Percakapan di Depan Perapian Gandalf yang bijak dan ramah bagai dunia yang pensiun menjadi bercahaya oleh hangat perapian dan kisah-kisah kenangan perjalanan. Daun-daun telah gugur sekarang, ucapnya sambil menyesap anggur putih dan menduga-duga mutunya. Bahkan kerusuhan yang sering meledak di dunia ketiga, di tempat yang katanya zamrud khatulistiwa. Mungkin mereka sering masuk angin atau migrain, terbatuk-batuk dalam ledakan-ledakan. Coba seandainya… Dulu di sini daun-daun hijau dan subur. Ketika para Ent masih segar menggembala pepohonan di seluruh hutan. Tapi kini harga-harga katanya tak masuk akal mahalnya? Apakah di negerimu ada juga derita? Orang sulit kerja atau pemulung diusir dari kota? Andai saja ada matahari yang terang, bayangkan harapan-harapan yang bisa kita temukan, di tanah hijau luas terbentang. Tak ada polusi ataupun global warming, dan hujan mengguyur bumi, merata seluruh negeri. Kudengar di negerimu mataharinya gemilang dan daun-daun hijau abadi? Tak masuk akal, orang disana bisa depresi dan bermain bom, seperti main playstation atau game online. Negeri penuh cahaya! Tak masuk akal jika dari bomlah cahaya ada. Tak masuk akal bukan jika di surga masih ada bom? Tapi ngomong-ngomong, dimanakah sebenarnya tanah airmu?