Perkawinan Anak, Solusi Atau Tragedi.docx

  • Uploaded by: Destiny's Says
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perkawinan Anak, Solusi Atau Tragedi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 731
  • Pages: 3
Perkawinan Anak, Solusi atau Tragedi? Oleh : Nur Ajizah Suci Perkawinan anak atau lebih familiar dengan sebutan pernikahan dini, sudah sering sekali menjadi pusat perhatian dunia. Bahkan fenomena ini seakan akan sudah dianggap wajar dan tak dianggap asing lagi. Menurut salah satu ahli, Nukman mendefinisikan pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan di bawah usia yang seharusnya belum siap dan matang untuk melaksanakan pernikahan dan menjalani rumah tangga. Berbagai macam faktor pun ikut mengiringi terjadinya pernikahan dini. Dimulai dari faktor ekonomi, faktor lingkungan, dan faktor hamil diluar nikah yang baru baru ini sering sekali terjadi. Faktor ekonomi, seringkali dapat ditemukan di India. Di India, banyak anak dibawah umur yang dipaksa untuk menikah dini dengan alasan karena ketidaksanggupan dalam bidang ekonomi, bahkan ada beberapa anak yang menikah untuk menebus utang orang tua mereka. Disisi lain, faktor lingkungan juga lumayan banyak ikut andil dalam meningkatnya persentase perkawinan anak. Alasan untuk mengikat tali silaturahmi menjadi alasan kuat dibalik perkawinan itu terjadi. Bahkan, akhir akhir ini banyak sekali remaja Indonesia yang hamil diluar nikah. Maka, orang tua dari kedua remaja akan langsung menggelar pernikahan. Pernikahan dianggap sebagai bentuk tanggung jawab moral ketika terjadi kehamilan di luar nikah. Tak heran jika ada kasus hamil di luar nikah, maka solusinya adalah pernikahan. Hal ini lah yang paling sering menjadi landasan bagi anak untuk menikah dini. Tentu saja hal ini perlu mendapatkan perhatian dunia.

Berdasarkan survei BPS bersama UNICEF Indonesia, beberapa wilayah di Indonesia yang merupakan wilayah dengan kasus perkawinan anak paling banyak antara lain adalah Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, Papua, Jawa Barat, dan Sulawesi Tengah. Yang lebih memprihatinkan lagi adalah, baru baru ini, di pertengahan tahun 2018, Indonesia kembali digemparkan dengan perkawinan anak yang dilakukan oleh anak lelaki berumur 13 tahun, dan anak perempuan umur 14 tahun. Diketahui bahwa penyebab keduanya menikah adalah, karena wali dari kedua mempelai tidak ingin terjadi hal hal yang tak diinginkan dan untuk menghindari perzinahan. Lalu, benarkah perkawinan anak merupakan solusi yang tepat? Menurut saya, tidak. Pernikahan dini bukanlah sebuah solusi bagi berbagai permasalahan yang ditimbulkan faktor-faktor diatas. Perkawinan anak bahkan tidak dapat disebut sebagai solusi ataupun salah satu bagian dari pemecahan masalah tersebut. Lalu, apakah solusi dari permasalahan ini? Bagi saya, tidak ada solusi. Lalu, apa yang harus dilakukan jika tidak ada solusi? Jawaban yang akan saya berikan adalah mencegah. Mencegah semua faktor yang dapat membuat kita terjerumus ke dalam perkawinan anak. Tentu saja, kita semua tau bahwa permasalahan diatas tidak akan terjadi jika tidak ada penyebabnya. Banyak aspek yang dapat kita lakukan sebagai langkah pencegahan. Langkah awal yang dapat kita lakukan adalah dengan memberikan edukasi terkait hukum perkawinan anak serta bahayanya perkawinan anak. Selain itu, kita juga harus merubah pola pikir bahwa pernikahan dini merupakan penyelesaian dalam menghadapi permasalahan ekonomi. Lalu, memberikan akses pendidikan setinggi mungkin kepada anak anak. Dan terakhir yaitu hal yang harus mendapatkan perhatian khusus dari orang tua, yaitu membatasi pergaulan anak agar tidak melampaui batas wajar. Masyarakat sekitar pun harus dapat ikut andil dalam pencegahan ini. Mereka juga harus memahami bahwa menikahkan anak dibawah umur bukanlah solusi yang tepat.

Batas usia perkawinan di Indonesia berdasarkan UU Perkawinan saat ini yaitu 16 tahun untuk perempuan, dan 19 tahun untuk laki-laki. Berdasarkan hukum yang berlaku, perkawinan anak dimasalahkan jika pengantin belum cukup umur untuk menikah. Selain melanggar hukum, jika pernikahan terjadi akan ada banyak hak yang terenggut sebagai anak. Banyak dampak yang di hasilkan akibat dari adanya perkawinan di bawah umur. Setelah terjadi pernikahan, maka otomatis pasangan yang telah menikah akan melakukan hubungan biologis. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada anak. Anak perempuan yang masih dibawah umur 16 tahun memiliki resiko lima kali lebih besar untuk meninggal dunia dalam kasus kehamilan dan persalinan. Bahkan, banyak anak muda putus sekolah yang disebabkan oleh perkawinan anak. Ketika mereka menikah, mereka lebih memilih untuk tidak melanjutkan sekolah dan memilih mengurus rumah tangga di usia yang masih belia. Hal ini dapat menyebabkan mengecilnya peluang bagi mereka yang kawin muda untuk memperbaiki kesejahteraan ekonomi. Dampak terakhir yang timbul akibat perkawinan anak adalah, pengaruh psikis yang didapatkan oleh anak yang menikah dibawah umur. Mereka yang sebenarnya belum cukup umur untuk menikah kemungkinan besar dapat mengalami depresi ataupun stres sebagai akibat dari usia yang belum matang untuk menjalani perkawinan. Mereka juga dapat mengalami kesulitan dalam memecahkan permasalahan yang dapat terjadi dalam perkawinan yang memicu gangguan pada psikis mereka. Dengan begitu, masihkah anda menganggap pernikahan sebagai solusi? Tentu tidak, pernikahan dini lebih tepat disebut tragedi daripada solusi.

Related Documents


More Documents from ""

June 2020 4
May 2020 7
Business Online
May 2020 9