Perbaikan Makalah Psikologi Agama Hasbullah.docx

  • Uploaded by: Muhammad Nuril Husna
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perbaikan Makalah Psikologi Agama Hasbullah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,557
  • Pages: 19
PERBAIKAN MAKALAH PSIKOLOGI AGAMA Tentang Perkembangan Studi Psikologi Agama pada Orang Dewasa: Masa Dewasa Muda, Pertengahan, dan Masa Akhir Dewasa dalam Perspektif Psikologi Agama Modren dalam Islam

Di SusunOleh : HASBULLLAH NIM: 088172734 Dosen Pembimbing : Prof.Dr. Yahya Jaya, MA PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) IMAM BONJOL PADANG 1439 H / 2018 M

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk istimewa yang diciptakan Tuhan karena memiliki akal budi, melalui akal budi manusia dapat hidup sesuai dengan apa yang ada tempat

di mana dia hidup.

Perkembangan yang dialami oleh manusia menjadikan dia lebih matang dalam menjalani kehidupan ini.Manusia disebut juga sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya. Bantuan dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Bimbingan dan pengarahan yang diberikan dalam membantu perkembangan tersebut pada hakikatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan sebagai potensi bawaannya. Karena itu, bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif bagi perkembangan manusia. Perkembangan yang negatif tersebut akan terlihat dalam berbagai sikap dan tingkah laku yang menyimpang. Kehidupan manusia merupakan manifestasi dari proses perkembangan yang berlangsung sejak masa konsepsi sampai akhir hayat. Di dalam proses perkembangan akan disertai dengan fase-fase perkembangan yang terbentang dari mulai fase kandungan, fase kelahiran, fase bayi, fase kanak-kanak, fase anak, fase remaja, fase dewasa, dan fase lanjut usia (lansia). Masa dewasa merupakan salah satu fase dalam rentang kehidupan individu setelah masa remaja dan merupakan fase kehidupan individu mencakup waktu yang paling panjang. Berangkat dari penjelasan di atas pemakalah akan membahas lebih dalam sekaitan dengan hal tersebut yang diberi judul dengan Perkembangan Studi Psikologi Agama pada Orang Dewasa: Masa Dewasa Muda, Pertengahan, dan Masa Akhir Dewasa dalam Perspektif Psikologi Agama Modren dalam Islam.

2

B. Rumusan Masalah 1. Pengertian Studi Psikologi Agama pada orang dewasa, Masa Dewasa Muda, Pertengahan, dan Masa Akhir Dewasa 2. Konsep dasar perkembangan kesadaran beragama pada Masa Dewasa 3. Perkembangan Keagamaan pada usia Dewasa Muda 4. Perkembangan Keagamaan Dewasa Pertengahan 5. Perkembangan Keagamaan Dewasa Akhir 6. Perkembangan Keagamaan pada Dewasa Muda, Pertengahan, dan Masa Dewasa Akhir dalam Perspektif Psikologi Agama Modren dalam Islam

C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui Pengertian Studi Psikologi Agama pada orang dewasa, Masa Dewasa Muda, Pertengahan, dan Masa Akhir Dewasa 2. Mengetahui Konsep dasar perkembangan kesadaran beragama pada Masa Dewasa 3. Mengetahui Perkembangan Keagamaan pada usia Dewasa Muda 4. Mengetahui Perkembangan Keagamaan Dewasa Pertengahan 5. Mengetahui Perkembangan Keagamaan Dewasa Akhir 6. Mengetahui Perkembangan Keagamaan pada Dewasa Muda, Pertengahan, dan Masa Dewasa Akhir dalam Perspektif Psikologi Agama Modren dalam Islam

3

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Studi Psikologi Agama pada orang dewasa, Masa Dewasa Muda, Pertengahan, dan Masa Akhir Dewasa Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin, yang berarti “tumbuh menjadi dewasa”. akan tetapi adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna”, atau “telah menjadi dewasa”. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya 1. Masa DewasaMuda Masa dewasa awal merupakan pengalaman menggali keintiman (intimacy), kemampuan untuk membaur identitas Anda dengan identitas orang lain tanpa takut bahwa Anda akan kehilangan sesuatu dari diri Anda. Lawan dari identitas adalah isolasi, yaitu mempertahankan jarak antara diri sendiri dengan orang lain. Keseimbangan antara intiminasi dengan isolasi adalah belajar melepaskan diri dari hubungan dengan orang lain dan tetap mempertahankan identitas diri.1 a. Perkembangan fisik Dewasa awal berusia 18-40 tahun. Puncak kemampuan fisik individu dapat dicapai antara usia 18-40 tahun, yang diikuti dengan kesehatan yang baik.2 Golongan dewasa awal telah mencapai puncak kekuatan, energi, dan ketekunan yang prima. Secara fisik, mereka mempunyai kekuatan tubuh yang prima sehingga mereka giat melakukan berbagai kegiatan seolah-olah tidak mengenal rasa lelah. Barangkali, berbagai kegiatannya sangat padat dan masing-masing harus memperoleh perhatian serius. Namun, mereka tetap tekun dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya itu sampai menghabiskan banyak waktu, energi, atau biaya. Akibatnya mereka bekerja sampai malam bahkan kadang-kadang lupa mengurus dirinya sendiri. Hal itu karena ditopang oleh kondisi fisik yang sehat juga didukung kemauan dan ketekunan yang luar biasa (motivation, commitment, endurance).3

1

Crapps Robeth W., Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hlm. 31-35 Wiji Hidayati, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 154 3 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, (Jakarta: Grasindo, 2003), hlm. 6 2

4

b. Perkembangan kognitif Warner schaie mengemukakan tahap perkembangan kognitif. Perkembangan kognifit tersebut dikaitkan dengan kehidupan pekerjaan yang dialami individu semasa muda. Schaie membagi tahap perkembangan kognitif dewasa awal menjadi beberapa tahap, yaitu: 1). Tahap menguasai pengetahuan dan ketrampilan (acquisitive, 6-25 tahun) Yang dimaksud dengan tahap acquisitive adalah tahap yang terjadi pada masa anak-anak dan masa remaja (bahkan dewasa awal) dan mereka berusaha mengetahui pengetahuan dan ketrampilan melalui jalur pendidikan (formal dan nonformal) guna mempersiapkan masa depannya, dalam hal ini peran orang tua sangat penting dalam memberi semangat dan dukungan anak-anaknya agar memperoleh pendidikan terbaik. 2). Tahap pencapaian prestasi (achieving stage, 24-34 tahun) Masa pencapaian prestasi dianggap sebagai kemampuan untuk mempraktikkan seluruh potensi intelektual, bakat, minat, pengetahuan, dan ketrampilan yang diperoleh selama masa akuisitif ke dalam dunia karir. 3). Tahap tanggung jawab (responsibility stage) Sebagai makhluk sosial, mau tak mau seseorang harus mampu mempertanggung jawabkan segala tindakannya secara etika, moral kepada masyarakat. Masa dewasa awal, akan dituntut rasa tanggung jawabnya sebagai individu yang bekerja di lembaga sosial tempat ia bekerja, serta dituntut tanggung jawabnya sebagai individu yang telah membina kehidupan rumah tangga. c. Perkembangan Emosi, Sosial, dan Moral Pada masa dewasa ini, perkembangan emosi, sosial, dan moral sangat berkaitan berbagai macam perubahan dari masa sebelumnya, yaitu masa remaja. Hal ini saja menimbulkan minat-minat yang berbeda yang menjadi fokus pada masa usia dini. Adapun kondisi-kondisi yang mempengaruhi perubahan minat adalah perubahan kondisi kesehatan, perubahan status sosial ekonomi, perubahan dalam pola kehidupan, perubahan dalam nilai, perubahan peran seks, perubahan status dari belum nikah ke status menikah, menjadi orang tua, perubahan tekanan budaya dan lingkungan.

5

d. Ciri khas perkembangan dewasa awal Dalam psikologi Islam, dewasa awal disebut fase taklif, fase di mana seseorang telah menjadi manusia dewasa telah dikenai kewajiban sebagai ’abdullah dan sebagai khalifah di bumi, dalam proses menjadi pribadi yang berkualitas. Fase ini akan dapat dijalani oleh seseorang dengan baik bila dalam fase-fase sebelumnya telah mempersiapkan diri agar peran ’abdullah dapat optimal, mampu berpikir bersifat tauhid, memahami dan menjalankan perintah-perintah Allah dan hukum-hukum Allah dengan baik.4 2. Masa Dewasa Pertengahan Hurlock mengungkapkan bahwa masa dewasa pertengahan dimulai pada umur 40 tahun sampai umur 60 tahun. Dewasa pertengahan merupakan tahap perkembangan spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem niali. Mereka sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai spiritual. Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan ritual spiritual meningkat.5 Menurut schaie, dewasa madya mamiliki tahapan kognittif, yaitu: a. Tahap tanggung jawab (responsibility stage) Masa dewasa muda, akan dituntut rasa tanggung jawabnya sebagai individu yang bekerja di lembaga sosial tempat ia bekerja, serta dituntut tanggung jawabnya sebagai individu yang telah membina kehidupan rumah tangga. b. Tahap eksekutif (executive stage) Masa ketika individu telah mencapai puncak karir sehingga ia memiliki pekerjaan, peran, dan tanggung jawab yang lebih besar dalam sistem organisasi yang dibina semasa dewasa muda sebelumnya. Individu biasanya memerlukan kemampuan pemikiran dan ketrampilan yang lebih kompleks, berkaitan dengan masalah yang

4 5

Fuad Nashori, Potensi-potensi Manusia,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 156-157 Elizabeth B. Hurlock,Psikologi Perkembangan. (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1980), hlm. 246

6

dihadapinya pun lebih besar dan rumit. Untuk itu, dibutuhkan misi dan visi ke depan yang lebih baik. c. Tahap reorganisasional (reorganitational stage) Orang mulai memasuki pensiun sehingga ia mulai mengatur ulang (reorganisasi) seluruh kemampuan intelektual, ketrampilan, dan pengalaman guna mencari makna/arti pekerjaan dalam kehidupannya. Ia tidak lagi berorientasi pada berapa gaji yang ia peroleh dalam suatu pekerjaan, tetapi apa arti/makna yang diperoleh jika ia melakukan jenis pekerjaan itu.6 Dalam psikologi Islam, fase ini dapat dikelompokkan pada fase futuh yaitu masa terbukanya realitas-realitas yang bersifat spiritual, seseorang dapat memahami realitas alam semesta, semuanya tersingkap sehingga indera, hati, dan akal pikirannya dapat memahami realitas dengan cerdas dan bertindak secara tepat dan terukur, sesudah tersingkap tabir komunikasi dengan Allah maka seseorang sadar bahwa kesalehan yang terbaik bukan hanya bila dapat dinikmati diri sendiri, tapi juga harus berimplikasi sosial.

3. Masa Dewasa Akhir Masa ini ditandai dengan semakin melemahnya kemampuan fisik dan psikis. Pada umumnya mereka mengalami penurunan kemampuan dalam aspek pendengaran, penglihatan, daya ingat, cara berpikir, dan berinteraksi sosial. Pada usia ini pula (yang pada umumnya dialami oleh mereka yang tingkat pendidikannya rendah) seseorang dimungkinkan akan mengalami masa pikun, masa kembai ke usia kanak-kanak, yang bersifat dependent (tergantung) kepada orang lain. a. Perkembangan fisik Masa dewasa tua berkisar umur 60 tahun ke atas. Proses penuaan berarti menurunnya daya tahan fisik, menurut kartari usia lanjut disebabkan oleh meningkatnya usia, sehingga terjadi perubahan struktur dan fungsi sel, jaringan serta sistem organ.7

6 7

Agoes Dariyo, op.cit, hlm. 62-63 Ibid, hlm. 155

7

Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa menjadi tua ditandai dengan kemunduran biologis yang terlihat dari gejala kemunduran fisik, antara lain: 1) Kulit mulai mengendur dam pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap 2) Rambut beruban 3) Gigi mulai tanggal 4) Penglihatan dan pendengaran mulai berkuran 5) Mulai lelah 6) Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah 7) Kerampingan tubuh menghilang, terjadi timbunan lemak terutama di bagian perut dan pinggul.8 b. Perkembangan kognitif Pada masa dewasa akhir, terdapat perkembangan kognitif reintegratif Individu pada masa ini, telah melampaui masa puncak eksekutif tersebut, mulai melepaskan diri dari berbagai kesibukan. Ia memikirkan dan merenungkan kembali apa yang dicapainya. Ia mulai mengolah segala pengalaman yang dicapainya, baik yang berhasil maupun yang gagal. Semuanya diolah kembali melalui berbagai penghayatan, pemikiran, dan perenungan mendalam guna mencari arti dan makna bagi hidupnya. Untuk itu, ia segera menengok ke dalam dunia batinnya. Kemampuan mengolah kembali segala pengalaman yang berhasil ataupun yang gagal sepanjang perjalanan hidup sebelumnya, guna memperoleh arti dan makna kehidupan. c. Ciri khas perkembangan dewasa tua Menurut undang-undang No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang dimaksud adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas dengan sesuai perubahan fisik yang menonjol sebagai ciri dewasa tua.

8

Siti Partini Suardiman, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2006), hlm. 177

8

B. Konsep dasar perkembangan kesadaran beragama pada Masa Dewasa Manusia disebut sebagai makhluk potensial, karena pada diri manusia tersimpan sejumlah

kemampuan

bawaan

yang dapat

dikembangkan.

Salah

satu

aspek

perkembangan yang sangat terkait dan berpengaruh terhadap aspek-aspek perkembangan lainnya, adalah aspek perkembangan kesadaran beragama. Keagamaan merupakan komitmen tertinggi individu, prinsip yang paling komprehensif tentang argumen yang sangat kuat terhadap pilihan yang dibuat dalam hidup. Sedangkan keyakinan keagamaan adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta Jalaludin menjelaskan ajaran agama Islam menyebutkan bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan manusia selaku makhluk Tuhan dibekali dengan berbagai potensi (fitrah) yang dibawa sejak lahir. Salah satu fitrah tersebut adalah kecenderungan terhadap agama.9 Firman Allah SWT dalam al-Qur’an tentang fitrah keagamaan sebagai berikut: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah). Tetapkanlah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya. (QS. Ar-Rum ayat 30). Karena adanya fitrah ini, maka manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama. Manusia merasa dalam jiwanya ada sesuatu perasaan yang mengakui adanya Yang Mahakuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Hal semacam ini terjadi pada seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat modern, pramodern, maupun masyarakat primitif. Mereka akan merasakan ketenangan dan ketentraman di akal mereka mendekatkan diri mengabdi kepada Yang Maha Kuasa.10 Al-Qur’an merupakan kumpulan wahyu Allah SWT yang diyakini secara ilmiah keasliannya. Keterangan bahwa manusia punya fitrah beragama terdapat dalam QS. al‘Araf ayat 172, yaitu “‫ش ِهدْنَا‬ َ ‫( ”أ َ َل ْستُ ِب َر ِب ُك ْم قَالُوا َبلَى‬Bukakanlah aku ini Tuhan-mu? Mereka menjawab, ya kami bersaksi bahwa Engkau Tuhan kami). Fitrah beragama ini merupakan potensi yang arah perkembangannya amat tergantung pada kondisi kehidupan beragama

lingkungan dimana orang itu hidup,

terutama lingkungan keluarga. Apabila kondisi tersebut kondusif, dalam arti lingkungan itu

9

Jalaluddin, Psikologi Agama,( Jakarta :RajawaliPers, 2010), hlm. 103 Ibid, hlm. 105

10

9

memberikan ajaran, bimbingan dengan pemberian dorongan (motivasi) dan keteladanan yang baik (uswah hasanah) dalam mengamalkan nilai-nilai agama, maka anak itu akan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia, berbud i pekerti luhur (berakhlaqul karimah). Syamsu Yusuf menjelaskan kematangan beragama seseorang yang kaffah itu ditandai dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Mengamalkan ibadah ritual (seperti shalat, shaum, dan haji) secara ikhlas dan mampu menerpakan nilai-nilai ibadah tersebut dalam berinteraksi sosial dengan orang lain atau dalam kehidupan sosial dengan orang lain atau dalam kehidupan sosiall kemasyarakatan. Contohnya: seorang Islam menyadari bahwa ibadah shalat itu tidak hanya berfungsi sebagai ibadah mahdlah(hablumminallah) tetapi juga berfungsi sebagai ‫َاء َوالـ ُم ْنك َِر‬ ِ ‫تَ ْن َهى َع ِن الفَحْ ش‬

tanha ‘anil fahsya walmunkar (mencegah dari

perbuatan yang fahsya dan munkar). Melalui kesadaran inilah, dia senantiasa menghindarkan dirinya dari perbuatan fahsya (melakukan yang dilarang Allah, seperti tidak mau menolong fakir miskin). 2. Memiliki kesadaran bahwa setiap perilakunya (yang tampak maupun tersembunyi) tidak lepas dari pengawasan Allah SWT (bersikap ihsan). Kesadaran ini terefleksikan dalam sikap dan perilakunya yang jujur, amanah, istiqamah, dan merasa malu untuk berbuat yang melanggar aturan Allah. Contoh sikap ihsan ini, seperti kisah Nabi Yusuf as pada saat dirayu oleh istri petinggi negara Mesir, beliau dapat menghindarinya dengan mengatakan َ‫َاف للا‬ ُ ‫“إِنِي أَخ‬inni akhafullah” (aku takut kepada Allah). 3. Memiliki pemahaman dan penerimaan secara positif (bersikap qana’ah) terhadap irama kehidupan yang fluktuatif antara suasana kehidupan yang “usran” (kesulitan atau musibah) dan yang “yusran” (kemudahan, anugrah, nikmat) dengan yang “syarran” (nasib buruk, musibah). 4.

Bersyukur kepada Allah pada saat mendapat anugrah atau kehidupan yang nyaman dan bahagia (yusran atau khairan) baik dengan ucapan (membaca hamdallah) maupun dengan perbuatan (melaksanakan ibadah mahdlah, seperti shalat, menunaikan zakat, atau member shadaqah kepada fakir miskin).

5. Bersabar ketika mendapat musibah, seperti gagal dalam mencapai cita-cita atau keinginan, mengalami kesulitan hidup (miskin), sering sakit, atau segala sesuatu yang 10

tidak menyenangkan (syarran atau usran), karena menyadari bahwa itu semuanya merupakan

ujian

dari

Allah

dalam

rangka

meningkatkan

keimanan

dan taqarrubkepada-Nya. Sikap sabar ini diungkapkan melalui (a) ucapan (dengan membaca َ‫“إِنَّاهللِ َوإِنَّا إِل ْي ِه َر ِجعُ ْون‬inna lillahi wainna ilaihi raji’un”) dan (b) perbuatan (seperti tegar dan tabah tidak frustasi, atau tidak melakukan perbuatan yang menyimpang = maladjustment,seperti meminum minuman keras, naza, bunuh diri, atau berperilaku yang mengganggu kenyaman hidup orang lain). 6. Menjalin dan memperkokoh ukhuwwah Islamiyah (tali persaudaraan dengan sesame muslim, dengan tidak melihat latar belakanng partai, golongan, suku, rasa tau status sosial) dan ukhuwwah basyariyah/insaniyah (tali persaudaraan dengan sesame manusia yang nonmuslim).

C. Perkembangan Keagamaan pada usia Dewasa Muda Hurlock mengungkapkan bahwa masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Pada tahap ini individu menjalani proses perkembangannya dengan melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan untuk memilih nilai dan kepercayaan mereka yang dipelajari saaat kanak-kanak dan berusaha melaksanakan sistem kepercayaan mereka sendiri.11 Pada masa dewasa awal, spiritualitas pada masa ini adanya pencarian kepercayaan diri, diawali dengan proses pernyataan akan keyakinan atau kepercayaan yang dikaitkan secara kognitif sebagai bentuk yang tepat untuk mempercayainya. Hurlock mengatakan bahwa setelah menjadi dewasa individu biasanya sudah mempunyai suatu pandangan hidup, yang didasarkan pada agama, yang memberi kepuasan baginya atau dapat terjadi bahwa orang meninggalkan agama yang dianut keluarga, karena agama itu tidak member kepuasan baginya. Apabila seseorang sudah berkeluarga, umumnya ia kembali pada agama, atau setidak-setidaknya ia tampak menaruh cukup perhatian. Orang tua dengan anakanak kecil, sering merasa bahwa mengajarkan dasar-dasar agama yang dianut kepada anak-anak

11

Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit, hlm. 246

11

merupakan tanggungjawab moral sebagai orangtua, dan kewajiban untuk memberi teladan kepada anak-anaknya.12 Faktor-faktor yang mempengaruhi minat keagamaan pada masa dewasa awal adalah sebagai berikut. 1. Seks Wanita cenderung lebih berminat pada agama daripada pria dan juga lebih banyak terlibat aktif dalam ibadat dan kegiatan-kegiatan kelompok agama. 2. Kelas sosial Golongan kelas menengah sebagai kelompok lebih tertarika agama dibandingkan dengan golongan kelas yang lebih tinggi atau yang lebih rendah. 3.

tempat tinggal Orang-orang dewasa yang tinggal di pedesaan dan di pinggir kota menunjukkan minat yang lebih besar pada agama daripada orang yang tinggal di kota.

4. Latar belakang keluarga Orang-orang dewasa yang dibesarkan dalam keluarga yang erat beragama cenderung lebih tertarik pada agama daripada orang-orang yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang peduli pada agama. 5. Minat religius teman-teman Orang dewasa dini lebih memperhatikan hal-hal keagamaan jika tetanggatetangga dan teman-temannya aktif dalam organisasi-organisasi keagamaan daripada apabila teman-temannya yang kurang peduli. 6. Pasangan dari iman yang berbeda Pasangan yang berbeda agama cenderung kurang aktif dalam urusan agama daripada suami isteri yang menganut agama yang sama. 7. Kecemasan akan kematian Orang-orang dewasa yang cemas akan kematian atau mereka yang sangat memikirkan hal kematian cenderung lebih memperhatikan agama daripada orang yang bersikap lebih realistik.

12

Ibid, hlm. 273

12

8. Pola kepribadian Semakin otoriter pola kepribadian seseorang semakin banyak perhatiannya pada agama dan semakin kaku atau tidak toleran terhadap agama-agama lain. Sebaliknya, orang yang memiliki pribadi yang berpandangan seimbang lebih luwes terhadap agama-agama lain dan biasanya lebih aktif dalam kegiatan agamanya.13

D. Perkembangan Keagamaan Dewasa Pertengahan Hurlock mengungkapkan bahwa masa dewasa madya dimulai pada umur 40 tahun sampai umur 60 tahun. Dewasa pertengahan merupakan tahap perkembangan spiritual yang sudah benarbenar mengetahui konsep yang benar dan yang salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem niali. Mereka sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai spiritual. Periode perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik dengan dimensi yang lain dari diri individu tersebut. Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan ritual spiritual meningkat. 14 Pada masa dewasa pertengahan dan lansia, spiritualitas pada masa ini yaitu semakin kuatnya kepercayaan diri yang dipertahankan walaupun menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya. Perkembangan spiritualitas pada tahap ini lebih matang sehingga membuat individu mampu untuk mengatasi masalah dan menghadapi kenyataan Hurlock mengatakan bahwa banyak orang berusia pertengahan baik pria maupun wanita yang tertarik pada agama dan kegiatan keagamaan dari pada yang pernah mereka kerjakan pada waktu masih muda. Walaupun keinginannya ini mungkin bukan karena alasan keagamaan. Banyak orang usia pertengahan, terutama wanita yang karena mempunyai banyak waktu luang menganggap bahwa kegiatan keagamaan atau sosial dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Pada tahap kedewasaan menengah (40-60 tahun)

manusia mencapai puncak

periode usia yang paling produktif. Tetapi, dalam hubungan dengan kejiwaan, pada usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara keinginan untuk bangkit dengan kemunduran diri. Karena itu, umumnya pemikiran mereka tertuju kepada upaya untuk kepentingan keluarga,

13 14

Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit, hlm. 258 Ibid, hlm. 246

13

masyarakat, dan generasi mendatang. Kecenderungan ini menyebabkan orang yang berada di usia ini memiliki perhatian besar terhadap masalah-masalah kemasyarakatan yang bermanfaat, serta membantu para generasi muda khususnya dalam hal agama.15

E. Perkembangan Keagamaan Dewasa Lanjut (Lansia) Hurlock mengungkapkan bahwa masa dewasa lanjut (lansia) dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada tahap perkembangan ini, menurut Haber pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain. Riset membuktikan orang yang agamanya baik, mempunyai kemungkinan melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia yang agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang kurang, rasa tidak berharga, tidak dicintai, ketidakbebasan dan rasa takut mati. Sedangkan pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati dan dapat lebih mampu untuk menerima kehidupan. Jika merasa cemas terhdap kematian disebabkan cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri.16 Dimensi spiritual menjadi bagian yang komprehensif dalam kehidupan manusia. Karena setiap individu pasti memiliki aspek spiritual, walaupun dengan tingkat pengalaman dan pengamalan yang berbeda-beda berdasarkan nilai dan keyakinan mereka yang mereka percaya. Setiap fase pada tahap perkembangan individu menunjukkan perbedaan tingkat atau pengalaman spiritual yang berbeda. Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Hurlock berpendapat seorang yang berusia lanjut menjadi lebih tertarik pada kegiatan keagamaan karena hari kematiannya semakin dekat atau karena mereka merasa tidak mampu. Suatu analisis dari studi penelitian yang berhubungan dengan sikap terhadap kegiatan keagamaan

15 16

Jalaluddin, Op.Cit, hlm. 106 Ibid, hlm. 246

14

dan agama pada usia tua membuktikan bahwa ada fakta-fakta tentang meningkatnya minat terhadap agama sejalan dengan bertambahnya usia dan ada pula fakta-fakta yang menunjukkan menurunnya minat terhadap agama pada usia tersebut. Dalam hal melibatkan diri atau menjauhi bidang keagamaan, pada umumnya orang dewasa lanjut meneruskan agama atau kepercayaan dan kebiasaan yang dilakukan pada awal kehidupannya.17 Agama merupakan salah satu faktor dalam penyesuaian pada masa tua, tetapi merupakan faktor penting . Agama dapat melepaskan kecemasan tentang kematian dan kehidupan setelah mati. Seperti yang diungkapkan oleh Moberg yaitu pengertian tentang perasaan tentram dan berkurangnya rasa takut akan kematian cenderung menyertai kepercayaan dan agama yang konservatif. Kegiatan keagamaan menimbulkan kepuasan pemilikan dan perasaan sangat bermanfaat dan hal itu dapat mengurangi perasaan kesepian. Usia diatas 60 tahun manusia cenderung akan menghadapi sejumlah permasalahan, seperti penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang membuat aktivitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan kehilangan semangat. Pengaruh dari kondisi penurunan kemampuan fisik menyebabkan mereka yang berada pada usia lanjut merasa dirinya sudah tidak berharga atau kurang dihargai. Mereka umumnya dihadapkan pada konflik batin antara keutuhan dan keputusasaan. Karena itu mereka cenderung mengingat sukses masa lalu, sehingga umumnya mereka yang berada pada tingkat usia lanjut ini senang membantu para remaja yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, termasuk sosial keagamaan.18

F. Perkembangan Keagamaan pada Dewasa Muda, Pertengahan, dan Masa Dewasa Akhir dalam Perspektif Psikologi Agama Modren dalam Islam Hurlock mengatakan bahwa setelah menjadi dewasa individu biasanya sudah mempunyai suatu pandangan hidup, yang didasarkan pada agama, yang memberi kepuasan baginya atau dapat terjadi bahwa orang meninggalkan agama yang dianut keluarga, karena agama itu tidak member kepuasan baginya. Apabila seseorang sudah berkeluarga, umumnya ia kembali pada agama, atau setidak-setidaknya ia tampak menaruh cukup perhatian. Orang tua dengan anakanak kecil, sering merasa bahwa mengajarkan dasar-dasar agama yang dianut kepada anak-anak

17 18

Ibid, hlm. 401 Jalaluddin, Op.Cit, hlm. 111

15

merupakan tanggungjawab moral sebagai orangtua, dan kewajiban untuk memberi teladan kepada anak-anaknya. Hurlock berpendapat seorang yang berusia lanjut menjadi lebih tertarik pada kegiatan keagamaan karena hari kematiannya semakin dekat atau karena mereka merasa tidak mampu. Suatu analisis dari studi penelitian yang berhubungan dengan sikap terhadap kegiatan keagamaan dan agama pada usia tua membuktikan bahwa ada fakta-fakta tentang meningkatnya minat terhadap agama sejalan dengan bertambahnya usia dan ada pula fakta-fakta yang menunjukkan menurunnya minat terhadap agama pada usia tersebut. Dalam hal melibatkan diri atau menjauhi bidang keagamaan, pada umumnya orang dewasa lanjut meneruskan agama atau kepercayaan dan kebiasaan yang dilakukan pada awal kehidupannya. Manusia modern memiliki sudut pandangnya berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dia percaya bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki jawaban untuk semua pertanyaan termasuk penuaan. Sudah hari-hari ketika orang-orang yang digunakan untuk berpikir bahwa penuaan dan mati adalah bagian dari proses19. Masa lansia sering dimaknai sebagai masa kemunduran, terutama pada keberfungsian, fungsi-fungsi fisik dan psikologis. Penyebab kemunduran,fisik adalah perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus tetapi karena proses menua. Kemunduran dapat juga mempunyai penyebab psikologis. Sikap tidak senang terhadapap diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan penghidupan pada umumnya dapat menuju kepada keadaan uzur. Karena terjadi perubahan pada lapisan otak, akibatnya orang menurun secara fisik dan mental dan mungkin akan segera mati.20 Masa lansia baisa jadi juga disertai dengan berbagai penyakit yang menyerang dan menggorogoti kehidupan lansia sekalipun tidak semua lansia adalah berpenyakit. Tapi kebanyakan lansia rentan terhadap penyakit-penyakit tertentu akibat kondisi organ-organ tubuh yang telah aus atau mengalami kemunduran, juga fungsi imunisasi (kekebalan tubuh) yang juga menurun. Diusia lanjut, saat pertumbuhan fisik menyurut, secara psikologis manusia merasa dirinya berada dalam kondisi yang serba terbatas. Dikala itu, kesadaran akan nilai-nilai spiritual menapak perkembangannya. Allah menjelaskan di dalam al-Qur’an:

19 20

Azizy. Manusia Dalam Pandangan Psikologi Islam dan Psikologi Barat From Ibid, hlm. 94

16

Artinya : Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah Kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, Kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, Kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), Kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya). (QS. Al-Mukminun: 67) Dalam tahapan umur tua, biasanya seseorang cenderung untuk kembali kepada Allah SWT, senantiasa memparhatikan diri dengan memperbanyak ibadah, zuhud terhadap segala kenikmatan dunia, bersungguh-sungguh dalam amal ketaatan dan melipatgandakan usaha untuk beramal kebaikan. Hal ini tentunya bagi orang yang mendapat taufik dan hidayah dari Allah swt. Inilah saatnya untuk menjaga kehormatan diri, khusu’ kepada Allah, dan menjauhi segala perbuatan sia-sia. Oleh karena itu, siapa yang telah mencapai umur ini sedang tabiat dan kelakuannya masih belum berubah menjadi baik, maka ia dianggap segai orang yang buruk nasibnya, buruk tingkah lakunya dan patut mendapat kecaman21. Dalam perspektif psikologi agama dan keberagamaan yang benar adalah keyakinan agama dan keberagamaan yang adalah didasarkan atas ketiadaan konflik dan lebih dari itu adalah memiliki pemahaman yang dewasa dana mantap dalam Bergama.22

21 22

Ibid, hlm. 69 Yahya Jaya, WawasanProfesional Konseling KSKK Islam, Padang: Hayfa Press, 2015, hlm. 159

17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin, yang berarti “tumbuh menjadi dewasa”. akan tetapi adult berasal dari bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti “telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna”, atau “telah menjadi dewasa”. Oleh karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. 2. Masa dewasa awal merupakan pengalaman menggali keintiman (intimacy), kemampuan untuk membaur identitas Anda dengan identitas orang lain tanpa takut bahwa Anda akan kehilangan sesuatu dari diri Anda. Lawan dari identitas adalah isolasi, yaitu mempertahankan jarak antara diri sendiri dengan orang lain. Keseimbangan antara intiminasi dengan isolasi adalah belajar melepaskan diri dari hubungan dengan orang lain dan tetap mempertahankan identitas diri. 3. Dewasa pertengahan merupakan tahap perkembangan spiritual yang sudah benar-benar mengetahui konsep yang benar dan yang salah, mereka menggunakan keyakinan moral, agama dan etik sebagai dasar dari sistem niali. Mereka sudah merencanakan kehidupan, mengevaluasi apa yang sudah dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai spiritual. 4. Dewasa lanjut (lansia) dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada tahap perkembangan ini, menurut Haber pada masa ini walaupun membayangkan kematian mereka banyak menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik, karena mereka melihat agama sebagai faktor yang mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi orang lain

B. Saran Dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan agar penyusunan makah berikutnya semakin baik.

18

DAFTAR PUSTAKA Crapps Robeth W. Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan. Yogyakarta: Kanisius,1994

Dario, Agoes. PsikologiPerkembanganDewasaMuda. Jakarta: Grasindo, 2003 Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PenerbitErlangga,1980 Hidayati, Wiji. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Teras, 2008

Jalaluddin. Psikologi Agam., Jakarta : Rajawali Pers, 2010 Jaya, Yahya.Wawasan ProfesionalKonseling KSKK Islam, Padang: Hayfa Press, 2015 Nashori, Fuad.Potensi-potensiManusia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003 Suardiman, Siti Partini. Psikologi Perkembanga, Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2006 Yusuf, Syamsu. Psikologi Belajar Agama, Bandung : Maestro, 2009

19

Related Documents


More Documents from "ahmad mushoddaq"