Penyakit Kulit Bakteri.docx

  • Uploaded by: asfwegere
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Penyakit Kulit Bakteri.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,453
  • Pages: 38
Penyakit kulit bakteri Pioderma Impetigo krustosa : Hanya terdapat pada anak. Predileksi di muka sekitar lubang hidung dan mulut . Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga terlihat krusta tebal warna kuning madu pada penderita. Jika dilepaskan maka akan tampak erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke perifer dan sembuh di bagian tengah.

Gambar 1. Impetigo krustosa Impetigo bulosa : Keadaan umum tidak dipengaruhi. Terdapat pada anak dan dewasa. Predileksi di ketiak, dada, punggung (sering bersama miliaria). Kelainan kulit berupa eritema,bula, dan bula hipopion. Vesikel/bula kadang sudah memecah sehingga yang dapat timbul hanya koleret dan dasarnya masih eritematosa.

Gambar 2. Impetigo bulosa

Folikultis Folikulitis superfisialis : Predileksi di tungkai bawah. Ada papul/pustule yang eritematosa, dan ada rambut di tengahnya biasanya multiple.

Gambar 3. Folikulitis Furunkel/Karbunkel : Nyeri. Ada nodus eritematosa bentuk kerucut, di tengahnya ada pustule yang melunak berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu pecah membentuk fistel. Tempat predileksi di tempat banyak gesekan (aksila,bokong,dll). Karbunkel merupakan kumpulan furunkel yang menjadi 1.

Gambar 4. Furunkel

Gambar 5. Karbunkel Ektima : Tampak sebagai krusta tebal berwarna kuning, biasanya berlokasi di tungkai bawah, yaitu tempat yang relatif banyak mendapat trauma. Jika krusta diangkat ternyata lekat dan tampak ulkus yang disangkal.

Gambar 6. Ektima Pionikia : didahului trauma. Adanya infeksi pada lipat kuku (radang), kemudian menjalar ke matriks dan lempeng kuku, dapat terbentuk abses subungal

Gambar 7. Pionikia

Erisipelas : gejala konstituse(demam). Ada di tungkai bawah biasanya dan menyerang lapisan epidermis dan dermis .Adanya eritema warna merah cerah, berbatas tegas, pinggirnya meninggi dengan tanda radang akut. Dapat disertai edema,vesikel, dan bula. Terdapat leukositosis.

Gambar 8. Erisipelas Selulitis : gejala konstitusi(demam). Ada di tungkai bawah biasanya dan menyerang lapisan epidermis dan dermis. Adanya eritema warna merah kehitaman, berbatas tidak tegas, pinggirnya rata dengan tanda radang akut. Terdapat leukositosis.

Gambar 9. Selulitis Abses multiple kelenjar keringat : Terdapat pada anak. Faktor predisposisi adalah daya tahan menurun dan banyak berkeringat (banyak milliaria). Berupa nodus eritematosa, tidak nyeri, multiple dan berbentuk kubah, lama pecah.

Hidraadentis : Terdapat pada remaja sampai dewasa muda. Biasanya ditemukan di tempat yg banyak kelenjar apokrin (ketiak,perineum). Ada gejala konstitusi. Ada ruam berupa nodus yang meradang akut. Dapat melunak menjadi abses dan memecah membentuk fistel/ hidraadentis supurativa.

Gambar 10. Hidradenitis supuratif Staphylococcal Scalded Skin Syndrome(S.S.S.S) : demam tinggi disertai infeksi saluran napas bagian atas. Awalnya terdapat Eritema pada muka,leher,ketiak,lipat paha Kemudian menyeluruh dalam 24 jam. Dalam 24-48jam timbul bula-bula besar berdinding kendur dan juga kulit terkelupas bila digeser(nikolskiy positif). Dalam 2- 3 hari terjadi pengeriputan disertai pengelupasan lembaran kulit, sehingga tampak daerah erosif. Daerah tersebeut akan mengering dan terjadi deskuamasi dalam beberapa hari.

Gambar 11. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

Skrofuloderma : Skrofuloderma biasanya mulai sebagai limfadenitis tuberkulosis, berupa pembesaran kgb, tanpa tanda tanda radang akut, selain tumor. Mula mula hanya beberapa kgb yang diserang lalu semakin lama semakin banyak dan sebagian berkonfluensi. Dapat pula terjadi periadenitis yang menyebabkan perlekatan kgb terseut dengan jaringan di sekitarnya. Kemudian kelenjar kelenjar tersebut mengalami perlunakan tidak serentak mengakibatkan konsistensinya kenyak dan lunak, abses akan memecah dan membentuk fistul, muara fistel meluas kemudia membentuk ulkus yang mempunyai bentuk memanjang tidak teratur disekitarnya berwarna merah kebiru biruan, dinding bergaung,jaringan granuliasinya tertutup oleh pus seropurulen.

Gambar 12. Skrofuloderma Kusta : Diagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran klinis, bakterioskopis, dan histopatologis, dan serologis.

Gambar 13. Lepromatosa

Gambar 14. Borderline lepromatosa

Gambar 15. Mid borderline

Gambar 16. Tuberkuloid

Gambar 17. Borderline tuberkuloid

Gambar 18. Intermediate leprosy

Penyakit kulit karena jamur Dermatofitosis Tinea pedis : tinea yang paling sering terlihat adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain.

Gambar 19. Tinea pedis Tinea unguium : kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita, mempunyai bentuk klinik yang khas yaitu mulai dari tepi distal. Proses ini menjalar ke proksimal dan dibawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. Kalau proses berjalan terus, maka permukaan kuku bagian distal akan hancur dan yang terlihat hanya kuku rapuh yang menyerupai kapur.

Gambar 20. Tinea unguium

Tinea kruris : dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah lipatan bahkan sampai meluas. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata dibandingkan daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri atas macam bentuk primer dan sekunder.

Gambar 21. Tinea kruris Tinea korporis : Kelainan yang dapat ditemukan yaitu lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah tengah biasa lebih tenang. Kadang kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi lesi pada umumnya merupakan bercak bercak terpisah satu dengan yang lain.

Gambar 22. Tinea korporis Tinea kapitis : Gray patch ringworm : tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus microsporum dan sering ditemukan pada anak anak. Penyakit mulai dengana papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut menjadi abu abu dan tidak berkilat lagi.

Gambar 23. Graypatch ringworm Kerion : Pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan serbukan sel radang yang padat di sekitarnya. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap. Jaringan parut yang menonjol kadang kadang dapat terbentuk.

Gambar 24. Kerion Black dot ringworm : Pada permulaan penyakit, gambaran klinisnya menyerupai kelainan yang disebabkan oleh genus microsporum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut memberikan gambaran khas yaitu black dot.

Gambar 25. Black dot ringworm

Pitriasis Versikolor: bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak berflouresensi bila dilihat dengan lampi wood. Penderita merasa sedikit gatal dan pseudoakromia sering dikeluhkan penderita.

Gambar 26. Pityriasis versikolor Pitirosporum Folikulitis : gatal. Adanya papul dan pustule perifolikular, 2-3mm diameter dengan peradangan minimal. Biasanya ditemukan di dada punggung lengan atas.

Gambar 26. Pityrosporum folikulitis Piedra : a. Piedra hitam: hanya menyerang rambut kepala . Menyerang rambut di bawah kutikel kemudian membengakak dan pecah menyebar di sekitar rambut.Lalu membentuk benjolan tengguli hitam. b. Pierda putih: menyerang janggut dan kumis (rambut yg sudah rusak). Benjolan berwarna coklat muda

Gambar 26. Piedra hitam dan piedra putih Tinea Nigra Palmaris: penderita biasanya dibawah 19 thn dan berlangsung kronik. Bercakbercak tengguli hitam pada telapak tangan dan kadang bersisik.

Gambar 26. Tinea nigra palmaris Otomikosis: rasa penuh dan gatal di dalam telinga, liang telinga merah dan banyak krusta,nyeri telinga. Pendengaran dapat terganggu karena terhalang kotoran atau jamur

Gambar 27. Otomikosis

Kandidosis: Kandidiasis yang paling sering terjadi yaitu kandidosis intertriginosa. Lesi ini memiliki khas yaitu berada di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat payudara, antara jari tangan dan kaki, berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa vesikel dan pustule kecil.

Gambar 28. Kandidiasis intertriginosa Penyakit kulit karena infeksi virus Herpes Zoster: Adanya gejala sistemik(demam,pusing) dan gejala prodormal local(nyeri otot-tulang,gatal,pegal). Timbulnya eritema yg menjadi vesikel berkelompok. Vesikel ini berisi cairan jernih,kemudian menjadi abu dan dapat menjadi krusta. Vesikel jg dapat mengandung darah (herpes zoster hemoragik). Lesi hanya berada pada dermatom yang sama

Gambar 29. Herpes zoster

Veruka: Veruka vulgaris: berbentuk bulat warna abu-abu, besarnya lenticular atau kalua berkonfluensi berbentuk plakat ,permukaan kasar. Kalau digores dapat timbul autoinokulasi(fenomen Kobner)

Gambar 30. Veruka vulgaris Veruka plana juvenilis: besarnya miliar atau lenticular, permukaan licin atau rata, warna sama dengan kulit. Dapat terjadi fenomena Kobner

Gambar 31. Veruka plana juvenilis Veruka plantaris: Terdapat di telapak kaki. Bentuknya cincin yg keras dengan tengah agak lunak dan berwarna kekuningan. Permukaannya licin , menimbulkan rasa nyeri.

Gambar 32. Veruka planaris Kondiloma Akuminatum: kelainan berupa vegetasi yg bertangkai kemerahan , kalua sudah lama agak kehitaman. Permukaannya berjonjot. Vegetasi yg besar(giant condyloma) menimbulkan degenerasi maligna sehingga harus dilakukan biopsi.

Gambar 33. Kondiloma akuminata Moluskum Kontagiosum: berupa papul miiiar, kadang lenticular dan berwarna putih lilin, bentuk kubah yg tengahnya terdapat lekukan. Jika dipijat akan tampak ke luar massa yg berwarna putih seperti nasi.

Gambar 34. Moluskum kontagiosum

Varisela: Gejala dimulai dgn prodromal(demam tidak tinggi,nyeri kepala) kemudian disusul timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yg berubah menjadi vesikel. Bentuknya khas berupa tetesan embun (teardrops). Vesikel akan berubah menjadi pustule dan kemudian menjadi krusta. Vestikel-vestikel lain akan timbul sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.

Gambar 35. Varicella zoster Penyakit karena infeksi ektoparasit Pedikulosis: Gejala mula gatal pada daerah oksiput dan temporal serta dapat meluas ke seluruh kepala. Kemudian karena garukan, terjadi erosi,ekskoriasi,dan infeksi sekunder(pus ,krusta). Pedikulosis Korporis: kelainan berupa bekas garukan pada badan, karena gatal akan berkunrang bila digaruk secara intensif. Kadang timbul infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional

Gambar 36. Pedikulosis korporis Pedikulosis Pubis: gatal di daerah pubis. Dijumpai bercak abu atau kebiruan (macula serulae) . Adanya black dot pada celana dalam. Bercak hitam merupakan krusta dari darah yg diinterpretasikan sebagai hematuria. Kadang timbul infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional.

Gambar 37. Pedikulosis pubis Skabies: Pruitus nokturna(gatal saat malam hari karena aktifitas tungau), menyerang manusia berkelompok (missal seluruh anggota keluarga terkena infeksi),ditemukannya tungau,dan adanya terowongan pada tempat predileksi yg berwarna putih atau keabuabuan. Bentuknya garis lurus atau berkelok dgn rata rata panjang 1cm, pada ujung terowongan ditemukan papul/vesikel.

Gambar 38. Skabies

Creeping eruption: masuknya larva ke kulit disertai rasa gatal dan panas. Mula-mula timbul papul, diikuti bentuk lesi linear atau berkelok-kelok, diameter 2-3mm, berwarna kemerahan. Perkembangan selanjutnya papul merah ini menjalar, polisiklik, sepiginosa, menimbul, dan membentuk terowongan.

Gambar 39. Creeping eruption Penyakit kulit dermatitis Dermatitis: gatal,kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya sirkumskrip, dapat pula difus. Penyebarannya dapat setempat, generalisata, dan universalis.Pada stadium akut, kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah. Pada stadium subakut, eritema dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Pada stadium kronis lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul, dan likenifikasi, mgkn juga terdapat erosi atau ekskoriasi karena garukan Dermatitis Kontak(DKI): Kelainan sgt beragam tergantung iritan. Iritan kuat memberi gejala akut, iritan lemah memberi gejala kronis.Selain itu, banyak juga factor yaitu factor individu (ras,usia,lokasi,dll) dan factor lingkungan (suhu,oklusi,dll). DKI terbagi menjadi 10; DKI akut, lambat akut, reaksi iritan, kumulatif, traumateratif, eksikasi ekzematik, pustular dan akneformis, noneritematosa, dan subyektif.

Gambar 40. Dermatitis kontak iritan Dermatitis Kontak Allergik(DKA): penderita mengeluh gatal. Kelainan kulit tergantung pada keparahan dan lokalisasinya. Pada yg akut dimulai dgn bercak eritematosa yg berbatas jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi. Pada yg kronis terlihat kulit kering, berskuama, papul, likenifikasi dan mgkn jg fisur, batas tidak jelas. DKA dapat meluas ke tempat lain misalnya dengan cara autosensitisasi.

Gambar 41. Dermatitis kontak alergi Dermatitis Atopik: Kulit kering, pucat, kadar lipid di epidermis berkurang, dan kehilangan air lewat epidermis meningkat, jari tangan teraba dingin. Penderita DA cenderung tipe asentik, dengan inteligensi di atas rata rata, sering cemas, egois, frustrasi,agresif. Gejala utama dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi lebih hebat malam hari.

Gambar 42. Dermatitis atopik

Neurodermatis Sirkumskripta: Penderita mengeluh gatal sekali. Rasa gatal tidak terus menerus, biasanya gatal saat sedang tidak sibuk. Penderita merasa enak bila digaruk, setelah luka, gatalnya hilang untuk sementara (diganti nyeri). Lesi biasanya tunggal, awalnya berupa eritematosa, sedikit ededmatosa, lambat laun edema dan eritema menghilang bagian tengah berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Variasi klinis N.S dapat berupa prurigo nodularis, akibat garukan yg berulang-ulang pada suatu tempat. Lesi berupa nodus berbentuk kubah, permukaan mengalami erosi tertutup krusta dan skruama lambat laun menjadi keras dan gelap. Lesi biasanya multiple, lokalisasi tersering di ekstremitas, ukuran mulai dari beberapa mm sampai 2mm

Gambar 43. Neurodermatitis sirkumskripta Dermatitis Numularis: Penderita mengeluh gatal sekali. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel (0,3-1,0cm), kemudian membesar dengan berkonfluensi atau meluas ke samping, membentuk satu lesi karakteristik spt uang logam, eritematosa, sedikit

edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah terjadi eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta kekuningan.

Gambar 44. Dermatitis numularis Dermatitis Statis: Akibat tekanan vena yg meningkat di tungkai bawah, akan terjadi varises dan edema. Lambat laun kulit berwarna merah kehitaman dan timbul purpura dan hemosiderosis. Edema dan varises mudah terlihat bila penderita lama berdiri .Dalam perjalanan selanjutnya terjadi perubahan ekzematosa berupa eritema, skuama, kadang eksudasi, dan gatal. Bila sudah lama kulit menjadi tebal dan fibrotic meliputi sepertiga tungkai bawah, sehingga tampak seperti botol terbalik. Keadaan ini disebut lipodermatosklerosis.

Gambar 45. Dermatitis stasis Dermatisis Autosensitisasi: umumnya dalam bentuk erupsi vesicular akut dan luas, sering berhubungan dengan ekzem kronis di tungkai bawah(dermatitis statis) dengan atau tanpa

ulkus. Kelainan muncul 1 sampai bbrp minggu setelah terjadi peradangan local pertama (biasanya dermatitis statis pada tungkai bawah), berupa erupsi akut yg tersebar simetris, sangat gatal, terdiri dari eritema, papul, dan vesikel.

Gambar 46. Dermatitis autosensitisasi Penyakit kulit akibat reaksi imun Kelainan kulit akibat alergi makanan: Dalam waktu 2 jam setelah ingesti makanan tersangka, akan terjadi eritema dan pruritus yg menyebabkan penderita menggaruk, sehingga terjadi eksaserbasi dermatitis atopic. Dermatitis herpetiformis Duhring merupakan hipersensitivitas terhadap makanan yg bermanifestasi sbg ruam pruritic, dan dihubungkan dgn adanya enteropati sensitive-gluten. Lesi kulit bervariasi dari urtika, papul, vesikel sampai bula. Lesi kulit maupun enteropati akan membaik dengan diet eliminasi gluten.

Gambar 46. Food allergy rash

Eritema Multiforme Makula-eritema: erupsi mendadak, simetrik dgn tempat predileksi.Gejala khas ialah berbentuk iris yg terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian tengah berupa vesikel atau erythema yg keungu-unguan, dikelilingi oleh lingkaran konsentris yg pucat dan kemudian lingkaran yg merah. Vesikobulosa: Lesi mulai berupa macula,papul, dan urtika yg kemudian timbul lesi vesikobulosa di tengahnya. Bentuk ini jg dapat mengenai selaput lendir.

Gambar 46. Eritema multiform Sindrom Steven-Johnson : kelainan kulit terdiri atas eritema, vesikel, dan bula. Vesikel dan bula kemudian memecah sehingga terjadi erosi yang luas. Di samping itu dapat juga terjadi purpura. Pada bentuk yang berat kelainan generalisata. Dapat juga terjadi kelainan pada selaput lendir pada mukosa mulut dan juga terjadi kelainan mata.

Gambar 47. Steven Johnson syndrome Nekrolisis epidermal toksik: Penyakit mulai secara akut dgn gejala prodromal. Pasien tampak sakit berat dengan demam tinggi , kesadaran menurun. Kelainan kulit mulai dengan eritema generalisata kemudian timbul banyak vesikel dan bula, dapat pula disertai purpura. Lesi pada kulit dapat disertai lesi pada bibir dan selaput lendir mulut erupa erosi, ekskoriasi, dan pendarahan sehingga terbentuk krusta berwarna merah hitam pada bibir. Pada NET yg penting ialah terjadinya epidermolysis, yaitu epidermis terlepas dari dasarnya yg kemudian menyeluruh. Adanya epidermolysis menyebabkan tanda Nikolskiy positif.Epidermolisis mudah dilihat pada tempat yg sering terkena tekanan , yakni pada punggung dan bokong. Pada sebagian pasien kelainan kulit hanya berupa epidermolysis dan purpura tnpa disertai erosi,vesikel,dan bula.

Gambar 47. Nekrolisis epidermal toksik Urtikaria: Biasanya gatal, rasa terbakar, atau tertusuk. Klinis tampak erythema dan edema setempat berbatas tegas, kadang kadang bagian tengah tampak lebih pucat. Bentuknya dapat popular seperti pada urtikaria akibat sengatan serangga, besarnya dapat lenticular, nummular, sampai plakat. Bila mengenai jaringan yang lebih dalam sampai dermis dan jaringan submucosa atau subkutan, juga beberapa alat dalam misalnya saluran cerna dan napas, disebut angioderma. Pada keadaan ini jaringan yg lebih sering terkena ialah muka, disertai sesak nafas, serak, dan rinitis.

Gambar 48. Urticaria Reaksi Fotoalergik: Kelainan klinis bersifat poliforfi terutama eksematosa disertai rasa gatal. Pada stadium akut terlihat vesikel disertai skuama, krusta,dan ekskoriasi, sedangkan pada stadium kronik dijumpai kelainan berupa likenifikasi, meskipun dapat juga ditemukan

bentuk-bentuk lain, misalnya urtika, dan papul. Hiperpigmentasi lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan pada reaksi fototoksik.

Gambar 48. Reaksi fotoalergi

Psoriasis: Kelainan kulit terdiri atas bercak bercak eritema yang meninggi dengan skuama di atasnya. Eritema sirkumskrip dan merata, tetapi pada stadium penyembuhan sering eritema yang di tengah menghilang dan hanya terdapat di pinggir. Skuama berlapis lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika. Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, auspitz, dan kobner. Fenomena titisan lilin ialah skuama yang berubah warna menjadi putih pada goresan. Auspitz yaitu tampak serum atau darah bitnik bitnik.

Gambar 49. Psoriasis

Pitriasis Rosea: Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. Penyakit dimulai dengan lesi pertama, umumnya di badan, solitar, bentuk oval dan anular. Diameter kira kira 3cm. Ruam terdiri dari eritema dan skuama halus di pinggir. Lesi berikutnya timbul 4-10hari setelah lesi pertama, ukurannya lebih kecil, susunannya sejajar dgn kosta menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat predileksi pada badan,lengan atas bagian proksimal dan paha atas.

Gambar 50. Pityriasis rosea Eritrodema: Gambaran klinis berkisar mulai dari eritema universal sampai hanya terdapat skuama. Umumnya didapati eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi dapat ditemukan lesi eritematosa dan agak meninggi disbanding sekitarnya.

Gambar 50. Erythroderma

Dermatitis Seboroik: terdiri atas eritema dan skuama yg berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang tegas. DS yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuamaskuama yg halus, mulai sebagai bercak kecil yg kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama skuama yg halus dan kasar .Kelainan tsb disebut dengan pitriasis sika (ketombe). Bentuk yg berminyak disebut pitiriasis steatoides yg dapat disertai erythema dan krusta-krusta yang tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan rontok, mulai di bagian verteks dan frontal.Bentuk yg berat ditandai dengan adanya bercakbercak yg berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Pada bentuk yg lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yg kotor, dan berbau. Pada bayi, skuama-skuama yg kekuningan dan kumpulan debris-debris epitel yg lekat pada kulit disebut cradle cap.

Gambar 50. Dermatitis seboroik Pemfigus Pemfigus vulgaris: keadaan umum penderita buruk.Penyakit dapat mulai sebagai lesi di kulit kepala atau di rongga mulut pada 60% kasus,berupa erosi yg disertai pembentukan krusta, sehingga sering salah diagnosis sebagai pioderma.Lesi dapat bertahan di tempat berbulan-bulan sebelum timbul buta generalisata. Semua selaput lendir dengan epitel skuamosa dapat diserang. Kebanyakan penderita menderita stomatitis aftosa sebelum didiagnosis. Lesi di mulut dapat meluas dan menggangu makan karena nyeri. Bula yg timbul berdinding kendur, mudah pecah dengan meninggalkan kulit terkelupas, dan diikuti oleh pembentukan krusta yang lama bertahan di atas kulit yg terkelupas. Bula jg bias timbul pada kulit normal atau yg

eritematosa dan generalisata. Terjadi juga tanda Nikolskiy positif. Penderita jg sering mengeluh perih pada kulit terkelupas. Epitelisasi terjadi setelah penyembuhan dgn meninggalkan hipopigmetasi atau hiper dan biasanya tanpa jaringan parut.

Gambar 51. Pemfigus vulgaris Pemfigus Eritematosus: Kelainan kulit berupa bercak eritema berbatas tegas dengan skuama dan krusta di muka menyerupai kupu kupu sehingga mirip lupus eritematosus dan dermatitis seboroika. keadaan umum pasien baik, lesi mula-mula sedikit dan dapat berbulan-bulan, sering disertai remisi, lesi kadang terdapat di mukosa. Penyakit ini dapat berubah menjadi pemifigus vulgaris atau foliaseus.

Gambar 52. Pemfigus eritematosa Pemfigus foliaseus: Perjalanan penyakit kronik, remisi terjadi temporer. Penyakit mulai dengan timbulnya vesikel/buta, skuama dan krusta dan sedikit eksudatif, kemudian memecah dan meninggalkan erosi. Awalnya ada di kepala berambut, muka ,dan dada sehingga mirip dermatitis seboroika. Kemudian menjalar simetrik dan mengenai seluruh bagian tubuh dalam beberapa bulan. Yang khas ialah terdapatnya eritema yg menyeluruh disertai banyak skuama yg kasar, sedangkan bula yg berdinding kendur hanya sedikit, agak berbau.

Gambar 53 Pemfigus foliaseus

Pemfigoid Bulosa: keadaan umum baik. Kelainan kulit terdiri atas bula dapat bercampurdengan vesikel. Berdinding tegang, sering disertai eritema. Jika bula-bula pecah terdapat daerah erosi yg luas, tapi tidak bertambah spt pemfigus vulgaris. Orang tua lbh rentan terkena penyakit ini. Mulut terkena 20% kasus.

Gambar 53 Pemfigoid bulosa Dermatitis Herpetiformis: Perjalanan penyakit kronik dan residif. Biasanya berlgsg seumur hidup. Keadaan umum baik. Keluhannya sgt gatal. Ruam berupa eritema,papulo-vesikel, dan vesikel/bula yg berkelompok dan sistemik. Kelainan yg utama ialah vesikel, oleh karena itu disebut Herpetiformis yg berarti serperti herpes zoster. Vesikel-vesikel tersebut dpt ersusun arsinar atau sirsinar. Dinding vesikel tegang.

Gambar 54 Dermatitis hepetiformis.

Prurigo Hebra : Terdapat papul papuk miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, lebih mudah diraba daripada dilihat. Garukan yang terus menerus menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi dan likenifikasi. Tempat predileksi di ekstremitas bagian ekstensor dan simetrik, dapat meluas ke bokong dan perut.

Gambar 55. Prurigo hebra Prurigo nodularis : Lesi berupa nodus, dapat tunggal atau multiple, mengenai ekstremitas, terutama pada permukaan anterior paha dan tungkai bawah. Lesi sebesar kacang polonga tau lebih besar, keras dan berwarna merah atau kecoklatan.

Gambar 56. Prurigo nodularis

Miliaria Miliaria kristalina : Terlihat vesikel berukuran 1 – 2 mm terutama pada badan setelah banyak berkeringat. Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian badan yang tertutup pakaian.

Gambar 57. Miliaria kristalina Miliaria rubra : Papul merah atau papul vesicular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Miliaria jenis ini terdapat pada orang yang tidak terbiasa pada daerah tropik.

Gambar 58. Miliaria rubra

Miliaria profunda : Bentuk ini jarang terjadi kecuali di daerah tropis. Kelainan ini biasanya timbul setelah miliaria rubra, ditandai dengan papul putih, keras, berukuran 1-3 mm. Terutama terdapat di badan dan ekstremitas

Gambar 59. Miliaria profunda

DAFTAR PUSTAKA 1. Adhi Djuanda. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2011 2. Wolff, K., Goldsmith, L., Katz, S., Gilchrest, B., Paller, AS., & Leffell, D. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine, 8th Edition. New York: McGraw-Hill. 2011 3. James, William D, Dirk M. Elston, Timothy G. Berger, and George C. Andrews. Andrews' Diseases of the Skin: Clinical Dermatology. London: Saunders/ Elsevier, 2011.

Related Documents


More Documents from "Haru Suka"

Amaya2003.pdf
June 2020 10
Fakolitik.docx
June 2020 7