PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN
PROYEK PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN
Ass. Bina Operasi dan Pelaksana Ir. Aksan Sofyan, MT
Makassar, Maret 2005 KATA PENGANTAR
Dalam rangka pemenuhan sasaran dalam setiap kegiatan pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan yang dilaksanakan Kontraktor, baik Kontraktor Nasional maupun Kontraktor Lokal yang acuannya adalah spesifikasi dan
syarat-syarat
umum
dalam
kontrak.
Maka
diperlukan
suatu
pengendalian/pengawasan yang terpadu, jika kita cermati dengan teliti ketidak tepatan sasaran dalam setiap kegiatan pelaksanaan proyek jalan dan jembatan akan kita dapati kekurangan tidak saja karena perencanaan program yang tidak realistis, tetapi juga di sebabkan karena kekurangan dalam beberapa hal pengawasan/pengendalian dan koordinasi. Berkaitan dengan hal tersebut kami mencoba menyusun “Pengendalian Mutu Pelaksanaan Pembangunan Jalan dan Jembatan “ yang kami rangkum dari berbagai literatur manajemen proyek baik terbitan Departemen Pekerjaan Umum maupun penerbit lainnya. Harapan kami mudah-mudahan rangkuman ini dapat bermanfaat khususnya dalam rangka pengendalian kualitas dan kuantitas pada pelaksanaan kegiatan proyek pembangunan jalan dan jembatan. Akhirnya
kami
mohon
diberikan
masukan-masukan
atas
ketidak
sempurnaan tulisan ini terima kasih. Makassar, Maret 2005
Ir. Aksan Sofyan , MT Ass. Bina Operasional dan Pelaksana
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pengendalian mutu merupakan salah satu faktor keberhasilan hasil pelaksanaan pekerjaan khususnya pelaksanaan Proyek Jalan dan Jembatan . Dengan pengendalian mutu yang baik dan dapat memberikan pelayanan sesuai dengan umur rencana. Seperti
yang
telah
kita
rasakan
bahwa
keterlambatan
dalam
Pembangunan Proyek Jalan maupun Jembatan merupakan kejadian yang terlalu umum, banyak alasan-alasan dibuat atas keterlambatan tersebut seperti misalnya; kurangnya kemajuan pencapaian progress dilapangan berujung pada faktor cuaca yang tidak mendukung, dan faktor-faktor klasik lainnya. Namun jika di analisa dengan teliti, kelemahan-kelemahan terjadi karena kurangnya
perencanaan
terhadap
program
kerja,
pengecekan,
pengawasan,
pengendalian dan koordinasi. Keberhasilan atau sukses suatu proyek bukan hanya tergantung pada antusias dan energi dari pihak pelaksana/kontraktor, tapi bimbingan, binaan baik dari pengguna jasa/pihak proyek maupun dari konsultan
B. Tujuan
Tujuan penyusunan sistem mutu ini untuk memberikan informasi tentang hal-hal pokok yang perlu dilakukan dalam pengendalian mutu suatu pekerjaan yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan. C. Lingkup Pengendalian mutu yang dibahas akan di arahkan pada suatu sistem jaminan mutu dimana setiap tahapan pekerjaan harus berpedoman kepada suatu prosedur kerja. Prosedur-prosedur kerja tersebut di lengkapi dengan cek list sehingga memudahkan pengontrolan pelaksanaan baik pada lokasi pemasangan konstruksi maupun pada lokasi asal produksi material. Sajian Pengendalian Mutu ini peruntukannya hanya bersifat internal saja, dalam lingkungan Proyek Pembangunan Jalan dan Jembatan Provinsi Sulawesi Selatan.
BAB II PENGENDALIAN MUTU CAMPURAN ASPAL PANAS
A. Pengendalian Mutu di Base Camp 1. Laboratorium. Semua peralatan yang akan digunakan untuk pengujian harus di cek kesesuaiannya dengan persyaratan yang dipakai, dan prosedur-prosedur pengujian yang digunakan seperti SNI, AASHTO, ASTM dan lainnya yang ada dalam kontrak harus tersedia di laboratorium dan di aplikasikan secara benar, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kalibrasi peralatan secara berkala. Dalam hal pengujian maka yang perlu diamati adalah metode pengujian contoh, jumlah contoh, frekuensi dan metode pengujian harus sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi. 2. Stock Pile Suatu penanganan agregat di Stock Pile yang kurang baik akan sangat mempengaruhi perbedaan volumetrik campuran antara JMF dengan pelaksanaan. Pada saat proses penumpukan, pemindahan agregat di Stock Pile maka sering terjadi segregasi, dan terkontaminasinya agregat dengan tanah/lumpur hal ini akan menyulitkan atau bahkan tidak mungkin operator AMP mengadakan penyesuaian gradasi dalam waktu yang sangat terbatas, Untuk itu agar hal ini dapat di perlukan operato Loeder yang mempunyai pengetahuan dan keahlian yang cukup, check list yang di perlukan untuk pengendalian di Stock Pile meliputi : -
Kebersihan agregat proses di Stock Pile, terutama kebersihan pasir.
-
Agregat tidak mengalami segregasi.
-
Agregat tidak tercampur satu sama lainnya dan tidak terkontaminasi dengan tanah/lempung atau bahan lainnya. 3. AMP AMP yang paling sering digunakan adalah jenis Batch ( penakaran ),
komponen-komponen yang terdapat dalam AMP adalah : a.
Cold Bin. Cold Bin adalah tempat penyimpanan agregat kasar, agregat halus dan
pasir. Kontinuitas aliran material dari Cold Bin ini sangat berpengaruh terhadap produksi campuran beraspal, untuk itu perlu pengendalian mutu yang ketat pada Cold Bin, check list yang diperlukan meliputi : - Gradasi agregat, perubahan gradasi biasa terjadi bilamana perbedaan Quari atau supplier untuk itu setiap terjadi perubahan quari atau supplier, dilakukan pembuatan JMF kembali. - Kondisi dari tiap Cold Bin, pencampuran agregat antara bin yang berdekatan dapat di cegah dengan membuat pemisah yang cukup dan pengisian tidak berlebih. - Kalibrasi bukaan Cold Bin. - Bukaan Cold Bin, bukaan Cold Bin kadang-kadang tersumbat jika agregat halus basah, agregat terkontaminasi tanah lempung atau penghalang lain yang tidak umum seperti batu dan kayu. - Kecepatan Conveyor dan pengontrolan aliran agregat dan membuang material yang tidak perlu. b.
Dryer Dari Cold Bin agregat di bawa ke Dryer yang mempunyai fungsi : (1).
Menghilangkan kandungan air pada agregat, dan
(2).
Memanaskan agregat sampai suhu yang disyaratkan, check list
yang diperlukan meliputi : -
Alat pengukur suhu
-
Pemeriksaan suhu pemanasan
-
Pemeriksaan kadar air secara tepat, yaitu dengan menggunakan
cermin dan spatula, (ambil contoh secukupmya dan lewatkan cermin tersebut lalu amati kadar air yang menggembur pada permukaan cermin atau spatula). c. Hot Scren Setelah agregat kering dan dipanaskan agregat diangkut dengan hot elevator untutk disaring dan dipisahkan dalam beberapa ukuran pada umumnya
proses
penyaringan
terjadi
pelimpahan
agregat
misalnya
semestinya masuk ke Hot Bin I tetapi terbawa ke Hot bin II, pelimpahan ini pada kondisi normal terjadi kurang dari 5% dan cenderung konstan sehingga tidak terlalu mempengaruhi kualitas produksi, hal ini terjadi bila : - Lubang saringan tertutup agregat. - Kecepatan produksi di tambah sehingga agregat yang disaring bertambah sementara efisiensi opersai penyaringan tetap. - Agregat halus basah sehingga pada saat pengeringan dan pemanasan agregat tersebut akan menggumpal dan masuk ke Hot Bin yang tidak semestinya. - Lubang saringan sudah ada rusak, check list yang di perlukan adalah pengecekan harian secara visual pada kebersihan dan kondisi saringan. d. Hot Bin Jika agregat halus masih masih menyisakan kadar air ( karena burner/dryer kurang baik ) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding Hot Bin dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan
perubahan kecil pada gradasi agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 200.
e. Weight Hopper Pada bagian ini operator AMP sangat berperan, jika keseimbangan waktu pencapaian berat Hot Bin sulit tercapai, maka operator harus membuang agregat tersebut dan melakukan pengcekan aliran material dari Cold Bin. Akan tetapi jika ketidakseimbangan waktu tersebut dipaksakan terus berjalan, maka dapat dipastikan terjadi penyimpangan gradasi akibat proporsi masing-masing Hot Bin tidak sesuai sesuai check list yang dilakukan pada bagian adalah : - Kalibrasi timbangan termasuk timbangan aspal. -
Weight Box tergantung bebas.
-
Kontrol harian terhadap kinerja operator AMP.
f. Pugmill Dalam Pugmill terjadi dua jenis campuran yaitu : (1). Pencampuran sesingkatnya
kering
mungkin
lamanya untuk
pencampuran
meminimalkan
ini
diusahakan
degradasi
agregat,
umumnya 1 atau 2 detik. (2). Pencampuran
basah,
pada
pencampuran
juga
diusahakan
seminimal mungkin untuk menghindari degradasi dan oksidasi, jika agregat kasar telah terselimuti aspal maka pencampuran basah di hentikan, karena dapat dipastikan agregat halus juga terselimuti aspal, umurnya waktu pencampuran kurang dari 30 detikm, check list yang diperlukan meliputi : - Temperatur aspal (pada tangki aspal). - Lamanya pencampuran.
- Tampak Visual yang
keluar dari Pugmill, apakah
campuran
merata, terselimuti aspal, aspal menggumpal atau pugmill bocor 4. Pemeriksaan Hasil Produksi Campuran Aspal Panas Untuk mengetahui
secara
dini
penyimpangan-penyimpangan
yang
terjadi, sehingga dapat diperbaiki dengan segera, maka pemeriksaan terhadap hasil produksi sangat diperlukan, pemeriksaan meliputi : -
Secara visual temperatur campuran dapat diamati diatas dump truck , bila berasap biru, berarti terjadi over heating (terlalu panas), dan jika menggumpal atau tidak uniform berarti under heating (kurang panas).
-
Pemeriksaan
harus
juga
dengan
alat
terutama
untuk
pemeriksaan temperatur campuran diatas dump truck. -
Pengembalian sampel untuk pengujian sifat-sifat (ekstraksi, analisa saringan, marshall, kepadatan, dan lain-lain) dengan frekuensi yang sesuai dengan spesifikasi.
5. Check List di Base Camp Bedasarkan pembahasan sebelumnya, maka hal-hal yang perlu di cek dan diperhatikan dalam pengendalian mutu di base camp : a. Laboratorium - Kalibrasi alat. - Kesesuaian dimensi dan persyaratan alat - Metode sampling, frekuensi, volume dan prosedur pengujian. b. Stock Pile - Kebersihan agregat. - Segregasi dan degradasi. - Perubahan gradasi karena quary dan supplier berubah. - Mineral Filler tetap kering.
c. Cold Bin - Kalibrasi bukan Cold Bin seperti penggetar. - Kelengkapan Cold Bin. - Pemisah antar Cold Bin agar agregat tidak tercampur. - Kontinuitas aliran mineral. d. Dryer, Screen, Hot Bin, Weight Hopper, Pugmill, Tangki Aspal - Kalibrasi pengukur suhu pada dryer, tangki aspal dan pencampur - Kalibrasi timbangan agregat dan aspal. - Kotak penimbang (Weight Box) tergantung bebas. - Kebersihan dan kondisi saringan. - Pemeriksaan temperatur di dryer, tangki aspal dan pencampuran. - Pemeriksaan kadar air agregat stelah dipanaskan (terutama musim hujan). - Kontrol penimbangan agragat dan aspal. - Lama pencampuran. - Pengamatan visual. e. Pemeriksaan rutin harian Metode samping, frekuensi, volume dan prosedur pengujian. 6. Sistem Jaminan Mutu di Base Camp Untuk menjamin mutu campuran aspal panas keluar dari base Camp maka paling minimal dilakukan hal-hal sebagai berikut : - Tersedianya dokumen kontrak, prosedur pengujian dengan formformnya.
- Sertifikasi dan masa berlakunya. -