Pengmas Proposal Kel 9 Pinang Oce (1).doc

  • Uploaded by: SitiMardiana Putribugis
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengmas Proposal Kel 9 Pinang Oce (1).doc as PDF for free.

More details

  • Words: 4,088
  • Pages: 23
BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah

lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar encer, penyakit diare pada anak apabila tidak ditangani dengan pertolongan yang cepat dan tepat dapat mengakibatkan dehidrasi (Depkes RI, 2004). Diare merupakan salah satu penyakit sistem pencernaan yang sering dijumpai di masyarakat yaitu penyakit yang ditandai dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali dalam sehari (WHO, 2009). Diare masuk dalam daftar penyebab kematian paling banyak di dunia. Data dari World Health Organization (WHO) per 2012 menyebutkan 1,5 juta atau 2,7 persen dari seluruh kematian diseluruh dunia disebabkan oleh diare. Banyaknya kematian akibat diare disebabkan masih banyaknya warga dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan dan kondisi sanitasi yang buruk. Kasus kematian akibat diare paling banyak ditemukan di Afrika dan Asia Selatan. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2007) yang dilakukan oleh Kemenkes cq Badan Litbangkes pada tahun 2007, penyakit diare menjadi penyebab utama kematian bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Pada tahun 2014 angka kasus diare di Provinsi Kepulauan Riau mencapai 29.689 penderita dari 1,8 juta penduduk (Dinas Kesehatan Provinsi Kepri, 2014), sedangkan di RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang angka keseluruhan kejadian kasus menempati urutan ke 6 dari 10 penyakit terbanyak tiap tahunnya atau nomor empat kasus emergensi medik. Jumlah perkiraan kasus Diare di Kota

1

Tanjungpinang sebanyak 9.49 kasus dan jumlah ditemukan dan ditangani sebanyak 2.976 kasus (31,63%). Menurut Depkes RI (2009), sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian tekait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Cuci tangan pake sabun (CTPS) merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dan flu burung, bahkan disarankan untuk mencegah penularan influenza. Banyak pihak yang telah memperkenalkan perilaku ini sebagai intervensi kesehatan yang sangat mudah, sederhana dan dapat dilakukan pleh mayoritas masyarakat Indonesia. Atas dasar tesebut di atas Pengabdian Kepada Masyarakat yang akan kami lakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar dengan melakukan penyuluhannserta demonstrasi tentang cuci tangan pakai sabun untuk mengurangi kasus diare serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang penyakit diare, dengan harapan masyarakat Tau, Mau dan Mampu untuk mengaplikasikan kebiasaan hidup sehat di lingkungannya. 1.2

Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum Mengetahui Gambaran Pengetahuan Masyarakat terhadap Penyakit Diare di Kelurahan Kampung Bugis RT 01/RW 06 Kota Tanjungpinang. 1.2.2. Tujuan Khusus 1.Untuk Mengetahui Pengetahuan masyarakat tentang penyakit Diare sebelum dilakukan Demonstrasi. 2.Untuk Mengetahui Pengetahuan masyarakat tentang penyakit Diare sesudah dilakukan Demonstrasi. 3. Untuk Mendemonstrasikan Cuci Tangan Pakai Sabun 1.3

Sasaran Masyarakat RT 01/ RW 06 Kelurahan Kampung Bugis Kota Batam. 2

1.4

Metode Pelaksanaan Memberikan penyuluhan serta demonstrasi kepada masyarakat RT 01/ RW 06 Kelurahan Kampung Bugis Kota Tanjungpinang tentang Penyakit Diare.

1.5

Jadwal Pelaksanaan Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat dilakukan pada : Hari

: Senin

Tanggal

: 22 Oktober 2018

Waktu

: 10.00 wib / selesai

Tempat

: Ruang Pertemuan RT 01 / RW 06 Keluruhan Kampung Bugis Kota Tanjungpunang

1.6

Tema Pengabdian GAMBARAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT DIARE DI KELURAHAN KAMPUNG BUGIS RT 01 / RW 06 KOTA TANJUNGPINANG

1.7

Materi Penyuluhan -

Bahaya Penyakit Diare

-

Demonstrasi Cuci Tangan pake Sabun

-

Memanfaatkan tanaman di lingkungan tempat tinggal sebagai salah satu obat diare

1.8

Narasumber Pemateri:

1. Noviyanti, S.Kep,M.Kes 2. M. Doni Kurniawan ( mahasiswa)

3

1.9

Susunan Panitia SUSUNAN PANITIA PENGABDIAN MASYARAKAT STIKes IBNU SINA BATAM TAHUN AKADEMIK 2018/2019

Pembina

: Fitri Sari Dewi, SKM, M.KKK

Ketua

: Novi yanti, SKep, M.Kes

Sekretaris

: Novela Sari, SKM, MKes

Bendahara

: Rizqi Ulla Amaliah, SKM, M.KKK

Anggota

: M.Kafit, SKM, MKes

Koordinator Kegiatan

: 1. Anita Pramawati, SKM, Msi 2. dr. Hj. Elsusi Martha, MKM 3. Roni Saputra, M.Si 4. Corina Tane (mahasiswa)

Sekretariat Acara

: 1. Hengky Oktarizal, SKM, MKM : 2. Leni Utami, Ssi, MKM : 3. Ice Irawati, SKM, M.Kes : 4. Trisna Dewita, SKM 5. Prima Sari (mahasiswa)

Sekretariat Kelengkapan

: 1. Ahmadi, SKM 2. Fajar, MKes 3. Al Hafez Husein, SKM 4. M. Doni Kurniawan (mahasiswa)

Konsumsi

: dr. Andi Khairunnisa, SKed Evy Suhandary

4

1.10

Rancangan Anggaran

NO 1 2 3 4 5

NAMA BARANG VOL SAT HARGA Honor Narasumber 1 Or Rp 500,000 Alat Perangkap Lalat 3 unit Rp 400,000 Sewa Tempat Pertemuan 1 hari Rp 250,000 Fotocopy media Lifleat 400 lembar Rp 500 dll TOTAL Terbilang : Dua Juta Dua Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah

JUMLAH Rp 500,000 Rp 1,200,000 Rp 250,000 Rp 200,000 Rp 100,000 Rp 2,250,000

Mengetahui, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ibnu Sina Batam, Ketua

Ka. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Ketua Pelaksana

Fitri Sari Dewi, SKM, M.KKK NUP. 777.0608.455

Anita Pramawati, SKM,M.KL NUP.777.19.01.0020

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Kesehatan Lingkungan

2.1.1

Pengertian Kesehatan Lingkungan Kesehatan

lingkungan

merupakan

bagian

dari

dasar-dasar

kesehatan masyarakat modern yang meliputi terhadap semua aspek manusia dalam hubungannya dengan lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai-nilai kesehatan manusia pada tingkat setinggi-tingginya dengan jalan memodifisir tidak hanya faktor sosial dan lingkungan fisik semata mata, tetapi juga terhadap semua sifatsifat dan kelakuan-kelakuan lingkungan yang dapat membawa pengaruh terhadap ketenangan, kesehatan dan keselamatan organisme umat manusia ( Mulia Ricky M, 2005). Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Menurut Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. 2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan Menurut WHO ada 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)

Penyediaan Air Minum Pengelolaan air Buangan dan pengendalian pencemaran Pembuangan Sampah Padat Pengendalian Vektor Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia Higiene makanan, termasuk higiene susu Pengendalian pencemaran udara 6

8) Pengendalian radiasi 9) Kesehatan kerja 10) Pengendalian kebisingan 11) Perumahan dan pemukiman 12) Aspek kesling dan transportasi udara 13) Perencanaan daerah dan perkotaan 14) Pencegahan kecelakaan 15) Rekreasi umum dan pariwisata 16) Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan

dengan

keadaan

epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk 17) Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23 tahun 1992 ruang lingkup kesehatan lingkungan ada 8, yaitu: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 2.1.3

Penyehatan Air dan Udara Pengamanan Limbah padat/sampah Pengamanan Limbah cair Pengamanan limbah gas Pengamanan radiasi Pengamanan kebisingan Pengamanan vektor penyakit Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

Sasaran Kesehatan Lingkungan Menurut Pasal 22 ayat (2) UU 23/1992, Sasaran dari pelaksanaan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut: 1) Tempat umum : hotel, terminal, pasar, pertokoan, dan usaha-usaha yang sejenis. 2) Lingkungan pemukiman : rumah tinggal, asrama/yang sejenis. 3) Lingkungan kerja : perkantoran, kawasan industri/yang sejenis. 4) Angkutan umum : kendaraan darat, laut dan udara yang digunakan untuk umum. 5) Lingkungan lainnya : misalnya yang bersifat khusus seperti lingkungan yang

berada dlm keadaan darurat, bencana perpindahan penduduk

secara besar2an, reaktor/tempat yang bersifat khusus. Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, yang dapat dilakukan dengan melalui peningkatan sanitasi lingkungan, baik yang menyangkut tempat maupun terhadap bentuk 7

atau wujud substantifnya yang berupa fisik, kimia, atau biologis termasuk perubahan perilaku. Salah satu masalah dari kesehatan lingkungan yaitu tentang pencemaran

lingkungan. Pencemaran lingkungan diantaranya

pencemaran air, pencemaran tanah, pencemaran udara. Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau di rangsang oleh faktor-faktor lingkungan oleh karena itu lingkungan hidup sangat berperan dalam

mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta mahluk hidup. Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Udara, air, makanan, sandang, papan dan seluruh kebutuhan manusia harus diambil dari lingkungan hidupnya. 2.2 Penyakit Diare 2.2.1 Pengertian Penyakit Diare Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar encer, penyakit diare pada anak apabila tidak ditangani dengan pertolongan yang cepat dan tepat dapat mengakibatkan dehidrasi (Depkes RI, 2004). Diare merupakan salah satu penyakit sistem pencernaan yang sering dijumpai di masyarakat yaitu penyakit yang ditandai dengan buang air besar encer lebih dari tiga kali dalam sehari (WHO, 2009). 2.2.2 Etiologi Diare Menurut Warman (2008) diare disebabkan oleh: 1) Faktor Infeksi

8

Jenis-jenis bakteri dan virus yang umumnya menyerang dan mengakibatkan infeksi adalah bakteri E.coli, Salmonela, Vibrio cholerae (kolera) Shigella,Yersinia enterocolitica, virus Enterovirus echovirus, human Retrovirua seperti Agent, Rotavirus, dan parasit oleh cacing

(Askaris),

Giardia

calmbia,

Crytosporidium,

jamur

(Candidiasis). 2) Faktor Makanan Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Astuti, dkk (2011) perilaku ibu masih banyak yang merugikan kesehatan salah satunya kurang memperhatikan kebersihan makanan seperti pengelolaan makanan terhadap fasilitas pencucian, penyimpanan

makanan,

penyimpanan bahan mentah dan perlindungan bahan makanan terhadap debu. 3) Faktor Lingkungan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus, dkk (2009) diare dapat disebabkan dari faktor lingkungan diantaranya adalah kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular, penggunaan sarana air yang sudah tercemar, pembuangan tinja dan tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar, kondisi lingkungan sekitar yang kotor dan tidak terjaga kebersihannya. 2.2.3

Tanda dan Gejala Diare Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan menurun, kemudian timbul diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare. Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi (Sodikin, 2011).

2.2.4

Klasifikasi Diare 9

Menurut Simadibrata (2006), diare dapat diklasifikasikan berdasarkan: 1) Lama Waktu Diare a.

Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari, sedangkan menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines (2005) diare akut didefinisikan sebagai passase tinja yang cair dan lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung kurang dari 14 hari, dan akan mereda tanpa terapi yang spesifikasi jika dehidrasi tidak terjadi (Wong, 2009).

b.

Diare Kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari.

2) Mekanisme Patofisiologi a.

Osmolalitas intraluminal yang meninggi, disebut diare sekretorik.

b.

Sekresi cairan dan elektrolit meninggi.

c.

Malabsorbsi asam empedu.

d.

Efek sistem pertukaran anion atau transport elektrolit aktif di enterosit.

e.

Motilitas dan waktu transport usus abnormal

f.

Gangguan permeabilitas usus.

g.

Inflamasi dinding usus disebut diare inflamatorik.

h.

Infeksi dinding usus.

3) Penyakit Infektif atau Noninfektif 4) Penyakit Organik atau fungsional 2.2.5

Penatalaksanaan Diare Pengobatan adalah suatu proses yang menggambarkan suatu proses normal atau fisologi, dimana diperlukan pengetahuan, keahlian sekaligus berbagai pertimbangan profesional dalam setiap tahun sebelum membuat seuatu keputusan (Dewi Sekar, 2009) Prinsip dari tatalaksana diare yang direkomendasikan oleh WHO, Rehdrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta mempercapat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurang gizi akibat diare juga menjadi cara 10

untuk mengobati diare untuk itu Kementerian Kesehatan telah menyusun langkah-langkah tuntaskan Diare yaitu : 1)

Rehidrasi menggunakan oralit osmolaritas rendah Oralit adalah campuran garam elektrolit yang terdiri atas Natrium

klorida (NaCl), Kalium Klorida (KCl), sitrat dan glukosa. Oralit osmolaritas rendah telah drekomendasikan oleh WHO dan UNICEF (United Nations International Children’s Emergency Fund). Tabel 2.1 Kandungan Oralit Osmolaritas Rendah

Oralit Osmolaritas Rendah WHO/UNICEF 2004 NaCl

2,6 g

Na Citrate

2,9 g

KCL

1,5 g

Glucose

13,5 g

Na+

75 mEq/L

K+

20 mEq/L

Citrate

10 mmol/L

Cl-

65 mEq/L

Glucose

75 mmol/L

Osmolaritas

245 mmolL

Berikan oralit segera bila diare, untuk mencegah dan mengobati dehidrasi sebagai pengganti cairan dan elektrolit yang terbuang saat diare. Sejak tahun 2004 WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit Osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit osmolarotas rendah diberikan kepada penderita diare akan : a.

Mengurangi volume tinja hingga 25%

b.

mengurangi mual mutah hingga 30%

11

c.

Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai 33%

Membuat dan Memberikan Oralit : Cara membuat larutan Oralit : a.

Cuci tangan dengan air dan sabun

b.

Sediakan 1 gelas air minum yang telah dimasak (200cc)

c.

Masukkan satu bungkus Oralit 200cc

d.

Aduk sampai larut benar

e.

Berikan larutan Oralit kebada penderita diare

2)

Zinc selama 10 hari berturut-turut Zinc baik dan aman untuk pengobatan diare. Berdasarkan hasil

penelitian Departement Of Child and Adolescent Health and Development, World Health Organization yaitu : a. Zinc sebagai obat diare : -

20% lebih cepat sembuh jika anak diare diberi Zinc (penelitan

-

di India) 20% risiko diare lebih dari 7 hari berkurang 18%-59% mengurangi jumlah tinja Mengurangi risiko diare berikutnya 2-3 bulan ke depan

b. Zinc pencegahan dan pengobatan diare berdarah -

Pemberian Zinc terbukti menurunkan kejadian diare berdarah

c. Zinc dan Penggunaan Antibiotik Irasional -

Sampai saat ini pemakaian antibiotik pada diare masih 80% sedangkan jumlah diare yang seharusnya diberi antibiotik tidak lebih dari 20% sangat tidak rasional, (data sesuai dari hasil presentasi dr.M. Juffrie, PhD,SpA(K) dalam kongres XIV IKA

-

dan Bidan Indonesia, Padang, 2008) Pemakaian Zinc sebagai terapi diare apapun penyebabnya akan menurunkan pemakaian antibiotik irasional.

3)

Pemberian antibiotik sesuai indikasi

12

Antibiotik jangan diberikan kecuali atas indikasi misalnya pada diare berdarah dan kolera, pemberian antibiotik yang tidak tepat akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu flora usus. Selain itu pemberian antibiotik yang tidak tepat akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik dan menambah resistensi kuman 2.4

Metode Demonstrasi

2.4.1

Pengertian Metode Demonstrasi Metode

demonstrasi

adalah

metode

pembelajaran

yang

menyajikan suatu prosedur atau tugas, cara menggunakan alat dan cara berinteraksi.

Demonstrasi

dapat

dilakukan

secara

langsung

atau

menggunakan media, seperti video dan film. 2.4.2

Penggunaan Metode Demonstrasi Media ini digunakan :

a. b. c. d. e.

Jika memerlukan contoh prosedur atau tugas dengan benar Apabila tersedia alat peraga Bila tersedia tenaga pengajar yang terampil Membandingkan suatu cara dengan cara yang lain Untuk mengetahui serta melihat kebenaran sesuatu, bila berhubungan dengan mengatur sesuat, dan proses mengerjakan atau menggunakan sesuatu.

2.4.3 Keunggulan Metode Demonstrasi a. b. c. d. e. f.

Dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan konkret Dapat menghindari verbalisme Lebih mudah memahami sesuatu Lebih menarik Peserta didik dirangsang untuk mengamati Menyesuaikan teori dengan kenyataan dan dapat melakukan sendiri (redemonstrasi )

2.4.4

Kekurangan Metode Demonstrasi

a. Memerlukan ketrampilan khusus dari penerima informasi b. Alat-alat atau biaya, dan tempat yang memadai belum tentu tersedia 13

c. Perlu persiapan dan perencanaan yang matang 2.5

Cuci Tangan

2.5.1

Pengertian Cuci Tangan Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi jumlah mikroorganisme sementara (Dahlan dan Umrah, 2013). Kebersihan tangan yang tak memenuhi syarat juga berkontrubusi menyebabkan penyakit terkait makanan, seperti infeksi bakteri salmonella dan E. Coli infection. Mencuci tangan dengan sabun akan membuat bakteri lepas dari tangan (IKAPI, 2007). Cuci tangan merupakan salah satu cara untuk menghindari penyakit yang ditularkan melalui makanan. Kebiasaan mencuci tangan secara teratur perlu dilatih pada anak. Jika sudah terbiasa mencuci tangan sehabis bermain atau ketika akan makan ,aka diharapkan kebiasaan tersebut akan terbawa sampai tua (Samsuridjal, 2009).

2.5.2

Manfaat Cuci Tangan Wirawan (2013) menjelaskan bahwa manfaat mencuci tangan selama 20 detik yaitu sebagai berikut: a. Mencegah risiko tertular flu, demam dan penyakit menular lainnya sampai 50%. b. Mencegah tertular penyakit serius seperti hepatitis A, meningitis dan lain-lain. c. Menurunakan risiko terkena diare dan penyakit pencernaan lainnya sampai 59%. d. Jika mencuci tangan sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan, sejuta kematian bisa dicegah setiap tahun. e. Dapat menghemat uang karena anggota keluarga jarang sakit.

14

2.5.3

Waktu Untuk Mencuci Tangan Mencuci tangan memakai sabun sebaiknya dilakukan sebelum dan setelah beraktifitas. Berikut ini adalah waktu yang tepat untuk mencuci tangan memakai sabun menurut Ana (2015): a. Sebelum dan sesudah makan. Pastilah hal ini harus dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terkontaminasinya makanan yang akan kita konsumsi dengan kuman, sekaligus mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh kita. b. Sebelum dan sesudah menyiapkan bahan makanan Bukankah kuman akan mati ketika bahan makanan dimasak? Memang benar. Masalahnya bukan terletak pada bahan makanannya, tetapi kuman – kuman yang menempel pada tangan anda ketika mengolah bahan mentah. c. Sebelum dan sesudah mengganti popok Untuk menjaga sterilnya kulit bayi dari kuman – kuman berbahaya yang dapat menginfeksi, maka anda wajib untuk mencuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah mengganti popok bayi. d. Setelah buang air besar dan buang air kecil Ketika melakukan buang air besar dan buang air kecil kuman dan bakteri akan mudah menempel pada tangan anda, dan harus dibersihkan. e. Setelah bersin atau batuk Sama seperti buang air kecil dan buang air besar, ketika bersin atau batuk, itu artinya anda sedang menyemburkan bakteri dan kuman dari mulut dan hidung anda. Refleks anda pastinya menutup mulut dan hidung dengan tangan, yang artinya, kuman akan menempel pada tangan anda. f. Setelah menyentuh sampah Sampah, sudah pasti merupakan sumber bakteri dan kuman yang sangat berbahaya bagi tubuh. Wajib hukumnya bagi anda untuk mencuci tangan setelah menyentuh sampah.

15

2.5.4

Peralatan dan Perlengkapan Mencuci Tangan Dengan Benar Peralatan dan perlengkapan mencuci tangan pakai sabun menurut Dahlan dan Umrah (2013), peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan adalah : a. Sabun biasa atau antiseptic b. Handuk bersih c. Wastafel atau air mengalir.

2.5.5

Teknik Mencuci Tangan Dengan Benar Samsuridjal (2009) menjelaskan bahwa pada dasarnya air untuk cuci tangan hendaknya air yang mengalir. Penggunaan sabun hendaknya mengenai seluruh tangan dan diperlukan waktu agar kontak kulit dan sabut dapat terjadi. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar sebagai :

Gambar : Cara Mencuci Tangan (Healt Unit, 2012). Cara cuci tangan pada gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut ini: 1. 2. 3. 4. 5.

Basahi tangan menggunakan air yang mengalir Tuangkan sabun pada tangan Gosok sampai berbusa dikulti tangan hitung sampai 15 detik Bilas tangan menggunakan air mengalir Keringkan tangan menggunakan handuk atau pengering 16

6. Tutup kran menggunakan handuk atau lengan (Healt Unit, 2012).

BAB III SITUASI WILAYAH

3.1

Kondisi Geografis

3.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Tanjungpinang Kota Kecamatan Tanjungpinang Kota memilki luas wilayah 52,5 Km2, terdiri ± 70% lautan dan 30% daratan. Daerahnya merupakan dataran rendah dan perbukitan yang sangat strategis, keadaan tanah yang subur, curah hujan yang cukup antara 2000-3000 mm/tahun sehingga dapat dikembangkan menjadi daerah pertanian dan perkebunan dengan ketinggian tanah ± 50 meter dari permukaan laut. Adapun iklim yang mempengaruhi adalah musim kemarau yang dimulai dari Bulan Februari sampai Bulan Agustus dan musim penghujan yang dimulai dari Bulan September sampai Bulan Januari. Kecamatan Tanjungpinang Kota terdiri dari 4 kelurahan yaitu: 1). Kelurahan Tanjungpinang Kota, dengan luas wilayah 1,5 km2, 2). Kelurahan Kampung Bugis, dengan luas wilayah 24 km2 3). Kelurahan Senggarang, dengan luas wilayah 23 km2 dan 4). Kelurahan Penyengat, dengan luas wilayah 4 km PETA KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA

17

    3.1.2

Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : berbatasan dengan Teluk Bintan Sebelah Selatan : berbatasan dengan Tanjungpinang Barat Sebelah Barat : berbatasan dengan Galang Sebelah Timur : berbatasan dengan Tanjungpinang Timur

Kependudukan Jumlah penduduk Kecamatan Tanjungpinang Kota pada tahun 2017 adalah 24.744 jiwa, yang terdiri dari 12.801 jiwa penduduk laki-laki dan 11.943 jiwa penduduk perempuan. Sedangkan jumlah kepala keluarga sebanyak

7.712

rumah

tangga.

Kepadatan

penduduk

Kecamatan

Tanjungpinang Kota ialah 471 jiwa/km2. Tentunya kepadatan penduduk ini juga dipengaruhi oleh migrasi dan mobilitas penduduk yang tinggi. Sebaran penduduk di Kecamatan Tanjungpinang Kota adalah sebagai berikut : 1. Kelurahan Tanjungpinang Kota : 7.363 jiwa penduduk, yang terdiri 2.

dari 3.665 jiwa laki-laki dan 3.698 jiwa perempuan. Kelurahan Kampung Bugis : 10.063 jiwa penduduk, yang terdiri dari

3.

5.357 jiwa laki-laki dan 4.706 jiwa perempuan. Kelurahan Senggarang : 4.558 jiwa penduduk, yang terdiri dari

4.

2.398 jiwa laki-laki dan 2.160 jiwa perempuan. Kelurahan Penyengat : 2.760 jiwa penduduk, yang terdiri dari 1.381 jiwa laki-laki dan 1.379 jiwa perempuan. Adapun kepadatan penduduk (Density per Km2) di Kecamatan

Tanjungpinang Kota berbeda-beda setiap kelurahan, begitu pula dengan ratarata anggota keluarga.

18

Tabel 3.1 Kepadatan Penduduk Dan Rata-Rata Anggota Keluarga Di Kecamatan Tanjungpinang Kota Tahun 2017 No

Kelurahan

Jmlh Pddk

Luas

Density

Jmlh KK

Area TPI Kota 7.363 1,5 4.909 2.437 Kp. Bugis 10.063 24 419 3.013 Senggarang 4.558 23 198 1.421 Penyengat 2.760 4 690 841 Total 24.744 52,5 471 7.712 Sumber : Data Disduk Capil Kota Tanjungpinang Tahun 2017

Rata-Rata Angt Klrga

1 2 3 4

3.1.3

3 3 3 3 3

Lokasi Pengalaman Belajar Lapangan 1 Lokasi Pengalaman Belajar Lapangan 1 Kelompok 9 Tanjungpinang berada

di RT 01 / RW 06, Jalan Gang Harapan I, Kampung Bugis,

Kelurahan Kampung Bugis, yang berada di wilayah perairan dan rawarawa. 3.1.4

Sosial Ekonomi Mata pencaharian penduduk Kelurahan Kampung Bugis RT 01 / RW 06 bergerak di sektor perdagangan, buruh harian lepas dan sektor perikanan dengan jumlah 121 KK, 477 jiwa, 265 pria dan 212 wanita.

3.2

IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Kampung Bugis, selama bulan Januari sampai September 2018, untuk Diare yang angkanya mencapai 663 kasus kemungkinan disebabkan oleh masih

banyaknya

masyarakat

sekitar

yang

membuang

sampah

sembarangan, terutama di laut sekitar tempat tinggal. Oleh karena itu, kami mengangkat masalah ini sebagai bahan sosialisasi kepada masyarakat sekitar dalam Pengalaman Belajar Lapangan 1. 19

Adapun masalah kesehatan lingkungan yang berhubungan dengan penyakit diare di wilayah RT 01/ RW 06 Keluarahan Kampung Bugis Kota Tanjungpinang, antara lain yaitu : a. Masih tingginya kasus Diare angka mencapai 663 kasus tercatat sejak Bulan Januari-September 2018. b. Pada saat dilakukan Survei lapangan, masyarakat masih membuang sampah di laut yang merupakan lingkungan tempat tinggal mereka. c. Masyarakat tidak memiliki septictank sehingga pembuangan tinja langsung ke laut. d. Masih banyak ditemukan lalat akibat sampah dan tinja dibuang sembarangan.

BAB IV PEMBAHASAN 20

4.1

Intervensi/ Pemecahan Masalah Meningkatkan pengetahuan masyarat tentang diare yang diakibatkan karena lingkungan, bahaya penyakit tersebut terhadap kesehatan serta pencegahan langsung terhadap diri dengan cuci tangan pakai sabun.

4.2

Upaya Kesehatan

a.

Upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka kesakitan diare di wilayah Puskesmas Kampung Bugis RT 01/RW 06, dengan memberikan edukasi melalui penyuluhan serta konseling tentang kebersihan diri pribadi dan lingkungan sekitar. Setelah dilakukan pre tes dan post tes kepada 30 responden, didapatkan peningkatan setelah dilakukan dan demonstrasi.

b.

Pada saat dilakukan Survei lapangan, masyarakat masih membuang sampah di laut yang merupakan lingkungan tempat tinggal mereka. Upaya kesehatan yang dilakukan adalah memberikan fasilitas tong sampah dan meningkatkan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya.

c.

Masyarakat tidak memiliki septictank sehingga pembuangan tinja langsung ke laut. Upaya kesehatan yang dilakukan dalam kondisi ini seperti membangun septictank komunal, program pembangunan septictank komunal sedang dalam pengerjaan oleh Dinas Pekerja Umum Kota Tanjungpinang telah berjalan sekitar lebih kurang 3 bulan.

d.

Masih banyak ditemukan lalat akibat sampah yang dibuang sembarangan. Upaya yang dilakukan seperti membuat alat perangkap lalat ( Fly Trap) bertujuan mengurangi populasi lalat di RT 01 / RW 06 Kampung Bugis Kota Tanjungpinang.

4.3

Hasil dan Pembahasan dari Kegiatan Pengabdian Masyarakat

21

Penyakit diare dapat disebabkan oleh makanan yang telah terkontaminasi bibit penyakit yang dibawa oleh lalat. Beberapa penyakit yang menular melalui makanan oleh lalat adalah disentri, kolera, typoid dan diare. Lalat tidak dapat diberantas habis tetapi dapat dikendalikan sampai dengan batas yang tidak membahayakan atau menimbulkan masalah bagi kesehatan masyarakat, pengendalian lalat dapat dilakukan dengan berbagai cara baik secara kimia, fisik dan biologis. Untuk meminimalkan pemakaian insektisida dalam pengendalian lalat maka perlu dilakukan pengendalian lalat secara alami dan sesuai dengan kepadatannya. Upaya yang kami lakukan dalam pengabdian masyarakat dengan tujuan untuk menurunkan angka kasus diare di wilayah RT 01 / RW 06 Kampung Bugis yaitu salah satunya untuk mengurangi kepadatan lalat secara alamai yaitu dengan menggunakan alat perangkap lalat (fly trap). Gambar 4.1 Alat Perangkap Lalat (Fly Ttap)

BAB V 22

PENUTUP 5.1

KESIMPULAN

1.

Tingkat pengetahuan masyarakat sebelum dilakukan penyuluhan tentang penyakit diare dan demonstrasi cuci tangan pakai sabun yang berpengetahuan baik sebesar 33,3 % dan pengetahuan tidak baik 66,7 %.

2.

Tingkat pengetahuan masyarakat sesudah dilakukan penyuluhan tentang penyakit diare dan demonstrasi cuci tangan pakai sabun yang berpengetahuan baik sebesar 90 % dan pengetahuan tidak baik 10 %.

3.

Ada perbedaan pengetahuan masyarakat sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan diare dan demonstrasi cuci tangan pakai sabun. Value uji T Paired, hasilnya 0,000 artinya ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dan demosntrasi mengenai diare dan cuci tangan pakai sabun. Sebab nilai p value < 0,05 (95% kepercayaan).

5.2

SARAN

-

Diharapkan masyarakat di wilayah RT 01/ RW 06 Kampung Bugis selalu menjaga kebersihan lingkungan yang dimulai dari rumah tempat tinggal masing-masing.

-

Membiasakan Cuci tangan pakai sabun, untuk mengurangi kontak terhadap pencemar yang mengakibatkan penyakit diare.

23

Related Documents

Pinang
April 2020 8
Pengmas Tugas.docx
October 2019 17
Benchmarking 1doc
June 2020 45
Homework.1doc
October 2019 76
Pengmas Tugas 2.docx
October 2019 10

More Documents from "Sofie Kusuma Wardani"