperti telepon atau tatap muka. 3. Bahasa yang digunakan bersifat informal (tidak baku), dapat menggunakan bahasa daerah, bahasa pergaulan, atau bahasa campuran. 1
4. Tujuan yang ingin dicapai dapat bersifat personal (pribadi) bila komunkasi terjadi dalam suatu masyarakat; dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bia komunikasi terjadi dalam suatu organisasi. B. Tujuan Komunikasi Antarpribadi Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam komunikasi antarpribadi, antara lain: Menyampaikan informasi
Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tentu saja seseorang memiliki berbagai macam tujuan dan harapan. Salah satu diantaranya adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain agar orang lain tersebut dapatmengetahui informasi tersebut. Contoh: seorang mahasiwa yang sudah kuliah akan memberikan informasi perkuliahan dan beasiswa kepada adik kelasnya. Contoh lainnya menyampaikan informasi kepada seseorang tentang akan diselenggarakannya sebuah acara atau mengajak untuk melakukan sebuah kegiatan secara bersama pada waktu tertentu. Berbagi pengalaman
Dengan komunikasi antarpribadi juga memiliki fungsi atau tujuan untuk berbagi pengalaman baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Contoh: ketika si A telah belajar di luar negeri, dia akanmenceritakan dan berbagi pengalaman yang di alaminya selama di luar negeri. Contoh lainnya: menyampaikan informasi menyenangkan atau menyedihkan kepada orang tertentu yang dianggap dekat atau dapat dipercaya. Menumbuhkan Simpati
Menumbuhkan sikap positif pada orang lain yang sedang menderita dengan cara memberikan dukungan moral, bantuan dana, obat-obatan, barang untuk kebutuhan pokok, perlengkapan rumah, penerangan, bangunan dan menjadi sukarelawan. Misalnya ketika seorang bercerita tentang permasalahan yang sedang dihadapi kepada sahabatnya, maka akan tumbuh rasa simpati dari sahabatnya kepadanya sehingga akan timbul rasa ingin membantu untuk menyelesaikan permasalahannya. Melakukan Kerjasama
Tujuan komunikasi antarprbadi yang lainnya adalah untuk melakukankerjasama antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu atauuntuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua belah pihak. Contoh: dalamtugas mata kuliah biasanya ada tugas kelompok yang terdiri dari dua, tiga orangatau lebih. Maka dengan komunikasi maka akan timbul kerjasama supaya dapat menyelesaikan tugas kelompoknya dengan baik. Melakukan kerjasama antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu atau untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk kedua belah pihak. Menceritakan kekecewaan atau kekesalan
Pengungkapan segala bentuk kekecewaan dengan tepat secara tidak langsung akan mengurangi beban pikiran. Bercerita kepada orang lain bisa digunakan sebagai cara mencari jalan keluar atau alternatif solusi masalah yang dihadapi. Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan seseorang untuk menceritakan rasa kecewa atau kekesalan pada orang lain. Dengan pengungkapan rasa hati itu, sedikit banyak akan mengurangi beban pikiran. Kadang disebut dengan plong ketika telah bercerita apa yang selama ini dipendam. Contoh: seorang
2
anak akan curhat kepada ibunya tentang apa yang dirasakannya, baik iturasa kekecewaan atau kekesalan terhadap temannya di sekolah. Menumbuhkan Motivasi
Memberikan suatu dorongan yang kuat kepada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan yang baik dan positif. Motivasi adalah dorongan kuat dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Pada dasarnya, seseorang cenderung untuk melakukan sesuatu karena dimotivasi orang lain dengan cara-cara seperti pemberian insentif yang bersifat finansial maupun non finansial, memberikan pengakuan atas kinerjanya ataupun memberikan penghargaan kepada karyawan yang berprestasi. Contoh: ketika seorang sahabat mendengarkan keluhan temannya, maka sahabat itu akan terus mensupport dan memberi motivasi kepada temannya untuk tetap teguh, sabar dan kuat dalam menghadapi permasalahannya. C. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan adalah tindakan seseorang pemimpin mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi dan mengendalikan bawahannya dengan cara tertentu sehingga bawahannya dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien. Dalam dunia bisnis, penerapan gaya kepemimpinan seseorang akan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku bawahannya dalam melakukan pekerjaan mereka. Kepemimpinan dalam suatu organisasi terjadi karena adanya interaksi antara tiga komponen penting, yaitu manajer, karyawan dan situasi atau kondisi lingkungan kerja tertentu. Salah satu teori yang mampu memberikan gambaran gaya kepemimpinan seseorang adalah teori X dan Y. Teori ini membahas empat gaya kepemimpinan menurut Ludlow dan Panton, gaya kepemimpinan situasional, dan beberapa komponen penting dalam kepemimpinan inti yang perlu dimiliki oleh seseorang manajer suatu organisasi dalam bisnis. Teori X dan Y
Salah satu model perilaku kepemimpinan adalah teori X dan Y yang di kemukakan oleh Douglas Mc Gregor. Teori X dan Y didasarkan pada berbagai asumsi tentang para karyawan atau pegawai dan bagaimana memotivasi mereka. Berbagai asumsi yang mendasari teori X dan Y adalah:
Teori X Karyawan cenderung tidak suka (malas) bekerja, kalau mungkin menghindarinya. Karyawan selalu ingin diarahkan
Manajer harus selalu mengawasi kerja.
Teori Y Karyawan suka bekerja. Karyawan yang memiliki komitmen pada tujuan organisasi akan dapat mengarahkan dan mengendalikan dirinya sendiri. Karyawan belajar untuk menerima bahkan mencari tanggung jawab pada saat bekerja.
Asumsi yang dikembangkan dalam Teori X pada dasarnya cenderung negative dan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi adalah gaya kepemimpinan petunjuk (directive leadership style). Gaya kepemimpinan petunjuk sanngatlah tepat diterapkan manakala karyawan yang menjadi bawahannya tersebut cenderung pasif, malas bekerja, tidak kreatif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, peran pengarahan yang dilakukan oleh manajer suatu organisasi menjadi sangatlah dominanan dan penting bagi kemajuan organisasinya 3
tersebut. Tanpa arahan yang jelas dan baik, kinerja karyawan akan buruk, tugas-tugas pekerjaan yang dibebankan tidak dapat diselesaikan tepat waktu, atau kualitas penyelesaian pekerjaannya rendah. Dalam hal ini, komunikasi yang dikembangkan antara manajer dengan para karyawannya cenderung menjadi komunikasi satu arah yaitu komunikasi dari manajer ke bawahan (topdown communications). Sumber komunikasi lebih didiominasi dari manajer, sehingga bawahan cenderung hanya mengiyakan, tidak punya inisiatif, dan tinggal melaksanakan saja tanpa memahami apa maksud dan tujuan atau latar belakang pelaksanaan tugas tersebut. Sementara itu, asumsi yang dikembangkan dalam Teori Y pada dasarnya cenderung positifdan gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah gaya kepemimpinan partisipatif (participative leadership style). Dalam Teori Y diasumsikan bahwa karyawan cenderung berperilaku positif. Karyawan pada dasarnya memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak malas bekerja, ingin kerja mandiri, dan memiliki komitmen yang tinggi dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Di samping itu, karyawan juga memiliki kecenderungan untuk memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap setiap pekerjaan yang mereka kerjakan. Oleh karena itu, gaya kepemimpina yang diterapkan dalam situasi tersebut adalah gaya kepemimpinan partisipatif di mana para karyawan dilibatkan di dalam proses pengambilan keputusan. Dalam gaya kepemimpinan partisipatif tersebut, komunikasi yang dikembangkan antara manajer dan bawahan adalah komunikasi dua arah. Manajer juga memberikan kesempatan kepada bawahan untuk menyampaikan idea tau gagasannya (masukan), yang sangat berharga bagi pengembangan suatu organisasi. Ringkasannya, dalam Teori X dan Y Douglas McGregor berusaha mengungkapkan bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja dan sekaligus bagaimana gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam situasi lingkungan kerja yang berbeda, termasuk bagaimana komunikasi antarpribadi (manajer dan bawahan) tersebut dikembangkan dalam lingkungan kerjanya. Empat Gaya Kepemimpinan
a. Pengarahan (directing) Gaya kepemimpinan yang digunakan pada situasi karyawan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menjalankan tugasnya. Harus mampu menjelaskan sejelas mungkin dan rinci tentang apa yang harus dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, dan kapan pekerjaan tersebut harus dapat diselesaikan. b. Pembekalan (coaching) Gaya kepemimpinan ini digunakan pada situasi karyawan telah memiliki pengalaman yang cukup dalam menyelesaikan tugasnya dan motivasi untuk menyelesaikan tugasnya masih tinggi. Memberikan penjelasan seperlunya terhadap tugas dan pekerjaan yang belum dipahami dengan baik oleh para anggota. c. Dukungan (supporting) Gaya kepemimpinan ini digunakan pada situasi karyawan telah mengenal teknik-teknik yang di runtut dan telah mengembangkan hubungan yang baik dengan seorang manajer. Lebih banyak terlibat dalam berbagai keputusan kerja dan memperoleh berbagai masukan atau saran-saran dari para anggota yang sangat berharga bagi peningkatan prestasi kerja. d. Pendelegasian (delegating) Gaya kepemimpinan ini digunakan pada situasi karyawan telah memahami dengan baik tugas pekerjaan yang harus diselesaikan sehingga layak mendapat pendelegasian dari manajer. 4
Walaupun sudah ada perwakilan/pendelegasian, juga harus tetap melakukan pemantauan (monitoring) atas kinerja para anggotanya, untuk memastikan bahwa mereka tetap berada pada jalur sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Gaya Kepempinan Situasional
Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang manajer suatu organisasi (bisnis) dapat saja berubah seiring dengan perubahan dinamika yang berkembang dalam diri karyawan.Karyawan memiliki kemampuan yang baik tentang kemampuan yang baik tentang bagaimana menyelesaikan tugas dan pekerjannya dengan baik.oleh karena itu,gaya kepemimpinan yang telah dipilih dalam suatu situasi dan kondisi tertentu barangkali tepat diterapkan pada saat itu,tetapi jika situasi dan kondisi yang telah berubah,gaya kepemimpinan yang diterapkan juga dapat berubah.Gaya kepemimpinan ini disebut gaya kepemimpinan situasional.Ada tiga kemampuan/keterampilan yang perlu diperhatikan dalam menerapkan kepemimpinan situasional tersebut,antara lain: a. Keterampilan Analitis
Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer dalam melakukan evaluasi atu penilaian kinerja bawahan (karyawan) dalam melaksanakan pekerjaan mereka. b. Keterampilan fleksibilitas
Keterampilan yang harus dimiliki seorang manajer dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang diterapkan dapat berbeda. c. Keterampilan komunikasi
Keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer untuk menyampaikan ide atau gagasannya kepada bawahan, termasuk bagaimana ia menjelaskan perubahan gaya kepemimpinannya kepada bawahannya.Yang terpenting adalah bagaimana menyampaikan ide atau gagasan tersebut dengan jelas dan mudah dipahami dengan baik oleh karyawan, sehingga dapat dihindarkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Kepemimpinan Inti Dalam situasi lingkungan kerja yang selalu dinamis, gaya kepemimpinan yang diterapkan juga berbeda. Oleh karenanya, seorang manajer yang efektif harus dapat memahami dengan baik dan tepat bagaimana kondisi lingkungan kerja yang ada, termasuk latar belakang para karyawan yang ada dalam suatu organisasi tersebut. Menurut Hellriegel dan Slocum, seorang manajer yang dinamis harus memiliki lima kemampuan yang dikenal sebagai keahlian kepemimpinan inti yaitu: a. Pemberdayaan Pemberdayaan pada dasarnya merupakan kemampuan seorang manajer untuk berbagi pengaruh dan kendali dengan para karyawannya.Dalam hal ini seorang manajer dapat memberdayakan para karyawan untuk terlibat secara langsung dalam suatu proses pengambilan keputusan bagi pencapaian tujuan suatu organisasi. b. Intuisi Dalam dunia bisnis praktis,sering kali para pelaku bisnis menggunakan intuisi yang dimilikinya bagi pengambilan suatu keputusan strategis.Menurut Griffin (2002),intuisi adalah keyakinan bawaan dalam diri seorang mengenai sesuatu tanpa pertimbangan sadar.Manajer kadang-kadang memutuskan sesuatu karena “Rasanya benar” atau karena firasat.Firasat 5
kadang-kadang dapat membantu manajer membuat keputusan tanpa melalui urutan langkah yang rasional. Hasilnya adalah kemampuan untuk memahami situasi secara tepat dan mengantisipasi terjadinya perubahan, keberanian mengambil risiko, dan sekaligus bagaimana membangun kepercayaan kepada orang lain. c. Pemahaman diri Pemahaman diri pada dasarnya merupakan kemampuan untuk mengenal diri sendiri, baik kekuatan maupun kelemahannya. Seorang manajer harus dapat menilai apa saja kekuatan yang dimilikinya dan juga kelemahan yang ada pada dirinya. Kemampuan mengenal diri yang baik akan membantunya dalam mengembangkan diri di masa depan. Kekuatan yang ada pada diri seseorang dapat senantiasa dikembangkan, sementara kelemahan yang ada pada diri sendiri secara bertapat dapat diatasi dengan cara belajar dan berlatih. d. Visi Kemampuan untuk berimajinasi pada situasi yang berbeda dan situasi yang lebih baik dengan cara bagaimana mencapainya. Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan diperlukan komitmen yang tinggi baik bagi karyawan,manajer,dan pemegang saham. Salah satu cara yang dapat dilkukan adalah melibatkan para karyawan untuk memberikan masukan yang sangat berharga dalam perbaikan yang terus-menerus bagi pencapaian visinya. e. Kesesuaian Nilai Kemampuan untuk memenuhi dan memadukan prinsip-prinsip organisasi dengan nilai-nilai karyawan. Ketidak sesuaian antara keduanya juga berdampak pada terganggunya kelancaran kegiatan operasional suatu organisasi perusahaan. D. Kebutuhan Manusia Setiap orang tentu saja memiliki berbagai macam kebutuhan hidup dan kehidupan yang berbeda, mulai dari kebutuhan dasar manusia hingga kebutuhan yang tergolong kebutuhan mewah. Oleh karena itu, muncullah berbagai macam teori yang mencoba mengupas secara tuntas fenomena tentang aneka kebutuhan hidup manusia tersebut. Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow
Teori hierarki/jenjang kebutuhan menyatakan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan secara berjenjang yaitu: a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs) Merupakan kebutuhan tingkat pertama dan utama bagi kelangsungan hidup (survival) mislanya makan, minum, pakaian, perumahan. b. Kebutuhan Keamanan (Safety Needs) Setelah kebutuhan dasar manusia terpenuhi, maka manusia berupaya memenuhi tingkat kebutuhan akan rasa aman dan nyaman, keselamatan dan lain-lain. c. Kebutuhan Sosial (Love and Belonging Needs) Manusia memiliki kebutuhan sosial berkaitan dengan kegiatan kemasyarakatan, bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain sebagai anggota masyarakat. d. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs) 6
Kebutuhan manusia berkaitan dengan pengakuan, penghargaan dan tingkatan sosial di masyarakat. Manusia ingin diakui, dihargai dan dinilai segala kegiatannya di dalam masyarakat. e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-actualizations Needs) Kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkatan kebutuhan tertinggi menurut Abraham Maslow, dalam hal ini bagaimana seseorang mampu mengkatualisasikan dirinya dalam berbagai kegiatan yang menumbuhkan kreativitas, inovasi-inovasu baru maupun menujukan sifat kearifan dan kebijaksanaan. Teori Dua-Faktor
Menurut Frederick Herzberg, teori dua-faktor/motivasi kesehatan merupakan pengembangan dari teori hierarki Abraham Maslow, yaitu faktor ketidakpuasan (dissatisfiers factor) dan faktor kesehatan. Teori Dua-Faktor Pendekatan lain yang digunakan untuk mengetahui sumber motivasi seseorang dalam menyesuaikan suatu pekerjaan dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan teori dua faktor/motivasi kesehatan. Menurut teori dua faktor Herzberg, dalam menunaikan tugas/pekerjaannya, karyawan sangat dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu faktor dissatisfiers/hygiene dan faktor motivator. Faktor ketidakpuasan (dissatisfears factor) atau faktor kesehatan (hygiene factor) merupakan faktor yang mempertahankan/menjaga tingkat motivasi kerja karyawan jika faktor tersebut diberikan secara tepat. Sementara itu, faktor pendorong (motivator factor) merupakan faktor penting yang mampu memberikan dorongan atau motivasi kerja bagi para karyawannya. Komponen Teori Dua-Faktor
Faktor Hygiene (sumber ketidakpuasan kerja) Kondisi kerja Kebijakan perusahaan Supervisi Gaji Hubungan dengan rekan kerja Status Keamanan kerja Kehidupan pribadi
Faktor Motivator (sumber kepuasan kerja) Pekerjaan itu sendiri Tanggung jawab Pengakuan Prestasi Promosi Pertumbuhan Pengembangan
E. Mendengarkan sebagai Keahlian Antarpribadi Kegiatan mendengarkan orang lain merupakan kegiatan yang sudah sering dilakukan, baik yang dilakukan melalui bertatap muka maupun dalam suatu kelompok. Setisp individu memiliki tujuan ketika mendengarkan sesuatu,antaralain berinteraksi dengan orang lain, menerima informasi, mengatasi masalah,dan saling berbagi perasaan dengan orang lain. Dalam komunikasi Antarpribadi (interpersonal comunication) kegiatan mendengarkan (menyimak) suatu percakapan dengan orang lain merupakan bagian penting dalam memahami suatu pesan yang disampaikan oleh orang lain. Dalam hal ini, istilah mendengarkan (listening) bukanlah kegiatan yang statis tetapi dinamis, yaitu merupakan kegiatan mendengar secara aktif percakapan dengan orang lain yang dituntut adanya konsentrasi secara penuh dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor penganggu dalam suatu percakapan tersebut. Oleh karena itu, kegiatan mendengar itu sendiri bukanlah pekerjaan 7
yang mudah dan perlu perhatian yang cukup. Semakin banyak berlatih mendengarkan, maka akan semakin baik dalam memahami suatu percakapan dengan orang lain. Sebagai contoh, ketika seorang manajer sedang menyampaikan persentasi bisnis di suatu ruang pertemuan, tiba-tiba salah satu telepon genggam seorang peserta (karyawan) berdering. Dering telepon tersebut dapat membuyarkan atau menganggu konsentrasi para peserta yang sedang mendengarkan persentasi tersebut. Menurut Lehman, Himstreet, dan Baty kebanyakan para manajer dalam setiap harinya menghabiskan waktu kerjanya untuk mendengarkan (listening) dan berbicara (speaking) dengan para supervisor, karyawan, pelanggan, dan berbagai asosiasi bisnis. Mendengarkan menjadi begitu penting sebagaimana berbicara atau berpidato dihadapan audiens. Kebiasaan sebagai pendengar yang efektif akan menghasilkan beberapa hal yang positif, antara lain: Pendengar yang baik akan disukai orang lain karena mereka dapat memuaskan kebutuhan dasar manusia untuk didengarkan. Kinerja/prestasi kerja karyawan meningkatkan ketika pesan yang diterima tersebut dapat dimengerti dengan baik. Umpan balik yang akurat dari karyawan akan berdampak positif bagi hasil kerjanya. Manajer dan karyawan akan terhindar dari munculnya kesalahpahaman dalam penyampaian suatu pesan. Pendengar yang baik akan dapat memisahkan mana fakta dan mana yang sekedar gosip. Pendengar yang efektif juga akan dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik dan peningkatan kepuasan kerja. Kepuasan kerja meningkat karena mereka tahu apa yang terjadi.kapan mereka mendengar dan kapan mereka berpartisipasi di dalamnya yang tumbuh dari komunikasi yang baik. Mengingat betapa pentingnya kebiasaan mendengarkan yang baik, maka ada beberapa saran agar dalam kegiatan mendengarkan bisa berlangsung secara efektif, antara lain:
Perhatikan dengan baik siapa yang berbicara tersebut, mulai dari gerakannya, kontak mata, nada suara, dan ekspresi wajahnya. Perhatian anda tersebut akan dapat membantu pemahaman terhadap apa yang dimaksudkan tersebut. Berikan umpan balik, seperti apakah mereka sudah mengerti atau belum, apakah ada pertanyaan, atau pernyataan setuju atau tidak setuju terhadap apa yang telah disampaikan tersebut. Mendengarkan membutuhkan waktu, oleh karena proses komunikasi yang dilakukan secara tatap muka sebagaimana seorang pengirim dan penerima pesan. Gunakan pengetahuan anda tentang orang yang berbicara tersebut untuk dapat menarik manfaat yang positif bagi anda.
Daftar Istilah Penting Core Leadership Skills Empowerment Esteem Needs Interpersonal Communications Interpersonal Skills
Physyplogical Needs Safety Needs Self-actualization Needs Sel-Understanding Sosial Needs 8
Intuition Leadership Style Listening
Speaking Vision
9
PUSTAKA Businness Communications, Mary Ellen Guffey, Kathleen Rhodes, Patricia Rogin, edisi keempat, 2006. Courtland L, Bovee / john V Thill, Komunikasi Bisnis , Edisi kedelapan, Copyright © 2006 Lembaga Manajemen FEUMB 2008. Drs Mohama Wahdi, MBA, Edisi pertama, 2011. Katz, Bernard. 1994. Turning Practical Communication into Business Power. (Terjemahan). Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Luthans, Fred. 1973. Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill. Pace, R. Wayne and Don F. Faules. 1998. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. (Terjemahan). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Purwanto, Djoko. 2011. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga. Rakhmat, Jalaluddin. 1993. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Robbins, Stephen P. 1996. Organizational Behavior: Concepts, Controversies, Applications. (Terjemahan). Seventh edition. Jakarta: PT. Prenhallindo.
10