Makalah Plant Asset, Natural Resources Dan Intangible Asset (1).docx

  • Uploaded by: Ine Ainun
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Plant Asset, Natural Resources Dan Intangible Asset (1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,906
  • Pages: 27
Disusun oleh : Fitriyani

(0118103066)

Radisti Radianti

(0118104003)

Ine Ainun Jaariyah

(0118104006)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA 2019

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Adapun tujuan dan maksud dari makalah ini, yaitu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Akuntansi II. Dengan tersusunnya makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Satu harapan yang kami inginkan semoga makalah ini dapat diterima dengan baik oleh pembaca dan kami juga meminta maaf dan mohon pemakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan kami yang kurang tepat. Dengan ini kami persembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT. memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Amin.

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi dicatat untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama bagi operasi perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah mengenal proses penyusunan laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun yang sesuai dengan ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dengan bukti transaksi, jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, neraca lajur, laporan keuangan (laporan laba rugi, neraca, laporan perubahan ekuitas), jurnal penutup, neraca saldo setelah pentupan, dan jurnal balik. Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap, kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva tetap, yaitu berbagai jenis aktiva dapat digunakan lebih dari satu periode untuk operasi perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud. Oleh karena itu perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva tetap.Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam aktiva tetap sebuah perusahaan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan plant asset, natural resource, dan intangible asset dan apa saja jenisnya? 2. Bagaimana cara menentukan harga perolehan plant asset dan bagaimana jurnalnya? 3. Apa itu penyusutan? Dan bagaimana cara menghitung penyusutan plant asset dan bagaimana jurnal penyesuaiannya? 4. Bagaimana penyajiam plant asset dalam laporan posisi keuangan?

BAB II PEMBAHASAN

A. PLANT ASET (ASET TETAP)

I.

Pengertian Asset Tetap Aktiva tetap atau asset tetap atau fixed asset atau plant asset sebenarnya sama. Jadi Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI) sebenarnya sudah tidak merekomendasikan penggunaan istilah aktiva tetap. Istilah aktiva tetap diadopsi dari fixed assets dalam Bahasa Inggris. Akan tetapi Istilah yang digunakan dalam standar akuntansi saat ini adalah aset tetap yang memiliki arti yang sama dengan property, plant and equipment. Menurut Abdul Halim dan Bambang Supomo (2001: 154) aktiva tetap adalah : “Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki dan digunakan untuk beroperasi dan memiliki masa manfaat di masa yang akan datang lebih dari satu periode anggaran serta tidak dimaksudkan untuk dijual.” Menurut PSAK 16 dan SAK ETAP, aset tetap adalah aset berwujud yang: 

dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan



diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Aset tetap memiliki tiga karakteristik, yaitu :

1. Memiliki substansi fisik (bentuk dan ukuran/berwujud) dan mempunyai manfaat ekonomi di masa depan 2. Digunakan dalam operasi bisnis 3. Tidak dimaksudkan untuk dijual kepada pelanggan Jadi, dapat disimpulkan aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki dan digunakan untuk beroperasi serta memiliki masa manfaat di masa yang akan datang lebih dari satu periode akuntansi (12 bulan) serta tidak dimaksudkan untuk dijual.

II.

Jenis- jenis Asset Tetap

a) Tanah (Land) b) Gedung (Building)

c) Peralatan (Equipment) d) Mesin e) Kendaraan (Vehicle) Berdasarkan sifatnya, aset tetap dapat dibagi dua jenis: 

Aset tetap berwujud yang memiliki penggerak, contohnya: kendaraan (mobil,motor) dan mesin



Aset tetap berwujud yang tidak memiliki penggerak, contohnya: tanah, bangunan dan peralatan.

Aset tetap dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 

Aset tetap dengan umur terbatas yaitu aset tetap yang memberikan jasa penggunaan bagi operasi perusahaan dalam jangka waktu tertentu, disebut depreciable asset, contohnya bangunan, mesin dan peralatan.



Aset tetap dengan umur tidak terbatas yaitu aset tetap yang tidak akan habis digunakan atau tidak diketahui kapan jasa yang diberikan oleh aset tetap tersebut akan, disebut nondepreciable assets, contohnya tanah.

III.

Perolehan Asset Tetap

Aset tetap mula-mula dicatat dengan harga perolehan (at cost). Harga perolehan adalah semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh asset tetap tersebut sampai dengan aset tersebut siap untuk digunakan. Unsur biaya perolehannya yaitu : 

Harga beli, termasuk biaya hukum dan broker, bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan, setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lainnya.



Biaya-biaya yang dapat didistribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen.

Penentuan dan perhitungan biaya perolehan aset tetap : 1. Biaya perolehan tanah Biaya perolehan tanah mencakup seluruh biaya untuk memperoleh dan menyiapkan tanah sesuai tujuan penggunaannya. Biaya perolehan tanah biasanya mencakup: a. Harga beli (biaya untuk memperoleh hak atas tanah). b. Biaya penutupan transaksi, misalnya BPHTB, honorarium notaris. c. Komisi perantara real estate. d. Biaya perataan, pengurukan, pengaliran air (drainase), dan pembersihan.

e. Biaya pencoretan hak tanggungan atas tanah.

Contoh penghitungan dan jurnal pengakuan aset tetap (tanah) PT ABC membeli real estate yang harga tunainya $100.000. Di atas tanah itu berdiri gudang tua yang harus diratakan karena tidak sesuai dengan tujuan penggunaan oleh PT ABC. Setelah dikurangi hasil penjualan sisa-sisa bangunan lama tersebut, PT ABC masih harus mengeluarkan dana untuk meratakan tanah sebesar $3.000 (biaya total $5.000 dikurangi hasil penjualan sisa material $2.000). Honorarium notaris sebesar $1.000 dan komisi perantara sejumlah $4.000 juga ditanggung oleh pihak PT ABC. Perhitungan biaya perolehan tanah : Harga tunai tanah

$100.000

Biaya perataan gudang lama ($5.000-$2.000)

3.000

Honorarium notaris

1.000

Komisi perantara

4.000 +

Biaya perolehan tanah

$108.000

Maka jurnal untuk mencatat perolehannya : Land

$108.000 Cash

$108.000

Biaya penyempurnaan tanah atau perbaikan tanah adalah semua pengeluaran yang diperlukan untuk menyempurnakan dan meningkatkan fungsi tanah sesuai tujuan penggunaan. Contoh perbaikan tanah adalah jalan, tempat parkir, pagar, taman, dan alat penyiram air bawah tanah. Perbaikan tanah disusutkan selama masa manfaatnya dan dilaporkan terpisah dari tanah (sebagai pos aset tersendiri dalam kategori aktiva tetap).

2. Biaya perolehan bangunan Biaya perolehan bangunan mencakup semua biaya yang terkait langsung dengan pembelian atau pendirian bangunan. Biaya pembelian bangunan bisa mencakup: 

Harga beli, biaya penutupan transaksi, dan komisi perantara real estate.



Remodeling dan penggantian atau perbaikan atap, lantai, kabel listrik, dan pipa saluran air.

Biaya konstruksi bisa mencakup harga kontrak ditambah pembayaran-pembayaran untuk honorarium arsitek, IMB, dan penggalian (ekskavasi). 3. Biaya perolehan peralatan Biaya perolehan peralatan mencakup semua biaya yang timbul dalam rangka pembelian dan penyiapan peralatan sesuai tujuan penggunaannya. Biaya perolehan peralatan biasanya mencakup: harga beli, PPN, biaya angkut, asuransi dalam perjalanan, biaya perakitan dan instalasi, biaya pelaksanaan uji coba, dll. Contoh penghitungan biaya perolehan aset tetap (peralatan) PT BBM membeli mesin produksi yang harga tunainya $20.000. Pengeluaran-pengeluaran terkait meliputi PPN $2.000, asuransi perjalanan $200, dan biaya instalasi dan pengujian $500. Maka perhitungan biaya perolehannya : Harga tunai

$20.000

PPN

2.000

Asuransi perjalanan

.200

Biaya instalasi dan pengujian

500 +

Biaya perolehannya

$22.700

Jurnal untuk mencatat perolehannya : Equipment

$22.700

Cash

$22.700

Aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, yaitu : 

Pembelian Aset: 1. Tunai (kas) 2. Kredit (angsuran)



Perolehan dengan pertukaran (trade in)



Perolehan dengan sewa guna usaha modal (leasing)



Perolehan dengan membangun sendiri



Perolehan dengan hibah, bantuan, atau pemberian

a) Pembelian Tunai Aset tetap yang diperoleh dengan dibeli secara tunai dicatat sebesar nominal yang dibayarkan, yang terdiri atas harga beli aset tetap termasuk juga didalamnya bea impor dan PPN masukan ditambah semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan aset tetap tersebut seperti beban angkut, biaya pasang, ongkos balik nama, beban bongkar muat, juga biaya seperti membayar profesional yang dibutuhkan. Dan jika dalam pembelian tunai aset tetap terdiri dari berbagai macam aset tetap, maka harga pokok masing-masing aset tersebut ditetapkan berdasar harga pasar relatif, jika harga pasar relatif tidak diketahui, alokasi harga perolehan aset bisa dilakukan berdasar surat bukti dari suatu entitas/lembaga independen misalnya pajak. Contoh: Pada tanggal 1 April 2017 dibeli tunai sebuah kendaraan seharga Rp.30.000.000,00. Biaya balik nama Rp.1.800.000,00, biaya bongkar muat, Rp. 600.000,00, dan biaya asuransi Rp. 600.000,00 Pencatatan wajar:

Tgl

Keterangan

Ref Debet (Rp)

Kredit (Rp)

2017 Agt 01

Kendaraan Kas

32.400.000,00 32.400.000,00

Pencatatan tidak wajar: Tgl

Keterangan

Ref Debet (Rp)

Kredit (Rp)

2017 Agt

Kendaraan

30.000.000

01 Biaya Balik Nama

1.800.000

Biaya Bongkar Muat

600.000

Biaya Asuransi

600.000

Kas

30.000.000

Mengapa pada penjurnalan yang pertama dikatakan wajar sedangkan penjurnalan kedua tidak wajar ? Ini dikarenakan, hendaknya pengeluaran/biaya yang dikeluarkan diakui saat periode dimana manfaat atas pengeluaran tersebut akan didapat/diperoleh. Dalam contoh tadi, apabila dilakukan penjurnalan seperti yang kedua, maka ketika penutupan buku akan terlihat beban yang sangat tinggi, ataupun bahkan mungkin PT. Blimbing terlihat seperti mengalami Rugi yang sangat besar karena pembebanan biaya kirim dan biaya instalasi secara bersamaan. Sementara itu aset tetap mesin yang diperoleh masih belum menghasilkan produk (output), atau masih tidak memberikan manfaat dan pada periode berikutnya laba akan nampak tinggi karena biaya yang diakui saat pembelian mesin yang sudah dimanfaatkan tidak ada karena sudah diakui saat periode pembelian.. Pencatatan menjadi wajar jika semua biaya biaya yang dikeluarkan tadi dikapitalisi atau diakui sebagai harga perolehan mesin lalu kemudian pembebanannya dialokasikan secara bertahap pada periode berikutnya, periode dimana manfaat aset tetap mesin tersebut dirasakan.

b) Pembelian Secara Angsuran Dalam perolehan aktiva tetap dengan membelinya secara kredit (pembayarannya secara cicilan), maka tidak perlu adanya pengeluaran kas sekaligus, tetapi kas dikeluarkan secara bertahap sesuai deal kesepakatan bersama kredito. selain itu dengan transaksi pembelian aset secara kredit ini akan menimbulkan bunga yang harus dibayar. Aktiva tetap yang diperoleh dengan pembelian angsuran, dalam menentukan harga perolehannya tidak termasuk bunga didalamnya. Bunga yang timbul dibebankan pada saldo yang belum dibayar atas kontrak dicatat sebagai biaya. Contoh: Pada tanggal 1 April 2017 dibeli sebuah mesin dengan 60 kali angsuran bulanan Rp.500.000,00. Harga tunai mesin tersebut Rp.24.000.000,00

Tgl

Keterangan

Ref Debet (Rp)

Kredit (Rp)

2017 Agt 01

Mesin Bunga yg ditangguhkan Utang angsuran

24.000.000,00 6.000.000,00 30.000.000,00

Penjelasannya. Aktiva yang dibeli secara kredit atau yang pembayarannya diangsur jangka panjang harus dicatat sebesar harga tunainya. Selisih antara harga tunai dengan jumlah seluruh angsuran diperlakukan sebagai bunga dan dialokasikan secara proporsional sebagai beban bunga periodeperiode selama masa kontrak pembelian, jurnal setiap angsuran adalah sebagai berikut :

Tgl

Keterangan

Re Debet (Rp)

Kredit

f

(Rp)

2017 Mei 01 Utang angsuran Beban Bunga

500.000,00 100.000,00

Bunga yg ditangguhkan

100.000,00

Kas

500.000,00

c) Pembelian Aset Tetap secara Gabungan (Lumpsum)

Apabila aset tetap yang dibeli secara gabungan, atau lebih dari satu jenis aset tetap, harga perolehannya dialokasikan atau dibagi kepada masing masing aset tersebut. pengalokasian harga perolehan gabungan berdasar pada perbandingan nilai wajar pada tiap aset yang bersangkutan.

Contoh : Suatu tanah, bangunan dan peralatan diperoleh dengan harga Rp.8000.000 menurut taksiran fiskus, harga masing-masing aktiva tersebut adalah : Tanah Rp. 3.100.000 bangunan Rp. 2.500.000 dan peralatan Rp. 1.500.000 maka untuk menentukan harga perolehan masing-masing aktiva tersebut adalah :

Aset

Taksiran Fiskus

Tetap

Tanah

Rp. 3.100.000

Alokasi

HP

Berdasarkan

Nilai

Relative

yang

Harga Perolehan

Ditaksirkan (Rp)

Aset Tetap

3.100.000 x 8.000.000

Rp. 3.500.000

7.100.000 Bangunan

Rp. 2.500.000

2.500.000 x 8.000.000

Rp. 2.800.000

7.100.000 Peralatan

Rp. 1.500.000

1.500.000 x 8.000.000

Rp. 1.700.000

7.100.000 Jumlah

Rp. 7.100.000

Rp. 8.000.000

Jurnalnya : Tanah

Rp. 3.500.000

Gedung

Rp. 2.800.000

Peralatan

Rp. 1.700.000

Kas

Rp. 8.000.000

* Aset yang di catat adalah harga perolehan bukan taksiran dari fiskus, tapi setelah ditambahi pembagian selisih harga beli secara keseluruhan yang sudah didistribusikan.

d) Dibeli Dengan Saham/Obligasi atau Menerbitkan Surat Berharga (Insuence of Securities) Aset yang diperoleh dengan surat berharga (saham atau obligasi) diakui senilai harga pasar saham/obligasi. Apabila harga pasar sahamnya tak diketahui maka harga perolehan aset diakui sebesar harga pasar dari aset yang diperoleh. Pertukaran aset dengan surat berharga dicatat dalam akun rekening hutang obligasi atau modal saham sebesar nilai nominal. Selisih nilai tukar dengan nilai nominal diakui dan dicatat dalam rekening Premium (Agio Saham) atau Discount (Disagio Saham).

Contoh: PT. Foraz menukar 2.000 lembar saham biasa dengan nominal Rp 10.000/lembar, diketahui pada saat pertukaran harga pasar saham Rp. 11.000 /lembar, maka:

Nilai Kurs

2.000 x Rp 11.000

=

Rp 22.000.000

Nilai Nominal

2.000 x Rp 10.000

=

(Rp 20.000.000)

=

Rp 2.000.000

Premium on Common Stock

Tgl

Keterangan

Ref

Debet (Rp)

Kredit (Rp)

2017 Mei 01 Machine

22.000.000

Common Stock

20.000.000

Premium on Common Stock

2.000.000

e) Penentuan Harga Perolehan Berbagai Aset Tetap Dengan Cara Hibah Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah harus diakui sebesar nilai pasar wajarnya dan apabila dalam menerima hadiah atau sumbangan tersebut dikeluarkan biaya, maka modal hadiah akan berkurang sebesar biaya tersebut. Contoh: PT. Foraz memperoleh sumbangan atau hadiah dari pemerintah berupa tanah dan bangunan dengan nilai masing-masing Rp. 40.000.000,00 dan Rp. 60.000.000,00. Tgl

Keterangan

Ref

Debet (Rp)

Kredit (Rp)

2017 Mei 01 Tanah

40.000.000

Gedung

60.000.000

Modal Sumbangan

100.000.000

Apabila dalam menerima hadiah tersebut dikeluarkan biaya Rp. 2.000.000,00 maka jurnalnya: Tgl

Keterangan

Ref

Debet (Rp)

Kredit (Rp)

2017 Mei 01 Tanah Gedung

40.000.000 60.000.000

Modal Sumbangan

98.000.000

Kas

2.000.000

IV. Penyusutan Asset Tetap Penyusutan atau depresiasi asset tetap adalah proses pengalokasian biaya perolehan asetaset berwujud menjadi beban (expense) secara sistematik dan rasional ke periode-periode yang diharapkan mendapatkan manfaat dari penggunaan aset-aset berwujud tersebut. Penyusutan merupakan proses alokasi biaya, bukan penilaian aset. Penyusutan bisa diterapkan untuk penyempurnaan tanah, bangunan, dan peralatan, tapi tidak untuk tanah. Penyusutan dilakukan karena kemampuan aset untuk menghasilkan pendapatan akan menurun selama masa manfaat aset.

Faktor-faktor yang diperhitungkan dalam penyusutan aktiva tetap meliputi: 

Biaya perolehan, yaitu semua pengeluaran yang diperlukan untuk memperoleh aset dan menyiapkannya sesuai tujuan penggunaan.



Umur manfaat, yaitu estimasi umur harapan aset berdasarkan kebutuhan reparasi, umur layanan, serta kerentanan keusangan.



Nilai residu, yaitu estimasi nilai aset pada akhir masa manfaat.

Metode penyusutan yang umum digunakan dalam praktik adalah: 

Metode garis lurus (straight line method)



Metode unit aktivitas (unit-of-activities method)



Metode saldo menurun (declining-balance)



Metode jumlah angka tahun

Contoh penyusutan Asset tetap Pada tanggal 1 Januari 2018, PT Oemar Bakrie membeli satu unit truk. Biaya perolehan truk itu Rp13.000, estimasi nilai residu Rp1.000, estimasi umur manfaat 5 tahun atau 100.000 km. Metode garis lurus Cara menghitung penyusutan garis lurus dilakukan dengan dua tahap: 1. Menghitung besarnya biaya yang disusutkan, yaitu biaya perolehan dikurangi nilai residu. Jumlah yang disusutkan untuk truk yang dibeli PT Oemar Bakrie adalah Rp12.000 (Rp13.000 – Rp1.000). 2. Menghitung besarnya beban penyusutan, yaitu dengan membagi biaya yang disusutkan dengan umur manfaat aset. Beban penyusutan untuk truk yang dibeli PT Oemar Bakrie adalah Rp2.400 (Rp12.000 ÷ 5 tahun) per tahun. Metode garis lurus menghasilkan jumlah penyusutan yang sama tiap-tiap tahun seperti ditunjukkan dengan tabel penyusutan berikut:

Contoh jurnal penyusutan dengan metode garis lurus yang dibuat pada akhir tahun adalah sebagai berikut:

Metode unit aktivitas Metode unit aktivitas juga biasa disebut metode unit produksi (terutama untuk penyusutan mesin produksi). Cara menghitung penyusutan dengan metode unit aktivitas adalah sebagai berikut: 1. Menghitung besarnya biaya yang disusutkan, yaitu biaya perolehan dikurangi nilai residu. Jumlah yang disusutkan untuk truk yang dibeli PT Oemar Bakrie adalah Rp12.000 (Rp13.000 – Rp1.000). 2. Menghitung tarif penyusutan per unit aktivitas, yaitu dengan membagi biaya yang disusutkan dengan umur manfaat aset dalam unit aktivitas. Tarif penyusutan per unit aktivitas untuk truk yang dibeli PT Oemar Bakrie adalah Rp0,12 (Rp12.000 ÷ 100.000km). 3. Menghitung besarnya beban penyusutan, yaitu dengan mengalikan tarif penyusutan per unit aktivitas dengan aktivitas sesungguhnya selama periode. Jika selama tahun 2018, truk PT Oemar

Bakrie menempuh jarak 15.000km, beban penyusutan untuk tahun 2018 adalah Rp1.800 (Rp0,12 × 15.000). Besarnya penyusutan tiap tahun bervariasi tergantung pada aktivitas sesungguhnya sebagaimana diilustrasikan dalam tabel penyusutan berikut:

Contoh jurnal penyusutan dengan metode unit aktivitas yang dibuat pada akhir tahun adalah sebagai berikut:

Metode saldo menurun Metode saldo menurun menghasilkan beban penyusutan yang semakin mengecil dari tahun ke tahun selama masa manfaat aset. Metode saldo menurun yang sering digunakan adalah metode saldo menurun dua kali tarif penyusutan garis lurus (double-declining balance). Sebagai contoh, jika aktiva tetap yang memiliki estimasi umur manfaat lima tahun disusutkan dengan metode garis lurus, tarifnya adalah 20% atau ⅕. Dengan demikian, tarif saldo menurun yang digunakan adalah 40%, diterapkan terhadap nilai buku pada awal tahun. Nilai residu, meskipun tetap diestimasi, pada awalnya tidak diperhitungkan dalam menentukan beban penyusutan. Untuk truk yang dibeli PT Oemar Bakrie, penyusutan tahun 2018 dengan metode saldo menurun adalah Rp5.200(Rp13.000 × 40%). Pada awal tahun 2019, nilai buku truk adalah Rp7.800, sehingga beban penyusutan tahun 2019 adalah Rp3.120 (Rp7.800 × 40%).

Prosedur yang sama terus dilakukan sampai dengan tahun keempat (sebelum tahun terakhir penggunaan aset). Pada tahun kelima (2022), beban penyusutan dihitung dengan mengurangi nilai buku awal tahun (Rp1.685) dengan estimasi nilai residu yang ditetapkan pada saat perolehan (Rp1.000), sehingga beban penyusutan tahun 2022 adalah Rp685. Dengan demikian, pada akhir tahun kelima, nilai buku aktiva tetap sama dengan nilai residu. Contoh jurnal penyusutan tahun pertama adalah:

Dengan membandingkan tiga metode di atas terlihat bahwa: 

Metode garis lurus menghasilkan beban penyusutan yang merata dari tahun ke tahun.



Metode unit aktivitas menghasilkan beban penyusutan yang bervariasi tergantung pada volume aktivitas.



Metode saldo menurun menghasilkan beban penyusutan yang semakin mengecil dari tahun ke tahun. Meskipun demikian total beban penyusutan selama umur manfaat aset sama, yaitu sebesar

biaya perolehan yang disusutkan.

Penyusutan parsial Penyusutan parsial adalah penghitungan dan pengakuan penyusutan untuk jangka waktu kurang dari satu periode akuntansi (satu tahun). Penyusutan parsial ditentukan dengan mengalikan pecahan bulan yang dicakup dalam penyusutan dibagi dua belas bulan. Contoh berikut menggunakan data yang sama persis dengan ilustrasi sebelumnya, kecuali bahwa pembelian aktiva tetap dilakukan pada tanggal 1 Oktober, bukan 1 Januari.

Pada tanggal 1 Oktober 2018, PT Oemar Bakrie membeli satu unit truk. Biaya perolehan truk itu Rp13.000, estimasi nilai residu Rp1.000, estimasi umur manfaat 5 tahun atau 100.000km. PT Oemar Bakrie menggunakan tahun fiskal yang berakhir tanggal 31 Desember. Maka cara perhitungan penyusutannya : Metode garis lurus Tabel penyusutan parsial dengan metode garis lurus disajikan sebagai berikut:

Perhatikan, pada tahun 2018 beban penyusutan untuk tiga bulan (Oktober – Desember) berjumlah Rp600 (Rp2.400 × 3/12). Jurnal penyusutan untuk tahun 2018 adalah sebagai berikut:

Metode unit aktivitas Tabel penyusutan parsial dengan metode unit aktivitas disajikan sebagai berikut:

Penyusutan parsial dengan metode unit aktivitas dihitung dengan cara yang sama dengan penyusutan tahunan, karena beban penyusutan ditentukan oleh unit aktivitas sesungguhnya, bukan oleh berlalunya waktu. Tabel di atas mengasumsikan bahwa selama periode Oktober – Desember, truk menempuh jarak 15.000km. Jika pada akhir tahun 2022 umur manfaat dalam unit aktivitas telah habis disusutkan tapi truk masih digunakan hingga tahun 2023, pengakuan penyusutan tahun 2023 sudah tidak diperlukan lagi. Ingat, penyusutan adalah alokasi biaya. Jurnal penyesuaian untuk menyusutkan aktiva tetap akhir tahun 2018 adalah sebagai berikut:

Metode saldo menurun Tabel penyusutan parsial dengan metode saldo menurun disajikan sebagai berikut:

Perhatikan, penyusutan untuk tahun 2018 dihitung dengan asumsi satu tahun penuh dan kemudian dikalikan 3/12 karena beban penyusutan hanya diakui untuk periode parsial dari Oktober sampai dengan Desember. Penyusutan tahun berikutnya dilakukan dengan cara yang sama dengan contoh sebelumnya, sisa nilai buku dikalikan dengan tarif saldo menurun. Pada tahun 2023, beban penyusutan adalah selisih nilai buku awal dengan estimasi nilai residu. Metode penyusutan dan pajak penghasilan Regulasi pajak umumnya tidak mengharuskan penghasilan kena pajak dihitung menggunakan metode penyusutan yang sama dengan laporan keuangan komersial. Perusahaan mungkin saja menggunakan metode garis lurus di laporan keuangan komersial untuk memaksimumkan laba bersih dan menerapkan metode penyusutan dipercepat (misalnya saldo menurun) dalam menghitung penghasilan kena pajak.

Revisi penyusutan Revisi penyusutan bisa berupa perubahan metode penyusutan, perubahan estimasi umur manfaat, atau perubahan estimasi nilai residu aktiva tetap. Sebagai contoh, pada saat perolehan suatu item peralatan diestimasi memiliki umur manfaat 5 tahun. Pada akhir tahun ketiga, manajemen memperpanjang niat menggunakan aktiva tetap itu 5 tahun lagi, sehingga umur manfaat yang semula tersisa 2 tahun lagi, menjadi tersisa 5 tahun dengan total umur manfaat menjadi 8 tahun. Standar akuntansi keuangan (PSAK 16) mengharuskan revisi penyusutan hanya diterapkan sejak periode dilakukannya perubahan hingga periode-periode selanjutnya (dianggap perubahan estimasi). Revisi penyusutan tidak diperlakukan secara retrospektif, dalam arti tidak perlu

menyajikan kembali laporan keuangan periode-periode sebelum terjadinya revisi. Revisi penyusutan juga dianggap sebagai kejadian yang normal, tidak dianggap sebagai kesalahan (error). Contoh : Pada tanggal 1 Januari 2018, PT Oemar Bakrie membeli satu unit truk. Biaya perolehan truk itu Rp13.000, estimasi nilai residu Rp1.000, estimasi umur manfaat 5 tahun atau 100.000km. Pada tanggal 1 Januari 2021, PT Oemar Bakrie memutuskan untuk memperpanjang satu tahun estimasi umur manfaat truk itu karena kondisinya yang masih sangat baik. Selama ini PT Oemar Bakrie menggunakan metode garis lurus untuk menyusutkan truk tersebut, dan nilai bukunya per 1 Januari 2021 adalah Rp5.800 (Rp13.000 – Rp7.200). Berapakah

jumlah

beban

penyusutan

untuk

tahun

2021?

Dengan estimasi semula, sisa umur manfaat aktiva tetap per 1 Januari 2021 (awal 2021) adalah 2 tahun lagi (2021 dan 2022). Perpanjangan satu tahun berarti sisa umur manfaat menjadi 3 tahun. Nilai buku per 1 Januari 2021 adalah Rp5.800 dan estimasi nilai residu tidak berubah, yaitu Rp1.000, sehingga beban penyusutan tahunan setelah revisi adalah Rp1.600 ([Rp5.800 – Rp1000] ÷ 3). Jurnal penyusutan untuk tahun 2018 dan tahun-tahun selanjutnya adalah:

Dengan metode garis lurus beban penyusutan jumlahnya sama setiap tahun.

V.Asset Tetap dalam Laporan Posisi Keuangan Beban penyusutan merupakan beban non-tunai. Akun yang dikredit dari jurnal penyusutan adalah Akumulasi Penyusutan. Akumulasi penyusutan adalah kontra akun aset, disajikan di neraca (laporan posisi keuangan) mengurangi aset terkait. Akumulasi penyusutan merupakan akun real yang berarti saldonya diteruskan dan bersifat kumulatif ke periode berikutnya. Contoh penyajian aktiva tetap di neraca adalah sebagai berikut:

B. SUMBER DAYA ALAM (NATURAL RESOURCES)

Sumber alam (minyak bumi, tambang lainnya, kayu) adalah aset yang dapat habis, dikonsumsi secara fisik selama periode penggunaan dan tidak menyisakan karakter fisik. Sumber daya alam dipertimbangkan sebagai aset biolojik oleh IFRS. Karakteristik aset tetap berwujud dalam bentuk sumber daya alam yaitu : • Secara fisik merupakan hasil kegiatan secara operasional • Pengambilan sepenuhnya aset tersebut • Penggantian aset ini hanya dapat dilakukan oleh tindakan alam

Harga perolehan aset sumber daya alam adalah harga yang dikeluarkan untuk memperolehnya dan seluruh persiapan untuk membuat aset tersebut sampai siap digunakan. Biasanya memperoleh hak eksploitasi sumber-sumber alam tersebut perusahaan harus membayar sejumlah uang. Biaya-biaya untuk memperoleh hak pengusahaan sumber-sumber alam dicatat sebagai aset tetap dan diamortisasikan. Pengurangan nilai itu secara berkala dibebankan dalam laporan laba-rugi, yang dalam hal sumber-sumber alam disebut deplesi.

Deplesi merupakan istilah lain dari penyusutan atau amortisasi. Deplesi digunakan khusus untuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya. Penggunaannya didasarkan atas tahun berjalan produksi sebagai hitungan pecahan kapasitas total, dan penentuannya pada dasarnya sama dengan metode unit produksi. Pencatatan Deplesi Metode deplesi yang diapakai biasanya unit produksi (pendekatan aktivitas). Deplesi dihitung dari deplesi/unit dikalikan jumlah yang ditambang selama satu periode. Rumus: • Deplesi per unit = Total biaya – nilai residu / estimasi total unit yang ada • Beban Deplesi = unit yang ditambang x deplesi per unit Contoh : PT ABC membeli tambang perak seluas 1000 acres di Afrika Selatan. Pembelian lahan $50.000 dan biaya eksplorasi $100.000. biaya pengembangan pembukaan tambang $850.000. PT ABC mengestimasi tambang tersebut dapat menghasilkan perak 100.000 ons. Jika pada tahun pertama PT ABC menambang 25.000 ons. Berapa deplesi pada tahun tersebut?

SOLUSI: 

Deplesi per unit = ($50.000+$100.000+$850.000)/100.000 ons = $10



Beban Deplesi tahun pertama = 25.000 ons x $10 = $250.000

Jurnal: Beban Deplesi Akumulasi Deplesi

$250.000 $250.000

C. ASSET TETAP TIDAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS) Berdasarkan PSAK 19 paragraf 8 (revisi 2009) aset tidak berwujud adalah asset nonmoneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Secara umum, asset tidak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang tidak memiliki bentuk fisik, tetapi bermanfaat bagi perusahaan karena hak-hak yang melekat pada pemiliknya. Asset ini dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif. Asset tetap tak berwujud diakui jika: a. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut b. Biaya perolehan asset tersebut diukur secara andal.

Karakteristik asset tetap tidak berwujud Asset tidak berwujud memiliki tiga karakteristik utama, yaitu: a. Kurang memiliki eksistensi fisik. b. Merupakan isntrumen keuangan => menghasilkan nilainya dari hak (klaim) untuk menerima kas di masa depan. c. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi Asset tidak berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun-tahun. Investasi dalam asset ini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi. Jenis Jenis Asset Tetap Tidak Berwujud a. Asset tetap tidak berwujud yang masa manfaatnya dibatasi oleh undang-undang/peraturan. 1. Hak Paten Hak Paten adalah hak tunggal yang diberikan oleh pemerintah kepada orang atau badan yang menemukan hal yang baru, untuk melakukan pembuatan, penjualan atau pengawasan terhadap penemuannya selama jangka waktu tertentu. Masa penggunaan hak paten dibatasi selama 17 tahun dan setelah habis masa pengguanaannya dapat diperbaharui atau diperpanjang. Hak paten dapat digunakan sendiri atau dijual kepada pihak lain. 2. Hak Cipta Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan hak istimewa kepada pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual suatu karya seni atau karya tulis. Misalnya hak cipta yang diberikan kepada penulis buku, pencipta lagu, dan lain-lain. Hak cipta dapat diperoleh dengan penemuan sendiri, dapat pula dengan membeli

3. Franchise Franchise/hak monopoli/waralaba adalah hak-hak istimewa yang diberikan pemerintah kepada suatu pihak, untuk menggunakan fasilitas milik Negara bagi penyediaan jasa-jasa kepentingan umum, misalnya untuk penimbunan sampah dan transportasi umum. b. Asset tetap tidak berwujud yang masa manfaatnya tidak terbatas 1. Merk Dagang Merek dagang (trade merk) adalah hak tunggal yang diberikan oleh pemerintah kepada orang atau badan usaha yang menggunakan cap, nama atau lambang usaha. Apabila biaya untuk memperoleh merek dagang tidak material maka biaya itu bisa diperlakukan sebagai beban pada periode diperolehnya. Tetapi jika biaya cukup besar, maka dikapitalisasikan sebagai asset tetap tidak berwujud dan diamortisasikan setiap tahun. 2. Goodwill Goodwill adalah nilai lebih yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang timbul karena adanya kelebihan dalam beberapa factor, seperti nama yang terkenal, staf dan personalia yang berkemampuan tinggi atau lokasi perusahaan yang menguntungkan.

Harga Perolehan Asset Tidak Berwujud 1. Hak Paten Apabila hak paten diperoleh dengan cara membeli, maka hak paten dicatat sebesar harga perolehannya, yaitu sebesar jumlah uang yang dibayarkan kepada pihak penjual atau seharga asset yang diserahkan dalam transaksi pertukaran. Apabila hak paten diperoleh melalui riset dan penelitian yang dilakukan oleh perusahaan sendiri, maka harga perolehan hak paten terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan untuk penelitian tersebut, biaya pendaftaran dan honor pengacara. Harga perolehan hak paten meliputi : • Biaya penelitian • Biaya percobaan • Biaya pengembanga • Biaya pendaftaran, dll 2. Hak Cipta Apabila hak cipta diperoleh dari penemuan sendiri, maka biaya untuk memperoleh hak cipta tidak begitu besar, sehingga bisa diperlakukan sebagai beban pada periode perolehan. Apabila hak cipta hak cipta diperoleh dari membeli dari pihak lain harga perolehannya cukup besar, maka perlu dikapitalisasikan sebagai asset tetap tidak berwujud dan diamortisasikan selama umur ekonomis Harga perolehan hak cipta adalah semua pengeluaran biaya yang berhubungan dengan usaha memperoleh hak tersebut, seperti :  Biaya peninjauan

  

Biaya perizinan Biaya pengerjaan Biaya biaya pendaftaran dll.

3. Franchise Harga perolehan franchise adalah semua pengeluaran biaya yang berhubungan dengan usaha memperoleh hak tersebut, seperti biaya administrasi dan biaya lain-lain. 4. Merk Dagang Harga perolehan merek dagang yang dibuat sendiri oleh perusahaan adalah semua biaya yang berhubungan dengan usaha pembuatan dan pendaftarannya. Sementara merek dagang yang diperoleh dengan pembelian dari pihak lain, harga perolehannya adalah sebesar harga belinya. 5. Goodwill Goodwill hanya bisa dicatat atau diakui apabila pindah dari perusahaan lain melalui pembelian perusahaan lain pada harga yang lebih tinggi dari nilai wajar asset nettonya. Kelebihan harga diatas nilai wajar itulah yang diakui sebagai harga perolehan goodwiil. Contoh: PT Astina membeli PT Alengka dengan harga Rp 15.000.000.000. Nilai wajar asset PT Alengka pada saat transaksi Rp 24.000.000.000 dan nilai seluruh utangnya Rp 10.000.000.000, maka nilai goodwill dihitung : Harga beli PT Alengka

Rp 15.000.000.000

Nilai wajar asset netto Rp 24.000.000.000 Nilai utang

(Rp 10.000.000.000)

Total modal PT Alengka

Rp 14.000.000.000

Nilai goodwill

Rp 1.000.000.000

Transaksi tersebut dicatat dengan jurnal : Macam-macam asset

Rp 24.000.000.000

Goodwill

Rp 1.000.000.000

Macam-macam utang

Rp 10.000.000.000

Kas

Rp15.000.000.000

Metode dan Pencatatan Amortisasi Secara umum, akuntansi untuk asset tak berwujud adalah sejalan dengan akuntansi untuk asset tetap. Seperti halnya asset tetap, asset tak berwujud juga dicatat atas dasar harga perolehan, dan harga perolehan ini dihapus secara rasional dan sistematis selama masa manfaat asset tak berwujud tersebut. Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan antara akuntansi asset tak berwujud bila dibandingkan dengan akuntansi asset tetap. Pertama, istilah yang digunakan untuk menghapus akuntansi tak berwujud adalah amortisasi (bukan depresiasi). Untuk mencatat amortisasi tak berujud, maka rekening Beban Amortisasi didebet, dan rekening asset tak berujud yang bersangkutan dikredit, Berbeda dengan asset tetap, amortisasi asset tak bewrujud hanya mengenal satu metoda, yaitu metoda garis lurus. Oleh karena itu, perlakuan akuntansi asset tak berwujud pada berbagai perusahaan relative mudah diperbandingkan. Tarif Amortisasi Kelompok Harta Tidak Berwujud Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4

Masa Manfaat

Garis Lurus

Saldo Menurun

4 tahun 8 tahun 16 tahun 20 tahun

25% 12,5% 6,25% 5%

50% 25% 12,5% 10%

Contoh soal: PT Tangkuban Perahu membeli hak paten dengan harga perolehan Rp. 60.000.000. Masa manfaat hak tersebut diperkirakan adalah 8 tahun.). Jurnal untuk mencatat amortisasi tahunan adalah sebagai berikut: Beban amortisasi tahunan Rp.60.000.000:8 = Rp 7.500.000 Des. 31

Beban Amortisasi Paten Hak Paten

Rp. 7.500.000 Rp. 7.500.000

BAB III PENUTUP

Daftar Pustaka

https://www.warsidi.com/2015/12/akuntansi-aktiva-tetap-aset-tetap.html https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/pengertian-aset-tetap-atau-aktiva-tetap-besertacontohnya/ Weygandt, Kimmel, Kieso. (n.d.). Financial Accounting 3E. Wiley.

Related Documents


More Documents from ""