Awas ! Penyakit Hati (Bagian Pertama : Al Futuur) َ ى ت َملُّوا و كَا ُّ ن فَواللهِ ل َ ي َم ِ صا ِه عَلَيْه ُ ح َ نأ َ َ ما دَا ُ ُ حب َ ن َ َِ م ب ْ ُ عَلَيْك َ َّ ه حت ُ ل الل َ م َ ب الدِّي َ َ ْما تَطِيْقُو َ “Lakukanlah amal itu sebatas kesanggupanmu. Sesungguhnya Allah tidak akan bosan sehingga kalian merasa bosan, dan sesungguhnya amal yang paling disukai Allah ialah amal yang dikerjakan terus menerus sekalipun sedikit.” (HR.Muttafaqun ‘Alaih) Dalam kitab Lisanul Arab (Ibnu Manzuur 5/43) kata futuur mengandung pengertian sikap berdiam diri setelah sebelumnya bergiat atau lemah setelah sebelumnya kuat. Menurut istilah, futuur ialah suatu penyakit hati yang efek minimalnya tumbuhnya rasa malas, lamban dan sikap santai dalam melakukan suatu amaliyah yang sebelumnya pernah dilakukan dengan penuh semangat, dan efek maksimalnya adalah pelaksanaan amaliyah itu tidak pernah dilakukan lagi. Faktor-faktor penyebab futuur Pertama: Al Ghuluwwu Tasyaddud wat tanaththu’ fid dien. (Ekstrim, melampaui batas dan berlebihan dalam menjalankan aturan agama). Terlalu berlebihan atau memaksakan diri dalam melakukan amaliyah ibadah tanpa mempertimbangkan kondisi diri baik fisik, kesehatan maupun psikis, dan hal itu merupakan pemicu lahirnya sifat futuur Rasulullah SAW bersabda: “Jauhilah sikap ghuluw (belebih-lebihan) dalam beragama, karena sesungguhnya orang sebelum kamu telah binasa akibat sikap itu.” (HR. Ahmad) Kedua: As Syaraf wa Mujawazatul Hadfie Ta athil Mabahits. (Melampaui batas kewajaran dalam melakukan hal-hal yang mubah atau dibolehkan). Contoh dalam hal makan minum, dalam kitab Ihyaa’ ‘Ulumuddin Abu Sulaiman berkata: “Barangsiapa yang kenyang maka ia akan mudah ditimpa enam penyakit, yakni : hilangnya rasa nikmat, tidak mampu memetik hikmah, lenyap rasa kasih saying – karena ia mengira bahwa semua makhluk kenyang sepertinya, malas dalam beribadah, dan menguatnya dorongan nafsu syahwat.” Ketiga : mufarraqatul Jama’ah wa letsarul hayatul ‘uzlah wat tafarruq. (Memisahkan diri dari berjamaah dan lebih mengutamakan hidup ‘uzlah atau menyendiri) Rasulullah SAW bersabda: “Berjamaah kalian, karena sesungguhnya syetan menyertai orang yang sendiri, dan dia akan menjauhi orang yang berdua. Barangsiapa yang ingin masuk ke taman surga hendaklah ia komitmen dengan jamaah.” (H.R. Tirmidzi) Keempat : Dukhuulu jaufihi syai’un muharraman au bihi syubhat. (Tubuhnya termasuki sesuatu yang haram atau bernilai syubhat). Rasulullah bersabda : “ Tubuh yang tumbuh dari sesuatu yang haram, maka ia lebih banyak tempatnya di neraka. ” (H.R At Tirmidzi) Kelima: Qillatu tazakkuril maut ead darul akhirah. (Kurang mengingat masalah kematian dan kehidupan akhirat) Rasulullah SAW bersabda: “Dulu aku melarang kalian berziarah kubur, namun sekarang berziarahlah, karena hal itu akan menjadikan sikap zuhud di dunia dan akan mengingatkan pada akhirat. ”(H.R. Ahmad) Keenam: Al wuquu’ fil ma’ashi was saiy-aat lasiamma shaghairus zunub maal istihanah biha. (Berlarut-larut dalam melakukan maksiat dan meremehkan dosa-dosa kecil) Rasulullah SAW bersabda: “Jika seorang mukmin melakukan dosa, berarti ia telah memberi setitik noda hitam pada hatinya. Jika ia bertaubat, tidak meneruskannya, dan memohon ampunan, maka hatinya kembali berkilau. Akan tetapi jika ia berulang-ulang melakukan hal itu, maka akan bertambah pula noda hitam yang menutupi hatinya, dan itulah ‘Ar Raan’ sebagaimana yang difirmankan ‘Azza wa Jalla, ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (H.R. Ahmad dan Ashhaabus Sunan) Banyak hal lagi yang dapat menjadi faktor penyebab penyakit futuur ini, diantaranya: Menyepelekan kewajiban harian, seperti memperlambat dalam mendirikan shalat wajib, lalai melaksanakan shalat rawatib, meninggalkan tilawah al Qur’an, dan sebagainya. Kemudian mencukupkan diri dalam mengerjakan salah satu bagian saja dari syari’at agama, mengabaikan kebutuhan jasmani dalam beribadah, berteman dengan orang yang memiliki penyakit futuur.
Untuk itu kita harus mengetahui kiat dan cara mengatasi penyakit futuur. Adapun diantara kiat dan caranya adalah sebagai berikut : Pertama: Menjauhi perbuatan dosa dan kemaksiatan, baik yang kecil apalagi yang besar. Kedua: Tekun dalam melaksanakan ‘amal yaumiyah (amal harian), seperti dengan memperbanyak zikir, melaksanakan shalat nawafi, membaca Al Qur’an. Ketiga: Senantiasa menghadiri majelis-majelis ilmu, pengajian, bergaul dengan orang lain dan tidak menyendiri, serta bergaul dengan orang-orang yang shaleh dan ahli ibadah. Keempat: Melakukan kajian secara kontinu terhadap kitab-kitab atau buku-buku yang membahas perjalanan sejarah para shahabat atau orang-orang shaleh lainnya. Kelima: Mengingat kematian dan kejadian-kejadian yang bakal terjadi selanjutnya. Keenam: Mengingat kenikmatan surga dan azab neraka. Ketujuh: Menjalankan ajaran agama secara total dan tidak setengah hati. Kedelapan: Senantiasa mengoreksi dan menghitung diri. Kesembilan: Senantiasa menerapkan sunnah Rasulullah SAW dalam kehidupan. Kesepuluh: Mengatur waktu dengan cermat. Kesebelas: Menghindarkan diri dari sikap berlebihan dalam menjalankan ajaran agama.