MAKALAH Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia Tugas Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Modern Dunia Islam (PPMDI) Dosen : Asep Gunawan, M.A.
Disusun oleh: Eka Lusiandani Koncara
Semester 5 Jurusan Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakata 2007
KATA PENGANTAR Perjalanan dunia tidak pernah lepas dari perubahan. Waktu demi waktu yang terus melaju menghantarkan umat manusia kepada berbagai bentuk pembaruan. Pada setiap jaman, selalu muncul berbagai pemikiran baru yang senantiasa menambah khasanah kehidupan umat. Dunia Islam pun tidak terlepas dari berbagai langkah pembaruan pada setiap sisi kehidupannya. Sejak Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT hingga detik ini, berbagai perubahan selalu terjadi guna lebih menyempurnakan kehidupan agama yang paling sempurna ini. Banyak tokoh telah lahir dan berjasa dalam menyumbangkan pemikiran-pemikirannya dalam mencapai suatu perubahan menuju lebih baik. Berbagai perubahan dan pembaruan yang terjadi di dunia Islam, juga sangat terasa di negara dengan umat muslim terbesar di dunia, Indonesia. Sepanjang perjalanan sejarah Indonesia, kita dapat menemukan bahwa negara ini pun tak pernah lepas dari roda pembaruan, yang juga tak lepas dari hasil pemikiran tokoh-tokoh Islam di Indonesia, dengan berbagai organisasi sosial keagamaan sebagai kendaraannya. Dalam hal ini, penyusun merasa sangat tertarik untuk sedikit mengulas tentang perjalanan kehidupan beragama dan bernegara di Indonesia dengan berbagai perubahannya, yang terbentuk dari pemikiran tokoh-tokoh Islam Indonesia, sehingga selalu dapat kita temukan berbagai bentuk pembaruan. Makalah yang menjadi media bahasa penyusun ini berjudul: “Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia”. Di sini penyusun berusaha membahas tentang bagaimana perjalanan kehidupan dunia Islam di Indonesia dengan berbagai perubahannya, melalui beberapa organisasi sosial keagamaan yang berdiri dan eksis di bumi tercinta ini. Semoga bermanfaat. Purwakarta, Nopember 2007 Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
DAFTAR ISI ...................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Pembaruan ........................................................................................
1
B. Organisasi Sosial Keagamaan ...........................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN ..............................................................................
3
A. Latar Belakang Pembaruan di Indonesia .........................................
3
B. Organisasi Sosial Keagamaan Terbesar Di Indonesia .....................
4
1. Muhammadiyah .............................................................................
4
a. Sejarah ......................................................................................
4
b. Tokoh Pendiri dan Dasar Pemikirannya.................................
5
2. Nahdatul Ulama .............................................................................
6
a. Sejarah .....................................................................................
6
b. Tokoh Pendiri dan Dasar Pemikirannya.................................
8
C. NU – Muhammadiyah dalam Pembaruan di Indonesia ..................
9
BAB III PENUTUP.......................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14
ii
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
BAB I PENDAHULUAN A. PEMBARUAN Kata ”pembaruan” berasal dari kata dasar “baru”, yang selalu identik dengan kata “modern”. Dengan demikian, kata “pembaruan” selalu disamaartikan dengan “modernisasi”. Dalam masyarakat barat, modernisasi mengandung arti fikiran, aliran, gerakan, dan usaha untuk merubah paham, adat istiadat, dan institusi-institusi lama, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang diimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Modernisasi dalam kehidupan beragama di barat memiliki tujuan untuk menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama dengan ilmu pengetahuan dan falsafat baru (modern), di mana akhirnya malah membawa kepada timbulnya paham sekularisme di masyarakat barat. Sebagaimana halnya di barat, di dunia Islam pun muncul berbagai pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan jalan demikian, para pemimpin Islam modern berharap agar dapat membawa umat Islam kepada kemajuan. Dalam perkembangannya, kata modernisasi pun mulai diterjemahkan menjadi “At-Tajdid” dalam Bahasa Arab, yang berarti “pembaruan”.
B. ORGANISASI SOSIAL KEAGAMAAN Organisasi adalah suatu wadah yang terbentuk dari sekumpulan/ kelompok orang yang saling mengenal dan bekerjasama secara sistematis demi mencapai tujuan yang sama. Dalam Bahasa Arab, kita mengenal kata organisasi dengan “jama’ah”. Sosial adalah istilah untuk aktifitas interaksi individu dengan individu lainnya dalam ruang lingkup kehidupan yang lebih luas (masyarakat). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa organisasi sosial keagamaan adalah suatu wadah bagi kelompok individu
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
1
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
yag saling berinteraksi dalam kehidupan beragama di masyarakat yang bekerjasama secara sistematis guna mencapai suatu tujuan yang sama. Banyak sekali organisasi sosial keagamaan yang bermunculan di negeri ini, dengan mengusung visi dan misinya masing-masing. Tiap organisasi menawarkan berbagai bentuk perubahan dan pembaruan menurut versinya masing-masing. Pada umumnya, organisasi sosial keagamaan terbentuk karena adanya keinginan yang kuat dalam suatu kelompok untuk menyesuaikan diri (beradaptasi) dengan format kehidupan yang baru seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bersamaan dengan itu, muncullah berbagai pemikiran-pemikiran baru, yang kemudian menjadi landasan dalam kehidupan organisasi tersebut. Dari pemikiran-pemikiran baru inilah, kemudian berkembang suatu gaya hidup dan ideologi baru di komunitas-komunitas masyarakat tertentu, yang kemudian disebut sebagai hasil pemikiran modern. Intinya, suatu pemikiran baru dalam kehidupan beragama tidak akan terealisasi tanpa adanya organisasi keagamaan yang mendukung pemikiran tersebut, serta organisasi keagamaan pun tidak akan terbentuk tanpa adanya pemikiran-pemikiran baru, dan apabila demikian, maka kehidupan masyarakat agama tidak akan mampu bertahan dalam kompetisi kehidupan beragama di masyarakat. Karena, untuk menjadi kuat, umat harus bersatu dan terus berusaha beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dunia sekitarnya. Di Indonesia, telah lahir dan berkembang banyak organisasi sosial keagamaan yang berperan besar dalam pembaruan kehidupan masyarakat muslim, bahkan masyarakat Indonesia pada umumnya. Di antaranya, terdapat dua organisasi besar Islam di Indonesia yang sampai saat ini tetap eksis dalam kehidupan beragama dan berbangsa, yaitu Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah.
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
2
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang Pembaruan di Indonesia Pembaruan di Dunia Islam Arab dipelopori oleh Muhammad Abdul Wahab pada sekitar tahun 1703 yang berasal dari Nejed, Saudi Arabia. Pembaruan terjadi pada berbagai aspek keagamaan, terutama di bidang akhlaq dan ilmu pengetahuan hampir di seluruh wilayah timur tengah hingga awal abad ke-20. Melalui proses pembaruan ini, sudah barang tentu akan melahirkan pemikiran-pemikiran baru dari berbagai tokoh-tokoh intelektual muslim, hingga terbentuk pula beragam organisasi sosial keagamaan yang mewadahi hasil pemikiran tersebut. Pembaruan di negara-negara Timur Tengah ini, meluas hingga ke Indonesia. Di antara pengaruh dari pembaruan di Timur Tengah tersebut di Indonesia, adalah lahirnya tokoh-tokoh pembaru Islam yang semula menimba ilmu di Timur Tengah kepada Syekh Ahmad Khatib AlMinangkabawi, seorang ulama Indonesia yang mendapat kedudukan mulia dikalangan masyarakat dan pemerintahan Arab. Mereka antara lain adalah Syekh Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka), Syekh Daud Rasyidi, Syekh Jamil Jambik, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan. Organisasi dan kelembagaan Islam modern pun bermunculan, baik yang bersifat politik, ekonomi, maupun sosial. Beberapa pemikiran cendikiawan muslim luar negeri juga banyak berpengaruh pada perkembangan pembaruan di Indonesia. Beberapa di antara mereka adalah Syekh Muhammad Abduh yang berasal dari Mesir dan Syekh Jamaludin al-Afghani dari Afganistan. Pendapat Syekh Muhammad Abduh yang paling berpengaruh di Indonesia antara lain: pertama, menurut beliau pintu ijtihad belum tertutup dan yang kedua adalah bahwa kemunduran umat Islam seluruh dunia adalah karena umat Islam telah meninggalkan ajaran Islam itu sendiri. Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
3
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
Maka umat Islam harus segera kembali kepada ajaran Islam yang murni, yaitu Al-Qur’an dan sunah. Pengaruh pemikiran Syekh Jamaludin al-Afghani tidak sebesar pengaruh Syekh Muhammad Abduh. Di antara pemikiran beliau ialah bahwa kemunduran umat Islam adalah karena tidak adanya persatuan di kalangan umat Islam itu sendiri. Justru umat Islam malah sering berperang dengan sesamanya.
B. Organisasi Sosial Keagamaan Terbesar di Indonesia 1. Muhammadiyah a. Sejarah Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 Nopember 1912 (8 Dzulhijah 1330 H) di Kauman, Yogyakarta. Nama Muhammadiyah berasal dari kata Muhammad yang berarti rasul terakhir, yang kemudian ditambah ya nisbah dan ta marbuthah yang menunjukkan penyifatan. Dengan demikian, Muhammadiyah berarti gerakan yang mempunyai sifat Nabi Muhammad SAW. Beberapa hal yang melatarbelakangi lahirnya Muhammadiyah, antara lain: 1) K.H. Ahmad Dahlan melihat bahwa umat Islam di Indonesia tidak memegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Banyak amal-amalan yang dilakukan masyarakat yang dipengaruhi hal-hal yang tidak dibenarkan syari’at, seperti pengaruh Hindu. 2) Lembaga-lembaga pendidikan agama saat itu dinilai kurang efisien. Pendidikan pesantren yang ada tidak lagi sesuai dengan tuntutan jaman. Di lain pihak, pendidikan Belanda yang memiliki metode yang lebih modern, bersifat sekuler.
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
4
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
Muhammadiyah ingin berusaha menggabungkan kedua sistem pendidikan tersebut. 3) Kemiskinan banyak menimpa umat Islam di Indonesia. Muhammadiyah ingin berusaha memperbaiki nasib rakyat kecil. 4) Banyaknya misi penyebaran Agama Kristen melalui lembagalembaga pendidikan di masyarakat. Muhammadiyah ingin mencegah keberlangsungan hal ini. 5) Kurangnya pemahaman umat Islam terhadap ajaran Islam sehingga timbul fanatisme yang sempit, taklid buta, dan berfikir secara dogmatis. b. Tokoh Pendiri dan Dasar Pemikirannya KH. Ahmad Dahlan dilahirkan di Kauman-Yogyakarta dengan nama Muhammad Darwis pada tahun 1868. Beliau pergi haji dan bermukim di Mekkah untuk menimba ilmu agama pada tahun 1888. Pada tahun 1902, beliau kembali ke tanah air dan mengganti namanya menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1909, beliau bergabung dengan perkumpulan Budi Utomo dan masuk organisasi Jam’iat al-Khair pada tahun 1910 serta Sarekat Islam pada tahun 1911. Beliau mendirikan dan kemudian memimpin organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912, hingga beliau wafat pada tanggal 23 Februari 1923 di Kauman-Yogyakarta. Ada beberapa hal yang menjadi dasar pemikiran bagi KH. Ahmad Dahlan
dalam
mendirikan
Muhammadiyah.
Inilah
yang
kemudian disebut sebagai Ide Dasar KH. Ahmad Dahlan, yaitu sebagai berikut: 1) Dalam bidang aqidah, pandangan KH. Ahmad Dahlan sejalan dengan pandangan dan pemikiran ulama salaf. 2) Dalam perspektif KH. Ahmad Dahlan, beragama adalah beramal. Artinya, beragama itu berkarya dan berbuat sesuatu, Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
5
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
bekerja dalam berbagai segi kehidupan, serta melakukan tindakan hanya karena Allah SWT sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah. 3) Menurut KH. Ahmad Dahlan, sumber pokok hukum Islam adalah Al-Qur’an dan sunnah. Jika dari keduanya tidak ditemukan kaidah hukum yang eksplisit, hukum ditentukan berdasarkan penalaran dengan menggunakan kemampuan berpikir logis serta ‘ijma dan qiyas. 4) Dalam pandangan KH. Ahmad Dahlan, terdapat lima jalan untuk
memahami
Al-Qur’an,
yaitu
mengerti
artinya,
memahami maksudnya, introspeksi diri, manjauhi larangan dan menjalankan kewajiban yang telah diketahui, serta tidak mencari ayat lain sebelum isi ayat sebelumnya dikerjakan. 5) KH. Ahmad Dahlan menyatakan bahwa tindakan nyata adalah wujud konkrit dari hasil penerjemahan Al-Qur’an. Organisasi adalah wadah dari tindakan nyata tersebut. Untuk itu, umat Islam harus memperluas dan mempertajam kemampuan akal pikiran dengan ilmu mantiq. 6) Sesuai dengan dasar pemikiran bahwa seseorang itu perlu suka dan gembira, maka orang harus yakin akan adanya bahaya dan mati. Lupa akan kematian adalah bahaya yang jauh lebih besar dari kematian itu sendiri. 7) Kunci persoalan hidup adalah peningkatan kualitas hidup dan kemajuan yang sedang berkembang dalam tatanan hidup masyarakat. Dalam hal ini, KH. Ahmad Dahlan berpesan agar umat Islam harus menjadi intelektual yang bertaqwa. 8) Generasi muda perlu dibina dengan jalan interaksi langsung, dan untuk itu KH. Ahmad Dahlan mendirikan kepanduan yang selanjutnya diberi nama Hizbul Wathan (HW).
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
6
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
9) Strategi menghadapi perubahan sosial akibat modernisasi adalah merujuk kembali kepada Al-Qur’an, menghilangkan sikap fanatisme, dan taklid. 2. Nahdatul Ulama a. Sejarah Nahdatul Ulama (Kebangkitan Ulama), didirikan pada tanggal 31 Januari 1926 (16 Rajab 1344 H) di Surabaya. Dua tokoh yang memprakarsai berdirinya organisasi yang dikenal dengan sebutan NU ini adalah KH. Muhammad Hasyim Asy’ari (18711947) dan KH. Abdul Wahab Hasbullah (1888-1971). Latar belakang didirikannya NU adalah adanya tindakan Ibnu Sa’ud, sebagai penguasa Wahabi, yang ingin membersihkan praktik-praktik keagamaan yang dianggap menyeleweng dari ajaran Islam. Sebagian besar ulama Indonesia menyetujui tindakan
Ibnu
Sa’ud
tersebut.
Sedangkan
ulama-ulama
tradisional tidak menyetujui hal tersebut. Karena posisi yang tidak
menguntungkan
dan
dengan
maksud
ingin
tetap
mempertahankan praktik keagamaan tradisional, seperti ajaran empat madzhab, para ulama tradisional akhirnya membentuk Komite Merembuk Hijaz, yang kemudian diubah namanya menjadi Nahdatul Ulama. Pengurus pertama Nahdatul Ulama adalah KH. Hasyim Asy’ari (Raisul Akbar), KH. Dahlan (Wakil Raisul Akbar), KH. Abdul Wahab Hasbullah (Katib Awwal), KH. Abdul Halim (Katib Sani), dan KH. M. Alwi, KH. Ridwan, KH. Said, KH. Bisri, Abdullah Ubaid, Nahrawi, Amin, serta Masyhur sebagai A’wan (anggota). Anggaran
Dasar
NU
1927
menyebutkan
tujuan
untuk
memperkuat kesetiaan kaum muslimin pada salah satu dari
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
7
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
empat madzhab dan melakukan kegiatan yang menguntungkan para anggotanya dalam bentuk: 1) Memperkuat persatuan antar sesama ulama yang masih setia terhadap ajaran-ajaran madzhab. 2) Memberikan bimbingan tentang jenis-jenis buku/kitab yang diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan Islam. 3) Penyebaran ajaran-ajarna Islam yang sesuai dengan tuntunan madzhab empat. 4) Memperluas
jumlah
madrasah
dan
memperbaiki
organisasinya. 5) Membantu pembangunan masjid, langgar, dan pondok pesantren. 6) Membantu mengurusi anak-anak yatim piatu dan fakir miskin. b. Tokoh Pendiri dan Dasar Pemikirannya KH. Hasyim Asy’ari di kalangan masyarakat dan organisasi Islam, bukan saja sangat sentral, tetapi menjadi tipe utama seorang pemimpin. Beliau lahir di Jombang-Jawa Timur pada tahun 1871, dan mulai belajar di Mekkah pada tahun 1892. Pada tahun 1899, beliau mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, dan mendirikan Nahdatul Ulama pada tahun 1926. Sejak itu, beliau menjabat sebagai Rais Am NU hingga tahun 1947. Pada tahun 1939, beliau juga mendirikan Majelis Ulama ‘Ala Indonesia. Beliau menjabat sebagai Kepala KUA Shumubu wilayah Jawa dan Madura pada tahun 1944, dan kemudian menjadi Ketua Masyumi pada tahun 1945. Beliau wafat di Tebuireng, Jombang pada tahun 1947 dan dianugerahi sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1964. Semasa hidupnya, selain berjuang mengembangkan Islam melalui pesantren dan organisasi sosial
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
8
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
keagamaan, beliau pun aktif dalam mengorganisasi perjuangan politik melawan kolonial. Bahkan, pada masa pendudukan Jepang beliau pernah ditahan selama 6 bulan karena dianggap menentang. Orientasi pemahaman dan pemikiran keislaman KH. Hasyim Asy’ari sangat dipengaruhi oleh seorang guru utama, yaitu Syekh Mahfudz at-Tarmidzi yang menganut tradisi Syekh Nawawi. Dasar pemikiran yang digunakan oleh KH. Hasyim Asy’ari adalah sebagai berikut: 1) KH. Hasyim Asy’ari menganut aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan bermadzhab kepada empat imam madzhab. 2) KH. Hasyim Asy’ari tidak setuju dengan kebebasan berpikir dan mengabaikan madzhab dalam urusan agama. 3) Ijtihad para imam madzhab sangat menentukan dalam memahami Al-Qur’an dan sunnah. 4) Penafsiran Al-Qur’an dan sunnah secara langsung tanpa mempelajari kitab-kitab para ulama besar hanya akan menghasilkan pemahaman yang keliru. 5) Kyai sebagai figur yang mempunyai kedudukan tinggi. 6) Pesantren
sebagai
tempat
yang
paling
utama
dalam
membentuk akhlaq manusia.
C. Muhammadiyah – NU dalam Pembaruan di Indonesia Lahirnya kedua organisasi sosial keagamaan ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pembaruan kehidupan beragama di Indonesia. Bahkan hingga detik ini pun, pemikiran demi pemikiran terus ditetaskan oleh para cendikiawan NU dan Muhammadiyah demi mengikuti perkembangan jaman dan kondisi situasi kemasyarakatan yang ada.
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
9
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
Secara garis besar, prinsip dasar kaum pembaru Islam dapat ditelusuri kepada sedikitnya dua untai yang saling berkaitan. Yang pertama adalah seruan untuk kembali kepada skripturalisme (kitab suci Al-Qur’an) dengan menekankan autoritas Al-Qur’an dan sunnah dalam menentukan substansi ajaran. Untai kedua, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari untai pertama adalah upaya untuk melakukan reinterpretasi ajaranajaran Islam melalui pemahaman-pemahaman baru sesuai dengan tuntutan dunia modern. Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah adalah dua organisasi massa Islam yang paling berpengaruh, bukan saja di Indonesia, melainkan juga di dunia Islam. Keduanya merupakan anak kandung ibu pertiwi yang “berjenis kelamin” sama, yakni sama-sama aktif menggiatkan dakwah Islam dan sama-sama mengklaim memiliki anggota puluhan juta umat Islam. Begitu banyak kesamaan di antara kedua ormas Islam ini sehingga sulit sekali dicari perbedaannya kecuali hanya sebatas furu’iyah (yang kecil-kecil dan sama sekali tidak signifikan). Akan tetapi, perbedaan tersebut seakan dibesar-besarkan. Sehingga banyak ditemukan apa yang kita sebut dengan “fanatisme golongan”. Ikhtilaf (perbedaan) ini sebetulnya sudah menjadi sunnatullah bagi setiap makhluk-Nya. Tidak dapat dibayangkan apabila seluruh makhluk di muka bumi ini diciptakan sama rata, dengan pola pikir yang sama pula. Mengapa NU dan Muhammadiyah berbeda? Menurut Abd. Rohim Ghazali dalam bukunya Dua yang Satu, ada dua akar persoalan yang terkait satu sama lain, pertama, Muhammadiyah lahir dengan membawa semangat tajdid (pembaruan) yang bercorak purifikasi: mencoba “membersihkan” ajaran Islam dari unsur budaya lokal yang dianggapnya sebagai TBC (takhayul, bid’ah, dan churafat). Gagasan tajdid Muhammadiyah dengan manggusur TBC ini bisa dipahami karena KH. Ahmad Dahlan, pendiri organisasi ini, hidup dalam masyarakat yang bercorak kegamaan ganda: sinkretik dan tradisional. Mengapa TBC ini harus diberantas? Karena
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
10
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
beban-beban kultural inilah yang dianggap dapat menghambat kemajuan umat Islam. Di sini, dalam batas-batas tertentu, dalam gerakan purifikasi yang diikuti dengan menggalakkan pendidikan modern, Muhammadiyah memang terbukti mampu melakukan transformasi sosial. Akan tetapi, hal ini membawa dampak kultural yang harus dibayar. Jika praktik takhayul dan khurafat menjadi bagian dari Islam sinkretik, maka bid’ah adalah bagian
dari
membersihkan
Islam
tradisional.
keduanya
Muhammadiyah
sekaligus.
Di
sinilah
tampak gesekan
berusaha antara
Muhammadiyah dan NU tak bisa dihindarkan karena kalangan nahdiyinlah yang berusaha mempertahankan unsur-unsur budaya lokal yang dianggap bisa memperkaya aplikasi ajaran-ajaran Islam. Dalam konteks ini, walau banyak yang meragukan, tampaknya kelahiran NU pada tahun 1926 merupakan antitesis dari gerakan Muhammadiyah yang telah berdiri sejak tahun 1912. Padahal, menurut Gus Dur, banyak yang tidak mengetahui bahwa kakeknya, KH. Ahmad Bisri Sansuri, seorang ahli fiqih dari NU, apabila terjadi ribut-ribut soal hukum agama, sebelum sidang NU, selalu, kalau bukan beliau yang ke Yogyakarta, maka Kiai Hadjid (dari Majelis Tarjih Muhammadiyah) yang ke Jombang. Mereka berdua ini sama: kitabnya sama, pemahamannya pun sama. Mereka tukar menukar pendapat sampai berhari-hari. Sekarang, kita baru seminar sehari saja sudah lari. Bagaimanapun, perbedaan NU-Muhammadiyah yang kemudian dibesar-besarkan ini, tidaklah seharusnya terjadi, karena seperti telah diuraikan bahwa NU dan Muhammadiyah sebetulnya memiliki banyak sekali kesamaan, dan kesamaan yang paling utama ialah sama-sama melakukan dakwah dan jihad guna mencapai Islam yang lebih sempurna. Cak Nur mengatakan bahwa perbedaan yang terjadi pada tubuh NU dan Muhammadiyah hanyalah pada metodologi dan substansi dakwahnya saja. Dikatakannya bahwa NU memiliki lebih banyak substansi tetapi kurang
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
11
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
metodologi. Sebaliknya Muhammadiyah punya banyak metodologi tetapi kekurangan substansi. Seiring berjalannya waktu, banyak sekali perubahan yang terjadi, terutama dengan kedua organisasi sosial keagamaan ini. Keduanya mulai terlihat akrab, bukan hanya dalam kehidupan sosial masyarakat, tetapi juga dalam kehidupan politik. NU-Muhammadiyah di tingkat atas kini menjadi kekuatan yang satu. Keduanya mulai berusaha untuk saling mengisi satu sama lain. Rubrik Resonansi Republika 23 Mei 1996 menampilkan tulisan M. Amien Rais yang berjudul “Muhammadiyah-NU”. Ada enam alhamdulillah dalam tulisan tersebut. Alhamdulillah pertama, ditujukan pada hubungan dan kerjasama yang baik antara pengasuh dan guru-guru di sebuah panti asuhan Muhammadiyah di Tuban dengan aktivis dan orang-orang NU lainnya. Alhamdulillah kedua, dipujikan bagi tumbuhnya kerjasama yang baik antara aktivis Muhammadiyah di Muntilan dengan Gerakan Pemuda Anshor setempat dalam hal pengurusan hewan kurban dan panti asuhan. Alhamdulillah ketiga, ditujukan atas kejadian 60% penyandang dana panti asuhan di di Cabang Muhammadiyah Kaliangkrik-Magelang, adalah warga NU. Alhamdulillah keempat, untuk kejadian di pesantren Hafalan dan Pemahaman Al-Qur’an di lingkungan Universitas Muhammadiyah Jember, yang ternyata tiga kiai yang mengajar di situ adalah ulama NU. Alhamdulillah
kelima,
untuk
makin
berkurangnya
pertentangan-
pertentangan di masyarakat yang berkaitan dengan masalah khilafiyah ‘ubudiyah. Dan Alhamdulillah yang keenam, diperuntukan bagi kenyataan bahwa warga dari kedua organisasi besar umat Islam ini makin piawai dalam mempraktikkan ukhuwah islamiyah. Muhammadiyah dan NU tak ragu lagi adalah organisasi terbesar di Indonesia. Sebagian pengamat bahkan mengklaim bahwa keduanya merupakan organisasi kaum muslim terbesar di seluruh dunia Islam. Dan lebih dari itu, keduanya sekaligus menjadi organisasi tertua, yang eksistensinya tidak pernah terputus sejak dilahirkan.
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
12
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
Klaim kebesaran kedua organisasi ini tentu tidak terlalu berlebihan. Lihatlah
Muhammadiyah
dengan
segenap
perangkat
anak-anak
organisasinya. Lalu lihat pula medan yang digarapnya. Ke mana pun kita menoleh, tak ayal lagi akan terlihat papan nama Muhammadiyah, dari Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, SMA, Universitas, hingga klinik-klinik. Demikian kolosalnya kelembagaan yang dimiliki organisasi ini, sehingga angka pasti sekolah Muhammadiyah di seluruh nusantara sulit diperoleh. Sejak awal, organisasi ini cenderung menjauhi kancah politik. Ia lebih memusatkan pada purifikasi Islam, dakwah, pendidikan dan penyantunan sosial lainnya. Kemudian palingkan pandangan ke NU. Kita akan melihat banyaknya pesantren yang bernaung di bawahnya. Organisasi yang oleh Deliar Noer digolongkan sebagai tradisionalis, ternyata tidak pernah layu pula dalam arus modernisasi Indonesia yang demikian kencang dalam beberapa dasawarsa terakhir. NU sama sekali tidak canggung dengan politik. Ia dengan lincah bermain di panggung politik Indonesia. Konsekuensinya, sering sekali NU lupa pada kegiatan pendidikan dan dakwah, sehingga sedikit sekali kita menemukan sekolah, rumah sakit, atau pusat pelayanan umum yang dimiliki organisasi ini. Eksistensi NU dan Muhammadiyah yang saling melengkapi di Indonesia saat ini, membentuk pendapat bahwa maju mundurnya salah satu organisasi bukan lagi dilihat secara simplistis dalam kerangka organisasi masing-masing, tetapi dalam kerangka umat secara keseluruhan. Fastabiq al-Khairat…
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
13
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
BAB III PENUTUP Pembaruan (tajdid) dalam kehidupan umat Islam merupakan keharusan guna mempertahankan keutuhan dan eksistensi umat dalam perjalanan hidup manusia yang penuh dinamika. Perubahan selalu hadir dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan umat Islam harus mampu menghadapinya. Tajdid adalah bentuk adaptasi umat Islam terhadap keadaan sosial mayarakat yang terus berkembang. NU dan Muhammadiyah, sebagai organisasi sosial kemasyarakatan terbesar di negara ini, hadir untuk mengakomodir serta membimbing umat dalam proses adaptasi ini. Dengan adanya kedua organisasi ini di Indonesia, sebagian besar masyarakat muslim Indonesia memiliki pegangan dalam menghadapi berbagai perubahan yang ada. NU-Muhammadiyah adalah sama. Mereka sama-sama berdakwah dan berjuang untuk kepentingan umat dalam menghadapi modernisasi. Perbedaan yang ada selama ini hanyalah perbedaan kecil yang dibesarbesarkan.
Tetapi
di
masa
sekarang,
NU-Muhammadiyah
dapat
menunjukkan dan membuktikan bahwa umat Islam Indonesia masih bersatu dan ukhuwah islamiyah masih terjalin erat. Dengan saling mengisi, umat Islam akan lebih kuat dalam menghadapi berbagai perubahan di masa sekarang dan masa depan.
Demikian makalah kami: “Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia“
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
14
Semester 5 Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam DR. KHEZ. Muttaqien Purwakarta
DAFTAR PUSTAKA Nasution, Harun, 1975, Pembaruan dalam Islam - Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang Rohim Ghazali, Abd, 2000, Dua yang Satu – Muhammadiyah dalam Sorotan Cendikiawan NU, Bandung: Mizan Rohim Ghazali, Abd, 1999, Gus Dur dalam Sorotan Cendikiawan Muhammadiyah, Bandung: Mizan Azra, Azyumardi, 2001, Menuju Masyarakat Madani – Gagasan,Fakat, dan Tantangan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Murodi, 1995, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 3 MTs, Semarang: Toha Putra Margiono; Latifah; Anwar, Junaidi, 2004, Agama Islam Kelas 2 SMA, Jakarta: Yudhistira Wahid, Abbas; Suratno, 2006, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas XII MA, Solo: Tiga Serangkai
Pembaruan Melalui Organisasi Sosial Keagamaan di Indonesia
15