Pengertian Filsafat.docx

  • Uploaded by: Riswan Hanafyah Harahap
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pengertian Filsafat.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,337
  • Pages: 15
Pengertian Filsafat, Pengetahuan, dan Ilmu Pengetahuan Pengertian Filsafat Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicitacitakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Pengertian filsafat menurut para tokoh : 1. Pengertian filsafat menurut Harun Nasution filsafat adalah berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tak terikat tradisi, dogma atau agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan 2. Menurut Plato ( 427-347 SM) filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada 3. Aristoteles (384-322 SM) yang merupakan murid Plato menyatakan filsafat menyelidiki sebab dan asas segala benda. 4. Marcus Tullius Cicero (106 – 43 SM) mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha untuk mencapainya. 5. Al Farabi (wafat 950 M) filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina menyatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya. Ciri-ciri berpikir filosofi : 1. Berpikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi. 2. Berpikir secara sistematis. 3. Menyusun suatu skema konsepsi, dan 4. Menyeluruh. Tiga persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah : 1. Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika 2. Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi.

3. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas oleh Antropologi Filsafat. Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khazanah ilmu adalah: 1. Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis. 2. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegensi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif. 3. Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi merupakan hakikat yang asli dan abadi. 4. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan manusia. Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah : 1. Sebagai dasar dalam bertindak. 2. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan. 3. Untuk mengurangi salah paham dan konflik. 4. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah. Pengertian Pengetahuan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Adapun pengetahuan menurut beberapa ahli adalah: 1. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan melalui objek dengan indra dan pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan sebuah objek tertentu. 2. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai. 3. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan pancaindra terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berpikir yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Partanto Pius dalam kamus bahasa Indonesia (2001) pengetahuan dikaitkan dengan segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses belajar. Pengertian Ilmu pengetahuan Ilmu Pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia . Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berpikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi. Contoh: 

Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahan (materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari.



Ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.

Persamaan Filsafat, Pengetahuan, dan Ilmu Pengetahuan

Ketiganya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkaplengkapnya

Ketiganya memberikan pengertian mengenai hubungan yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya Ketiganya hendak memberikan sintesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan Ketiganya mempunyai metode dan sistem Ketiganya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (objektivitas) akan pengetahuan yang lebih mendasar

Perbedaan Filsafat, Pengetahuan, dan Ilmu Pengetahuan

Filsafat

Pengetahuan

Ilmu Pengetahuan

Mencoba merumuskan pertanyaan atas jawaban. Mencari prinsip-prinsip umum, tidak membatasi segi pandangannya bahkan cenderung memandang segala sesuatu secara umum dan keseluruhan.

Yang dipelajari terbatas karena hanya sekedar kemampuan yang ada dalam diri kita untuk mengetahui sesuatu hal.

Cenderung kepada hal yang dipelajari dari sebuah buku panduan.

Keseluruhan yang ada

Objek penelitian yang terbatas

Ilmu pengetahuan adalah kajian tentang dunia material.

Menilai objek renungan dengan suatu makna. Misalkan : religi, kesusilaan, keadilan, dsb.

Tidak menilai objek dari suatu sistem nilai tertentu.

Ilmu pengetahuan adalah definisi eksperimental.

Bertugas mengintegrasikan ilmu-ilmu.

Bertugas memberikan jawaban

Ilmu Pengetahuan dapat sampai pada kebenaran melalui kesimpulan logis dari pengamatan empiris

Definisi Hukum Dengan adanya hukum di setiap negara, tentunya masyarakat mendapatkan jaminan dan mendapat perlindungan hukum. Dengan kata lain hukum bisa juga diartikan sebagai peraturan-peraturan yang tertulis ataupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan memiliki sanksi bagi yang melanggarnya, dimana sanksi dari hukum ini bersifat memaksa dan mengikat. Jadi tidak mungkin masyarakat akan bisa terlepas dari hukum. Selain hukum yang dibuat oleh negara melalui DPR, di setiap lapisan masyarakat terdapat hukum yang tidak tertulis namun telah disepakati oleh banyak orang. Hukum yang bersifat seperti itu merupakan hukum adat atau kebiasaan di suatu tempat. Selanjutnya membahas mengenai pengertian hukum secara umum terdapat beberapa hal yang telah berpendapat mengenai hukum itu sendiri. Dari kalangan tokoh dunia, Plato mendefinisikan hukum yang tertuang di dalam buku karyanya sendiri yang berjudul republik, di mana menurutnya hukum merupakan sistem peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun secara baik yang mengikat masyarakat. Di sisi lain tokoh Aristoteles juga berpendapat mengenai hukum. Menurutnya hukum merupakan kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat namun juga hakim. Selain itu menurut Aristoteles, undang-undang juga mempunyai peran dalam mengawasi hakim dalam melaksanakan jabatannya dalam memberi sanksi orang-orang yang bersalah. Memang pada umumnya hukum diartikan sebagai norma yang digunakan oleh negara atau yang berwenang untuk mengikat masyarakat di mana tindakan tersebut bertujuan untuk mengadakan suatu kehidupan yang aman dan sejahtera. Hal tersebut juga sejalan dengan pengertian hukum menurut Van Kan, dimana hukum adalah keseluruhan peraturan yang memiliki sifat memaksa, yang bertujuan untuk melindungi manusia di dalam masyarakat. Peraturan yang berasal dari hukum tersebut diperlukan dalam melindungi kepentingan masyarakat dengan tertib. Pengertian hukum secara umum dari tokoh kalangan tanah dinyatakan oleh Soejono Dirdjosisworo arti hukum sendiri meliputi beberapa poin antara lain: Hukum dalam arti ketentuan penguasa Hukum dalam arti penegak hukum. Hukum dalam arti dalam arti sikap tindak Hukum dalam arti sistem kaidah Hukum dalam arti jalinan nilai Hukum dalam arti tata ilmu hukum. Hukum dalam arti disiplin hukum.

Namun, Soerojo Winjodipoero mengartikan hukum sebagai peraturan yang memaksa dan menentukan langkah manusia dalam lingkungan masyarakat dimana peraturan tersebut dibuat oleh badan resmi yang berwajib. Nah itulah beberapa arti hukum secara umum. Semoga bermanfaat.

Ruang Lingkup Terkait Hukum Mempunyai Daya Ikat Alasan mengapa hukum mempunyai daya ikat, hukum sebagai salah satu norma dalam kehidupan sebenarnya merupakan cerminan dari berbagai norma-norma yang ada, misalnya norma agama, kesusilaan dan kesopanan. Ketiga norma-norma tersebut adalah nilai-nilai yang dinormatifkan ke dalam norma hukum. Pengejawantahan normanorma di atas ke dalam norma hukum pada akhirnya membentuk hukum positif dan bernilai universal, dengan kata lain norma hukum mempunyai daya ikat dan memaksa sebagaimana karakteristik hukum positif. Hukum positif di Indonesia, yakni peraturan perundang-undangan tersebut dianggap mempunyai daya laku serta daya ikat bagi setiap orang. Sehubungan dengan itu daya ikat ada 3 macam: 1. Berlaku pada tanggal diundangkan Apabila di dalam suatu peraturan dinyatakan berlaku pada tanggal diundangkan, maka dalam hal ini peraturan tersebut mempunyai daya ikat pada tanggal yang sama dengan tanggal pengundangannya. 2. Berlaku beberapa waktu setelah diundangkan Apabila di dalam suatu peraturan dinyatakan berlaku beberapa waktu setelah diundangkan, maka hal ini peraturan tersebut mempunyai waktu daya laku pada tanggal yang telah ditentukan tersebut. 3. Berlaku pada tanggal diundangkan dan berlaku surut sampai tanggal yang tertentu Apabila suatu peraturan ditentukan demikian, maka hal ini berarti bahwa peraturan tersebut mempunyai daya laku sejak tanggal diundangkan, akan tetapi dalam halhal tertentu ia mempunyai daya ikat yang berlaku surut sampai tanggal yang ditetapkan tadi. Apabila suatu peraturan tersebut dinyatakan berlaku surut, maka ketentuan saat/waktu berlaku surutnya peraturan tersebut harus dinyatakan secara tepat/pasti.

Pergolakan Pemikiran Hukum Salah satu pergolakan pemikiran hukum yakni oleh David Hume (yang disusun oleh Moh Mahfud*) Konteks Zaman yang Dihadapi David Hume David Hume lahir di Edinburgh, Skotlandia, tahun 1711. Ayahnya adalah seorang pengacara dan tuan tanah, sedangkan ibunya seorang Kalvinis keras. Ia mempelajari hukum, sastra, dan filsafat di Universitas Edinburgh. Pribadinya lebih tertarik dengan dunia filsafat dibandingkan ilmu yang lain. Ia adalah seorang filsuf Empiris. Ia bekerja sebagai diplomat di Prancis, Italia, Austria, dan Inggris. Hume meninggal di Edinburgh pada tahun 1776. Pada tahun 1500-1700, Eropa dilanda dengan peperangan agama. Situasi ini membuatnya tidak terlalu menghargai agama-agama. Bagi Hume agama dibedakan menjadi dua yaitu: Natural Religion (akal budi) dan Agama Rakyat (fanatisme). Zaman Hume dikenal sebagai “Zaman Akal Budi”. Budi merupakan ide penting yang mungkin menjadi alasan bagi Hume untuk menunjukkan batas-batas akal budi. Ia senang menghancurkan ide-ide besar saat itu, sehingga pemikirannya lebih mengkritisi keyakinan-keyakinan yang ada. Pada zaman Hume, banyak filsuf Prancis terancam hidupnya karena dinilai terlalu radikal memperjuangkan gagasan mereka. David Hume menjadi salah seorang yang membantu para filsuf tersebut. Landasan pemikiran Hume juga dipengaruhi oleh pemikiran Locke dan Barkeley. Pandangan metafisika tradisional pada waktu itu sangat kabur, tidak pasti, dan melebih-lebihkan kemampuan akal manusia. Selain itu, metafisika juga tercampur dengan dogma-dogma Katolik. Hal ini membuat Hume prihatin dan ingin membersihkan filsafat dari simbol-simbol religius dan metafisis. Beberapa karya dan sumbangan Hume: 1. A Treatise of Human Nature (3 volume, 1739-1940) 2. Abstract (dari Treatise vol 1 dan 2, 1740) 3. An Inquiry concerning Human Understanding (1748) 4. An Inquiry concerning the Principle of Morals (1752) 5. The Natural History of Religion (1757), dsb.

Beberapa Pemikiran David Hume A. Skeptisisme, Empirisme, dan Naturalisme Skeptisisme Hume berpendapat bahwa, filsafat tidak bisa berkiprah melampaui pengalaman, hipotesis yang berpretensi membuka kualitas asli terdalam dari dan membatasi pengertian manusia. Dari situ, ia mulai meneliti ilmu-ilmu yang dapat diobservasi. Pokok bahasannya adalah kodrat manusia. Penyelidikan atas kodrat manusia ini menghasilkan suatu permenungan komprehensif dan konstruktif tentang pengalaman dan kodrat manusia. Penekanannya pada kodrat manusia inilah yang mengantar Hume pada naturalisme. Skeptisisme Hume diarahkan pada tiga pemikiran : 1. Hume melawan ajaran rasionalistis tentang ide-ide bawaan serta anggapannya bahwa jagad terdiri dari sebuah keseluruhan yang saling bertautan (Sependapat dengan Locke & Barkeley). 2. Hume menyerang pemikiran-pemikiran religius yang percaya bahwa Allah membiarkan alam semesta berjalan mekanis tanpa campur tangan-Nya. Agama masih percaya adanya tertinggi. Hume melawan ide kausalitas. 3. Hume menyerang Empirisme sendiri yang masih

mempercayai adanya.

Menurutnya, substansi itu kumpulan dari gagasan-gagasan. Dalam perkembangannya, Hume bergulat dalam empirisme. Empirismenya amat menonjol hingga ia digolongkan sebagai kaum empiris penting seperti John Locke dan Berkeley. Sementara itu, naturalisme Hume berpendapat bahwa apa yang tidak dapat dibuat oleh akal budi, bisa dilakukan oleh alam bagi kita. Untuk itulah, ia menempatkan peranan rasio di bawah passio. Mengenai Empirisme, Hume berkutat pada soal pengalaman menangkap kenyataan. Filsafat-filsafat alam harus menjelaskan bagaimana sensasi bekerja. Sensasi adalah entitas-entitas yang dengan segera hadir pada akal budi. Dalam empirismenya, Hume berpendapat bahwa: 1) Semua pengetahuan sejati harus berdasar pada pengalaman

2) Adanya dualisme antara pengetahuan dan pengalaman 3) Adanya dua argumen yang berbeda, yakni antara alasan yang berdasar pada fakta dan kodrat (alam).

B. Kausalitas Mengenai kausalitas, Hume berpendapat bahwa tiada keharusan fisik yang mutlak dan tiada koneksi mutlak antara kejadian a dan kejadian b, maka tiada hukum sebab akibat. Yang ada hanyalah hubungan erat antara ruang dan waktu. Hume menyatakan bahwa konsep kausalitas hanyalah “animal faith” (kepercayaan naif) kita belaka yang tidak punya dasar. Apa yang kita anggap sebagai hubungan kausalitas hanyalah merupakan kesan yang muncul dari keteraturan dua peristiwa tertentu yang terjadi secara berurutan umumnya menunjukkan hasil yang sama. Ini adalah pengalaman dan bukan penalaran. Pengalaman menunjukkan adanya urutan gejala-gejala yang membentuk keteraturan. Keteraturan inilah yang merangsang kita bahwa sesuatu itu mutlak berhubungan. Ide tentang koneksi mutlak ini muncul dari perasaan-perasaan. Di sinilah penting peranan perasaan yang melebihi peranan akal budi. C. Moral Bagi Hume, moralitas adalah tatanan hidup baik dan buruk yang sangat dipengaruhi oleh unsur perasaan. Maka, moralitas bisa jadi persoalan perasaan atau hasrat bukan akal budi. Morality, according to Hume, is not susceptible of demonstration, as it depends on men's perceptions and appetites, that are subjective. What distinguishes a virtue from a vice is the impression that it generates. If the impression is agreeable, then it will be virtue; if it is uneasy, then it will be a vice. It follows that, in Hume's moral philosophy, there is no room for eternal and immutable standards in morality. Pengetahuan moral itu berasal dari asosiasi ide-ide khusus tanpa pendasaran rasional, tapi berdasarkan pada pilihan-pilihan subyektif yang disenangi. Akal budi hanya memberi informasi saja. Misalnya, di suatu tempat ada mangga yang enak, tentang bagaimana mendapatkannya bukan urusan akal budi tapi hasrat atau perasaan itu. Prinsip suatu tindakan dinilai baik adalah kalau tindakan itu menyenangkan atau berguna bagi kita atau banyak orang. Kesimpulan dari pandangan Hume tentang moralitas:

1. Moralitas hanya berdasarkan pada perasaan. Pengetahuan moral dari “asosiasi ide-ide khusus tanpa pendasaran rasional berdasarkan pada pilihan-pilihan subyektif yang disenangi (preference). 2. Akhirnya bukan akal budi yang mengatur perilaku kita, hasrat-hasrat itulah yang mengatur akal budi. 3. Kesadaran berasal dari pengalaman, apa yang tidak kita alami tidak mungkin membentuk pengetahuan.

D. Agama Hume tidak setuju dengan adanya agama monoteis. Menurutnya, monoteisme itu tidak memiliki dasar, khususnya anggapan yang meyakini Allah itu sempurna. Buktinya dunia ini jahat dan buruk, maka keyakinan Allah itu maha sempurna bisa disangkal. Menurutnya pula, kita tidak tahu pasti tentang apa itu Allah sebab kita tidak memiliki pengalaman tentang dunia yang lain selain dunia ini. Sikap skeptis Hume bersifat agnostisisme, yakni sebuah anggapan bahwa kita tidak bisa tahu apakah Tuhan itu ada atau tidak. Maka, Hume mengusulkan politeisme yang dianggapnya sebagai bentuk ateisme. Politeisme itu sendiri bersifat toleran dan mendukung keutamaan kodrati yang membantu manusia untuk mengembangkan dirinya. Kesimpulan Model pemikiran Hume bercorak skeptis, di mana ide rasio tidak melebihi pengalaman. Ia sangat menekankan aspek pengalaman daripada rasionalitas dalam menjelaskan segala sesuatu. Ia juga berusaha mengkritisi keyakinan-keyakinan (tradisi) yang sudah ada sebelumnya. Meski demikian, Hume juga menyadari keterbatasan akal budi untuk mengungkap sesuatu. Hume juga berpendapat bahwa moral hanya berdasarkan pada perasaan. Moral lebih ditekankan pada aspek subjektivitas. Selain itu, Hume juga menjelaskan bahwa tidak ada kausalitas. Segala sesuatu terjadi dengan sendirinya yang memang tampak bersama-sama. Pemikirannya sangat mengentak pengetahuan yaitu penolakannya terhadap teori kausalitas. Penolakannya terhadap teori kausalitas ini justru menjadikan Hume sebagai seorang filsuf skeptis yang radikal. Daftar kajian pustaka Hamersma, Harry., 1983 Tokoh-tokoh Filsafat Barat Modern, Gramedia, Jakarta.

Hardiman, Budi., 2007 Filsafat Modern dari Machiavelli sampai Nietzsche, Gramedia, Jakarta. Haryatmoko., 2009 Diktat Filsafat Modern, FTW, 2009. Smith, dkk., 2000 Ide-ide Filsafat dan Agama Dulu dan Sekarang, Yogyakarta, Kanisius. Tjahjadi, Simon Petrus., 2004 Petualang Intelektual, Yogyakarta, Kanisius. * Di ajukan sebagai bahan kajian Mata Kuliah Filsafat Umum jurusan Perbandingan Mazhab IAIN Antasari Banjarmasin

Negara Berhak Menghukum Warganya Filsafat Hukum Mengenai Hak negara Untuk Menghukum Filsafat Hukum adalah merupakan cabang filsafat yang membicarakan apa hakikat hukum itu, apa tujuannya, mengapa dia ada dan mengapa orang harus tunduk kepada hukum. Filsafat hukum juga membahas soal-soal kongkret mengenai hubungan antara hukum dan moral (etika) dan masalah keabsahan berbagai macam lembaga hukum. Filsafat adalah suatu pendasaran diri dan renungan diri secara radikal dan mendalam, ia merefleksikan terutama tentang segala yang ada, yaitu “hal ada” dalam keumumannya. Dan hukum adalah sebagai suatu bagan dari “kenyataan” dan dengan demikian memiliki sifat-sifat kenyataannya. Apakah sebabnya negara berhak menghukum seseorang? Dasar mengikatnya hukum bagi Negara yang dapat menghukum seseorang terkait dengan wewenang Negara untuk menghukum warganya yang melanggar hukum, dan mengakibatkan guncangan dalam masyarakat, membahayakan masyarakat serta meruntuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Membahas tentang dasar kekuatan mengikat dari hukum sebagai jawaban atas pertanyaan, apakah sebabnya negara berhak menghukum seseorang?. Kita mengenal berbagai teori kedaulatan sebagaimana di atas tersebut, maka seseorang dapat dilihat sebab mengapa mereka tunduk dan taat hukum. Adapun jawaban berbagai teori kedaulatan adalah sebagai berikut; 1. Teori Kedaulatan Tuhan ( Teokrasi), mencoba menjawab orang dapat dihukum karena dia dapat merusak dan membahayakan serta meruntuhkan sendi-sendi kehidupan masyarakat. Negara adalah badan yang mewakili Tuhan (Allah) didunia yang mempunyai kekuasaan penuh untuk menyelenggarakan ketertiban hukum di dunia. 2. Teori Perjanjian Masyarakat, mencoba menjawab orang dapat di hukum karena negara mempunyai otoritas negara yang bersifat monopoli pada kehendak masyarakat itu sendiri adanya kedamaian serta ketenteraman dalam masyarakat. 3. Teori Kedaulatan Negara, mencoba menjawab orang dapat di hukum karena negaralah yang berdaulat sehingga hanya negara itu sendiri yang berhak

menghukum seseorang yang melanggar ketertiban dalam masyarakat. Negara dianggap sebagai sesuatu yang menciptakan peraturan-peraturan hukum. Menurut Lili Rasjidi, negara memiliki tugas yang sangat berat, mewujudkan cita-cita bangsa, sehingga negara akan memberi hukuman kepada siapa pun yang menghambat usaha mencapai cita-cita tersebut. Karena Negara yang memiliki kedaulatan , maka hanya negara itu sendiri yang berhak menghukum seseorang yang mencoba mengganggu ketertiban dalam masyarakat. Negara yang menciptakan hukum , jadi segala sesuatu harus tunduk pada Negara. Adanya hukum karena adanya Negara . Hukum sendiri sebenarnya juga kekuasaan. Dalam kaitan ini , van Aveldoorn membagi menjadi 2 yaitu: 1. Hukum obyektif – Kekuasaan yang bersifat mengatur. Dengan kata lain Hukum merupakan salah satu sumber kekuasaan. 2. Hukum subyektif – kekuasaan yang diatur oleh hukum obyektif. Hukum merupakan pembatas kekuasaan guna menghindari penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power). Dalam hubungan ini tersimpul kekuasaan untuk dipergunakan oleh Negara yang berarti bahwa setiap orang dilarang untuk mengambil tindakan sendiri dalam menyelesaikan tindak pidana (perbuatan melanggar hukum = delik). Hak-hak Negara untuk menghukum seseorang dalam arti subyektif (Ius Poeniendi), yaitu sejumlah aturan yang mengatur hak negara untuk menghukum seseorang yang melakukan perbuatan yang dilarang. Hak untuk menghukum itu terdiri atas : 1. Hak untuk mengancam perbuatan dengan hukuman. Hak ini terutama terletak pada negara. Ancaman hukuman ini adalah misalnya seperti apa yang tercantum pasal 62 KUHP. 2. Hak untuk menjatuhkan hukuman, yang juga diletakkan pada alat-alat kelengkapan negara. 3. Hak untuk melaksanakan hukuman, yang juga diletakkan pada alat-alat kelengkapan negara. Dalam hal ini terdapat hubungan antara Ius Poenale dengan Ius Poniendi, yaitu Ius Poniendi adalah hak negara untuk menghukum yang bersandar pada Ius Poenale, sehingga hak untuk menghukum itu baru timbul, setelah di dalam Ius Poenale ditentukan

perbuatan yang dapat dihukum. Jelaslah dengan ini, bahwa negara tidak dapat menggunakan haknya itu dengan sewenang-wenang, karena dibatasi oleh Ius Poenale. Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa hak negara untuk memidanakan atau menjatuhkan hukuman haruslah berdasarkan Hukum Pidana Materil dan adanya Hukum Pidana Formil/KUHAP adalah untuk memungkinkan berlakunya Hukum Pidana secara benar dan tidak sewenang-wenang. Negara hukum yang berdasarkan Rule of Law tidak boleh hanya memiliki KUHAP yang menjamin Hak-hak asasi manusia belaka, namun harus juga mempunyai KUHP dan/atau Hukum Pidana tertulis dan tidak tertulis lain, yang tidak boleh bertentangan dengan prinsip rule of law (prinsip asas negara hukum). Adalah suatu kenyataan bahwa di beberapa daerah di tanah air, masih terdapat ketentuanketentuan hukum yang tidak tertulis, yang hidup dan diakui sebagai hukum ditempattempat yang bersangkutan, yang menentukan bahwa pelanggaran atas hukum patut dipidana. DAFTAR PUSTAKA Lili Rasjidi, Ira Thania Rasjidi, 2002, Pengantar Filsafat Hukum, Bandung: Mandar Maju Soerjono Soekanto, 2006, Aliran Pemikiran Sosiologi Hukum, Bandung: Rajagrafindo Persada. Kansil, S.H, C.S.T, 2002, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Related Documents

Pengertian
June 2020 53
Pengertian
June 2020 50
Pengertian
May 2020 51
Pengertian Hardware.docx
November 2019 31

More Documents from "lisa"

Penemuan Hukum.docx
April 2020 16
Pengertian Filsafat.docx
April 2020 23
Hipertensi.docx
December 2019 20
Sap Hipertensi.docx
December 2019 16
Hipertensi Nia.docx
December 2019 26