Bakteri Pasteuria penetrans sebagai Agen Pengendali Penyakit Kuning pada Tanaman Lada Bakteri Pasteuria penetrans sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu komponen pengendalian nematoda pada tanaman lada. Pengendalian hayati ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan pestisida kimia (nematisida) yang berdampak negatif terhadap lingkungan.
P
enyakit kuning merupakan salah satu kendala produksi lada di Bangka-Belitung dan Kalimantan. Penyakit tersebut disebabkan oleh nematoda parasit terutama Radopholus similis dan Meloidogyne incognita. Akibat serangan nema-toda tersebut, pertumbuhan ta-naman menjadi terhambat serta warna daun dan dahan menjadi ku-ning. Daundaun yang menguning tidak menjadi layu, tetapi tergan-tung kaku dan sangat rapuh se-hingga secara bertahap akan gugur. Untuk mengendalikan penyakit ku-ning, para petani lada biasanya menggunakan bahan kimia. Na-mun, penggunaan bahan kimia se-cara terus menerus dapat men-cemari lingkungan, menimbulkan resurjensi dan resistensi nematoda serta terbunuhnya musuhmusuh alami yang mempunyai peranan da-lam menjaga keseimbangan hayati. Nematoda parasit dapat dikendalikan dengan menggunakan agen hayati yang merupakan musuh alaminya, misalnya bakteri Pasteuria penetrans. Bakteri ini tersebar luas di berbagai daerah serta dapat bertahan hidup lama di dalam tanah karena mampu membentuk spora yang tahan terhadap kekeringan dan input pertanian. Dilaporkan bahwa P. penetrans mampu menekan populasi M. incognita pada tanaman tembakau, kacang tanah, dan tomat. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat telah membuat tiga macam formula P. penetrans yaitu formula kapsul, pelet, dan kompos. Ketiga formula tersebut telah diuji di laboratorium, rumah kaca maupun di lapang. Hasil pengujian lapang selama 2 tahun di kebun lada
petani di Bangka membuktikan bahwa bakteri tersebut mampu menekan populasi nematoda dan perkembangan penyakit kuning serta meningkatkan produktivitas tanaman lada yang terserang ne-matoda. Kombinasi penggunaan P. penetrans dengan kapur pertanian memberikan hasil yang terbaik (Ta-bel 1). Perbanyakan P. penetrans Bakteri P. penetrans merupakan parasit obligat; perkembangbiakannya hanya dapat terjadi dalam inang hidup yaitu nematoda. Oleh karena itu, sampai saat ini P. penetrans belum dapat dibiakkan secara in vitro dengan menggunakan media buatan. Untuk keperluan skala kecil, misalnya penelitian di laboratorium atau rumah kaca, perbanyakan P. penetrans dapat dilakukan secara in vivo dengan menggunakan tanaman tomat di rumah kaca. Tanaman tomat diinokulasi dengan nematoda terinfeksi P. penetrans. Setelah tiga bulan tanaman dibongkar dan akarnya dikeringkan, kemudian dibuat tepung dan dikemas dalam bentuk kapsul. Tanahnya juga dapat digunakan sebagai media inokulum selanjutnya. Modifikasi dari cara perbanyakan tersebut adalah dengan menggunakan tanaman lain yang diketahui sebagai tanaman inang nematoda seperti jahe dan nilam. Tanaman tersebut diinokulasi dengan nematoda terinfeksi P. penetrans. Setelah dibongkar, akarnya tidak dikeringkan, tetapi direndam dalam larutan kloroks 2% selama 10 menit dan suspensi disaring dengan menggu-
nakan saringan berukuran 20 (625 mesh). Untuk mengetahui ada tidaknya spora bakteri tersebut dilakukan pengamatan dengan mikroskop. Untuk keperluan yang lebih besar misalnya penelitian di lapang, P. penetrans diperbanyak di lapang. Untuk itu diperlukan tanaman tomat sekitar 0,25 ha. Pemeliharaan tanaman seperti pemupukan, penyiangan, dan penyemprotan dengan pestisida, dilakukan mengikuti cara yang umum dilakukan oleh petani tomat setempat. Pada saat tanaman berumur 1 bulan, dilakukan inokulasi dengan spora bakteri P. penetrans. Sebagai inokulum digunakan tepung akar tomat yang sudah mengandung spora dan dikemas dalam kapsul atau dalam bentuk pelet. Tomat dipanen secara bertahap, sedangkan akarnya diambil setelah buah dipanen semuanya. Tanaman dipotong pada bagian pangkal batang kemudian akar dijemur kurang lebih 3 hari, kemudian dikeringkan lebih lanjut dengan menggunakan oven pada suhu 50oC selama 2 jam. Setelah kering, akar dibuat tepung dengan menggunakan blender atau grinder. Tepung akar kemudian disaring (dengan ayakan 200 mesh), untuk selanjutnya dibuat formulasi kapsul, pelet, tablet atau kompos sesuai kebutuhan. Dari 0,25 ha tanaman tomat dapat dibuat 16.000 kapsul berisi tepung akar yang mengandung 2,5 x 106 spora P. penetrans tiap kapsul. Formulasi P. penetrans Tiga macam formula bakteri P. penetrans yang telah dikembangkan adalah dalam bentuk kapsul, pelet, dan kompos. Untuk formulasi kapsul, tepung akar tomat yang sudah dikeringkan dan disaring dengan cara tersebut di atas, dimasukkan ke dalam kapsul. Setiap kapsul berisi 0,25 g tepung akar. Untuk pembuatan formulasi pelet, diperlukan bahan pembawa berupa dedak, tepung tapioka, dan tepung terigu. Tepung tapioka dan te-
1
Tabel 1. Hasil lada dengan menggunakan tiga cara pengendalian penyakit kuning. Teknologi
Pasteuria penetrans + kaptan P. penetrans + pupuk kandang Karbofuran Tanpa pengendalian (cara petani)
Populasi nematoda/ 50 g tanah
Penyakit kuning (%)
38 77 34 389
33,33 36,66 46,66 77,00
pung terigu disaring dengan saringan 200 mesh. Tepung tapioka dimasukkan ke dalam air panas (80oC) dan diaduk sampai merata. Bahan-bahan lainnya dimasukkan satu demi satu sambil diremas-remas sampai merata. Adonan yang sudah tercampur merata kemudian digiling dengan menggunakan penggiling daging. Hasil gilingan dipotong-potong sepanjang lebih kurang 0,5 cm, kemudian dijemur sampai kering. Untuk pembuatan formulasi kompos diperlukan sekam bakar, humus bambu, kitin, dan cacahan
2
Hasil (lada kering) (t/ha) 1999
2000
2,78 1,97 1,02 0,71
2,96 2,15 1,30 0,63
akar tomat yang sudah mengan-dung spora P. penetrans masing-masing dengan perbandingan 2:1:0,25:1 (w/w) (Ika Mustika). Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jln. Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111 Telepon : (0251) 327010 321879 Faksimile : (0251) 327010 E-mail :
[email protected]
Tanaman lada yang tidak diberi P. penetrans (kiri) dan tanaman lada yang diberi P. penetrans (kanan). Formula P. penetrans (inzet).