Pembahasan Ujian Blok Tht 2015.pdf

  • Uploaded by: Wellani Arifans
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pembahasan Ujian Blok Tht 2015.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 13,981
  • Pages: 82
PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 1. Seorang mahasiswa kedokteran merasakan nyeri pada daerah pangkal hidung dan pipi. Dokter mengatakan bahwa kemungkinan dia menderita infeksi sinus. Saraf apakah yang membawa sensasi nyeri dari area tersebut? a. Cabang N. III b. Cabang N. IX c. Cabang N. V d. Cabang N. VI e. Cabang N. VII The trigeminal nerve, CN V, is the fifth paired cranial nerve. It is also the largest cranial nerve. In this article, we shall look at the anatomical course of the nerve, and the motor, sensory and parasympathetic functions of its terminal branches. The trigeminal nerve is associated with derivatives of the 1st pharyngeal arch. Sensory: The three terminal branches of CN V innervate the skin, mucous membranes and sinuses of the face. Their distribution pattern is similar to the dermatome supply of spinal nerves (except there is little overlap in the supply of the divisions). Motor: Only the mandibular branch of CN V has motor fibres. It innervates the muscles of mastication: medial pterygoid, lateral pterygoid, masseter and temporalis. The mandibular nerve also supplies other 1st pharyngeal arch derivatives: anterior belly of digastric, tensor veli palatini and tensor tympani. Parasympathetic Supply: The post-ganglionic neurones of parasympathetic ganglia travel with branches of the trigeminal nerve. (But note that CN V is NOT part of the cranial outflow of PNS supply)

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

http://teachmeanatomy.info/head/cranial-nerves/trigeminal-nerve/ 2. Seorang anak usia 3 tahun terkena otitis media sebanyak 3 kali sepanjang tahun lalu. Orang tua menanyakan kepada dokter mengapa anak-anak lebih sering terkena infeksi telinga daripada orang dewasa. Dari sisi anatomi, pernyataan manakah yang paling benar mengenai fenomena tersebut? a. Perbedaan struktur anatomi choana b. Perbedaan struktur os. Stapedius c. Perbedaan struktur anatomi pinna externa d. Perbedaan struktur anatomi tuba eustachia e. Perbedaan struktur anatomi canalis auditorius The ability to equilibrate applied overpressures and underpressures in the middle ear by deglutition or jaw movements, ie, muscular opening function was significantly poorer in children than in adults, and also significant poorer in younger children than in older ones. The pressure opening function of the tube was determined during reduction of the pressure in the chamber, ie, deflation test. The relative positive pressure persisting in the middle ear after the deflation test, ie, closing pressure, was also measured. No significant difference was found between children and adults. The ability to create a negative middle ear pressure by sniffing (positive sniffing test) was correlated with low closing pressures of the tube. Children with negative middle ear pressures had poor muscular opening function rather than positive sniffing tests. Judging from serial tympanometric measurements for up to two months, also performed in ten sniffing positive and ten sniffing negative children, it seems that the results obtained in the pressure chamber tests reflect a "mean tubal function."

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/6778306 Middle ear infections are usually a result of a malfunction of the eustachian tube, a canal that links the middle ear with the throat area. The eustachian tube helps to equalize the pressure between the outer ear and the middle ear. When this tube is not working properly, it prevents normal drainage of fluid from the middle ear, causing a build up of fluid behind the eardrum. When this fluid cannot drain, it allows for the growth of bacteria and viruses in the ear that can lead to acute otitis media. http://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=otitis-media-middle-ear-infection-90P02057 Selebihnya pernah dijelaskan pada kuliah dr. Muthmainah bahwa perbedaan struktur anatomi tuba eustachius pada anak-anak menyebabkan mudahnya infeksi mengenai anak-anak.

3. Saat melakukan pemeriksaan otoskopi, dokter melihat pantulan cahaya pada arah jam 5 dari membrana tympani. Di sebelah posterosuperior dari area tersebut dapat ditemukan suatu cekungan. Apakah penyebab munculnya cekungan ini? a. Adanya lipatan mukosa b. Perlekatan processus lateralis malei c. Lewatnya chorda tympani di cavum tympani d. Perlekatan manubrium mallei pada membrana tympani e. Adanya jaringan pengikat yang mengelilingi membrana tympani Kuliah dr. Muthmainah slide 17 tentang membran timpani. Core: connective tissue lined with skin on the outside and mucous membrane on the inside. Attached to the tympanic part of the temporal bone by a fibrocartilaginous ring (annulus fibrokartilagenosa) Umbo  concavity caused by malleus attachment (manubrium mallei) Anteroinferior to the umbo  cone of light (5 o’clock)

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

4. Seorang dokter melakukan tindakan cricotiroidotomi emergensi karena ada suatu sumbatan jalan napas yang disebabkan oleh edema laring. Tindakan dilakukan di daerah membrane cricotiroidea. Manakah deskripsi yang menggambarkan lokasi membrana cricotiroidea? a. Tepat di bawah os. Hyoid b. Tepat di atas cartilago thyroidea c. Tepat di bawah cartilage cricoidea d. Di bawah isthmus glandula thyroidea e. Tepat di bawah cartilage thyroidea

Berikut adalah penjelasan tentang kartilago tiroidea •

Angulation more acute in males (90◦ vs 120 ◦)  laryngeal prominence



Posterior margin lamina  superior & inferior horn :

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 – inferior horn  facet for articulation with the cricoid cartilage; – superior horn connected by a lateral thyrohyoid ligament to the hyoid bone Sumber: slide 51 kuliah Larynx dr. Muthmainah

5. Seorang wanita 30 tahun menjalani operasi tiroidektomi akibat adanya hipertiroidisme. Setelah operasi, suara wanita tersebut menjadi serak. Apakah kemungkinan penyebab kelainan tersebut? a. Peradangan pada plica vokalis b. Trauma pada cartilago cricoidea c. Trauma pada cartilage thyroidea d. Trauma pada n. laryngeus rekuren e. Trauma pada plica vocalis akibat pemasangan endotracheal tube Recurrent laryngeal nerve injury may result in vocal cord paralysis and hoarseness. Injury may be caused by an endotracheal tube cuff that is situated too high or by a centrally positioned esophageal stethoscope or nasogastric tube that can compress the posterior branch of the recurrent laryngeal nerve. This type of injury has also been reported after the placement of a transesophageal EKG probe followed by neck flexion. It may also occur infrequently after LMA placement. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9781416042204500055 https://doi.org/10.1016/B978-141604220-4.50005-5

6. Seorang wanita usia 40 tahun datang ke praktek dokter umum dengan keluhan telinga berdenging, pendengaran menurun. Wanita tersebut mengaku sudah 3 bulan mendapat suntikan obat secara rutin 3 minggu sekali. Hasil pemeriksaan tanda vital dalam batas normal, telinga bagian luar dalam batas normal, membrana tympani utuh. Kemungkinan terbesar, zat apakah yang disuntikkan pada pasien? a. Penicillin --> Beta lactam b. Streptomycin c. Metronidazole d. Ciprofloxacin --> fluoroquinolone e. Erythromycin --> macrolide

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Obat-obatan ototoksik 1. Golongan Aminoglikosida, Streptomisin,neomisin,kanamisin, gentamisin, tobramisin,amikasin dan yang baru adalah netilmisin dan sisomisin Tuli yang diakibatkannya bersifat: a. Bilateral dan bernada tinggi b. Unilateral disertai gangguan vestibular 2. Loop Diuretics, 3. Obat Anti Inflamasi, 4. Obat Anti Malaria, 5. Obat Anti Tumor, dan 6. Obat Tetes Telinga Topikal Sumber: Kuliah Ototoksik

7. Seorang wanita usia 40 tahun datang ke praktik dokter umum dengan keluhan telinga berdenging, pendengaran menurun. Wanita tersebut mengaku sudah 3 bulan mendapat suntikan obat secara rutin seminggu sekali. Hasil pemeriksaan tanda vital dalam batas normal, telinga bagian luar dalam batas normal, membrane tympani utuh. Apakah penatalaksanaan pertama yang harus dilakukan? a. Mengurangi dosis suntikan obat b. Menghentikan suntikan obat c. Memberikan antidotum untuk suntikan obat d. Hemodialisa untuk mengeluarkan obat e. Memberikan diuretic untuk mengeluarkan obat Terapi aminoglikosida harus segera dihentikan Tidak ada pengobatan Mengurangi dampak kerusakan dan merehabilitasi fungsi alat bantu dengar, psikoterapi, auditory training, belajar komunikasi total dengan belajar bahasa isyarat, implan koklea

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Sumber: Kuliah Ototoksik dr. Setyo

8. Seorang laki-laki usia 45 tahun datang dengan keluhan telinganya berdenging. Setelah ditanya, pasien mengaku mengonsumsi aspirin setiap hari, tetapi tidak tahu sudah berapa banyak dan berapa lama. Dari pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Berapakah dosis obat yang bisa menimbulkan keluhan seperti pada pasien di atas? a. 6-8 mg/hari b. 60-80 mg/hari c. 600-800 mg/hari d. 6-8 g/hari e. 60-80g/hari Tuli karena konsumsi obat anti inflamasi yang berupa salisilat dan aspirin. Tuli sensorineural berfrekuensi tinggi dan tinnitus terjadi saat mengkonsumsi aspirin dosis sebesar 6-8 g/hari. Obat dihentikan pendengaran akan pulih dan tinnitus akan hilang Sumber: Kuliah Ototoksik dr. Setyo

9. Manakah diuretic dibawah ini yang berifat ototoksik? a. HCT b. Mannitol c. Sorbitol d. Furosemid e. Spironolakton Obat loop diuretics yang dapat menyebabkan ototoksik: Ethycrynic acid, furosemid dan butamide. Gangguan pendengaran yang terjadi ringan,tetapi pada kasus-kasus tertentu dapat menyebabkan tuli permanen. Sumber: Kuliah Ototoksik dr. Setyo

10. Apakah kandungan obat tetes telinga yang bisa menimbulkan efek tinnitus? a. Penicillin

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 b. Neomycin c. Cephalexin d. Chloramphenicol e. Ciprofloxacin Antibiotic aminoglikosida yang digunakan sebagai antibiotic topical pada telinga tengah bersifat ototoksik. Tetes telinga yang mengandung neomisin-polimiksin.Bila ada lubang pada membrane timpani Sumber: Kuliah Ototoksik dr. Setyo

11. Seorang laki-laki 60 tahun datang dengan keluhan sulit menelan sejak 3 bulan terakhir, nyeri ulu hati, riwayat sering muntah beberapa saat setelah makan, pada pemeriksaan rontgen dengan barium (esofagogram) didapatkan gambaran “mouse tail appearance/bird beak appearance”. Manakah diagnosis yang mungkin? a. Berret esophagus b. LPR c. GERD d. Tumor esophagus e. Achalasia The bird's beak sign of the oesophagus is used to refer to the tapering of the inferior oesophagus in achalasia. The same appearance (although it is difficult to see the similarity) is also referred to as the rat-tail sign. https://radiopaedia.org/articles/bird-beak-sign-oesophagus Pasien dengan achalasia biasanya datang dengan keluhan sulit menelan (disfagia), regurgitasi post prandial, nyeri ulu hati. (Kuliah dr. Putu)

12. Pada proses menelan pada fase manakah yang masih volunteer? a. Fase oral b. Fase esophageal c. Fase oropharynx

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 d. Fase velofaringeal e. Fase upper esophagus

Sumber: Slide kuliah fisiologi dr. ratna

13. Organ manakah yang berperan sebagai proteksi aspirasi pada saat proses menelan fase oropharynx? a. Palatum mole b. Epiglottis c. Velofaringeal d. Uvula e. Plica ventricularis

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 he epiglottis is a flexible flap at the superior end of the larynx in the throat. It acts as a switch between the larynx and the esophagus to permit air to enter the airway to the lungs and food to pass into the gastrointestinal tract. The epiglottis also protects the body from choking on food that would normally obstruct the airway. http://www.innerbody.com/image_digeov/dige02-new2.html

14. Seorang anak 3 tahun sering tersedak saat makan/minum, terkadang sampai masuk hidung, bicara juga sengau sejak lahir. Pada pemeriksaan cavum oris didapatkan celah pada langit-langit belakang. Manakah diagnosis yang mungkin pada pasien di atas? a. Labioschisis  bibir sumbing b. Labiopalatoschisis  defek pembentukan bibir dan langit langit mulut c. Palatoschisis  defek pembentukan langit-langit (palatum) d. Palatognatoschisis e. Torus palatinus Cleft lip and cleft palate are facial and oral malformations that occur very early in pregnancy, while the baby is developing inside the mother. Clefting results when there is not enough tissue in the mouth or lip area, and the tissue that is available does not join together properly. A cleft lip is a physical split or separation of the two sides of the upper lip and appears as a narrow opening or gap in the skin of the upper lip. This separation often extends beyond the base of the nose and includes the bones of the upper jaw and/or upper gum. https://www.webmd.com/oral-health/cleft-lip-cleft-palate#1

15. Apa organ yang terlibat pada proses proteksi terhadap regrugitasi makanan ke arah koana? a. Uvula b. Epiglottis c. Palatum durum d. Palatum mole e. Tonsila palatina

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Sumber: Slide kuliah dr. Ratna

16. Pada gangguan vesibular tipe perifer, area manakah yang paling sering mengalami kelainan? a. Telinga luar b. Membrana timpani c. Tuba eustachii d. Chorda tympani e. Canalis semicircularis The vestibular system is broadly categorized into both peripheral and central components. The peripheral system is bilaterally composed of three semicircular canals (posterior, superior, lateral) and the otolithic organs (saccule and utricle). The semicircular canals detect rotational head movement while the utricle and saccule respond to linear acceleration and gravity, respectively. These vestibular organs are in a state of symmetrically tonic activity, that when excited stimulate the central vestibular system. This information, along with proprioceptive and ocular input, is processed by the central vestibular pathways (e.g. vestibular nuclei) and maintains our sense of balance and position. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3096243/

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 17. Pria usia 60 tahun mengeluh pusing berputar bila menggerakkan kepala sejak 2 hari yang lalu. Pusing berputar disertai mual kadang-kadang sempat muntah. Tidak ada gangguan pendengaran, riwayat trauma, infeksi, dan penggunaan obat ototoksis. Pada tes posisi terdapat nistagmus vestibuler. Apa diagnosis pasien tersebut? A. Menier disease B. Neuritis vestibularis C. Presbiastasia D. BPPV E. Cefalgia Jawaban : D Terdapat nystagmus vestibuler  gangguan keseimbangan vestibuler (Kuliah dr. Novi)

Pasien tidak mengalami penurunan pendengaran seperti yang dialami dalam Meniere disease (Kuliah otology dr. Dewi) Diagnosis vertigo : a. Perasaan tidak seimbang (unsteadiness) imbalance. Hal ini disebabkan gangguan pada sistem vestibulospinal, (propioseptik ) . b. Perasaan ringan di kepala (lightheadness ) disebabkan penurunan aliran darah ke cerebrum / otak . c. Oscillopsia, penglihatan kabur /double mata atau berkedip - kedip. Hal ini berhubungan dengan gangguan RVO d. Perasaan melayang ini dihubungkan dengan adaptasi pada otolith terhadap rangsang

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 e. Ada perasaan

dirinya atau sekitarnya berputar yang kurang nyata sering

dihubungkan dengan gangguan aliran darah sistem vertebro basilaris ( perasaan melayang ) f. Ada perasaan dirinya atau sekelling berputar linier/sirculer yang jelas terganggu dihubungkan dengan reaksi abnormal kanalis vestibuler (jaras vestibuler sampai korteks serebri ) yang dinyatakan sebagai vertigo g. Vertigo rotational horizontal merupakan representasi dari disfungsi kanalis semi circularis horizontal. h. Vertigo pada gerakan ke lateral dari kepala terjadi

karena adanya disfungsi

ultriculus i. Mual, muntah, kepucatan akibat gangguan fungsi otonom akibat stimulasi nukleus vagus dan solitarius Vertigo dibedakan menjadi perifer dan sentral, untuk vertigo perifer : a. Benign Paroxysmal Positional Vertigo : disebabkan adanya partikel di canalis semisircularis. Karakteristiknya terjadi serangan vertigo mendadak bersifat rotatory karena provokasi gerakan kepala gejala memberat atau dengan perubahan posisi tidur bangun/ sebaliknya. b. Penyakit Meniere : disebabkan adanya distensi membran labyrin akibat dilatasi dan penambahan cairan endolymphe. Karakteristik adanya serangan vertigo yang berat dalam beberapa jam disertai tinitus dan pendengaran terganggu bersifat kronis dan fluktuatif c. Neuritis : Adanya inflamasi n. vestibularis yang dihubungkan dengan infeksi virus/ autoimun atau iskemi. Karakteristik vertigo berat, mual muntah gangguan keseimbangan tanpa gangguan pendengaran dipicu dengan gerakan kepala. d. Labyrinthis : Infeksi labyrin sebagai akibat lanjutan dari otitis media, parotitis local. Ditemukan vertigo, ocilopsia disertai dengan gangguan pendengaran/ tinitus. e. Infark Labyrin : Vaskularisasi labyrin berasal dari sistem vertebra basiler. Bila ada gangguan pada sistem tersebut menyebabkan gangguan fungsi labirin. f. Oklusi arteri auditiva interna : Adanya proses artherosklerosis a. auditiva interna dan cabangnya akibat penyakit seperti lues, lupus eritematosus dan peri

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 arthritis nodusa. Karakteristik terjadi vertigo akut disertai gangguan pendengaran yang mendadak Sumber : Dokter Suratno, Sp.S. 2014. Slide Kuliah Vertigo BPPV is defined as an abnormal sensation of motion that is elicited by certain critical provocative positions. The provocative positions usually trigger specific eye movements (ie, nystagmus). The character and direction of the nystagmus are specific to the part of the inner ear affected and the pathophysiology. Classic BPPV is usually triggered by the sudden action of moving from the erect position to the supine position while angling the head 45° toward the side of the affected ear. After reaching the provocative position, a lag period of a few seconds occurs before the spell strikes. When BPPV is triggered, patients feel as though they are suddenly thrown into a rolling spin, toppling toward the side of the affected ear. Symptoms start very violently and usually dissipate within 20 or 30 seconds. This sensation is triggered again upon sitting erect; however, the direction of the nystagmus is reversed. (Medscape, https://emedicine.medscape.com/article/884261-overview#showall)

18. Pria usia 60 tahun mengeluh pusing berputar bila menggerakkan kepala sejak 2 hari yang lalu. Pusing berputar disertai mual kadang-kadang sempat muntah. Tidak ada gangguan pendengaran, riwayat trauma, infeksi, dan penggunaan obat ototoksis. Pada tes posisi terdapat nistagmus vestibuler. Apa patogenesis yang mendasari penyakit tersebut? A. Hidrop endolimfe B. Kelainan vaskuler C. Kanalolithiasis D. Kelainan saraf E. Tuba katar Jawaban : C Saat Kristal kalsium karbonat bergerak dalam kanal semisirkularis (kanalitiasis), endolimfe akan bergerak menstimulasi ampula pada kanal yang terkena sehingga menyebabkan vertigo.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 The crista ampullaris has a sail-like tower, the cupula, that detects the flow of fluid within the SCC (Semi Circularis Canal). If a person turns suddenly to the right, the fluid within the right horizontal canal lags behind, causing the cupula to be deflected left (toward the ampulla, or ampullopetally). This deflection is translated into a nerve signal that confirms the head is rotating to the right. Particles in the canal slow and even reverse the movement of the cupula switch and create signals that are incongruous with the actual head movements. This mismatch of sensory information results in the sensation of vertigo. While the head is upright, the particles sit in the PSC (Posterior Semicircularis Canal) at the most gravity-dependent position. When the head is tilted back supine, the particles are rotated up approximately 90° along the arc of the PSC. After a momentary (inertial) lag, gravity pulls the particles down the arc. This causes the endolymph to flow away from the ampulla and causes the cupula to be deflected. The cupular deflection produces nystagmus. Reversal of the rotation (sitting back up) causes reversal of the cupular deflection and thus dizziness with nystagmus beating in the opposite direction. Canal densities would better explain the delay (latency), transient nystagmus, and reversal on return to upright than would cupular densities. This supports canalithiasis rather than cupulolithiasis as the mechanism for classic BPPV. (Medscape, https://emedicine.medscape.com/article/884261-overview#showall)

19. Seorang laki-laki usia 30 tahun mengeluh pusing berputarsejak 1 minggu yang lalu yang makin hari semakin berkurang serangannya. Keluhan pusing selalu disertai bunyi dan penurunan pendengaran yang berfluktuasi di telinga kiri. Pada otoskopi dalam batas normal, pada audiogram terlihat gambaran tuli sensorineural nada rendah di telinga kiri Apa diagnosis kerja penyakit diatas? A. Menier disease B. BPPV C. Neuritis vestibularis D. Cefalgia E. Presbiastasia Jawaban : A

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Pasien mengalami vertigo ditandai keluhan pusing berputar. Dari keluhan lain pasien, mengalami bunyi (tinnitus), penurunan pendengaran tuli sensorineural (SNHL). Dapat disimpulkan pasien mengalami triase sesuai kriteria Meniere disease. Triade of Meniere Disease: a. Vertigo (episode berulang vertigo, berlangsung dari menit sampai hari) b. SNHL (tuli sensorineural yang progresif) c. Tinitus Faktor risiko: Pasien yang berisiko lebih besar termasuk orang-orang dengan penyakit virus baru atau infeksi saluran pernapasan, mereka yang memiliki riwayat alergi, merokok, stres, kelelahan, atau penggunaan alkohol, dan pasien yang memakai aspirin. Etiologi Meniere disease : 1. Kegagalan penyerapan oleh kantong endolimf, (Hidrops) 2. Autoimun 3. Alergi 4. Genetik 5. anatomi dan infeksi virus Gejala klinis penyakit meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfa pada koklea dan vestibulum. Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh : 1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada hujung arteri, 2. Berkurangnya tekanan osmotik dalam kapiler, 3. Meningkatnya tekanan osmotic ruang ekstrakapiler, 4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan cairan endolimfa. (Kuliah Otologi dr. Dewi, 2017 Slide 50-51)

20. Seorang laki-laki usia 30 tahun mengeluh pusing berputar sejak 1 minggu yang lalu yang makin hari semakin berkurang serangannya. Keluhan pusing selalu disertai bunyi dan penurunan pendengaran yang berfluktuasi di telinga kiri. Pada otoskopi dalam batas normal, pada audiogram terlihat gambaran tuli sensorineural nada rendah di telinga kiri Apa patogenesis yang terjadi pada penyakit diatas?

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 A. Hidrop endolimfe B. Kelainan vaskuler C. Kanalolithiasis D. Kelainan saraf E. Tuba katar Jawaban : A Pembahasan di nomor 19 The underlying mechanism is believed to be distortion of the membranous labyrinth resulting from overaccumulation of endolymph. The endolymph and perilymph (ie, fluids that fill the chambers of the inner ear) are separated by thin membranes that house the neural apparatus of hearing and balance. Fluctuations in pressure stress these nerve-rich membranes, causing hearing disturbance, tinnitus. Attacks of hydrops probably are caused by an increase in endolymphatic pressure, which, in turn, causes a break in the membrane that separates the perilymph (potassium-poor extracellular fluid) from the endolymph (potassium-rich intracellular fluid). The resultant chemical mixture bathes the vestibular nerve receptors, leading to a depolarization blockade and transient loss of function. The sudden change in the rate of vestibular nerve firing creates an acute vestibular imbalance (ie, vertigo). The physical distention caused by increased endolymphatic pressure also leads to a mechanical disturbance of the auditory and otolithic organs. Because the utricle and saccule are responsible for linear and translational motion detection (as opposed to angular and rotational acceleration), irritation of these organs may produce nonrotational vestibular symptoms. This physical distention causes mechanical disturbance of the organ of Corti as well. Distortion of the basilar membrane and the inner and outer hair cells may cause hearing loss and/or tinnitus. Since the apex of the cochlea is wound much tighter than the base, the apex is more sensitive to pressure changes than the base. This explains why hydrops preferentially affects low frequencies (at the apex) as opposed to high frequencies (at the relatively wider base). Symptoms improve after the membrane is repaired as sodium and potassium concentrations revert to normal. Various extrinsic mechanisms are thought to contribute to the development of endolymphatic hydrops, including infection, trauma, allergens.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 (Medscape, https://emedicine.medscape.com/article/1159069-overview#showall)

21. Seorang laki-laki berusia 30 tahun, datang dengan keluhan pilek, batuk-batuk, dengan dahak berwarna kuning kehijauan, selain itu juga mnegeluh kedua tulang pipinya nyeri. Apa diagnosis yang paling mungkin? A. Sinusitis maxilaris B. Sinusitis ethmoidalis C. Sinusitis frontalis D. Asma bronkiale E. Bronchitis akut Jawaban : A Pilek dan dahak berwarna kuning kehijauan menandakan adanya aliran pengeluaran sekret yang tidak lancar atau ada penyumbatan sehingga cairan yang dihasilkan semakin kental karena mikroorganisme yang bertumbuh baik. Jika terjadi penumpukan cairan pada sinus maxillaris, akan timbul gejala klinis berupa rasa nyeri di pipi ketika mendapat tekanan. Sinusitis

is

characterized

by

inflammation of the lining of the paranasal

sinuses.

normally

sterile

The under

sinuses

are

physiologic

conditions. Secretions produced in the sinuses flow by ciliary action through the ostia and drain into the nasal cavity. In the healthy individual, flow of sinus secretions is always unidirectional (ie, toward the ostia), which prevents back contamination of the sinuses. In most individuals, the maxillary sinus has a single ostium (2.5 mm in diameter, 5 mm2 in cross-sectional area) serving as the only outflow tract for drainage. This slender conduit sits high on the medial wall of the sinus cavity in a nondependent position. Most likely, the edema of the mucosa at these 1- to 3-mm openings becomes congested by some means (eg, allergy, viruses, chemical irritation) that causes

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 obstruction of the outflow tract stasis of secretions with negative pressure, leading to infection by bacteria. Retained mucus, when infected, leads to sinusitis. Another mechanism hypothesizes that because the sinuses are continuous with the nasal cavity, colonized bacteria in the nasopharynx may contaminate the otherwise sterile sinuses. These bacteria are usually removed by mucociliary clearance; thus, if mucociliary clearance is altered, bacteria may be inoculated and infection may occur, leading to sinusitis. Sinus Maxilla

Lokasi sakit

Referal pain

Pipi, hidung, bibir

Retrobulber, gigi mandi bula atas

& gigi Ethmoid

Retronasal,

Occipital, leher atas

retroorbital Sphenoid

Frontal

Retronasal,

Bitemporal, frontal, vertex occipital,

retrobulber

mastoid

Frontal,

Bitemporal, occipital

supraorbital Sumber : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. FKUI Dokter Sarwastuti Hendradewi, Sp. THT-KL. 2015. Slide Penyakit Hidung. Medscape https://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#showall

22. Pasien umur 19 tahun datang ke puskesmas engan keluhan hidung tersumbat sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan timbul setiap hari dan semakin memberat. Kadangkadang keluar cairan tidak berwarna dan tida berbau. Dari pemeriksaan rinoskopi anterior dijumpai massa putih mengkilap dari meatus media. Apa diagnosis yang paling mungkin? A. Polip nasi B. Abses nasi C. Rhinitis alergika D. Rhinitis vasomotor E. Ca sinonasal

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Jawaban : A Pasien mengalami keluhan rhinorhea yang progresif. Cairan yang keluar tidak berwarna, tidak berbau. Hal ini menandakan tidak terjadinya kolonisasi bakteri maupun virus pada hidung. Terlihat pula masa putih mengkilap. Polip secara makroskopis polip merupakan massa bertangkai dengan permukaan licin, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih keabu-abuan, agak bening, lobular, dapat tunggal atau multipel, dan tidak sensitive nyeri. Polip dapat tumbuh pada hidung, terutama dari kompleks osteo-meatal di meatus medius dan sinus ethmoid. Gejala yang ditimbulkan adalah hidung tersumbat, hiposmia atau anosmia, dan bila karena alergi akan mengalami bersin-bersin dan iritasi di hidung. Kemudian dari pemeriksaan foto rontgen sinus paranasal terdapat gambaran kesuraman menyeluruh sinus maksilaris sinistra yang menandakan tempat polip tumbuh, dan juga menyingkirkan diagnosis rinosinusitis karena tidak ditemukan “air fluid level”. Polyp formation in the nasal cavity is due to chronic allergic rhinitis, chronic sinusitis, and, less commonly, underlying disease such as cystic fibrosis. Patients usually present with nasal obstruction, persistent nasal discharge (rhinorrhea), sinus infection, and loss of the sense of smell (anosmia) of prolonged duration. The polyp surface consists of pseudostratified respiratory epithelium and is subject to metaplasia due to local pressure and trauma. Polyps can undergo fibrosis and neovascularization. Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/861456-overview

23. Seorang pasien perempuan umur 23 tahun, mengeluh pilek-pilek, hidung kiri buntu waktu mengeluarkan udara pernapasan, sedang waktu menarik napas tidak ada hambatan. Gejala dirasakan sudah 6 bulan. Pemeriksaan rhinoskopi anterior kedua cavum nasi lapang. Pemeriksaan rhinoskopi posterior, rongga choana terlihat massa putih menggantung. Pemeriksaan Ro foto sinus para nasal, terdapat gambaran kesuraman menyeluruh sinus maksilaris sinistra, tidak terdapat gambaran “air fluid level”. Apa diagnosis yang paling mungkin? A. Rinosinusitis maksilaris sinistra B. Rhinitis kronis sinistra C. Polip ethmoidalis D. Polip sinus maksilaris sinistra E. Polip antrochoanal sinistra

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Jawaban : E Polip pada pasien diatas tumbuh di choana bagian depan maka disebut polip antrochoanal. Tidak ada air fluid level dan tidak ada kesuraman pada sinus menyingkirkan DD karena rhinosinusitis. Polyps located posterior to the site are not typically seen during routine anterior rhinoscopy examination performed with an otoscope and are missed unless the child is symptomatic Symptom-producing polyps can cause nasal airway obstruction, postnasal drainage, dull headaches, snoring, and rhinorrhea. Associated hyposmia or anosmia may be a clue that polyps, rather than chronic sinusitis alone, are present. Epistaxis that does not arise from irritation of the anterior nasal septum (ie, Kiesselbach area) usually does not occur with benign multiple polyps and may suggest other, more serious, nasal cavity lesions. Massive polyposis or a single large polyp (eg, antral-choanal polyp that obstructs the nasal cavities, nasopharynx, or both) can cause obstructive sleep symptoms and chronic mouth breathing.

24. Seorang pasien perempuan umur 40 tahun, mengeluh pilek-pilek, hidung kiri berbau. Bau dirasakan terutama pagi hari saat bangun tidur atau saat sujud waktu posisi kepala di bawah. Pipi sebelah kiri dirasaka sakit. Enam bulan yang lalu, gigi atas kiri nomor 6 pernah sakit, tetapi sekarang telah sembuh. Pemeriksaan rinoskopi anterior hidung kiri terdapat pus pada meatus medius. Hidung kanan normal. Apa diagnosis yang paling mungkin? A. Rinosinusitis maksilaris sinistra B. Tumor sinus maksilaris sinistra C. Rinitis vasomotorika D. Rinitis alergika E. Rinitis kronis Jawaban : A Pasien pernah mengalami sakit gigi kiri atas nomor 6, nyeri pada pipi mengindikasikan terdapat infeksi pada sinus maxillaris. Infeksi pada sinus maxillaris menyebabkan terjadinya sumbatan dan penimbunan cairan pada sinus maxillaris, biasanya dipicu oleh rhinitis sehingga disebut sebagai rhinosinusitis.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Dasar sinus maksila terdapat prosesus alveolaris tempat akar gigi rahang atas sehingga rongga sinus maksila hanya terpisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi, bahkan kadang-kadang tanpa tulang pembatas. Infeksi gigi rahang atas mudah menyebar langsung ke sinus atau melalui pembuluh darah dan limfe. Sinus maxillaris bermuara di meatus nasi medius. Infeksi akan menyebabkan bakteri terkolonisasi pada sinus maxillaris dan menyebabkan produksi cairan yang berlebihan yang akan membantu pertumbuhan bakteri sehingga secret dapat menjadi pus. Penimbunan cairan sinus maxillaris membuat pus yang terbentuk akan keluar ke hidung pada meatus nasi medius. Beberapa faktor etiologi dan predisposisi antara lain ISPA akibat virus, bermacam rinitis terutama rinitis alergi, rinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti deviasi septum nasi atau hipertrofi konkha, sumbatan kompleks ostio-meatal (KOM), infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologik. Pada anak-anak hipertorfi adenoid merupakan faktor penting penyebab terjadinya sinusitis. Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap terjadinya sinusitis yaitu kebiasaan merokok, lingkungan berpolusi, udara dingin dan kering, keadaan ini dapat menyebabkan perubahan mukosan dan merusak silia. Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosliar di dalam KOM. Mukus juga mengandung substansi antimikrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negatif di dalam rongga sinus yang menyebabkan transudasi mula-mula serous. Kondisi ini dianggap sebagai rinosinusitis non bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri. Sekret akan menjadi purulen, keadaan ini disebut rinosinusitis akut bakterial dan memerlukan terapi antibiotik. Jika terapi tidak berhasil maka proses inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. Mukosa makin membengkak dan ini menyebabkan perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid, atau pembentukan polip dan kista, sehingga perlu tindakan operasi. Sumber :

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. FKUI Dokter Sarwastuti Hendradewi, Sp. THT-KL. 2015. Slide Penyakit Hidung.

25. Seorang pasien perempuan usia 40 tahun mengeluh pilek-pilek, sakit diantara kedua mata, hidung kiri berbau. Bau dan sakit dirasakan terutama siang hari, makin siang semakin berkurang. Pemeriksaan anterior hidung kiri terdapat pus pada meatus medius. Hidung kanan normal. Apa diagnosis yang paling mungkin? f. Rhinitis ethmoidalis sinistra g. Rhinosinusitis frontalis sinistra h. Rhinosinusitis maksillaris sinistra i. Rhinosinusitis ethmoidalis j. Rhinitis kronis sinistra Jawaban : D Gejala rinosinusitis : -

Hidung tersumbat

-

Nyeri tekan pada muka

-

Keluar ingus

Yang membedakan dengan rinitis adalah nyeri tekan pada muka. Lokasi nyeri tekan menandakan lokasi sinus paranasal yang terinfeksi Sinusitis

Lokasi sakit

Referal pain

Maxilla

Pipi, hidung, bibir &

Retrobulber, gigi mandi bula atas

gigi Ethmoid

Retronasal, retroorbital

Occipital, leher atas

Spenoid

Retronasal, retrobulber

Bitemporal,

frontal,

vertex

occipital, mastoid, canimus bahu Frontal

Frontal, supraorbital

Bitemporal, occipital

Muara ductus pada meatus : -

Meatus superius : Sinus sphenoidalis, Sinus ethmoidalis posterior

-

Meatus medius : Sinus frontalis, Sinus maxillaris, sinus ethmoidalis anterior et media

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 -

Meatus inferius : Ductus nasolacrimalis

Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher FK UI

26. Seorang gadis usia 23 tahun, menderita pilek lama, hidung buntu, rasa penghidu hilang. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior, kedua cavum nasi sangat longgar, terdapat banyak crusta hijau berbau hebat. Apakah diagnosis yang paling mungkin? a. Benda asing dalam hidung b. Rhinitis atrophican c. Sinusitis kronis d. Rhinitis kronis e. Rhinitis spesifik Jawaban : B Dalam buku Diseases of Ear,Nose and Throat & Head and Neck Surgery 6th Edition Elsevier, dijelaskan mengenai Rhinitis Ozaena/Atrophican. “It is a chronic inflammation of nose characterized by atrophy of nasal mucosa and turbinate bones. The nasal cavities are roomy and full of foul-smelling crusts. ... Disease is commonly seen in females and starts around puberty. There is foul smell from the nose making the patient a social outcast though patient himself is unaware of the smell due to marked anosmia (merciful anosmia) which accompanies these degenerative changes. Patient may complain of nasal obstruction in spite of unduly wide nasal chambers. This is due to large crusts filling the nose. otEpistaxis may occur when the crusts are removed. Examination shows nasal cavity to be full of greenish or greyish black dry crusts covering the turbinates and septum. Attempts to remove them may cause bleeding. When the crusts have been removed, nasal cavities appear roomy with atrophy of turbinates so much so that the posterior wall of nasopharynx can be easily seen. Nasal turbinates may be reduced to mere ridges. Nasal mucosa appears pale. Septal perforation and dermatitis of nasal vestibule may be present. Nose may show a saddle deformity. Atrophic changes may also be seen in the pharyngeal mucosa which may appear dry and glazed with crusts.Similar changes may occur in the larynx with cough and hoarseness of voice (atrophic laryngitis). Hearing impairment may be noticed because of obstruction to eustachian tube

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 and middle ear effusion. Paranasal sinuses are usually small and underdeveloped with thick walls. They appear opaque on X-ray. Antral wash is difficult to perform due to thick walls of the sinuses.”

27. Seorang anak laki-laki usia 15 tahun datang ke IGD dengan keluhan mimisan yang banyak. Pasien sudah sering mengalami mimisan berulang sejak 1 tahun yang lalu. Pasien juga mengeluh kedua hidungnya buntu. Apa diagnosis yang paling mungkin? a. Rhinitis alergika b. Ca Nasofaring c. Angiofibroma d. Polip Nasi e. Rhinitis simpleks Jawaban : C

Sumber : PPT Neoplasma THT dr. Made

28. Seorang perempuan 23 tahun sering bersin pagi hari dan saat membuka tumpukan buku. Perempuan tersebut sering menggosok-gosok hidungnya hingga terbentuk garis di sekitar dorsum nasi. Disebut apakah tanda yang terbentuk di dorsum nasi tersebut? a. Allergic shiners b. Allergic crease c. Allergic salute d. Dennie morgan lines e. Post nasal drips

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Jawaban : B

29. Seorang anak laki-laki berusia 3.5 tahun dibawa oleh orangtuanya dengan keluhan lubang hidung kiri berbau sejak 20 hari yang lalu. Keluhan disertai panas badan, hidung berair dan mimisan berulang. Dari hasil pemeriksaan rhinoskopi anterior didapatkan sekret mukopurulen +/-, seprum nasi di tengah, pasase udara hanya dari lubang hidung kanan. Apa diagnosis yang mungkin? a. Corpus alienum b. Rhinitis akut c. Rhinitis allergika d. Rhinitis vasomotor e. Sinusitis akut

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Jawaban : A Sinusitis dan Rhinitis tidak diikuti epistaksis berulang. Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher FK UI

30. Seorang laki-laki berusia 35 tahun, datang dengan keluhan nafas berbau pada hifung kiri. Keluhan disertai penurunan penciuman. Keluhan nyeri kepala dan di daerah pipi kiri tidak ada. Keluhan dirasakan bertambah berat jika pasien menunduk. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nafas berbau, tidak ada gangguan pasase udara. Pada pemeriksaan gigi didapatkan gigi premolar kiri berlubang. Apa diagnosis yang paling mungkin? a. Sinusitis et causa rhinogen b. Sinusitis et causa dentogen c. Sinusitis et causa alergen d. Sinusitis et causa hematogen e. Sinusitis et causa thinogen Jawaban : B Dari kalimat ini, ”Keluhan dirasakan bertambah berat jika pasien menunduk”, pasien diduga menderita sinusitis maxillaris dikarenakan posisi anatomis sinus maxilarris yang terletak di bawah hidung. Sinus maxilarris juga posisinya berdekatan dengan gigi, oleh karena itu cocok dengan kalimat ini “Pada pemeriksaan gigi didapatkan gigi premolar kiri berlubang”.

31. Datang seorang anak laki-laki usia 9 tahun diantar ayahnya ke poli THT, mengeluh nyeri pada telinga kanan sejak 2 hari yang lalu. Keluhan didahului demam dan flu sejak 5 hari yang lalu. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan denyut nadi 100x/menit, frekuensi nafas 22x/menit, temperatur 37.2oC. Pada pemeriksaan otoskopi didapatkan membran timpani utuh, tampak bengkak dan hiperemis. Apakah diagnosis yang paling mungkin? a. Otitis media akut stadium oklusi tuba b. Otitis media akut stadium presupurasi c. Otitis media akut stadium supurasi d. Otitis media akut stadium perforasi

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 e. Otitis media akut stadium resolusi Jawaban : B Otitis Media Akut Penyebab utamanya adalah infeksi bakteri piogenik seperti Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Terganggunya fungsi Tuba Esuctachius mengakibatkan pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga terganggu sehingga kuman masuk dan terjadi peradangan. Dibagi menjadi 5 stadium: a. Stadium Oklusi Tuba Eustachius i. Gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah. Kadang-kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. b. Stadium Hiperemis (Stadium Pre-supurasi) i. Seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. c. Stadium Supurasi i. Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani menonjol (bulging). d. Stadium Perforasi i. Ruptur membran timpani, sehingga nanah mengalir keluar dari telinga tengah ke telinga luar. e. Stadium Resolusi i. Bila membran timpani tetap utuh, maka akan kembali normal. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya kering. Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher FK UI

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 32. Pasien laki-laki usia 30 tahun datang ke dokter dengan keluhan kurang pendengarannya pada sebelah kanan. Didapatkan tes rinne (-), tes weber lateralisasi ke kanan, tes schwabach memanjang. Apakah diagnosis yang paling mungkin? a. Normal b. Tuli sensorineural kiri c. Tuli sensorineural kanan d. Tuli konduktif kiri e. Tuli konduktif kanan Tes

Tes Weber

Tes Swabach

Rinne Positif

Diagnosis

telinga

yang diperiksa Tidak ada lateralisasi

Sama

dengan Normal

pemeriksa Negatif

Lateralisasi ke telinga yang Memanjang

Tuli Konduktif

sakit Positif

Lateralisasi ke telinga yang Memendek

Tuli Sensorineural

sehat Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher FK UI 33. Seorang wanita usia 40 tahun datang ke dokter dengan keluhan mulut mencong ke kiri dan telinga terasa sakit dan bertambah sakit bila daun telinga digerakkan. Keluar cairan berwarna kuning dari telinga. Pasien menderita DM. pada pemeriksaan didapat tragus pain (+). Apakah diagnosis yang paling mungkin? A. Otitis media kronis B. Otitis eksterna maligna C. Kolesteatoma D. Otitis media kronis maligna E. Bell’s palsy Pembahasan: keluhan pada telinga yang disertai dengan mulut yang mencong menandakan adanya keterlibatan dari saraf kranial pasien. Selain itu, adanya DM memperkuat diagnosis dari pasien yaitu otitis eksterna maligna

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Sumber: PPT Otologi 1 (Penyakit Telinga Luar dan Telinga Dalam) dr. Dewi Pratiwi, Sp.T.H.T.K.L, M.Kes Opsi lainnya: •

Otitis media kronis: infeksi kronis pada telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Dapat terjadi karena OMA dengan perforasi membran timpani yang tidak sembuh. Terdapat 2 tipe, yaitu tipe aman dan bahaya.



Kolesteatoma: suatu kista epithelial yang berisis kertain (deskuamasi epitel). Termasuk OMSK tipe bahaya/ maligna/ unsafe ear.



Otitis media kronis maligna: yang membedakannya dengan tipe benigna ialah, letak perforasi tipe maligna di marginal atau atik. Selain itu, tipe maligna biasanya mengenai tulang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Terdiri dari: timpani mastoid disease, kholesteatoma



Bell’s palsy: kelemahan/ kelumpuhan nervus fasialis

Sumber: THT FKUI

34. Pasien laki-laki 68 tahun mengeluh penurunan pendengaran kedua telinga sejak 3 tahun lalu. Awal keluhan tidak disadari, makin lama makin memberat. Terdapat bunyi berdenging pada kedua telinga. Apakah pemeriksaan penunjang yang paling tepat dilakukan pada pasien ini? A. Audiometric nada murni B. BERA C. Timpanometri D. Tes sisi E. OAE Pembahasan: Keluhan yang dialami pasien berupa penurunan pendengaran, sehingga pemeriksaan penunjang yang paling tepat ialah audiometric nada murni. Hal ini

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 dikarenakan audiometri nada murni dapat memeriksa hantaran suara melalui udara maupun tulang dengan berbagai intensitas suara, yang selanjutnya akan dicatat pada audiogram. Oleh karena itu, dengan pemeriksaan ini dapat diperoleh informasi tentang jenis maupun derajat ketulian dari pasien. Opsi lainnya: •

BERA/ Brainstem Evoked Response Audiometry: suatu pemeriksaan untuk menilai fungsi pendengaran dan fungsi N VIII. Dapat memeriksa bayi, anak, dewasa, penderita koma.



Timpanometri: pemeriksaan untuk menilai kondisi telinga tengah. Gambaran timpanometri yang abnormal (adanya cairan atau tekanan negatif di telinga tengah) merupakan petunjuk adanya gangguan pendengaran konduktif.



Tes sisi: tes ini khas untuk mengetahui adanya kelainan pada koklea.



OAE/ Otoacoustic Emission: pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi koklea.

Sumber: THT FKUI

35. Pasien laki-laki 68 tahun mengeluh penurunan pendengaran pada kedua telinga sejak 3 tahun yang lalu. Awal keluhan tidak disadari, makin lama makin memberat. Terdapat bunyi berdenging pada kedua telinga. Tidak terdapat riwayat otorea, mendengar agak sulit terutama di keramaian. Apakah diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini? A. Presbikusis B. Otosklerosis C. Tuli mendadak D. Otitis media efusi E. Meniere’s disease Pembahasan: Pasien mengalami penurunan pendengaran, di kedua telinga yang bersifat

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 progresif. Selain itu memiliki kekhasan berupa mendengar agak sulit di keramaian (cocktail party). Gejala-gejala tersebut menandakan pasien mengalami presbiakusis. Opsi lainnya: •

Otosklerosis: penyakit primer tulang kapsul labirin sehingga menyebabkan penurunan pendengaran, Khas dari otosklerosis yang membedakan dengan presbiakusis ialah pasien yang malah merasa pendengaran nya lebih baik dalam ruangan bising (parakusis willisi).



Tuli mendadak: penurunan pendengaran secara tiba-tiba, sensorineural, >30 dB, dengan waktu gradasi penurunan pendengaran kurang dari 3 hari.



Otitis media efusi: radang mukoperiostium rongga telinga tengah yang ditandai adanya cairan, namun membran timpani tetap utuh.



Meniere’s disease: penyakit telinga dalam karena terjadinya hydrops endolimfatik. Gejala nya trias berupa vertigo, tuli sensorineural, dan tinitus.

Sumber: PPT Neurootologi dr. Novi, Sp.THT, Otologi 1 dan 2

36. Datang seorang wanita usia 38 tahun mengeluh telinga kanan nyeri disertai rasa gatal. Pada pemeriksaan otoskopi didapatkan debris berwarna putih kehitaman berbentuk hifa, membrane timpani intak. Apakah diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini? A. Otitis eksterna furunkulosa B. Otitis eksterna sirkumskripta C. Otomycosis D. Otitis media akuta supurativa E. Otitis media kronis Pembahasan: pada pemeriksaan otoskopi ditemukan bentukan hifa yang menandakan bahwa terdapat jamur pada telinga pasien. Berikut penjelasan mengenai otomycosis:

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Sumber: PPT Otologi 1 (Penyakit Telinga Luar dan Telinga Dalam) dr. Dewi Pratiwi, Sp.T.H.T.K.L, M.Kes Opsi lainnya: •

Otitis eksterna furunkulosa: infeksi pada folikel rambut, berada pada 1/3 luar liang telinga. Biasanya lanjutan dari trauma pada liang telinga akibat dikorek.



Otitis eksterna sirkumskripta: nama lain otitis eksterna furunkulosa



Otitis media akuta supurativa: OMA stadium supurasi dimana membran timpani mengalami perforasi dan mengeluarkan sekret.

37. Seorang anak 10 tahun datang dengan keluhan bengkak di bagian depan telinga kanan. Pada pemeriksaan didapatkan lubang di depan daun telinga. Jika ditekan keluar pus (+), tidak nyeri. Apakah diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini? A. Otitis media akut supurativa B. Fistel preaurikula terinfeksi C. Otitis media suppurativa kronis D. Otitis eksterna difussa

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 E. Otitis eksterna sirkumskripta Pembahasan: pasien mengeluh bengkak dengan lokasi di bagian depan telinga dan tampak lubang (fistula) pada pameriksaan. Untuk otitis media dan eksterna sendiri keluhan biasanya terletak di bagain liang/ dalam telinga. Selain itu jika ditekan keluar pus yang menandakan terjadinya infeksi. Maka kemungkinan diagnosis nya merupakan salah satu kelainan kongenital yang terjadi pada daun telinga, yaitu fistel preaurikular terinfeksi/ pit’s ear/ sinus preaurikular. Tanda nya telinga tampak merah, bengkak, granulasi di sekitar lubang pada telinga, material pus, dll.

Sumber: PPT Otologi 1 (Penyakit Telinga Luar dan Telinga Dalam) dr. Dewi Pratiwi, Sp.T.H.T.K.L, M.Kes https://emedicine.medscape.com/article/845288-overview#a8

Opsi lainnya: •

Otitis media suppurativa kronis: infeksi kronis pada telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Terdapat 2 tipe, yaitu tipe aman dan bahaya.



Otitis eksterna difussa/ swimmer’s ear: infeksi pada telinga luar biasanya mengenai 2/3 dalam liang telinga, yang biasa terjadi karena sering berenang, iklim hangat dan lembab, dll. Gejalanya tergantung pada stadium penyakitnya, seperti tragus pain, liang telinga sempit, kelenjar getah bening regional membesar, dll.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

38. Datang seorang perempuan dengan keluhan keluar cairan dari telinga dan berbau. Pada pemeriksaan otoskopi didapatkan membrane timpani perforasi total, secret mukopurulen dan berbau. Apakah diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini? A. Otitis media supuratif kronik benigna B. Otitis eksterna maligna C. Otomikosis D. Furunkulosis E. Labirinitis Pembahasan: pasien mengalami otorrhea dan pada pemeriksaan membrane timpani mengalami perforasi. Ini menandakan bahwa pasien mengalami otitis media dikarenakan sekret yang awalnya berada pada telinga tengah lama-lama keluar dan mendorong membran

timpani

sehingga

mengalami perforasi. Untuk tipenya yaitu

supuratif

kronik

benigna

menandakan bahwa letak perforasi nya di sentral, infeksi terbatas pada mukosa

saja,

tidak

mengenai

tulang, dan jarang menimbulkan komplikasi berbahaya. Sumber: PPT Otologi 2, THT FKUI Opsi lainnya: •

Labirinitis: infeksi telinga dalam tepatnya pada labirin dengan gejala berupa vertigo dan/ atau tuli saraf. Dapat terjadi karena komplikasi dari otitis media supuratif

39. Seorang anak 5 tahun mengeluh sakit telinga keluar cairan campur darah, kesakitan, dan demam, pada pemeriksaan otoskopi tampak membrane timpani perforasi yang “pulsating point”. Apakah diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini? A. Otitis media supurativa kronika B. Otitis media effuse C. Otitis media akuta fase perforate D. Otitis media akuta non perforate E. Otitis media eksternal diffusa

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Pembahasan: seperti yang kita ketahui, klasifikasi otitis media ada yang akut, kronik, dan efusi. Namun dari keluhan pasien dapat diambil kesimpulan bahwa yang terjadi pada pasien ialah otitis media akut, dengan fase perforata/ supurasi dikarenakan pada otoskopi tampak membrane timpani mengalami perforasi yang pulsating point ditambah pula pasien yang mengalami demam dan kesakitan. Ketika sekret sudah keluar biasanya demam anak sudah mulai turun.

Sumber: PPT Otologi 2 Opsi lainnya: •

Otitis media akuta non perforate: membrane timpani belum mengalami perforasi

40. Seorang laki-laki umur 20 tahun mengeluh telinga keluar cairan keruh. Keluhan tersebut dirasakan kambuh-kambuhan sejak 1 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan otoskopi didapatkan subtotal perforation tympanic membrane, Nampak secret purulent. Kemudian dilakukan kultur pada cairan tersebut. Apakah kuman yang paling besar kemungkinan ditemukan pada kultur? A. Pseudomonas B. E. coli C. Klebsiela D. Streptococcus E. Enterobacter Pembahasan: dari keluhan pasien adanya otorrhea, pada otoskopi tampak membrane timpani yang perforasi, ditambah kejadian yang sudah lama terjadi dan kambuhkambuhan (kronis), menandakan bahwa pasien mengalami otitis media supuratif kronis. Bakteri tersering yang menyebabkan OMSK ialah pseudomonas.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

“Chronic suppurative otitis media (CSOM) is a perforated tympanic membrane with persistent drainage from the middle ear (ie, lasting >6-12 wk). [1, 2] Chronic suppuration can occur with or without cholesteatoma, and the clinical history of both conditions can be very similar. CSOM differs from chronic serous otitis media in that chronic serous otitis media may be defined as a middle ear effusion without perforation that is reported to persist for more than 1-3 months.”

Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/859501-overview#a3

41. Anak perempuan 4 tahun dengan keluhan kesulitan bernafas, pasien tidak pernah dapat imunisasi, dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 37.5 ºC nafas stridor inspiratoar, dan ada selaput putih keabuan pada rongga mulut, dan berdarah jika diangkat. Apakah bakteri penyebab yang paling mungkin? A. Corinebacterium diphteriae B. Haemophilus influenza C. Candida albicans D. Staphylococcus aureus E. Streptococcus β hemoliticus Pembahasan: Pasien mengalami kesulitan bernapas dikarenakan dampak dari toksin bakteri yang menyerang sistem pernapasan pasien. Toksin tersebut akhirnya merusak jaringan yang sehat, jaringan yang dirusak membentuk pseudomembran, yang makin lama makin meluas, dan akhirnya menutupi saluran napas. Selain itu, nafas stridor dan selaput putih keabuan (pseudomembran) merupakan gejala khas dari penyakit difteri. Pseudomembran ini melekat erat pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan pasien yang tidak pernah dapat imunisasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah yaa

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Sumber: https://www.cdc.gov/diphtheria/about/symptoms.html Opsi lainnya: •

Haemophilus influenza: bakteri komensal pada nasofaring. Bila patologis dapat menyebabkan infeksi sistemik maupun saluran napas.



Candida albicans: jamur penyebab kandidiasis.



Staphylococcus aureus: flora normal pada hidung, saluran napas, dan kulit. Namun bila patologis dapat menyebabkan infeksi.



Streptococcus β hemoliticus: paling sering menyebabkan tonsilofaringitis, dan infeksi lainnya.

42. Seorang laki-laki usia 66 tahun, didiagnosis menderita tumor laring, dimanakah letak tumor laring terbanyak secara epidemiologi?

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 A. Glottis B. Supraglotis C. Infraglotis D. Transglotis E. Marginal

Sumber:http://atlasgeneticsoncology.org/Tumors/LaryngealOverviewID5087.html

43. Datang seorang anak laki-laki 7 tahun dengan riwayat menelan uang logam. Dimanakah kasus corpus alienum pada esophagus yang paling sering terjadi? A. Penyempitan I : setinggi VC VI B. Penyempitan II : setinggi VT IV  percabangan aorta C. Penyempitan III : setinggi VT V  bronkus sinistra D. Penyempitan IV : setinggi VT X  hiatus esophagus pada diafragma E. Pars abdominalis Pembahasan: corpus alienum pada esophagus paling sering terjadi pada thoracic inlet, dimana di bagian tersebut juga terdapat cricopharyngeus, penyempitan esophagus I yang terletak setinggi VC VI.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/801821-overview#a4

44. Seorang laki-laki usia 65 tahun mengeluh suara serak sejak 5 bulan yang lalu. Semakin lama terasa agak sesak. Kadang-kadang batuk tidak berdarah, batuk kronis (-), foto thorax 1 bulan yang lalu normal. Trauma leher (-) riwayat operasi leher (-). Pembesaran kelenjar gondok (-), perdarahan hidung (-), sakit kepala (-). Terdapat benjolan level III di leher berdiameter 4 cm, semimobile tidak sakit. Riwayat merokok 1 bungkus per hari selama 30 tahun. Laringoskopi direk tampak massa merah rapuh pada pita suara asli kiri berdiameter 1.2 cm, pita suara tidak bergerak. Laboratorium, ekg, foto thorax dalam batas normal. Apakah diagnosis yang paling mungkin? A. Polip pita suara B. Keganasan pita suara C. Vocal cord nodule D. Papilloma laring E. Granuloma Pembahasan: pasien mengalami keluhan bukan hanya suara serak, melainkan sesak napas, dan batuk juga. Selain itu juga, terdapat benjolan di leher yang menandakan adanya pembesaran pada limfonodi pasien. Pada laringoskopi juga tampak massa merah rapuh pada satu sisi. Semua gejala tersebut mengarah pada diagnosis keganasan pita suara. Ditambah dengan faktor risiko berupa riwayat merokok selama 30 tahun yang dapat menyebabkan peradangan menahun pada pita suara pasien.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Sumber: PPT Neoplasma THT DR. dr. Made Setiamika, Sp.THT-KL (K), FICS Opsi lainnya: •

Polip pita suara: lesi jinak laring yang biasanya bertangkai. Lesi biasanya unilateral dengan gejala suara parau. Polip terjadi karena proses peradangan menahun lapisan subepitel, sehingga rokok dan penggunaan suara berlebihan diduga ikut berperan dalam timbulnya polip.



Vocal cord nodul/ singer’s node: biasanya disebabkan karena penyalahgunaan suara dalam waktu lama ataupun pemakaian suara yang berlebihan dan dipaksakan. Gejala berupa suara parau, kadang disertai batuk. Pada pemeriksaan tampak nodul sebesar kacang hijau atau lebih kecil, berwarna keputihan, biasanya bilateral.



Papilloma laring: tumor jinak laring yang disebabkan oleh HPV. Tampak sebagai kutil soliter atau multiple. Biasanya recurrent dan dapat menyebabkan suara serak maupun sesak napas.



Granuloma: tumor jinak yang berlokasi di 1/3 posterior plika vokalis. Dapat terjadi unilateral maupun bilateral. Tampak adanya granuloma.

Sumber: THT FKUI

45. Peorang laki-laki 60 tahun dengan keluhan sesak nafas. Pada pemeriksaan laringoskopi didapatkan massa supraglotis, cekungan suprasternal pada saat inspirasi, belum ada stridor. Bagaimana penatalaksanaan pasien tersebut? A. Rujuk untuk dilakukan trakeostomi B. Rujuk untuk dilakukan krikotiroidektomi C. Pasang endotrakeal tube D. Rujuk untuk dilakukan krikotomi E. Pengobatan medikamentosa dan O2

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Pembahasan: pada Kuliah Laring dijelaskan mengenai kriteria Jackson I-IV. Kriteria ini berisi stadium dan tatalaksana dari obstruksi laring. Penatalaksanaan pada pasien dipilih berdasarkan tingkat keluhan pada pasien menurut kriteria Jackson. Untuk soal no.45 kemungkinan pasien berada dalam stadium I. Meskipun pada soal belum ada stridor, namun menurut kriteria keluhan, pasien termasuk kategori yang paling ringan. Untuk penjelasan lebih lengkapnya mengenai kriteria Jackson dapat dilihat pada gambar di bawah ini yaa. Selain itu, bisa dilihat juga di buku THT FKUI.

Sumber: kegawatdaruratan-tht-kl-dr-novialdi-sp-tht-kl.pdf

46. Pasien laki-laki 56 tahun mengeluh sesak nafas. Pada pemeriksaan didapatkan stridor inspiratoir, cekungan suprasternal, epigastrium intercostae dan supraklavikula. Apakah penatalaksanaan yang paling tepat? A. Pemberian medikamentosa B. Pemberian medikamentosa dan O2 C. Trakeostomi D. Pemasangan endotrakeal tube (ET) E. Pemasangan ET kemudian dilakukan trakeostomi Pembahasan: didapatkan stridor inspiratoir, cekungan suprasternal, epigastrium intercostae dan supraklavikula pada pasien, sehingga termasuk dalam stadium III menurut kriteria Jackson. Tatalaksana yang paling tepat ialah intubasi kemudian dilakukan trakeostomi. Yang membedakan dengan stadium IV ialah selain pada stadium IV pasien

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 tampak gelisah dan sianosis, tatalaksana nya juga berbeda, yaitu berupa krikotirotomi. Untuk penjelasan kriteria Jackson dapat dilihat di nomor sebelumnya yaa

47. Datang seorang ibu membawa bayinya usia 3 bulan ke UGD RSUD Moewardi dengan keluhan bayinya sesak nafas jika posisi terlentang dan jika diberi minum sering tersedak, batuk lalu muntah. Keluhan semakin memberat, batuk dan pilek disangkal. Apakah diagnosis yang paling mungkin? A. Tonsilofaringitis akut B. Laryngitis TB C. Laringomalasia D. Laryngitis akut E. Nodul laring Pembahasan: dari keluhan yang terjadi dapat diketahui bahwa sesak napas dan sering tersedak kemungkinan terjadi karena adanya sumbatan pada laring. Karena terjadi pada bayi yang masih berusia 3 bulan, dapat diperkirakan bahwa terdapat kelainan kongenital pada laring yang menyebabkan terjadinya keluhan tersebut, yang disebut dengan laringomalasia. Laringomalasia merupakan kelainan kongenital dimana terjadi kolaps pada struktur supraglottik ketika inspirasi, sehingga dapat terjadi obstruksi pada saluran napas. Laringomalasia merupakan penyebab stridor utama pada bayi. Kelainan kongenital ini menyebabkan keluhan-keluhan pada bayi seperti yang tampak pada gambar di bawah ini:

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Sumber: http://www.chop.edu/conditions-diseases/laryngomalacia https://emedicine.medscape.com/article/1002527-overview#a5

Opsi lainnya: •

Tonsilofaringitis akut: radang akut pada tonsil dan faring.



Laryngitis TB: merupakan bagian dari laryngitis kronis spesifik. Hampir selalu sebagai akibat dari TB paru.



Laryngitis akut: radang akut pada laring, umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis (common cold). Terdapat gejala radang umum seperti demam, malaise, serta gejala local seperti suara parau hingga afoni, dll.



Nodul laring: sama saja dengan nodul pita suara/ vocal nodul

Sumber: THT FKUI

48. Datang seorang wanita 42 tahun dengan keluhan suara parau sejak 1 tahun ini dengan kambuh-kambuhan, disertai tenggorok terasa kering. Karena keluhan dirasa memberat maka semenjak seminggu ini berhenti mengajar. Demam dan tanda radang lainnya disangkal. Apakah diagnosis yang paling mungkin? A. Keganasan laring B. Pharyngitis kronis C. Laryngitis TB D. Vocal nodul E. Laryngitis diphtheria Pembahasan: keluhan berupa suara parau yang kambuh-kambuhan, ditambah dengan pasien yang profesi nya sebagai pengajar, semakin mengarahkan pada diagnosis vocal nodul. Hal ini dikarenakan vocal nodul disebabkan oleh penyalahgunaan suara dalam waktu yang lama, seperti pada seorang guru, penyanyi, dan sebagainya. Nodul terjadi akibat trauma pada mukosa pita suara karena pemakaian suara yang berlebihan dan dipaksakan. Opsi lainnya: •

Pharyngitis kronis: radang kronik pada faring dengan faktor predisposisi berupa rhinitis kronik, sinusitis, iritasi kronik, dll. Terdapat 2 bentuk yaitu pharyngitis

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 kronik hiperplastik dan pharyngitis kronis atrofi. Gejala berupa tenggorok yang terasa kering, dll. •

Laryngitis diphtheria: radang pada laring yang disebabkan oleh Corinebacterium diphteriae. Mengenai gejala dan hal lainnya sudah dijelaskan di nomor2 sebelumnya yaa.

Sumber: THT FKUI

49. datang seorang wanita usia 42 tahun dengan suara parau 1 tahun ini yang kambuhkambuhan, disertai tenggorok terasa kering. Karena keluhan dirasa memberat maka semenjak seminggu ini berhenti mengajar. Demam dan tanda radang lainnya disangkal. Apa pemeriksaan fisik yang paling tepat untuk memastikan diagnosis kasus di atas? A. Otoskopi B. Rontgen leher lateral C. Rhinoskopi posterior D. Laringoskopi direk E. Laringoskopi indirek Pembahasan : Pemeriksaan yang paling tepat untuk penegakkan diagnosis vokal nodul yaitu dengan melakukan laringoskopi

indirek.

Laringoskopi

merupakan

prosedur

pemeriksaan yang melihat area di bagian belakang tenggorokkan di mana laring dan pita suara berlokasi. Laringoskopi ada tiga macam yaitu laringoskopi langsung, tidak langsung dan fiber-optik. Laringoskopi indirek ini akan memeriksa laring, pita suara, dan hipofaring. Pemeriksaan laringoskopi indirek ini menggunakan anestesi lokal terlebih dahulu selama 5-10 menit. Laringoskopi fiber-optik/ laringoskopi langsung digunakan selama prosedur operasi pada anak-anak dengan stridor dan dapat digunakan untuk menghilangkan benda asing pada tenggorokan dan saluran pernafasan bawah, selain itu laringoskopi fiber optik juga digunakan untuk tindakan biopsi, terapi laser, dan menentukan lokasi kanker laring. Sumber : http://kidshealth.org/parent/emmi_kids/emmi_laryngoscopy.html?tracking=P_RelatedAr ticle

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 50. seorang perempuan 55 tahun, datang ke IGD RS dengan wajah perot ke kiri. Keluhan diawali dengan keluar cairan dari telinga kanan, kuning kehijauan disertai nyeri telinga dirasakan semakin memberat. Pada pemeriksaan otoskop didapatkan liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi, tampak sekret purulen. Didapatkan parase nervus facialis kanan perifer. Pasien memiliki riwayat kebiasaan mengorek telinga dan sudah lama menderita diabetes mellitus. Apakah diagnosis yang paling mungkin dari kasus tersebut? A. Otitis media supuratif kronis tipe benigna B. Otitis media supuratif kronis tipe maligna C. Otitis media akut stadium supurasi D. Otitis eksterna sirkumskripta E. Otitis eksterna maligna

Pembahasan : Otitis eksterna maligna adalah infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan penyakit diabetes melitus. Pada penderita diabetes, pH serumennya lebih tinggi dibanding pH serumen non diabetes, sehingga penderita diabetes lebih mudah terkena otitis eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna maligna. Pada Otitis Eksterna Maligna, peradangan meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan dan tulang di sekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal. Gejala Otitis Eksterna Maligna adalah rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti oleh nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial. Kelainan patologik yang penting adalah osteomielitis yang progresif, yang disebabkan oleh kuman Pseudomonas aeruginosa. Dalam soal disebutkan pasien berusia 55 tahun dengan riwayat penyakit diabetes, datang dengan keluhan keluar cairan dari telinga disertai nyeri yang bertambah berat. Pada pemeriksaan ditemukan liang telinga tertutup jaringan granulasi, tampak sekret mukopurulen dan parese nervus fasialis kanan perifer.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Berdasarkan gejala dan riwayat pasien, diagnosis mengarah ke Otitis Eksterna Maligna. Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher FK UI

51. Seorang perempuan 55 tahun, datang ke IGD RS dengan wajah perot ke kiri. Keluhan diawali dengan keluar cairan dari telinga kanan, kuning kehijauan disertai nyeri telinga dirasakan semakin memberat. Pada pemeriksaan otoskop didapatkan liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi, tampak sekret purulen. Didapatkan parase nervus facialis kanan perifer. Pasien memiliki riwayat kebiasaan mengorek telinga dan sudah lama menderita diabetes mellitus. Apakah kuman penyebab yang paling mungkin dari kasus di atas? A. Staphylococcus aureus B. Haemophilus influenza type B C. Streptococcus pneumonia D. Klebsiella pneumonia E. Pseudomonas aeruginosa Pembahasan : Diagnosis pasien mengarah pada Otitis Eksterna Maligna. Dalam buku Current Medical Diagnosis and Treatment edisi 2014 juga dijelaskan mengenai penyebab Otitis

Ekesterna Maligna.

“Persistent

external

otitis

in

the diabetic or

immunocompromised patient may evolve into osteomyelitis of the skull base, often called malignant external otitis. Usually caused by Pseudomonas aeruginosa, osteomyelitis begins in the floor of the ear canal and may extend into the middle fossa floor, the clivus, and even the contralateral skull base.”

52. Seorang perempuan 55 tahun, datang ke IGD RS dengan wajah perot ke kiri. Keluhan diawali dengan keluar cairan dari telinga kanan, kuning kehijauan disertai nyeri telinga dirasakan semakin memberat. Pada pemeriksaan otoskop didapatkan liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi, tampak sekret purulen. Didapatkan parase nervus facialis kanan perifer. Pasien memiliki riwayat kebiasaan mengorek telinga dan sudah lama menderita diabetes mellitus. Apakah terapi medikamentosa yang direkomendasikan untuk kasus tersebut?

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 A. Penicillin diberikan selama 2-4 minggu B. Quinolone diberikan selama 6-8 minggu C. Aminoglikosida diberikan selama 6-8 minggu D. Sefalosporin generasi ke 3 diberikan selama 2-4 minggu E. Macrolide diberikan selama 6-8 minggu Pembahasan : slide kuliah otologi 1 dr. dewi

Pada slide tersebut tertulis bahwa tatalaksana untuk otitis eksterna maligna adalah menggunakan ciprofloxacin, tobramycin, atau cephalosporin generasi 3 yang diberikan selama 6-8 minggu. Pada pilihan jawaban terdapat pilihan cephalosporin generasi 3 tetapi lama pemberiannya kurang tepat. Tobramycin merupakan golongan aminoglikosid yang bisa dijadikan pilihan pengobatan dengan lama pemberian 6-8 minggu, sesuai dengan pilihan jawaban C.

53. seorang perempuan 65 tahun diantar anaknya ke dokter karna ada gangguan komunikasi. Pasien tidak merasa ada penurunan pendengaran tetapi pasien marah apabila lawan bicara ngomong lebih kencang dari pasien. Apa gangguan dengar pada pasien tersebut? A. Gangguan dengar sensorineural B. Gangguan dengar campuran C. Gangguan dengar konduktif D. Tuli sentral E. Malingering Pembahasan : slide kuliah otologi 1 dr. dewi

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Diagnosis presbikusis ditegakkan karena usia pasien yang merupakan usia umum terjadinya penurunan pendengaran.

54. seorang laki-laki 20 tahun datang ke praktek dokter dengan keluhan muncul benjolan di daun telinga kiri. Pasien bekerja sebagai seorang petinju. Dari pemeriksaan tidak ada nyeri, fluktuasi, demam. Apakah diagnosis yang paling mungkin pada kasus tersebut? A. Aterom B. Abses C. Perikondritis D. Othematoma E. Keloid Pembahasan :

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Causes of Cauliflower Ear The most common cause of cauliflower ear is a hit to the ear -- or repeated hits to the ear -- that leads to hematomas, or small collections of blood that clot and block the flow of blood and nutrients. These can also occur when skin is pulled away from cartilage, the semi-rigid tissue that gives the ear its shape. Usually, cauliflower ear is related to sports injuries, but not always. Any trauma to the ear can cause it. Cauliflower ear can even be the result of an infection in the ear lobe. When blood flow is blocked, the affected cartilage may die and, without the supportive tissue, fold in on itself. Scar tissue may form, contributing to a swollen and deformed look. Over time, the effects may become more prominent, and they may be permanent. The good news is that cauliflower ear can usually be prevented, even after such an injury occurs. Risk Factors for Cauliflower Ear Cauliflower ear occurs most frequently in people who participate in closecontact sports, such as wrestling or boxing. In wrestling, for instance, trauma can result from opponents' heads rubbing or hitting one another during matches or from contact with the wrestling mat. Cauliflower ear is also common among rugby players and people who practice martial arts. People who participate in these activities are at higher risk than others. Protective head gear has long been commonplace in these sports.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 But these injuries can also occur in non-athletes. They may be the result of accidents or physical altercations. They also can be a complication of "high" piercings in the upper area of the ear, through the cartilage, if the piercing becomes infected. Sumber

:

https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/cauliflower-ear-

symptoms-causes-treatments

55. seorang laki-laki 35 tahun mengeluh telinga kanan sering berdenging, perasaan penuh di bagian dalam telinga dan penurunan pendengaran yang hilang timbul. Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karna pusing berputar (vertigo) selama kira-kira 30 menit kemudian hilang sendiri, tetapi saat vertigo sampai mual muntah. Hasil pemeriksaan garputala rinne +/+, weber lateralisasi telinga kiri. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan garputala pada pasien tersebut? A. Kesan tuli konduksi telinga kiri B. Kesan tuli konduksi telingan kanan C. Kesan tuli sensorineural telinga kiri D. Kesan tuli sensorineural telinga kanan E. Kesan fungsi pendengaran normal Pembahasan : Pada scenario tertulis bahwa pasien mengeluh telinga kanan sering berdenging dengan hasil pemeriksaan penala rinne adalah positif dan tes weber terjadi lateralisasi ke arah telinga yang sehat yaitu telinga kiri. Seperti tabel di bawah, dapat disimpulkan hasil pemeriksaan tersebut memberikan kesan bahwa terdapat adanya tuli sensorineural pada telinga kanan pasien. Tes

Tes Weber

Tes Swabach

Rinne Positif

Diagnosis

telinga

yang diperiksa Tidak ada lateralisasi

Sama

dengan Normal

pemeriksa Negatif

Lateralisasi ke telinga yang Memanjang

Tuli Konduktif

sakit Positif

Lateralisasi yang sehat

ke

telinga Memendek

Tuli Sensorineural

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 56. seorang laki-laki 35 tahun mengeluh telinga kanan sering berdenging, perasaan penuh di bagian dalam telinga dan penurunan pendengaran yang hilang timbul. Beberapa bulan ini sering terbangun dari tidur karna pusing berputar (vertigo) selama kira-kira 30 menit kemudian hilang sendiri, tetapi saat vertigo sampai mual muntah. Hasil pemeriksaan garputala rinne +/+, weber lateralisasi telinga kiri. Terapi non farmakologik apa yang diberikan? A. Oksigen hiperbarik B. Diet tinggi kalori tinggi protein C. Manuver brant darrof D. Tirah baring E. Diet rendah garam Pembahasan : slide kuliah otologi 1 dr. dewi

57. seorang anak laki-laki 5 tahun diantar ibunya ke puskesmas. Ibunya mengeluhkan tidak segera merespon ketika dipanggil. Akhir-akhir ini anak tersebut sering melihat tv dengan volume keras dan sering menanyakan ulang jawaban yang diberikan orang tuanya. Pasien memiliki riwayat bersin-bersin di pagi hari karna terpapar debu, pilek berulang dengan lendir encer. Pada pemeriksaan otoskop didapatkan membrane tympani tampak suram dan gambaran otobubble (+), tidak ada riwayat keluar cairan dari telinga sebelumnya. Apakah pemeriksaan lainnya yang perlu dilakukan? A. Pneumatic otoskopi

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 B. Rhinoskopi anterior C. Rhinoskopi posterior D. Audiometri E. Otoskopi Pembahasan : Dalam skenario, disebutkan bahwa pasien merupakan anak-anak dengan keluhan pendengaran berkurang, memiliki riwayat alergi dan gangguan pada saluran napas atas. Pada pemeriksaan otoskopi juga ditemukan membran timpani yang tampak suram dan gambaran airbubbles. Gejala dan tanda-tanda yang terdapat pada skenario mengarah pada keadaan Otitis Media Serosa (yang merupakan bagian dari Otitis Media Efusi). “Pneumatic otoscopy is one of the principal diagnostic measures used to diagnose OME; it may indicate OME even when the appearance of the eardrum gives no other indication of middle ear pathology. The American Academy of Family Physicians, American Academy of Otololaryngology-Head and Neck Surgery, and American Academy of Pediatrics Subcommittee published evidence-based clinical practice guidelines related to diagnosing and managing OME in children. The subcommittee strongly recommended that clinicians use pneumatic otoscopy as the primary diagnostic method. Tympanometry is recommended as an adjunct to confirm the diagnosis when the diagnosis is uncertain.Otoscopy alone, without using of the pneumatic otoscope to test tympanic membrane mobility, is not recommended. The Agency for Healthcare Research Quality Evidence Report systematically reviewed the sensitivity, specificity, and predictive values of eight methods to diagnose OME and used myringotomy as the gold standard.Meta-analyses revealed that pneumatic otoscopy and professional tympanometry had the highest sensitivities. Although professional tympanometry had the highest sensitivity, pneumatic otoscopy optimised both sensitivity and specificity.Pneumatic otoscopy is therefore useful in a setting where tympanometry is not readily available. The diagnostic accuracy of pneumatic otoscopy in OME has been shown in several studies to be dependent on clinicians’ training and experience.” Sumber: Rosenfeld RM, Culpepper L, Doyle KJ, Grundfast KM, Hoberman A, Kenna MA, Lieberthal AS, Mahoney M, Wahl RA, Woods CR Jr, Yawn B; American Academy

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 of Pediatrics Subcommittee on Otitis Media with Effusion; American Academy of Family Physicians; American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. Clinical practice guideline: Otitis media with effusion. Otolaryngol Head Neck Surg. 2004 ;130(5 Suppl): S95-118 Shekelle P et al. Diagnosis, natural history, and late effects of otitis media with effusion. Evid Rep Technol Assess. 2002 ;55:1-5 Adams MT, et al. Prospective com-parison of handheld pneumatic otos-copy, binocular microscopy, and tympanometry in identifying middle ear effusions in children. Int J Pediatr Otorhinolaryngol. 2010; 74(10):1140-3

58. seorang laki-laki 27 tahun mengeluh pendengaran berkurang pada kedua telinga. Dari anamnesis diketahui pasien bekerja di pabrik baja sejak 5 tahun yang lalu. Apakah pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasien? A. Garputala B. Audiometri C. Nistagmografi D. BERA E. Tympanometry Pembahasan : Pasien datang dengan keluhan pendengaran berkurang pada kedua telinga. Pasien memiliki riwayat bekerja di pabrik baja sejak 5 tahun yang lalu. Berdasarkan keluhan dan riwayat pasien, diagnosa pasien mengarah pada Gangguan Pendengaran Akibat Bising (Noise Induced Hearing Loss/NIHL). NIHL ialah gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Sifat ketuliannya adalah tuli sensorineural koklea dan umumnya terjadi pada kedua telinga. Gejala klinisnya adalah kurang pendengaran disertai tinitus (berdenging) atau tidak. Bila sudah cukup berat disertai keluhan sukar menangkap percakapan dengan kekerasan biasa. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat pekerjaan, pemeriksaan fisik dan otoskopi serta pemeriksaan penunjang untuk pendengaran seperti audiometri. Anamnesis pernah bekerja atau sedang bekerja di lingkungan bising dalam jangka waktu yang cukup lama biasanya 5 tahun atau lebih. Pada

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan audiologi, tes penala didapatkan hasil Rinne (+), Weber lateralisasi ke telinga yang sehat dan Schwabach memendek. Kesan jenis ketuliannya tuli sensorineural. Pemeriksaan audiometri nada murni didapatkan tuli sensorineural pada frekuensi antara 3000-6000 Hz dan pada frekuensi 4000 Hz sering terdapat takik (notch) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini. Pemeriksaan audiologi khusus seperti SISI (Short Increment Sensitivity Index), ABLB (Alternate Binaural Loudness Balance), MLB (Monoaural Loudness Balance), audiometri Bekesy, audiometri tutur (Speech Audiometry), menunjukkan adanya fenomena recruitment (suatu fenomena pada tuli sensorineural koklea dimana telinga yang tuli menjadi lebih sensitif terhadap kenaikan intensitas bunyi yang kecil pada frekuensi tertentu setelah terlampaui ambang dengarnya).

59. seorang anak laki-laki 8 tahun diantar ibunya ke puskesmas dengan keluhan nyeri telinga kanan. Keluhan dialami sejak 3 hari lalu. Sebelumnya ada riwayat batuk pilek dan sejak 2 minggu terakhir anak tidak mendengar ketika dipanggil. Pada pemeriksaan ditemukan membrane tympani hiperemis dan bulging (+). Apakah terapi yang paling tepat untuk kasus di atas? A. Antibiotikal topical B. H2O2 C. Miringotomi D. Decongestan oral E. Decongestan topical Pembahasan : Terdapat penurunan pendengaran dan ada riwayat batuk pilek. Dari pemeriksaan didapatkan membran timpani hiperemis dan bulging (+). Keluhan dan gejala yang dialami pasien mengarah pada diagnosis Otitis Media Akut stadium Supurasi. Terapi pada OMA tergantung pada stadium penyakitnya: • Stadium Oklusi Tujuan membuka kembali Tuba Eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak < 12 tahun) atau HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik (anak >12 tahun dan dewasa). • Stadium Presupurasi

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika. Antibiotika dianjurkan golongan penisilin atau ampisilin. • Stadium Supurasi Selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan miringotomi (insisi membran timpani), bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari. • Stadium Perforasi Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. • Stadium Resolusi Antibiotika dilanjutkan sampai 3 minggu bila tampak sekret masih mengalir melalui perforasi di membran timpani (tidak terjadi resolusi). Sumber: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher FK UI

60. seorang laki-laki 50 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri telinga kiri sejak 2 hari yang lalu, disertai dengan gatal dan penurunan pendengaran. Pasien sebelumnya mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud, pada pemeriksaan fisik telinga terdapat tragus pain, tampak liang telinga 1/3 luar hiperemis, edema, membrane timpani sulit dievaluasi. Apakah bakteri penyebab yang paling mungkin pada kasus di atas? A. Pseudomonas aeruginosa B. Streptococcus pyogenes C. Streptococcus pneumonia D. Haemophilus influenza E. Staphylococcus aureus Pembahasan : Slide kuliah otologi 1 dr. Dewi

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

61. Seorang pasien anak-anak usia 6 tahun diantar ayahnya ke poli THT dengan keluhan pilek dengan hidung tersumbat sejak 5 minggu yang lalu, ingus dirasa sulit dikeluarkan, kepala terasa pusing, dan wajah terasa nyeri, keluhan dirasa semakin memberat, suaranya pun menjadi sengau. Pasien juga kadang merasakan demam, nyeri telan. Dari hasil pemeriksaan tonsil T3 T3, muara kripte melebar, detritus positif. Apakah pemeriksaan tambahan yang paling tepat untuk menegakkan diagnosis? A. Rontgen SPN B. Rontgen adenoid C. Rontgen thorak D. CT scan SPN

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 E. Kultur dan sensitivitas tes Pembahasan :

Sumber : https://emedicine.medscape.com/article/871977-workup#showall

62. Seorang pasien anak-anak usia 6 tahun diantar ayahnya ke poli THT dengan keluhan pilek dengan hidung tersumbat sejak 5 minggu yang lalu, ingus dirasa sulit dikeluarkan, kepala terasa pusing, dan wajah terasa nyeri, keluhan dirasa semakin memberat, suaranya pun menjadi sengau. Pasien juga kadang merasakan demam, nyeri telan. Dari hasil pemeriksaan tonsil T3 T3, muara kripte melebar, detritus positif. Apakah pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk menemukan penyebab suara sengaunya? A. Laringoskopi indirek B. Biopsi tonsil C. Rhinoskopi posterior D. Otoskopi E. Laringoskopi direk Pembahasan : Posterior Rhinoscopy It is carried out to examine the post nasal space (nasopharynx). It is a difficult space to examine so the disease may be hidden for quite a long time. Different methods of examining the area are; i. Post nasal mirror. ii. Nasopharyngoscope. iii. Examination under anaesthesia after palatal retraction. iv. Digital palpation.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 v. Radiological examination. Symptomatology of lesions of the nasopharynx: •

Nasal obstruction



Post nasal drip



Bleeding. Should be taken seriously as it may be due to a tumor.



Pain



Aural symptoms of deafness, discharge, and blockage.

63. Seorang pasien anak-anak usia 6 tahun diantar ayahnya ke poli THT dengan keluhan pilek dengan hidung tersumbat sejak 5 minggu yang lalu, ingus dirasa sulit dikeluarkan, kepala terasa pusing, dan wajah terasa nyeri, keluhan dirasa semakin memberat, suaranya pun menjadi sengau. Pasien juga kadang merasakan demam, nyeri telan. Dari hasil pemeriksaan tonsil T3 T3, muara kripte melebar, detritus positif. Apakah diagnosis kerja yang paling mungkin dari pasien di atas? A. Hipertrofi tonsil dan adenoid B. Hipertrofi adenoid C. Hipertrofi tonsil D. Adenotonsilitis kronik E. Tonsilitis kronik Pembahasan : baca kembali pembahasan nomor 62 dan nomor 63 Symptoms of tonsillitis Tonsillitis most commonly affects children between preschool ages and the midteenage years. Common signs and symptoms of tonsillitis include 34): •

Red, swollen tonsils



White or yellow coating or patches on the tonsils



Sore throat



Difficult or painful swallowing



Fever



Enlarged, tender glands (lymph nodes) in the neck



A scratchy, muffled or throaty voice



Bad breath



Stomachache, particularly in younger children



Stiff neck

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 •

Headache

In young children who are unable to describe how they feel, signs of tonsillitis may include: •

Drooling due to difficult or painful swallowing



Refusal to eat



Unusual fussiness

Sumber : https://healthjade.com/what-is-tonsillitis/

64. Seorang pasien anak-anak usia 6 tahun diantar ayahnya ke poli THT dengan keluhan pilek dengan hidung tersumbat sejak 5 minggu yang lalu, ingus dirasa sulit dikeluarkan, kepala terasa pusing, dan wajah terasa nyeri, keluhan dirasa semakin memberat, suaranya pun menjadi sengau. Pasien juga kadang merasakan demam, nyeri telan. Dari hasil pemeriksaan tonsil T3 T3, muara kripte melebar, detritus positif. Apakah tindakan yang perlu dilakukan untuk pasien tersebut? A. Tonsilektomi B. Konservstif C. Adenoidektomi D. Adenotonsilektomi E. Medikamentosa Pembahasan : slide kuliah Tonsil dr. Vicky

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Pada vignette soal didapatkan bahhwa pasien sudah mengalami gejala sinusitis yang berupa hidung tersumbat, kepala terasa pusing, dan wajah terasa nyeri. Selain itu pasien juga merasakan demam dan nyeri telan di mana saat dilakukan pemeriksaan tonsil didapatkan adanya pembesaran tonsil. Menurut kutipan slide kuliah Tonsil oleh dr. Vicky disebutkan bahwa hal-hal dalam vignette sudah merupakan suatu indikasi absolut untuk dilakukan tonsilektomi.

65. orang bayi laki-laki usia 9 bulan dibawa ibunya ke UGD karena mengalami sesak napas sejak lahir hilang timbul, dari pemeriksaan ditemukan stridor saat inspirasi dan retraksi ringan di daerah suprasternal. Sesak berkurang bila penderita tidur miring atau memakai bantal. Tidak ada febris dan gangguan makan/minum. Apakah pemeriksaan penunjang yang paling tepat untuk kasus di atas? A. Nasoendoskopi B. Laringoskopi fiber C. Rinoskopi posterior D. Esofagoskopi E. Rontgen toraks AP dan lateral Pembahasan Pasien adalah bayi 9 bulan, esak nafas sejak lahir, sesak berkurang jika penderita miring atau memakan bantal. Dari kata kunci kemungkinan DD adalah kelainan laring kongenital yaitu laringomalasia.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Kiri laring normal, kanan laringomalasia

Pemeriksaan penunjannya adalah laringoskopi atau bronkoskopi Sumber : ppt dr vicky

66. Seorang bayi laki-laki usia 9 bulan dibawa ibunya ke UGD karena mengalami sesak napas sejak lahir hilang timbul, dari pemeriksaan ditemukan stridor saat inspirasi dan retraksi ringan di daerah suprasternal. Sesak berkurang bila penderita tidur miring atau memakai bantal. Tidak ada febris dan gangguan makan/minum. Apakah upaya preventif yang dapat dilakukan untuk penyakit tersebut? A. Kortikosteroid dosis rendah jangka menengah B. Antibiotik dosis tinggi C. Oksigenasi yang adekuat

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 D. Hindari makan dan minuman dingin E. Vaksinasi haemofilus influenza tipe B Pembahasan Sama seperti no 65, laringomalasia. Upaya preventif berupa

Meskipun laringomalasia tidak dapat dicegah, tapi komplikasinya bisa.

B. Antibiotik dosis tinggi; E. Vaksinasi haemofilus influenza tipe B  Laringomalasia merupakan penyakit kongenital, sehingga tidak perlu antibiotik maupun antivirus D. Hindari makan dan minuman dingin A. Kortikosteroid dosis rendah jangka menengah

Sehingga jawabannya adalah Oksigenasi yang adekuat

Sumber : emedicine.medscape.com/article/1002527-overview www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1879729612000725

67. Seorang bayi laki-laki usia 9 bulan dibawa ibunya ke UGD karena mengalami sesak napas sejak lahir hilang timbul, dari pemeriksaan ditemukan stridor saat inspirasi dan retraksi ringan di daerah suprasternal. Sesak berkurang bila penderita tidur miring atau

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 memakai bantal. Tidak ada febris dan gangguan makan/minum. Apakah tindakan operatif yang tepat untuk kasus di atas? A. Faringektomi B. Laringektomi C. Endoskopi D. Supraglotoplasty E. Injeksi laring Pembahasan

:

Laringomalasia

Sumber ppt dr vicky https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24814230

68. Datang seorang pasien laki-laki usia 56 tahun ke Puskesmas dengan keluhan bengkak pada leher kiri yang dirasakan sejak 3 hari yang lalu, bengkak makin membesar, disertai kesulitan saat menelan, demam dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Salah satu differential diagnosis kasus di atas adalah abses leher dalam. Apakah penyebab terbanyak abses leher dalam? A. Dentogen B. Benda asing C. Sealodenitis D. Tonsilitis

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 E. Trauma pada esophagus Pembahasan: Abses leher dalam merupakan salah satu komplikasi dari tonsilitis

Sumber : ppt dr vicky

69. Seorang anak laki-laki berusia 14 tahun dibawa ke poliklinik dengan keluhan pilek, bersin-bersin setiap bangun tidur, keluhan dirasakan sejak umur 10 tahun. Apakah pemeriksaan radiologi yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus di atas? A. Foto toraks PA B. Foto toraks lateral C. Foto cervical D. Foto sinus paranasalis E. Foto mastoid Pembahasan Dari soal diketahui bahwa pasien kemungkinan besar mengalami rinitis selama 4 tahun. Sehingga komplikasi yang paling mungkin terjadi adalah rinosinusitis. Foto yang digunakan untuk melihat sinus paranasalis adalah D. Foto sinus paranasalis

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Sumber : ppt dr sulistyani, Sp Rad

70. Seorang laki-laki berusia 48 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan pusing, nyeri kepala, batuk pilek. Pada pemeriksaan didapatkan keluar cairan dari liang telinga kanan. Apakah pemeriksaan radiologi yang diperlukan untuk penegakan diagnosis pada kasus di atas? A. Foto toraks PA B. Foto toraks lateral C. Foto cervical D. Foto sinus paranasalis E. Foto mastoid Pembahasan : Keluar cairan dari liang telinga kanan memiliki dd berupa otitis eksterna, atau otitis media dengan perforasi membrane tympani. Batuk pilek menekankan bahwa infeksi telinga dapat berasal dari faring melalui tuba eustachii. Sehingga lebih mengarah ke otitis media Salah satu komplikasi otitis media adalah mastoiditis, sehingga diperlukan foto mastoid.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Opsi lain A. Foto toraks PA; B. Foto toraks lateral  melihat tdi regio oraks C. Foto cervical  melihat di regio coli D. Foto sinus paranasalis  indikasi pada sinusitis secara umum

Sumber : ppt dr. sulistyani Sp. Rad

71. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan bengkak pada gusi kanan. Keluhan dirasakan hilang timbul sejak 2 tahun lalu. Apakah pemeriksaan radiologi yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus di atas? A. Foto mastoid B. Foto os nasal C. Foto adenoid rasio D. Foto sinus paranasal E. Foto panoramik Pembahasan : panoramic x-ray can also reveal dental and medical problems such as: •

advanced periodontal disease



cysts in the jaw bones



jaw tumors and oral cancer

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 •

impacted teeth including wisdom teeth



jaw disorders (also known as temporomandibular joint or TMJ disorders)



sinusitis

Sumber : Ppt drr. Sulistyani Sp.Rad

72. Seorang anak perempuan berusia 7 tahun dibawa ke poliklinik THT oleh ibunya. Dari alloanamnesis dengan ibu anak tersebut, diketahui bahwa anak tersebut sering sesak nafas disertai ngorok pada waktu tidur. Apakah pemeriksaan radiologi yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis pada kasus di atas? A. Foto mastoid B. Foto os nasal C. Foto adenoid rasio D. Foto sinus paranasal E. Foto panoramik Pembahasan : Foto mastoid  digunakan untuk melihat kondisi mastoid. Biasanya dalam soal nanti akan terdapat kalimat “Nyeri dibelakang telinga” B. Foto os nasal  digunakan untuk melihat os nasal, deviasi septum C. Foto adenoid rasio D. Foto sinus paranasal E. Foto panoramik

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Patients then were categorized into one of three groups: A) Normal (airway-to-soft-palate ratio ≥1); B) Mild-to-moderate hypertrophy (airway-to-soft-palate ratio between 0.5 and 1); C) Severe hyper- trophy (airway-to-soft-palate ratio <0.5).

Sumber: PPT dr. Sulistyani Sp Rad

73. Pada kasus sinusitis akut, untuk melihat cairan di dalam sinus maksilaris diperlukan pemeriksaan penunjang. Apakah permintaan foto untuk penunjang yang paling tepat? A. Foto waters B. Foto os nasal C. Foto cranium AP D. Foto cranium lateral

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 E. Foto mastoid Pembahasan Foto waters = sangat khas digunakan untuk diagnosis sinusitis maxillaris.

Foto cranium lateral  indikasi = sinusitis sphenoidalis Foto mastoid  indikasi = mastoiditis

Sumber : ppt dr sulistyani

74. 74. Seorang laki-laki berusia 50 tahun dibawa anaknya ke dokter umum dengan keluhan tidak bisa mendengar suara dengan jelas pada telinga kanan. Keluhan dirasakan mendadak sejak seminggu terakhir. Hasil pemeriksaan uji rhinne (+), uji weber lateralisasi ke telinga kiri, uji schwabach memendek. Apakah nama lapisan aseluler, yang ditempeli oleh stereosilia hair cell yang terdapat pada organ yang mengalami kelainan pada kasus di atas? A. Membran tectorial B. Membran otolit C. Membran basiler D. Membran vestibular E. Membran basalis Pembahasan: Langsung lihat soal. Lapisan aseluler, yang ditempeli oleh stereosilia hair cell yang terdapat pada organ pendengaran.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Terdapat 2 jenis hair cell •

inner : Bentuk piriformis inti di basis lebar dan leher ramping, 50-60 stereosilia tanpa kinosilia.



outer : lebih tinggi, kolumner dengan 100 stereo silia

Jika dilihat pada gambar, outer hair cell akan menempel pada membrana tectorial

Sumber : dr arif tq

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 75. Di manakah dapat dijumpai sel pillar? A. Makula utrikula B. Skala vestibuli C. Ampula ductus semicircularis D. Organ corti E. Skala timpani Pembahasan Pada makula dan ampula ditemuka sel reseptor (rambut) dan sel penyokong (substansikuler)

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Pada skala vestibuli dan timpani

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Terakhir pada organon corti dapat ditemukan sel penyokong (berupa sel pilar dan sal falang), dan sel reseptor

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Sumber: dr Arif Tq

76. Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke klinik THT dengan keluhan suara serak. Pasien bekerja sebagai penyanyi. Pada pemeriksaan laryngoskopi indirect, didapatkan nodul pada 1/3 anterior plica vocalis. Apakah jenis sel epitel yang melapisi organ yang mengalami kelainan pada kasus di atas?

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 A. Epitel pseudokompleks kolumner B. Epitel skuamosa kompleks C. Epitel skuamosa simpleks D. Epitel kuboid kompleks E. Epitel kuboid simpleks Pembahasan: Langsung lihat soal, yang ditanya adalah jenis sel epitel plica vocalis = Epitel skuamous kompleks nonkornifikasi.

Opsi lain A. Epitel pseudokompleks kolumner  Plica vestibularis/ ventricularis C. Epitel skuamosa simpleks  untuk difusi = alveolus, glomerulus

Sumber : ppt dr arif tq

77. Seorang pasien perempuan sedang menjalani serangkaian pemeriksaan di sebuah rumah sakit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lidah bagian anterior tidak dapat merasakan sensasi rasa, sedangkan bagian posterior lidah, pangkal lidah, dan area pharing masih dapat merasakan sensasi rasa. Apakah kerusakan yang paling mungkin terjadi pada kasus di atas? A. Thalamus B. Nervus vagus C. Nervus facialis D. Nervus solitarius

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 E. Nervus glossopharyngeus Pembahasan: Dari kata kunci ditemukan lidah anterior tidak merasakan rasa, sedangkan posterior normal. Inervasi lidah terdiri dari motorik dan sensorik. Motorik lidah dibawa oleh N XII (hipoglossus). Inervasi sensorik lidah dibagi menjadi dua, bagian anterior dan posterior. Selain itu lidah mempunyai keunikan, ia dapat mengecap rasa spesial (rasa mani, asam, asin, pahit, rasa rindu kepada dirinya eh) dan sensor general (suhu dan nyeri). Sehingga pembagian inervasi sensori lidah adalah sebagai berikut 2/3 anterior. Sensori spesial dibawa oleh N VII (cabang tepatnya chorda tympani). Sedangkan sensori general oleh N V3 (N. Mandibularis). 1/3 Posterior baik spesial maupun general dibawa oleh N IX

Sumber : Moore

78. Kapankah reflek menelan terstimulasi pada proses menelan? A. Ketika bolus masuk ke dalam oral B. Ketika epligotis menutup jalan napas

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 C. Ketika bolus menyentuh dan menekan lidah D. Ketika bolus menyentuh arcus faucium pharynx E. Ketika bolus masuk ke dalam sphincter esophagus

79. Seorang anak usia 8 tahun tersedak karena makan sambil berbicara. Apakah mekanisme yang menyebabkan peristiwa tersebut? A. Epligotis terbuka B. Sphincter esophagusterbuka C. Lidah bergerak menutup mulut D. Dasar lidah retraksi ke arah anterior E. Palatum mole menutup nasopharynx Pembahasan: Mekanisme yang terjadi saat seorang sedang menelan adalah 1. M orbicularis oris berkontraksi untuk menutup rima oris 2. Glosus menutup bagian anterior 3. Isthmus pharyngeal terbuka 4. Palatum mole menutup choana 5. Epiglotis menutup laring 6. Sphincter esophagus superior membuka

Apabila seorang berbicara atau dalam keadaan biasa (tidak menelan), maka epiglotis akan terbuka sehingga saluran udara dapat keluar masuk melalui laring. Hal ini dapat menyebabkan makanan masuk ke laring dan mekanisem tersedak terjadi.

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Opsi lain B. Sphincter esophagusterbuka; C. Lidah bergerak menutup mulut; D. Dasar lidah retraksi ke arah anterior; E. Palatum mole menutup nasopharynx  Normal pada proses menelan yang baik

Sumber: Ppt dr putu wijaya

80. Pada sebuah pabrik dilaporkan banyak karyawannya yang mengalami penurunan fungsi pendengaran. Karyawan yang mengalami penurunan pendengaran tersebut merupakan karyawan yang telah bekerja di bagian mesin selama lebih dari 25 tahun. Apakah strategi pencegahan yang paling tepat pada kasus di atas? A. Penggunaan alat pelindung telinga B. Pembersihan telinga secara berkala C. Pemberian vitamin kepada karyawan D. Memberikan waktu istirahat yang cukup E. Mengatasi dengan segera apabila terjadi infeksi telinga Pembahasan: Dari kata kunci didapatkan bahwa pasien menderita tuli karena pekerjaannya (tuli akibat bising).

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015 Tuli akibat bising termasuk tuli sensori neural dan mempunyai prognosis buruk. Sehingga pencegahan lebih diutakaman.

Strategi penatalaksanaannya berupa

Sedangkan strategi pencegahannya berupa

PEMBAHASAN UJIAN BLOK THT 2015

Dari soal yang ditanyakan adalah strategi pencegahan shingga jawabannya adalah

Sumber: ppt dr Novi, Sp. THT

Related Documents


More Documents from "Yemima Tita"