PENGOBATAN MALARIA Budi Mulyaningsih Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran UGM
Prinsip pengobatan malaria 1. 2.
3. 4.
5.
Penemuan penderita secara dini Melakukan pengobatan yg efektif mengurangi/membasmi parasitemia Mencegah komplikasi & kematian Menemukan & mengobati rekrudensi/relaps Mengurangi penularan penyakit malaria
Obat untuk program pemberantasan
Klorokuin 2. Pirimetamin 3. Primakuin 4. Kina 5. Kombinasi sulfadoksin dan pirimetamin 6. Kombinasi berbasis artemisin (ACT) 1.
SASARAN OBAT MENURUT STADIA PARASIT Sizontosida Jaringan * Utk tujuan profilaksis kausal * Bekerja pada stadium preeritrosit dpt mencegah parasit menyerang eritrosit
Sizontosida Jaringan Sekunder (Hipnozoit) * Dapat mencegah terjadinya relaps
Sizontosida Darah Bekerja pada bentuk eritrositer penyembuhan klinis/penekanan infeksi sub-paten Gametosida Ditujukan utk membunuh semua bentuk seksual eritrositer Sporontosida Ditujukan utk mencegah pembentukan oosista dan sporozoit tidak terjadi penularan
SPEKTRUM OBAT 1. Klorokuin
Sisontosida darah efektif utk semua spesies malaria klinis Pada infeksi P. falciparum & P. malariae penyembuhan radikal Digunakan pada malaria akut Efektif untuk stadium gametosit hanya pada infeksi P. falciparum
2. Pirimetamin
Sizontosida jaringan bukti belum jelas Sizontosida darah aktif terhadap semua spesies kesembuhan klinis P. falcip. kesembuhan radikal Kerja lambat kesembuhan akut Gametosida menghalangi terjadinya sporogoni
3. Primakuin
Sizontosida jaringan aktif thdp P. vivax dan P. falciparum Sizontosida jaringan sekunder sangat aktif (penyembuhan radikal pd infeksi P. vivax obat pilihan utk mencegah relaps) Sizontosida darah aktif terhadap P. vivax dan P. falciparum (dosis yg dibutuhkan besar shg tdk boleh digunakan secara rutin bahaya) Gametosida efektif utk semua spesies
4. Kina
Sizontosida darah sangat aktif penyembuhan klinis (P. falciparum penyembuhan radikal walaupun lama dan mrpk obat pilihan utk infeksi akut/utk P. falciparum yg resisten klorokuin) Gametosida efektif utk semua spesies kecuali P. falciparum Resistensi parasit malaria thdp kina belum pernah dilaporkan di Indonesia
5. Sulfonamida Sizontosida darah efektif hanya utk P. falciparum (obat tunggal yg efeknya lambat & cepat resisten tdk digunakan untuk pencegahan Gametosida obat tunggal pd infeksi P. falciparum jumlah gametosit meningkat tdk efektif
6. Kombinasi berbasis artemisin (ACT) Rekomendasi WHO : untuk mengatasi parasit malaria yang sudah resisten terhadap klorokuin dan sulfadoksinpirimetamin ACT merupakan kombinasi artemether dan lumefantrine. Artemether adalah turunan artemisin yang diekstrak dari tanaman Artemisia annua yang dibudidayakan di CHina
ANOPHELES
MANUSIA (DARAH)
SPOROZOIT
MANUSIA (JARINGAN) SIZON JARINGAN
PROFILAKSIS KAUSAL SPORONTOSIDA
SIZON
TROF.
MEROZOIT
MEROZOIT EKSOERITROSIT
GAMET. OOKIST GAMETOSIDA
HIPNOZOIT
H I P N O Z O I T
RESISTENSI OBAT MALARIA
DIFINISI Kemampuan parasit malaria utk terus hidup dlm tubuh manusia, berkembang biak dan menimbulkan penyakit, meskipun telah diobati secara teratur dg dosis standar/dosis yg lebih tinggi yg masih dpt ditolerir oleh pemakai obat
Dilaporkan pertama kali:
Di Venezuela (1959) Di Columbia (1960) Di Indonesi (1973)
Yogyakarta
Proses terjadinya resistensi
Importasi Secara spontan dari parasit lokal mutasi genetik
Indikasi kemungkinan adanya resistensi 1. Ditemukan sediaan darah (SD)+ P. falcp. pd:- penduduk dari daerah resisten - penduduk dari daerah yg dicurigai resisten - penduduk dari luar Jawa & Bali
2. Sediaan darah + P. falcp. meningkat 2-3 kali dari biasanya 3. Ada kenaikan jml penderita infeksi P. falcp dlm 3 bln pertama masa follow up penyelidikan epidemiologi 4. Ada penderita infeksi P. falcp yg sering kambuh dlm jarak 2 minggu setelah pengobatan dg klorokuin
PENENTUAN RESISTENSI IN VITRO (bbrp obat dpt dites bersama-sama) Prinsip kerja Stadium eritrosit dpt dikultur in vitro pd suhu 38,50 C – 400 C Pd parasit yg rentan pembentukan sizon akan terhenti bila media dicampur dg sizontosida dg dosis tertentu Sterilitas harus di jaga
IN VIVO (dpt menunjukkan tingkat resistensi) Prinsip kerja Membandingkan kepadatan parasit aseksual dlm darah tepi sebelum & selama 7 hari sesudah pemberian klorokuin dosis tertentu (jika perlu sampai 28 hari): * dpt diketahui tingkat reaksi parasit pd penderita thdp pengobatan * dpt digambarkan sebagai suatu spektrum, dimulai tingkat yg sangat rentan s/d yg sangat resisten
IN VIVO (dpt menunjukkan tingkat resistensi) Prinsip kerja Membandingkan kepadatan parasit aseksual dlm darah tepi sebelum & selama 7 hari sesudah pemberian klorokuin dosis tertentu (jika perlu sampai 28 hari) dpt
diketahui tingkat reaksi parasit pd penderita thdp pengobatan
Syarat Penderita utk Tes Invivo
Bisa berkomunikasi (umur > 6 tahaun & tdk terlalu tua) Sediaan darah hanya mengandung P. falciparum (tdk campuran) Kepadatan parasit aseksual 1.000 10.000 / mm3 Gejala klinik tdk berat & keadaan umum baik Penderita bebas dari obat2 malaria lain dalam 6 minggu
Derajat Resistensi P. falciparum thdp Klorokuin
Reaksi Derajat Ciri-ciri Semua prst aseksual hilang Sensitif S dari darah perifir, 7 hari (rentan)
RI Resisten (kebal)
RII RIII
setelah pengobatan (tanpa rekrudensi) Semua prst aseksual hilang dari darah perifir, 7 hari setelah pengobatan (tetapi selalu ada rekrudensi) Penurunan yg jelas jml. Prst aseksual dlm drh perifir, tetapi tdk pernah negatif Tdk ada perubahan yg berarti dari jml parasit aseksual dlm drh perifir
Derajat Resistensi P. falcp. thdp Klorokuin SENSITIF (S)
Batas ambang mikroskopis
RI KASEP
RI DINI 0 1 2 3 4 5
6 7
14
21
28
Derajat Resistensi P. falcp. thdp Klorokuin
RII
0 1 2 3 4 5 6 7
Standar tes (tes 7 hari) Extended test (tes 28 hari)
Batas ambang mikroskopis
14
21
Hari dihitung saat mulai minum obat
28