1
Ibu adalah madrash pertama bagi anak – anaknya. Apabila engkau telah persiapkan mereka dengan baik, maka sesungguhnya engkau telah mempersiapkan sebuah generasi yang baik dan kuat (Penyair Arab)
PEMBAHASAN UJIAN BLOK PEDIATRI 2017 1. E (Kuliah Kedaruratan Neonatus oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes) Berat bayi saat lahir adalah 2300 gram sehingga tidak membutuhkan plastik bening. Plastik bening diberikan apabila berat lahir 1500 gram
2
2. B (Kuliah Kedaruratan Neonatus oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes) Lihat kotak biru pada algoritma nomor 1
3
3. B (Kuliah Kedaruratan Neonatus oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes) Lihat kotak biru pada algoritma nomor 1 4. D (Kuliah Kedaruratan Neonatus oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes) Pendarahan antepartum merupakan salah satu faktor risiko terjadinya asfiksia dan syok pada neonatus. Jadi, komponen yang perlu diperiksan antara lain Usaha napas Perfusi kulit
Apakah bayi bernapas spontan ? Apakah mengalami distress pernapasan ? Capillary refill time Apakah kulit teraba dingin ? Apakah sianosis ?
Warna kulit
Apakah tampak pucat ? Apakah terdapat mottled skin ?
Sumber : Buku Ajar Neonatologi IDAI
5. E (Kuliah Kedaruratan Neonatus oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes) Lihat kotak kuning pada algoritma nomor 1 6. D (Kuliah Kedaruratan Neonatus oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes) Kondisi yang harus diperhatikan saat bayi dipindahkan ke ruang perawatan adalah
Sugar + safe care
Temperature
Airway
Blood pressure
Lab work
Emotional support
7. E (Kuliah Tuberkulosis pada Anak oleh dr. Ismiranti Andarini, Sp.A., M.Kes) Informasi pada Soal Kontak TB Uji tuberkulin
Pembantu rumah tangga mendapatkan OAT (Obat Anti Tuberkulosis), berarti BTA positif 11 mm
Skor 3 3
BB = 16 kg dan TB = 115 cm BB ideal = 2(umur) + 8 Status gizi
1
Demam
BB ideal = 2 7 + 8 → 22 kg 16 Perbandingan = × 100% = 73% 22 1 minggu yang lalu
Batuk kronis
1 bulan yang lalu
1
Limfadenopati
Limfadenopati sekitar 1 cm kanan dan kiri
1
0
4
Pembengkakan tulang / sendi Foto thoraks
-
0
Sugestif TB
1
Total
10
Catatan :
BB ideal umur 0 – 12 bulan = (umur : 2) + 4
BB ideal umur 1 – 10 tahun : 2(umur) + 8
8. E (Kuliah Tuberkulosis pada Anak oleh dr. Ismiranti Andarini, Sp.A., M.Kes) Informasi pada Soal
Skor
Kontak TB
Ibu pasien minum obat selama 6 bulan
3
Uji tuberkulin
14 mm
3
Status gizi
BB = 17 kg dan TB = 115 cm BB ideal = 2(umur) + 8
1
5
Demam
BB ideal = 2 8 + 8 → 22 kg 16 Perbandingan = × 100% = 67% 24 14 hari yang lalu
1
Batuk kronis
3 minggu yang lalu
1
Limfadenopati bernanah dan tidak nyeri Limfadenopati
Dalam soal, tidak disebutkan berapa
0?
jumlah kelenjar limfe yang terkena Pembengkakan tulang / sendi Foto thoraks
-
0
Sugestif TB
1
Total
10
9. B (Kuliah Tuberkulosis pada Anak oleh dr. Ismiranti Andarini, Sp.A., M.Kes) Dosis Harian Isoniazid (H)
10 (7 – 15) mg/kgBB/hari
Dosis Maksimal 300 mg/hari
Efek Samping Hepatotoksik, neuritis perifer, hipersensitivitas Gangguan GIT, ruam kulit,
Rifampisin (R)
15 (10 – 20) mg/kgBB/hari
600 mg/hari
hepatotoksik, trombositopenia, peningkatan enzim hepar, cairan tubuh berwarna merah
Pirazinamid (Z)
Etambutol (E)
35 (30 – 40) mg/kgBB/hari 20 (15 – 25) mg/kgBB/hari
Hepatotoksik, gangguan GIT,
-
hiperurisemia, gout arthritis Neuritis optik, visus menurun,
-
buta warna merah dan hijau, hipersensitivitas, gangguan GIT
10. B (Kuliah Tuberkulosis pada Anak oleh dr. Ismiranti Andarini, Sp.A., M.Kes) Berat Badan (kg)
Fase Intensif
Fase Lanjutan
2HRZ (50/75/150) 4HR (50/75)
5–7
1 tablet
1 tablet
8 – 11
2 tablet
2 tablet
12 – 16
3 tablet
3 tablet
17 – 22
4 tablet
4 tablet
23 – 30
5 tablet
5 tablet
> 30
Dosis dewasa
11. D (Kuliah Tuberkulosis pada Anak oleh dr. Ismiranti Andarini, Sp.A., M.Kes) Lihat tabel pada pembahasan nomor 10
6
12. E (Kuliah Tuberkulosis pada Anak oleh dr. Ismiranti Andarini, Sp.A., M.Kes) Lihat tabel pada pembahasan nomor 9 13. A (Kuliah Tuberkulosis pada Anak oleh dr. Ismiranti Andarini, Sp.A., M.Kes) Mata kuning merupakan salah satu tanda ikterus yang disebabkan oleh kerusakan hepar. OAT yang dapat merusak hepar adalah isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid. Dari ketiga obat tersebut, yang paling sering menyebabkan kerusakan hepar adalah pirazinamid Sumber : Farmakologi dan Terapi FK UI
14. D (Kuliah Prinsip Pemberian Obat pada Bayi dan Anak oleh Siti Ma’rufah, S.Farm.Apt., M.Sc) Umur Dalil Young = × Dosis dewasa Umur + 12 7 Dosis parasetamol = × 500 = 184,21 mg 7 + 12 7 Dosis GG = × 100 = 36,84 mg 7 + 12 15. E (Kuliah Prinsip Pemberian Obat pada Bayi dan Anak oleh Siti Ma’rufah, S.Farm.Apt., M.Sc) LPT Rumus LPT = × Dosis dewasa 1,73 1 Dosis parasetamol = × 500 = 289 mg 1,73 1 Dosis GG = × 100 = 57,8 mg 1,73 16. E (Kuliah Prinsip Pemberian Obat pada Bayi dan Anak oleh Siti Ma’rufah, S.Farm.Apt., M.Sc) BB dalam kg Dalil Clark = × Dosis dewasa 70 30 Dosis parasetamol = × 500 = 214,28 mg 70 30 Dosis GG = × 100 = 42,85 mg 70 17. A (Kuliah Prinsip Pemberian Obat pada Bayi dan Anak oleh Siti Ma’rufah, S.Farm.Apt., M.Sc) Contoh obat yang memiliki efek terapeutik pada janin adalah
Kortikosteroid : Merangsang pematangan paru pada janin sehingga mencegah penyakit membrane hyaline
Fenobarbital : Merangsang enzim glukoronidase pada janin sehingga mencegah ikterus
Zidovudine : Menghambat transmisi HIV dari ibu ke janin
Sumber : Farmakologi Dasar dan Klinik oleh Bertram G. Katzung
18. D (Kuliah Prinsip Pemberian Obat pada Bayi dan Anak oleh Siti Ma’rufah, S.Farm.Apt., M.Sc) Obat
Trimester
Barbiturat
Semua
Diazepam
Semua
Efek Penggunaan kronis menyebabkan ketergantungan neonatus Ketergantungan neonatal, risiko bibir sumbing
7
Kerusakan perkembangan saraf yang
Etanol
Semua
Metotreksat
Pertama
Malformasi kongenital multiple
Androgen
Kedua, ketiga
Maskulinisasi pada janin perempuan
Streptomisin
Semua
Toksisitas pada n. vestibulocochlearis
Thalidomide
Pertama
Fokomelia, malformasi internal
Dietilbestrol (DES)
Semua
Adenosis vagina, adenokarsinoma vagina
ACE inhibitor
Semua
Kerusakan ginjal
berhubungan dengan alkohol
19. D (Kuliah Prinsip Pemberian Obat pada Bayi dan Anak oleh Siti Ma’rufah, S.Farm.Apt., M.Sc)
8
Kotak merah merupakan obat yang sering menimbulkan efek samping pada bayi yang disusui Sumber : Farmakologi Dasar dan Klinik oleh Bertram G. Katzung
20. B (Kuliah Prinsip Pemberian Obat pada Bayi dan Anak oleh Siti Ma’rufah, S.Farm.Apt., M.Sc) Faktor – faktor yang mempengaruhi transport obat ke plasenta antara lain : a. Sifat Fisikokimia Obat Sulit Menembus Plasenta Kelarutan lemak rendah (hidrofilik)
Mudah Menembus Plasenta Kelarutan lemak tinggi (lipofilik)
Derajat ionisasi tinggi misalnya
misalnya tiopental
suksinilkolin dan tubokurarin
Derajat ionisasi rendah
9
Polar
Non polar
Berat molekul tinggi misalnya heparin Berat molekul kecil b. Ikatan Protein
Obat yang bersifat asam lemah berikatan dengan albumin
Obat yang bersifat basa lemah berikatan dengan alfa-1 glikoprotein
Sulfonamida, barbiturat, fenitoin, dan anestesi lokal berikatan dengan protein plasma maternal lebih kuat daripada protein plasma janin Obat + Protein
Obat – Protein ↓
+
Obat bebas ↓
Terdistribusi
Terdistribusi
Tidak dimetabolisme
Dimetabolisme
Tidak difiltrasi
Difiltrasi
Tidak berefek
Berefek
Sumber : Farmakologi Dasar dan Klinik oleh Bertram G. Katzung
21. C (Kuliah Gizi pada Bayi dan Balita oleh dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K)., M.P.H.) Asuhan nutrisi dilakukan dengan 5 kegiatan yang berurutan dan berulang serta membutuhkan kerjasama dari minimal dokter, perawat, ahli gizi, dan ahli farmasi
Membuat diagnosis masalah nutrisi dengan menilai status gizi
Menentukan kebutuhan nutrisi
Memilih cara pemberian zat gizi
Memilih bentuk sediaan zat gizi
Evaluasi respons
Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik IDAI
22. B (Kuliah Gizi pada Bayi dan Balita oleh dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K)., M.P.H.) Pada prinsipnya, kebutuhan nutrisi untuk bayi / anak dengan status gizi cukup, status gizi kurang, gizi buruk, gizi lebih, atau obesitas adalah mencapai BB ideal Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik IDAI
23. D (Kuliah Gizi pada Bayi dan Balita oleh dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K)., M.P.H.)
Rumus untuk memperkirakan tercapainya tambahan kalori dan protein dalam mencapai tumbuh kejar atau penurunan kalori adalah : Kebutuhan kalori / protein = RDA untuk TB (sesuai height for age) BB ideal
Rumus untuk memperkirakan kebutuhan kalori total adalah : Kebutuhan kalori total = REE (BMR) Faktor aktivitas Faktor stress
Rumus untuk memperkirakan kebutuhan protein total adalah : Kebutuhan protein total = RDA Faktor aktivitas Faktor stress
Keterangan
RDA (recommended dietary allowances) adalah kecukupan zat gizi yang disarankan
10
REE (resting energy expenditure) dan BMR (basal metabolic rate) dapat dihitung dengan rumus WHO, Schofield, atau Harris – Benedict
Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik IDAI
24. B (Kuliah Gizi pada Bayi dan Balita oleh dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K)., M.P.H.) BB/U merupakan indikator kekurangan gizi akut karena BB turun lebih cepat daripada TB 25. C (Kuliah Gizi pada Bayi dan Balita oleh dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K)., M.P.H.) 26. D (Kuliah Gizi pada Bayi dan Balita oleh dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K)., M.P.H.) a. Makanan Pertama
Bubur tepung beras yang diperkaya Fe. Dapat ditambahkan ASI atau susu formula setelah bubur dimasak
Diberikan 1 – 2 sendok teh setelah bayi minum ASI atau susu formula. Kemudian jumlah makanan ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
b. Panduan Dasar Pemberian Makan Tidak terdapat urutan khusus Banyak mengandung energi, protein, vitamin, mineral Urutan pemberian Tidak terlalu asin atau pedas Disukai anak, mudah dimakan Tersedia dan dapat dijangkau Dimulai dari tekstur yang lembut dan halus kemudian
Tekstur dan
ditingkatkan secara bertahap menjadi semakin kental,
konsentrasi
padat, dan keras Mulai dengan jumlah yang sedikit saat pengenalan
Jumlah
jenis makanan Ditingkatkan secara bertahap sesuai degan umur Kenalkan makanan tunggal dengan jarak 2 – 3 hari
Jarak waktu
sehingga bayi dapat mengenali rasa dan aroma
pemberian
Makanan baru sebaiknya diberikan pada pagi hari Cuci tangan dan semua alat sebelum digunakan
Keamanan Pangan
Tidak menggunakan alat makan secara bersama Jangan mengunyah makanan dahulu sebelum diberikan kepada bayi
c. Komposisi Makanan Tekstur Mulai dengan bubur 6 – 8 bulan
halus, lembut, dan kental Dilanjutkan bertahap menjadi lebih kasar
Frekuensi 2 – 3 kali/hari ASI tetap sering diberikan
Jumlah Rata – rata Mulai dengan 2 – 3 sdm ditingkatkan bertahap sampai 0,5 mangkok (125 ml)
11
Tergantung nafsu makan, dapat diberikan
Waktu makan tidak lebih dari 30 menit
1 – 2 kali selingan Makanan yang dicincang halus atau disaring kasar 9 – 11 bulan
Ditingkatkan semakin kasar sampai makanan
3 – 4 kali/hari ASI tetap diberikan Tergantung nafsu makan, dapat diberikan
dapat dipegang / diambil
1 – 2 kali selingan
dengan tangan
3 – 4 kali/hari 12 – 23 bulan
Makanan keluarga, jika perlu
ASI tetap diberikan
masih dicincang atau
Tergantung nafsu
disaring kasar
makan, dapat diberikan 1 – 2 kali selingan
0,5 – 0,75 mangkok (125 – 175 ml) Waktu makan tidak lebih dari 30 menit
0,75 – 1 mangkok (175 – 250 ml) Waktu makan tidak lebih dari 30 menit
d. Prinsip Responsive Feeding Adalah memberikan makanan dengan menerapkan prinsip asuhan psikososial
Berikan makan secara langsung dan dampingi anak saat makan. Ibu atau pengaruh harus peka terhadap tanda lapar dan kenyang
Untuk membantu memahami rasa lapar, buat jadwal makan secara teratur dan jangan memberikan snack, jus, atau susu 3 – 4 jam sebelum jam makan
Berikan makan dengan sabar, dorong anak untuk makan, tetapi jangan dipaksa. Bicaralah saat memberikan makan dan pelihara kontak mata
Hindari faktor penganngu seperti menontoh televisi atau mainan
Jika tidak mau makan, maka coba dengan makanan lain yang berbeda tekstur dan rasanya
Makan tidak boleh lebih dari 30 menit meskipun porsi makan masih sedikit
Berikan dalam porsi kecil dan biarkan anak menambah beberapa kali apabila masih lapar
Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik IDAI dan Infant and Young Children Feeding Model Chapter textbooks for medical students and allied health professionals by WHO
27. E (Kuliah Gizi pada Bayi dan Balita oleh dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K)., M.P.H.) a. Kesiapan Fisik
Refleks ekstrusi sudah berkurang atau hilang
Dapat memindahkan makanan dari depan ke belakang mulut
Menelan makanan yang lebih kental dan padat
Menahan kepala tetap tegak
Duduk tanpa atau dengan sedikit bantuan
Memegang benda dan memasukkan sesuatu ke dalam mulut
Dapat meraih benda dalam jangkauannya
b. Kesiapan Psikologis
12
Dari reflektif ke imitatif
Lebih mandiri dan eksploratif
Keinginan makan dengan cara membuka mulut
Saat lapar, mendorong tubuh ke depan atau ke arah makanan
Saat kenyang, menarik tubuh ke belakang atau menjauhi makanan
Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik IDAI
28. B (Kuliah Gizi pada Bayi dan Balita oleh dr. Endang Dewi Lestari, Sp.A(K)., M.P.H.) a. Posisi Bayi yang Benar
Kepala dan badan bayi terletak pada satu garis lurus
Badan bayi rapat dan menghadap ke payudara
Semua badan bayi ditopang dengan lengan ibu
Ibu dalam posisi yag nyaman dan santai
b. Perlekatan yang Benar
Mulut membuka lebar
Bibir bawah melengkung keluar
Dagu menyentuh payudara
Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi
Sumber : Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik IDAI dan Buku Kesehatan Ibu dan Anak
29. C (Kuliah Kedaruratan Anak – Syok dan Resusitasi oleh dr. Sri Martuti, Sp.A(K)., M.Kes) Dari skenario, diketahui bahwa pasien mengalami diare dan muntah – muntah. Selain itu, juga ditemukan hipotensi, takikardia, anuria, CRT memanjang, mata dan UUB cekung. Hal tersebut mengarah pada dehidrasi berat dengan syok hipovolemia
13
Catatan : Sebenarnya cukup sulit membedakan antara dehidrasi berat dengan syok hipovolemia karena tanda dan gejalanya sangat mirip. Tetapi apabila dilihat dari tekanan darah yang sangat rendah (40/25 mmHg), maka lebih cenderung ke syok hipovolemia. Yang terpenting adalah berdoa semoga jawaban yang dipilih sesuai dengan kunci jawaban 30. E (Kuliah Kedaruratan Anak – Syok dan Resusitasi oleh dr. Sri Martuti, Sp.A(K)., M.Kes) Dari skenario, diketahui bahwa pasien mengalami demam tinggi disertai tanda pendarahan berupa epistaksis dan melena. Selain itu, juga ditemukan tanda – tanda syok seperti hipotensi, takikardia, akral dingin, dan CRT memanjang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pasien tersebut mengalami dengue shock syndrome a. Demam Dengue (DD) Demam tinggi mendadak dan terus – menerus + 2 gejala lainnya yaitu
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbital
Myalgia atau arthralgia
Ruam makulopapular
Minimal 1 dari manifestasi pendarahan : Tes torniquet positif (bintik merah 10 selama 5 menit pembendungan), petechiae, epistaksis, hematemesis
Leukopenia dan trombositopenia, tidak terdapat bukti kebocoran plasma
b. Demam Berdarah Dengue (DBD) Minimal 2 kriteria klinis + 2 kriteria laboratoris Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, terus – menerus selama 2 – 7 hari Manifestasi pendarahan
Kriteria klinis
Hepatomegali Syok : Nadi lemah dan cepat, hipotensi, akral dingin, kulit lembab, tampak gelisah Trombosit < 100.000 sel/mm3
Kriteria laboratoris
Bukti kebocoran plasma : Hematokrit meningkat 20% dari nilai normal
Perbedaan mendasar antara DD dengan DBD adalah pada DD tidak terdapat bukti kebocoran plasma. Sedangkan, pada DBD terdapat bukti kebocoran plasma seperti ascites, efusi pleura, hematokrit meningkat, dan syok Menurut tingkat keparahannya, DBD dibagi menjadi 4 derajat, yaitu Derajat I
Demam dengan gejala tidak khas Tes torniquet positif
Derajat II
Sama seperti derajat I
14
Pendarahan spontan pada kulit atau pendarahan lain Derajat III
Kegagalan sirkulasi : Nadi lemah dan cepat, hipotensi, sianosis, akral dingin, kulit lembab, tampak gelisah
Derajat IV
Syok berat Nadi tidak teraba Tekanan darah tidak terukur
DBD derajat III dan IV disebut juga dengue shock syndrome Sumber : Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia oleh Depkes
31. E (Kuliah Kedaruratan Anak – Syok dan Resusitasi oleh dr. Sri Martuti, Sp.A(K)., M.Kes) Dari skenario, diketahui bahwa pasien mengalami dehidrasi berat dengan syok hipovolemia sehingga diberikan cairan kristaloid 20 ml/kgBB dalam 10 menit Berat badan 5 kg berarti 20 ml/kgBB 5 kg = 100 ml 32. E (Kuliah Kedaruratan Anak – Syok dan Resusitasi oleh dr. Sri Martuti, Sp.A(K)., M.Kes) Dari skenario, diketahui bahwa pasien mengalami dengue shock syndrome sehingga diberikan cairan kristaloid 20 ml/kgBB dalam 10 menit Berat badan 20 kg berarti 20 ml/kgBB 20 kg = 400 ml Kristaloid
Koloid Lebih banyak dan lebih lama
Murah dan mudah diperoleh Tidak menyebabkan alergi Kelebihan
atau anafilaksis Tidak menganggu proses pembekuan darah Komplikasi minimal
berada di dalam plasma Ekspansi plasma lebih besar Membutuhkan jumlah yang lebih sedikit Risiko edema paru rendah Tidak dapat menyebabkan edema perifer
Risiko edema paru dan edema perifer lebih tinggi Hanya bertahan singkat di Kekurangan
dalam plasma Ekspansi plasma lebih kecil Membutuhkan jumlah yang lebih banyak
Lebih mahal Menganggu pembekuan darah dan identifikasi golongan darah Risiko alergi dan anafilaksis Komplikasi : Pruritus, gagal ginjal akut, diuresis osmotik
33. D (Kuliah Kardiologi Anak oleh dr. Sri Lilijanti Widjaja, Sp.A(K))
15
Dari skenario, diketahui bahwa pasien mengalami sianosis sejak umur 5 bulan yang memberat saat menangis atau menyusu. Selain itu, juga sering tiba – tiba jongkok. Semua tanda tersebut merupakan tet spells yang khas pada Tetralogy of Fallot a. Patogenesis Merupakan gabungan dari 4 kelainan jantung, yaitu :
Stenosis pulmonal : Darah miskin oksigen dari RV sulit masuk ke paru Darah yang masuk ke paru sedikit Pertukaran oksigen terhambat
Hipertrofi RV : RV harus berkontraksi lebih kuat untuk memompa darah ke a. pulmonalis
Ventricular septal defect : Karena resistensi paru meningkat, maka darah miskin oksigen mengalir dari RV ke LV atau aorta
Overriding aorta : Aorta bergeser ke kanan, berhubungan dengan lubang pada septum ventrikel Dapat menerima darah dari RV dan LV
b. Gejala Klinis
Sianosis saat lahir, tachypnea, dyspnea d’ effort
Sulit makan dan menyusui, failure to thrive
Tet spells saat exertion : Sianosis, irritable, hiperventilasi, pingsan, kejang. Dikompensasi dengan jongkok (squat down) Tanda
Mekanisme
Sianosis pada bibir dan ujung jari,
Right-to-left shunt sehingga darah miskin
jari tabuh (clubbing finger)
oksigen mengalir ke seluruh tubuh
Murmur sistolik dan thrill sistolik Lokasi : Upper left sternal border Radiasi : Jarang
Darah mengalir dari RV ke a. pulmonalis melalui lubang yang sempit
16
Penutupan katub pulmonal sangat Bunyi jantung 2 tunggal dan keras
pelan sampai tidak terdengar Bunyi jantung 2 hanya terdiri dari komponen aorta
c. Pemeriksaan Radiologi
Oligemi
Boot-shaped heart (coeur en sabot) karena hipertrofi RV sehingga apex terangkat
Sumber : Pathophysiology the Biologic Basis for Disease in Adults and Children by Karthryn L. Mc Cance et al, Pathophysiology of Heart Disease by Leonard S. Lilly (Ed.), Medscape
34. B (Kuliah Kardiologi Anak oleh dr. Sri Lilijanti Widjaja, Sp.A(K)) Dari skenario, diketahui bahwa pasien mengalami tetralogy of Fallot. Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan adalah ekokardiografi untuk mengetahui arah pirau dan kelainan anatomi 35. D (Kuliah Kardiologi Anak oleh dr. Sri Lilijanti Widjaja, Sp.A(K)) Sindrom Eisenmenger merupakan komplikasi dari penyakit jantung kongenital asianosis dimana leftto-right shunt berubah menjadi right-to-left shunt karena hipertensi pulmonal. Dapat terjadi pada patent ductus arteriosus (PDA), ventricular septal defect (VSD), dan atrial septal defect (ASD)
36. D (Kuliah Kardiologi Anak oleh dr. Sri Lilijanti Widjaja, Sp.A(K)) Beberapa perubahan sistem sirkulasi yang terjadi pada neonatus antara lain : a. Perubahan Resistensi Pembuluh Darah
Aliran darah dari plasenta berhenti Resistensi sistemik meningkat Tekanan pada aorta, LA, dan LV meningkat
17
Bernapas pertama kali Paru – paru mengembang Resistensi paru berkurang Tekanan pada a. pulmonalis, RA, dan RV menurun
b. Penutupan Foramen Ovale Tekanan pada RA rendah, tekanan pada LA tinggi Darah mengalir dari LA ke RA melalui foramen ovale Foramen ovale menutup untuk mencegah aliran darah c. Penutupan Ductus Arteriosus Tekanan pada a. pulmonalis rendah, tekanan pada aorta tinggi Darah mengalir dari aorta ke a. pulmonalis melalui ductus arteriosus Kontraksi hebat pada otot ductus arteriosus Functional closure Jaringan fibrosis muncul Anatomical closure d. Penutupan Duktus Venosus Aliran darah dari v. umbilicalis berhenti, aliran v. portae masih melalui ductus venosus Kontraksi hebat pada otot ductus venosus Tekanan v. portae meningkat Darah dari v. portae masuk ke sinusoid hepar
18
Sumber : Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran dan Principles of Anatomy and Physiology by Gerard J. Tortora and Bryan Derrickson
37. A (Kuliah Kardiologi Anak oleh dr. Sri Lilijanti Widjaja, Sp.A(K)) Dari pemeriksaan jantung, ditemukan continous machinary murmur pada SIC II linea parasternalis sinistra. Hal tersebut merupakan tanda khas dari patent ductus arteriosus a. Patogenesis
Prenatal : Resistensi paru tinggi sehingga darah mengalir dari paru ke aorta
Postnatal : Resistensi paru rendah sehingga darah mengalir dari aorta ke paru
19
Faktor yang menyebabkan ductus arteriosus menutup antara lain :
Tekanan parsial oksigen meningkat saat bernapas pertama kali
Kadar prostaglandin E2 yang menurun
Kadar bradikinin, endotelin-1, asetilkolin, dan norepinefrin meningkat
b. Gejala Klinis Tanda
Mekanisme
Continuous machinery murmur (murmur Gibson) Lokasi : Upper left sternal border
Gradien tekanan selalu ada sehingga darah mengalir
Waktu : Sistole dan diastole
dari aorta ke a. pulmonalis secara kontinu saat
Radiasi : Ke punggung
sistole dan diastole
Pulsus celer Denyut nadi naik sangat tinggi kemudian turun sangat rendah
Darah yang mengalir ke aorta sedikit Tekanan diastole rendah LV memompa lebih banyak darah Tekanan sistole tinggi Aliran darah dari aorta ke a. pulmonalis lebih
Split paradoksus Terdengar saat ekspirasi dan hilang saat inspirasi
banyak Tekanan a. pulmonalis meningkat Tekanan pada katub pulmonal meningkat Katub pulmonal menutup terlalu cepat Darah dari arcus aorta ke aorta descenden lebih sedikit Tekanan aorta menurun Tekanan
20
pada katub aorta rendah Katub aorta menutup lebih lambat Ictus cordis bergeser ke lateral
Hipertrofi LV
c. Pemeriksaan Radiologi
Plethora dan a. pulmonalis membesar
Hipertrofi LA dan LV
Sumber : Pathophysiology the Biologic Basis for Disease in Adults and Children by Karthryn L. Mc Cance et al, Pathophysiology of Heart Disease by Leonard S. Lilly (Ed.), Medscape
38. D (Kuliah Kardiologi Anak oleh dr. Sri Lilijanti Widjaja, Sp.A(K)) Lihat pembahasan nomor 37 39. C (Kuliah Kardiologi Anak oleh dr. Sri Lilijanti Widjaja, Sp.A(K)) PDA merupakan penyakit jantung kongenital yang berarti diperoleh sejak dalam kandungan 40. A (Kuliah Fisiologi Fetus dan Neonatus oleh dr. Yuliana Heri Suselo, M.Sc) Beberapa masalah fungsional khusus pada sistem organ neonatus adalah a. Sistem Pernapasan
Frekuensi napas 40 kali/menit dengan volume tidal 16 ml sehingga kapasitas total menjadi 240 ml, sekitar 2 kali lebih besar daripada orang dewasa
Kapasitas residu fungsional hanya setengah dari orang dewasa
b. Volume Darah
Volume darah pada neonatus adalah sekitar 300 ml ditambah 75 ml dari umbilicus
Tambahan darah tersebut akan meningkatkan tekanan hidrostatik Cairan masuk ke interstitial Hematokrit meningkat, edema paru ringan, dan asfiksia ringan Volume darah kembali 300 ml
c. Curah Jantung dan Tekanan Arteri
Cardiac output pada neonatus adalah 500 ml/menit, sekitar 2 kali lebih besar daripada orang dewasa
Tekanan darah awal adalah 70/50 mmHg kemudian meningkatkan lambat selama beberapa bulan menjadi 90/60 mmHg
d. Karakteristik Darah
Jumlah eritrosit pada neonatus adalah 4 juta sel/mm3 + 0,5 – 0,75 juta sel dari umbilicus
Hipoksia Sintesis eritrosit meningkat Jumlah eritrosit meningkat
Hipoksia sudah teratasi Sintesis eritrosit berkurang Jumlah eritrosit berkurang
e. Keseimbangan Cairan, Asam, dan Basa
Kecepatan intake dan ekskresi cairan pada neonatus adalah 7 kali lebih besar daripada orang dewasa sehingga mudah mengalami dehidrasi
Kecepatan metabolisme 2 kali lebih besar daripada dewasa Pembentukan asam meningkat Mudah mengalami asidosis
21
Fungsi ginjal belum sempurna Osmolalitas urine rendah Sering kencing Mudah mengalami dehidrasi
f.
Fungsi Hepar
Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat belum sempurna Mudah terjadi ikterus
Pembentukan protein plasma masih rendah Mudah terjadi edema hipoproteinemia
Fungsi glukoneogenesis belum sempurna Tergantung pada cadangan lemak Mudah mengalami hipoglikemia, terutama jika tidak diberi ASI
Pembentukan faktor koagulasi masih rendah Mudah terjadi pendarahan
g. Pencernaan, Absorpsi, Metabolisme
Sekresi amilase masih rendah Metabolisme karbohidrat belum sempurna
Absorpsi lemak terbatas sehingga jangan diberikan susu tinggi lemak seperti susu formula
Kadar glukosa darah tidak stabil pada awal kehidupan karena fungsi hepar belum sempurna
Dapat menggunakan 90% asam amino dari diet untuk sintesis protein dalam tubuh
h. Kecepatan Metabolisme dan Termoregulasi
Kecepatan metabolisme kira – kira 2 kali lebih cepat daripada orang dewasa
Luas permukaan tubuh lebih besar Mudah terjadi termolisis Risiko hipotermia
Sumber : Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
41. B (Kuliah Fisiologi Fetus dan Neonatus oleh dr. Yuliana Heri Suselo, M.Sc) Kelebihan oksigen menghentikan pembentukan pembuluh darah baru di retina. Saat oksigen dihentikan, pembuluh darah akan tumbuh di semua vitreous humor sehingga menghambat transduksi cahaya ke retina. Selanjutnya, pembuluh darah digantikan oleh jaringan fibrosa yang seharusnya merupakan massa vitreous humor yang bening Sumber : Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
42. D (Kuliah Fisiologi Fetus dan Neonatus oleh dr. Yuliana Heri Suselo, M.Sc) Diabetes yang tidak terkontrol Glukosa yang masuk ke janin lebih banyak Sekresi insulin pada janin meningkat Hipertrofi dan hiperplasia sel beta Risiko hipoglikemia Sumber : Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
43. B (Kuliah Fisiologi Fetus dan Neonatus oleh dr. Yuliana Heri Suselo, M.Sc) Lihat pembahasan nomor 40 44. E (Kuliah Imunisasi oleh Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A(K)) Jika ibu memiliki kadar besi yang normal, maka hepar bayi akan menyimpan cadangan besi untuk pembentukan eritrosit selama 4 – 6 bulan. Tetapi jika ibu kekurangan besi, maaka kemungkinan bayi mengalami anemia berat setelah 3 bulan kehidupan. Untuk mencegahnya, bayi dapat diberikan kuning telur atau zat besi dalam bentuk lain Sumber : Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
45. A (Kuliah Imunisasi oleh Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A(K)) a. Imunisasi Dasar Umur
Jenis Imunisasi
22
Neonatus Hepatitis B0, BCG, polio 1 2 bulan
Pentabio 1, polio 2
3 bulan
Pentabio 2, polio 3
4 bulan
Pentabio 3, polio 4
9 bulan
Campak
b. Imunisasi Lanjutan Umur
Jenis Imunisasi
18 bulan
Pentabio
24 bulan
Campak
Kelas 1 SD
Campak pada bulan Agustus DT pada bulan November
Kelas 2 SD Td pada bulan November Kelas 3 SD Td pada bulan November Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
46. B (Kuliah Imunisasi oleh Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A(K)) Vaksin hidup (live attenuated) tidak boleh diberikan pada kondisi immunocompromised karena akan bereplikasi secara tidak terkontrol dalam sel host dan menimbulkan penyakit. Sedangkan, vaksin mati (inactivated) dapat diberikan pada kondisi immunocompromised tetapi respons imunitasnya lebih lemah Live Attenuated Melemahkan virus atau Cara pembuatan
bakteri liar dengan cara kultur berulang
Inactivated Menumbuhkan bakteri atau virus pada medium kultur kemudian inaktivasi dengan panas atau bahan kimia
Bereplikasi Dapat menimbulkan Replikasi dalam tubuh
penyakit tetapi lebih ringan, kecuali pada
Tidak bereplikasi Tidak menimbulkan penyakit
immunocompromised Respons imun
Humoral dan seluler
Sebagian besar humoral
Antibodi tidak menurun
Antibodi menurun setelah
setelah beberapa waktu
beberapa waktu
Pengaruh antibodi
Menghambat replikasi
Tidak berpengaruh
Immunocompromised
Kontraindikasi
Dapat diberikan
Sifat termolabil
Ya
Tidak
Dosis multiple (booster)
Tidak perlu
Perlu
23
Vaksin Polisakarida
Terdiri dari rantai panjang polisakarida yang membentuk kapsul bakteri
Respons imun berupa aktivasi sel B yang bersifat T independen sehingga menghasilkan antibodi tanpa bantuan sel Th
Antibodi yang dihasilkan kurang fungsional, sebagian besar adalah IgM dan sedikit IgG sehingga dosis multiple tidak meningkatkan kadar antibodi.
Vaksin polisakarida konjugasi mengubah aktivasi sel B menjadi T dependen sehingga dosis multiple dapat meningkatkan kadar antibodi Vaksin Bakteri
Vaksin Virus MMR Campak
Live attenuated
BCG
Varicella zoster
Tifoid oral
OPV Yellow fever Rotavirus
Whole cell Pertusis Kolera Tifoid
IPV Hepatitis A Rabies Influenza
Subunit Pertusis aselular Antraks Inactivated
Hepatitis B Influenza HPV
Toksoid Difteri Tetanus Polisakarida Murni Pneumococcus Meningococcus Tifoid Vi Polisakarida Konjugasi HiB Pneumococcus Meningococcus
Sumber : The Pink Book. Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Disease by CDC
24
47. A (Kuliah Imunisasi oleh Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A(K)) Lihat pembahasan nomor 45 48. Soal tidak terdokumentasi 49. A (Kuliah Tumbuh Kembang Anak oleh dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A., M.Kes) Lihat tulisan warna kuning pada lampiran Catatan : Soal tentang tahap perkembangan anak cukup membingungkan karena jawabannya dapat berbeda di setiap referensi. Dalam pembahasan ini, referensi yang digunakan adalah Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK) oleh Depkes tahun 2005. Yang terpenting adalah berdoa semoga jawaban yang dipilih sesuai dengan kunci jawaban 50. C (Kuliah Tumbuh Kembang Anak oleh dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A., M.Kes) Umur 18 – 24 bulan dapat menyusun 4 kubus, umur 36 – 48 bulan dapat menyusun 8 kubus. Jadi mungkin pada umur 24 – 36 bulan dapat menyusun 6 kubus 51. A (Kuliah Tumbuh Kembang Anak oleh dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A., M.Kes) Dalam Pedoman Pelaksanaan SDIDTIK, tidak dituliskan kapan anak dapat menggunakan sendok untuk makan. Tetapi menurut grafik Denver II, anak dapat menggunakan sendok atau garpu pada umur 13 – 20 bulan, dengan persentase paling banyak pada umur 18 – 20 bulan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak mungkin dapat menggunakan sendok pada umur 2 tahun 52. D (Kuliah Tumbuh Kembang Anak oleh dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A., M.Kes)
25
26
Sumber : Bates Guide to Physical Examination and History Taking by Lynn S. Bickley
53. C (Kuliah Imunisasi oleh Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A(K)) Lihat keterangan nomor 1 pada Jadwal Imunisasi Anak Rekomendasi IDAI Tahun 2017
27
54. C (Kuliah Imunisasi oleh Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A(K)) Lihat keterangan nomor 3 pada Jadwal Imunisasi Anak Rekomendasi IDAI Tahun 2017 55. C ? (Kuliah Imunisasi oleh Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A(K))
28
Vaksin sisa pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit, atau praktek swasta) dapat digunakan untuk pelayanan berikutnya apabila memenuhi syarat :
Disimpan pada suhu 2 – 80C
VVM (vaccine vial monitor) dalam kondisi A atau B
Belum kadaluarsa
Tidak terendam air selama penyimpanan
Belum melebihi masa pemakaian Jenis Vaksin Masa Pemakaian Polio
2 minggu
TT
4 minggu
DT
4 minggu
Td
4 minggu
Pentabio
4 minggu
BCG
3 jam
Campak
6 jam
Tulis tanggal pertama kali vaksin digunakan
Tulis waktu vaksin dilarutkan
Vaksin sisa pada pelayanan dinamis (Posyandu, sekolah) tidak boleh digunakan untuk pelayanan berikutnya dan harus dibuang Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
56. E (Kuliah Tumbuh Kembang Anak oleh dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A., M.Kes) Lihat tulisan warna hijau pada lampiran 57. C (Kuliah Tumbuh Kembang Anak oleh dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A., M.Kes)
Pemeriksaan KPSP (Kuesioner Pra Screening Perkembangan) dilakukan pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan
TDD (Tes Daya Dengar) dilakukan setiap 3 bulan pada umur < 12 bulan dan setiap 6 bulan pada umur > 12 bulan
TDL (Tes Daya Lihat) dilakukan setiap 6 bulan pada umur 36 – 72 bulan
Pemeriksaan KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional) dilakukan pada umur 36 – 72 bulan
Pemeriksaan CHAT (Checklist for Autism in Toddlers) dilakukan pada umur 18 – 36 bulan sesuai indikasi yaitu keterlambatan berbicara, gangguan komunikasi atau interaksi sosial, dan perilaku yang berulang
Pemeriksaan GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) dilakukan pada umur 36 – 72 bulan sesuai indikasi yaitu tidak bisa duduk tenang, selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah, dan perubahan mood yang mendadak atau impulsif Umur 0 bulan
Deteksi Pertumbuhan Deteksi Perkembangan Deteksi Mental Emosional BB/TB
LK
KPSP
TDD
TDL
KMME
CHAT*
GPPH*
29
3 bulan
6 bulan
9 bulan
12 bulan
15 bulan
18 bulan
21 bulan
24 bulan
30 bulan
36 bulan
42 bulan
48 bulan
54 bulan
60 bulan
66 bulan
72 bulan
*dilakukan atas indikasi Sumber : Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar oleh Depkes tahun 2005
58. B (Kuliah Tumbuh Kembang Anak oleh dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A., M.Kes) Lihat pembahasan nomor 57 59. D (Kuliah Tumbuh Kembang Anak oleh dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A., M.Kes) Lihat tulisan warna biru pada lampiran 60. A (Kuliah Tumbuh Kembang Anak oleh dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A., M.Kes)
Motorik kasar adalah gerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot – otot besar. Misalnya duduk, berdiri, dan sebagainya
Motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian tubuh tertentu, dilakukan oleh otot – otot kecil, dan membutuhkan koordinasi yang cermat. Misalnya mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya
Bicara dan bahasa adalah kemampuan memberikan respons terhadap suara, berbicara, komunikasi, mengikuti perintah
Sosialisasi dan kemandirian adalah kemampuan mandiri anak seperti makan sendiri, membereskan mainan, berpisah dengan ibu atau pengasuh, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan
Sumber : Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar oleh Depkes tahun 2005
61. B (Kuliah Imunisasi oleh Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A(K))
30
Vaksin BCG
Dosis dan Cara Pemberian Umur < 1 tahun : 0,05 ml IC Umur > 1 tahun : 0,1 ml IC
DTP
0,5 ml IM
Campak
0,5 ml SC
Hepatitis B
0,5 ml IM
Polio
OPV : 2 tetes IPV : 0,5 ml IM
MMR
0,5 ml IM atau SC
Varicella
0,5 ml SC
Influenza
< 3 tahun : 0,25 ml IM 3 tahun : 0,5 ml IM
Pneumococcus 0,5 ml IM Rotavirus
Per oral
Hepatitis A
Umur 2 – 12 tahun : 720 U IM Umur > 12 tahun : 1440 U IM
Demam tifoid
Tifoid oral : 1 kapsul diminum setiap hari, 1 jam sebelum makan dengan minuman yang bersuhu 370C, pada hari ke-1, 3, dan 5 Tifoid parenteral : 0,5 ml IM atau SC
Sumber : Kapita Selekta Kedokteran
62. C (Kuliah Imunisasi oleh Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A(K)) Lihat pembahasan nomor 46 63. E (Kuliah Imunisasi oleh Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A(K)) Jenis Vaksin
Kontraindikasi Tes tuberkulin > 10 mm
BCG
Kondisi immunocompromised : HIV/AIDS, kanker, gizi buruk Pernah menderita TBC Kehamilan Sakit berat dengan demam tinggi. Vaksin diberikan setelah sembuh
DTP
Riwayat alergi berat pada vaksinasi pertama Kejang atau pingsan setelah vaksinasi Menangis keras dan terus – menerus selama > 3 jam setelah vaksinasi Sakit berat dengan demam tinggi. Vaksin diberikan setelah sembuh
Campak
Mendapatkan antibodi atau transfusi darah yang mengandung antibodi dalam waktu 3 bulan sebelumnya. Vaksin diberikan setelah 2 minggu
31
Menderita TBC tanpa pengobatan, Kondisi immunocompromised : HIV/AIDS, kanker, gizi buruk Sakit berat dengan demam tinggi. Vaksin diberikan setelah sembuh Ibu hamil dan tidak boleh hamil dalam waktu 1 bulan setelah vaksinasi Varicella
Kondisi immunocompromised : HIV/AIDS, keganasan, gizi buruk Mendapatkan antibodi atau transfusi darah yang mengandung antibodi dalam waktu 3 bulan sebelumnya. Vaksin diberikan setelah 2 minggu
Hepatitis B
Sakit berat dengan demam tinggi. Vaksin diberikan setelah sembuh Alergi terhadap komponen vaksin Umur < 6 minggu
HiB
Sakit berat dengan demam tinggi. Vaksin diberikan setelah sembuh Riwayat alergi berat pada vaksinasi pertama Alergi terhadap komponen vaksin Sakit berat dengan demam tinggi. Vaksin diberikan setelah sembuh
Influenza
Alergi terhadap komponen vaksin dan protein telur Riwayat menderita sindrom Guillain-Barre Sakit berat dengan demam tinggi. Vaksin diberikan setelah sembuh Mendapatkan vaksin hidup lain dalam waktu 4 minggu. Vaksin diberikan sekitar 1 bulan setelah imunisasi terakhir Alergi terhadap gelatin, neomisin, atau komponen vaksin
MMR
Kondisi immunocompromised : HIV/AIDS, keganasan, gizi buruk Ibu hamil dan tidak boleh hamil dalam waktu 3 bulan setelah vaksinasi karena meningkatkan risiko sindrom rubella kongenital Mendapatkan antibodi atau transfusi darah yang mengandung antibodi dalam waktu 3 bulan sebelumnya. Vaksin diberikan setelah 2 minggu
Pneumococcus
Sakit berat dengan demam tinggi. Vaksin diberikan setelah sembuh Alergi terhadap komponen vaksin Sakit berat dengan demam tinggi. Vaksin diberikan setelah sembuh Mendapatkan antibodi atau transfusi darah yang mengandung antibodi
Polio
dalam waktu 3 bulan sebelumnya. Vaksin diberikan setelah 2 minggu Alergi terhadap komponen vaksin Kondisi immunocompromised : HIV/AIDS, keganasan, gizi buruk Kehamilan Sakit berat dengan demam tinggi. Vaksin diberikan setelah sembuh
Rotavirus
Riwayat alergi berat pada vaksinasi pertama Kondisi immunocompromised : HIV/AIDS, keganasan, gizi buruk
32
Riwayat menderita invaginasi Umur < 2 tahun Demam tifoid
Riwayat alergi berat atau efek samping pada vaksinasi pertama Sakit berat dengan demam tinggi. Vaksin diberikan setelah sembuh
Sumber : Informasi Vaksin untuk Orangtua oleh IDAI
64. A (Kuliah Imunisasi oleh Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A(K)) Lihat pembahasan nomor 45 65. D (Kuliah Imunisasi oleh Prof. Dr. dr. Harsono Salimo, Sp.A(K)) Lihat pembahasan nomor 53 66. E (Kuliah Tumbuh Kembang Anak oleh dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A., M.Kes) Lihat pembahasan nomor 60 67. Soal tidak terdokumentasi 68. B (Kuliah Tumbuh Kembang Anak oleh dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A., M.Kes) 69. C (Kuliah Tumbuh Kembang Anak oleh dr. Hari Wahyu Nugroho, Sp.A., M.Kes) 70. D (Kuliah BBLR oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes) Etiologi berat bayi lahir rendah (BBLR) antara lain : Preeklampsia Gawat janin Janin
Kehamilan kembar Eritroblastosis fetalis
Penyakit kronis misalnya penyakit Maternal
jantung bawaan sianotik Infeksi misalnya Listeria
Hydrops non imun
monocytogene, infeksi saluran kemih Penyalahgunaan obat
Plasenta previa Solusio plasenta Plasenta Iatrogenik Uterus
Lain – lain
Uterus bicornus
Ketuban pecah dini Polihidramnion
Inkompetensi cervix 71. C (Kuliah BBLR oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes) Klasifikasi menurut Berat Badan saat Lahir Klasifikasi menurut Umur Kehamilan BBLR : < 2500 gram
Early preterm : 28 – 34 minggu
BBLSR : < 1500 gram
Late preterm : 34 – 38 minggu
BBALSR : < 1000 gram
Aterm : 38 – 40 minggu Posterm (serotinus) : > 40 minggu
72. C (Kuliah BBLR oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes) Permasalahan pada bayi kurang bulan antara lain : a. Instabilitas Suhu
33
Termolisis meningkat
Lemak subkutan berkurang
Rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan (LPT/BB) besar
Termogenesis menurun karena jumlah lemak coklat sedikit dan tidak dapat menggigil
b. Kesulitan Bernapas
Defisiensi surfaktan Tegangan permukaan alveolus tinggi Paru – paru sulit mengembang (compliance rendah) Respiratory distress syndrome
Risiko aspirasi karena refleks menelan dan refleks batuk yang buruk serta menghisap dan menelan yang belum terkoordinasi
Dinding thoraks lunak dan otot pernapasan lemah
Pernapasan periodik dan apnea
c. Masalah Nutrisi dan Saluran Cerna
Refleks hisap dan refleks menelan yang immature sebelum umur 34 minggu
Motilitas usus berkurang
Pengosongan lambung lebih lambat
Absorpsi vitamin larut lemak berkurang
Defisiensi enzim laktase
Cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi masih rendah
Risiko necrotizing enterocolitis meningkat, terutama jika diberikan nutrisi enteral
d. Masalah Neurologi
Refleks hisap dan refleks menelan yang immature sebelum umur 34 minggu
Motilitas usus berkurang
Apnea dan bradikardia berulang
Pendarahan intraventricular dan leukomalasia periventricular
Pengaturan perfusi otak yang buruk Risiko hypoxic – ischemic encephalopathy
Retinopathy of prematurity
Kejang neonatorum
Tonus otot lemaj
e. Masalah Kardiovascular
f.
Patent ductus arteriosus
Hipotensi atau hipertensi
Masalah Hematologi
Anemia of prematurity karena cadangan besi masih rendah
Anemia iatrogenic karena darah terlalu sering diambil
Hiperbilirubinemia, terutama bilirubin indirect Menembus BBB Kernicterus
Pendarahan dan koagulasi intravascular diseminata
34
g. Masalah Metabolisme
Absorpsi kalsium berkurang Hipokalsemia Tulang menjadi lebih lunak Deformitas
Hipo atau hiperglikemia
73. C (Kuliah BBLR oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes) Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada bayi kurang bulan antara lain : Pemeriksaan Labotatorium Pemeriksaan darah tepi dan hitung jenis leukosit Kadar glukosa serial
Pemeriksaan Radiologi X Ray thoraks USG kepala Ekokardiografi apabila diperlukan
Kadar Na, K, dan Ca serial Kadar bilirubin serial Analisis gas darah Kadar CRP Kultur apabila diperlukan 74. B (Kuliah Kedaruratan Neonatus oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes) Mekanisme
Cara Pencegahan Keringkan dan berikan selimut hangat Jangan membersihkan verniks kaseosa
Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh
Ganti kain yang sudah basah Jika berat lahir < 1500 gram, maka bungkus dengan plastik bening Berikan topi Jangan terlalu cepat memandikan bayi
Konduksi
Konveksi
Kontak langsung antara
Hangatkan benda sebelum bersentuhan
permukaan tubuh dengan
dengan bayi seperti tempat tidur, selimut,
benda yang lebih dingin
stetoskop, topi, sarung tangan
Terpapar udara sekitar yang lebih dingin
Atur suhu ruangan 24 – 260C Jauhkan dari kipas angin, AC, jendela, lingkungan luar Gunakan inkubator berdinding ganda
Radiasi
Terpapar benda sekitar
Berikan selimut hangat
yang lebih dingin tanpa
Jika berat lahir < 1500 gram, maka
kontak langsung
bungkus dengan plastik bening Berikan topi
Sumber : Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial dan Buku Ajar Neonatologi IDAI
75. D (Kuliah BBLR oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes)
35
Lihat pembahasan nomor 72 76. D (Kuliah Kedaruratan Neonatus oleh dr. Dwi Hidayah, Sp.A(K)., M.Kes) Lihat pembahasan nomor 3 77. A (Kuliah Prinsip Pemberian Obat pada Bayi dan Anak oleh Siti Ma’rufah, S.Farm.Apt., M.Sc) Obat
Absorpsi (Bioavailabilitas) Obat
Asetaminofen Menurun Ampisilin
Meningkat
Diazepam
Normal
Digoksin
Normal
Penisilin G
Meningkat
Fenobarbital
Menurun
Fenitoin
Menurun
Sulfonamid
Normal
78. E (Kuliah Prinsip Pemberian Obat pada Bayi dan Anak oleh Siti Ma’rufah, S.Farm.Apt., M.Sc) Beberapa perubahan farmakokinetik pada bayi dan anak antara lain : a. Absorpsi 1) Melalui Saluran Pencernaan
Sekresi asam lambung dimulai setelah lahir dan meningkat secara perlahan selama beberapa jam
Waktu pengosongan lambung memanjang (6 – 8 jam) sehingga meningkatkan jumlah obat yang diserap oleh lambung
Motilitas usus tidak teratur dan mungkin lambat sehingga meningkatkan jumlah obat yang diserap oleh usus
Cairan empedu dan enzim lipase masih rendah sehingga mengurangi absorpsi obat yang larut lemak
2) Intramuscular
Massa otot yang rendah, terutama bayi preterm
Perfusi otot rendah sehingga jumlah obat yang masuk ke pembuluh darah lebih sedikit
Instabilitas vasomotor
Kontraksi otot belum sempurna
3) Kulit Stratum corneum belum berkembang dan hidrasi kulit bertambah sehingga meningkatkan jumlah obat yang diserap b. Distribusi 1) Volume Distribusi Kandungan air lebih tinggi, terutama cairan ekstraseluler, sehingga meningkatkan volume distribusi obat yang larut air seperti aminoglikosida
36
2) Ikatan dengan Protein Plasma Ikatan dengan protein kurang Jumlah obat bebas meningkat Efek lebih kuat Risiko toksisitas. Contohnya adalah anestesi lokal, diazepam, fenitoin, fenobarbital, ampisilin 3) Kompetensi dengan Bilirubin Misalnya sulfonamida menggeser ikatan bilirubin dengan albumin Kadar bilirubin meningkat Menembus sawar darah otak Kerincterus c. Metabolisme Aktivitas oksidasi sitokrom P450 dan enzim konjugasi masih rendah Klirens obat lebih lambat dan waktu paruh memanjang Efek obat lebih lama d. Ekskresi Laju filtrasi glomerulus lebih lambat sehingga ekskresi obat lebih lama Sumber : Farmakologi Dasar dan Klinik oleh Bertram G. Katzung
79. E (Kuliah Prinsip Pemberian Obat pada Bayi dan Anak oleh Siti Ma’rufah, S.Farm.Apt., M.Sc) Respons
Mekanisme Ikatan dengan protein kurang
Sulfonamida Salisilat
Obat mendesak ikatan bilirubin Kerincterus
dengan protein Glukoronidasi bilirubin kurang
Vitamin K sintesis
Sawar darah otak belum sempurna Glukoronidasi kurang Kloramfenikol
Sindrom bayi abu – abu
Filtrasi glomerulus kurang Kadar obat dalam plasma meningkat
Gentamisin Morfin Barbiturat IV
Intoksikasi
Filtrasi glomerulus kurang
Depresi napas
Sawar darah otak belum sempurna
80. A (Kuliah Prinsip Pemberian Obat pada Bayi dan Anak oleh Siti Ma’rufah, S.Farm.Apt., M.Sc) Lihat pembahasan nomor 78
☼☼☼
Tidaklah setiap anak dilahirkan kecuali dalam kondisi fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi (H.R. Bukhari dan Muslim)
37
Lampiran 1
TAHAP PERKEMBANGAN ANAK MENURUT SDIDTK 1. Umur 0 – 3 Bulan
Mengangkat kepala setinggi 450
Menggerakkan kepala dari kiri atau kanan ke tengah
Melihat dan menatap wajah anda
Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
Suka tertawa keras
Bereaksi terkejut terhadap suara keras
Membalas tersenyum ketika diajak bicara / tersenyum
Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak
2. Umur 3 – 6 Bulan
Berbalik dari tengkurap menjadi telentang
Mengangkat kepala setinggi 900
Mempertahankan kepala tetap tegak dan stabil
Menggenggam pensil
Meraih benda dalam jangkauannya
Memegang tangannya sendiri
Berusaha memperluas pandangan
Mengarahnya matanya pada benda – benda kecil
Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik
Tersenyum saat melihat mainan atau gambar yang menarik saat bermain sendiri
3. Umur 6 – 9 Bulan
Duduk sendiri dengan sikap tripod
Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan
Merangkak meraih mainan atau mendekati seseorang
Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya
Mengambil 2 benda, masing – masing tangan pegang 1 benda pada saat yang bersamaan
Mengambil benda sebesar kacang dengan cara meraup
Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata
Mencari mainan atau benda yang dijatuhkan
Bermain tepuk tangan atau ciluk ba
Bergembira dengan melempar benda
Makan kue sendiri
38
4. Umur 9 – 12 Bulan
Mengangkat badannya ke posisi berdiri
Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi
Dapat berjalan dengan dituntun
Mengulurkan lengan atau badan untuk meraih mainan yang diinginkan
Mengenggam erat pensil
Memasukkan benda ke mulut
Mengulang menirukan bunyi yang didengar
Menyebut 2 – 3 suku kata yang sama tanpa arti
Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa – apa
Bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
Senang diajak bermain ciluk ba
Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal
5. Umur 12 – 18 Bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan
Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
Berjalan mundur 5 langkah
Memanggil ayah dengan kata “papa”, memanggil ibu dengan kata “mama”
Menyusun 2 kubus
Memasukkan kubus pada kotak
Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek, anak dapat mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu
Memperlihatkan rasa cemburu atau bersaing
6. Umur 18 – 24 Bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
Berjalan tanpa terhuyung – huyung
Bertepuk tangan dan melambai – lambai
Menyusun 4 kubus
Mengambl benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
Menggelindingkan bola ke arah sasaran
Menyebut 3 – 6 kata yang memiliki arti
Membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga
Memegang cangkir sendiri, belajar makan minum sendiri
7. Umur 24 – 36 Bulan
Jalan naik tangga sendiri
Dapat bermain dan menendang bola kecil
39
Mencoret – coret kertas dengan pensil
Menggunakan 2 kata saat berbicara
Menunjuk 1 atau lebih bagian tubuh saat diminta
Membantu mengambil mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring saat diminta
Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpuh
Melepas pakaiannya sendiri
8. Umur 36 – 48 Bulan
Berdiri dengan 1 kaki selama 2 detik
Melompat dengan keedua kaki diangkat
Mengayuh sepeda roda tiga
Menggambar garis lurus
Menyusun 8 kubus
Mengenal 2 – 4 warna
Menyebutkan nama, umur, tempat
Mengenal arti kata di atas, di bawah, di depan
Mendengarkan cerita
Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
Memakai sepatu, kaos kaki, celana panjang, atau kemeja secara mandiri
9. Umur 48 – 60 Bulan
Berdiri dengan 1 kaki selama 6 detik
Melompat dengan 1 kaki
Menari
Menggambar tanda silang
Menggambar lingkaran
Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
Mengancing baju atau pakaian boneka
Menyebutkan nama sendiri secara lengkap tanpa dibantu
Senang menyebut kata – kata baru
Senang bertanya tentang sesuatu
Menjawab pertanyan dengan kata – kata yang benar
Bicaranya mudah dimengerti
Membandingkan benda menurut ukuran dan bentuknya
Menyebut angka dan menghitung jari
Menyebut nama – nama hari
Memakai pakaian sendiri tanpa dibantu
40
Menggosok gigi sendiri tanpa dibantu
Tenang dan tidak rewel saat ditinggal ibunya
10. Umur 60 – 72 Bulan
Berjalan lurus
Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik
Menggambar orang dengan minimal 6 bagian tubuh
Menangkap bola kecil (tenis, kasti) dengan kedua tangan
Menggambar kotak
Mengerti arti lawan kata
Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata
Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan fungsinya
Mengenal angka, dapat menghitung angka 5 – 10
Mengenal beberapa warna
Mengungkapkan simpati
Mengikuti aturan permainan
Lampiran 2